Anda di halaman 1dari 13

The Privacy.

Time to discover your bestfriends life.


Radio Drama Original Script
by AnChris, FranJuan, ElisAn, ErsHerli, PatMay

CHARACTERS
1. Ethan
: Andrew
2. Damian
: Juan
3. Claudia
: Ersi
4. Wendy
: Tricia
5. Mrs. Madeline : Lisa
SCENE 1
(Pulang sekolah, di ruang kelas)
Ethan
: Hei, Damian! Ayo ke kantin!
Damian
: Tidak bisa, aku mau langsung kembali ke asrama, ada urusan. Lagipula kau
seharusnya tidak sembarangan masuk ke kelas orang lain!
Ethan
: (Berdecak kesal) Aku tidak peduli. Kawan, kau seharusnya menikmati masa
mudamu! Jangan melewatkannya dengan rutinitas yang membosankan seperti
belajar, belajar, dan belajar! Ayolah, inilah adalah masa untuk bersenangsenang! Waktu tidak bisa diputar kembali, kau akan menyesal nantinya.
Damian
: Sudahlah, bukan urusanmu. Jangan bikin ribut di kelas orang lain, sana ke
kantin bersama pacarmu.
Ethan
: Iya, iya. Tidak usah emosi begitu. Ya sudah. Oh, ya. Bagaimana dengan
Wendy? Kalian berpacaran bukan? Aku tidak pernah melihat kau menemui
ataupun mengajaknya jalan-jalan.
Damian
: Wendy tidak keberatan dengan hal itu.
Ethan
: (tertawa) Perempuan itu sulit ditebak, kawanku. Kau harusnya lebih
perhatian ke dia, siapa tahu nanti dia kurebut.
Damian
: Berisik! Minggir, aku mau pergi.
Ethan
: (menghela nafas) Haahh... kau ini. Walau kita sudah berteman sejak kecil tapi
tetap saja kau tidak berubah, selalu saja kaku..
(Terdengar derak bangku, Damian meninggalkan ruangan)
Ethan
: Ah! Hei, hei! Damian! .... Ya ampun, setidaknya dengarkan orang lain bicara
sampai selesai dong. Dasar.
SCENE 2
(Terdengar keributan khas kantin)
Ethan
: Bum!
Claudia
: Ahh!! Ethan! Apa-apaan kau!?
Ethan
: (tertawa) Kau mudah sekali terkejut, Claudia.

Claudia

: Sudah kubilang jangan lakukan itu lagi. Kau memang nakal sekali. Coba saja
kau seperti Damian. Sudah kalem, pendiam, rajin, rapi, pandai pula! Walau ia
adalah sahabatmu, kau benar-benar kebalikannya. Setidaknya perbaiki nilai
dan perilakumu!
Wendy
: Hei, apa yang sedang kalian perdebatkan?
Ethan
: Ah, Wendy! Claudia mengomeliku agar menjiplak sosok pacarmu, aku takut
jika sebenarnya Claudia menyukai pacarmu. Hati-hati sainganmu bertambah.
Claudia
: Cukup, Ethan! (memukul tangan Ethan di meja)
Ethan
: Adududuh, tanganku! Sejak kapan kau sekuat ini, Claud?
Wendy
: Ngomong-ngomong, Ethan. Apakah kau bertemu dengan Damian tadi?
Ethan
: Hah? Oh, iya. Tadi aku sempat mengajaknya ke kantin tapi rupanya ia ada
urusan sehingga tergesa-gesa pulang. Ia tidak mengabarimu?
Wendy
: (tertawa pelan) Hahah.. tidak, sudah biasa kok. Tidak apa-apa.
Ethan
: Astaga, aku hampir lupa! Aku harus membereskan kamar asrama sebelum
petugas datang mengeceknya! Maaf, aku duluan ya!
(Ethan beranjak dari bangkunya)
Wendy
: Hati-hati di jalan, Ethan. Banyak kasus kejahatan sering terjadi belakangan
ini.
Ethan
: Oke, Wendy. Sampai jumpa!
Claudia
: Ya ampun, sampai pacar sendiri tidak dipamiti..
SCENE 3
(Di perjalanan pulang)
Ethan
: Lho? Damian? Kok kamu masih di sini?
Damian
: Ethan? Eh, begini, seseorang memasang sesaji di dekat jembatan. Biasanya
kita tidak boleh menyebrang karena itu pamali khusus hari ini. Aku sedang
memikirkan jalan memutar.
Ethan
: Yang benar saja! Kau percaya pada hal begituan?! (tertawa)
Damian
: Terkadang memang nyata kok!
Ethan
: Sudahlah, ayo kita menyebrang saja. Kau bilang ada urusan kan? Ayo!
Damian
: Oi! Tidak usah menarik-narik tanganku!
Ethan
: Bawel sekali kau, cepat!
Damian
: Tunggu, Ethan! Awas!
(sesaji tersenggol dan jatuh ke jalan)
Ethan
: Uh-oh. Sial. Kita menjatuhkan sesajinya.
Damian
: Sesajinya.. rusak. Astaga Ethan, apa yang telah kita lakukan?! Kita harus
membereskannya sebelum..
(Tiba-tiba seorang nenek tua berteriak)
Mrs. Madeline: Heii!!! Anak-anak nakal! Kalian apakan sesaji itu?!
Damian
: Ah... eh... nek, maaf, ini...
Mrs. Madeline: Anak-anak kurang ajar! Beraninya merusak sesaji untuk dewa yang telah
kusiapkan sekian lama! Kutuk! Kukutuk kalian! Biarlah jiwa kalian tertukar
selama 7 hari sehingga kehidupan kalian kacau!
(Nenek tsb pergi dengan penuh amarah)

Ethan
Damian
Ethan
Damian

: Hah.. Hahah... Tadi itu cukup mengagetkanku. Itu Cuma gertakan bukan?
: ...
: Damian? Kenapa kau diam saja? Katakan sesuatu.
: Sudahlah Ethan (lemas), kita kembali ke asrama lewat jalan memutar.

SCENE 4
(Setelah kejadian sore itu, mereka tidak bertemu lagi karena sibuk berkegiatan. Malamnya
Ethan tidak bisa tidur memikirkan perkataan nenek tersebut. Sayup-sayup
teriakan nenek tersebut bergema di kepalanya. Matanya terasa berat dan
akhirnya ia terlelap)
(Suara weker)
Ethan
: Ah, malas sekali rasanya. Aku masih mengantuk. 5 menit lagi saja.... Hah?
Dimana wekerku? Ah, kenapa kuletakkan di kiri. Padahal selalu ada di sisi
kananku. (menguap) Kenapa rasanya pusing sekali, mataku juga buram..
Mungkin ada sesuatu di mataku. Kaca mana kaca..
(latah menjadi teriakan)
(Sementara itu di pihak lain)
Damian
: Hah.. gara-gara kepikiran soal sesaji itu aku tidak bisa tidur dengan enak.
Aduh, kenapa badanku pegal semua? Hm? Ada yang tidak beres. Aku
sebaiknya ke kamar mandi dan berkaca.
(Damian berteriak histeris)
(Diikuti Ethan berteriak)
SCENE 5
(Bel masuk sekolah)
Ethan
: Damian!
Damian
: Ethan!
Ethan
: Sial, aneh sekali rasanya melihat diri sendiri dalam tubuh orang lain begini!
Apa yang terjadi?
Damian
: Ternyata memang benar, kita bertukar tubuh! Kutukan nenek itu benar,
Ethan.
Ethan
: Ahh! Rasanya aneh juga mendengar suaraku sendiri menyebut namaku!
Damian
: Nenek itu bilang selama 7 hari bukan? Berarti kita harus bertahan seperti ini
selama 7 hari.
Ethan
: Omong kosong, aku akan mencari cara untuk kembali normal secepatnya!
Aku sungguh kebingungan berada di kamarmu, semua barang-barangmu,
pakaian, peralatan, semua membuatku gila! Aku ingin segera kembali!
Damian
: Kau pikir aku tidak kewalahan? Apa kau pernah membersihkan kamarmu
hah?! Rasanya seperti menghadapi kapal pecah ditambah bau busuk yang
secara misterius tidak pernah hilang! Dan pakaianmu! Apa kau tidak punya
baju yang lebih rapi? Kaos kakimu juga terlihat jelas tak pernah kau cuci
berhari-hari!

Ethan
Damian

Ethan

Random
Ethan
Random
Ethan
Damian
Ethan
Damian
Ethan

: Justru kamu lebih aneh! Aku bahkan tidak bisa membedakan tumpukan
pakaian kotor dan pakaian bersih, semua terlalu rapi!
: Diam kau! Lagipula seberapa sering kamu mandi?! Aku sekarang bahkan
masih dapat mencium bau kecut dari ketiakmu ini! Dan sikat gigilah, Ethan!
Aku sempat mengira kau baru saja makan ikan mentah!
: Cukup, cukup, begini saja, Damian. Sementara ini tidak ada orang lain yang
boleh mencurigai kita. Kau harus sebaik mungkin berperan sebagai aku, dan
aku akan berusaha sebaik mungkin memerankanmu. Rajin dan rapi kan?
Mudah.
: Selamat pagi, Damian!
: Oh! Selamat pagi!!
: .... ehm, apa kau baik-baik saja, Damian? Kau tidak sakit kan?
: Tidak sama sekali! Aku baik-baik saja!
: (setengah berbisik) Ethan.
: Ya?
: Aku tidak pernah membalas sapaan seperti seruan perang seperti yang
barusan kau lakukan tadi.
: Oh.. eh.. (berdeham), maaf.

SCENE 6
(Di dalam ruang kelas)
(Orang-orang ribut dan bingung)
Random
: Ehm...Damian, ada apa?
Ethan
: Tidak ada apa-apa kok!
Random
: Tapi kau duduk di meja guru...
Ethan
: Oh, (tertawa keras) kan biasanya juga seperti ini!
Random
: Kau aneh sekali hari ini, tidak seperti biasanya
Ethan
: Ehm...ehm..
(Dalam hati)
Ethan
: Sial! Aku lupa!
Ethan
Random
Ethan

: (berdeham) Maaf, aku cuma bercanda. Aku akan kembali ke tempat dudukku.
: Tumben kau bercanda
: Hm.

(Di kelas Ethan)


Random
: Selamat pagi, bro!
Damian
: Ya.
Random
: Hah? Kau kenapa? Sakit? Demam?
Damian
: Ti.. tidak apa-apa.
Random
: Serius deh! Lagi puber nih? (tertawa)
Damian
: (menghela nafas)
Random 2
: Sumpah?! Demi apa! seorang Ethan langsung duduk rapi di kursi!?
Damian
: Adakah PR hari ini?

Random 2
: Apa yang merasukimu, Ethan? Kau tobat ya?!
Random 1
: Hai setan, keluarlah dari tubuh Ethan!
(semua tertawa)
Random 1
: Who. Are. You
Damian
: Berisik! Aku Dam... Aku TEMANNYA Damian!
Random 2
: Apa susahnya langsung bilang Ethan.. Aneh kau hari ini.
(Akhirnya waktu istirahat tiba. Damian dan Ethan pun bertemu)
Ethan
: Hei, Damian. Ini sulit sekali! Sepertinya aku mengacau dalam tubuhmu!
Damian
: Aku juga tidak bisa memerankanmu dengan baik. Memang kau seperti apa di
kelas? Aku buka buku saja sekelas langsung menghujat!
Ethan
: Yah, kau tahu lah. Pokoknya begitu. Ngomong-ngomong, tidak apa-apa kan
bila tadi aku tidak mengumpulkan tugasmu? Beberapa guru juga menegurku.
Damian
: Hah?! Yang benar saja!
(Claudia dan Wendy datang)
Claudia
: Ethan! Ke kantin yuk!
Ethan
: Hai sayang!
Claudia
: Hah? Eh, Damian? Kenapa kau menggandengku?
Ethan
: Ahh! Maafkan aku! Wendy, kau jangan salah paham!
Wendy
: Kau tampaknya ceria sekali hari ini, Damian.
Ethan
: (tertawa) Tidak, biasa saja kok. Ayo, ke kantin! Dam.. maksudku, Ethan! Ayo
ikut!
Damian
: Tidak, terimakasih.
Claudia
: Haaahh?! Kau tidak pernah menolak pergi ke kantin Ethan! Kalian aneh
sekali hari ini! Jiwa kalian seperti tertukar saja!?
Damian & Ethan
: (berbarengan) Tidakk!
Claudia
: O.. Oke, oke. Santai, dong.
Ethan
: Tidak ada apa-apa, Claudia. Sungguh. Kami baik-baik saja.
SCENE 7
(Sudah hari ketiga sejak jiwa mereka tertukar)
Ethan
: Ahh, kenapa tugas banyak sekali? Besok disuruh membawa gelas kaca untuk
pelajaran seni juga! Damian tidak memiliki satu pun di kamar asramanya. Aku
sudah membongkar seluruh barangnya tapi tetap tidak bisa menemukannya.
Apa mungkin ia memiliki beberapa di rumahnya, ya? Tapi aku harus minta
persetujuannya lebih dulu. Ah, sudahlah! Ini mendesak dan penting.
Seharusnya tidak apa-apa aku mengambilnya dulu, besok aku baru akan bilang
ke Damian.
(Maka sore itu Ethan pergi ke rumah Damian yang cukup jauh dari asrama. Ketika sampai di
rumah sahabatnya itu, hari sudah malam.)
Ethan
: Gila, gelap banget. Lampu jalan juga nggak pada nyala. Kenapa sepi sekali
jalan ini? Nah, ini rumahnya si Damian. Nomor 66.
(Suara ketukan pintu)

Ethan

: Duh, kan tidak ada orang lagi di rumah ini. Ngapain aku mengetuk pintu,
bodoh sekali.
(Suara pintu terbuka)
Ethan
: Lho? Tidak dikunci rupanya.
(Suara langkah kaki dan lantai berderak)
Ethan
: Ya ampun, kok mengerikan sekali di dalam sini. Hawanya suram sekali,
perasaanku tidak enak. Lebih baik aku bergegas. Dapurnya dimana ya?
Semoga gelasnya ada.
(Akhirnya Ethan menemukan sebuah gelas kaca di lemari wastafel. Mendadak angin
bertambah keras)
(Pintu depan tertutup)
Ethan
: Astaga! ... Fiuh. Kenapa aku kaget sekali, padahal hanya angin. Oke,
sebaiknya aku segera pergi dari sini.
(Baru saja Ethan hendak meraih gagang pintu, ia mendengar sebuah suara dari lantai atas)
Ethan
: Suara apa itu?
Ethan
: (Dengan suara keras) Halo? Apa ada orang di atas?
Ethan
: Aneh sekali.
(Maka ia pun memberanikan diri mengecek lantai atas. Lantai dua lebih gelap, bahkan tidak
ada cahaya bulan yang bisa masuk. Suasana begitu hening sehingga Ethan
hanya dapat mendengar suara langkah dan napasnya. Ia lalu melihat sebuah
pintu yang setengah terbuka. Dengan perlahan, ia mendorong pintu tersebut.
Tampaklah sebuah kamar. Kamar itu tidak terlalu besar dan hampir tidak ada
apapun di dalamnya kecuali sebuah lemari kayu dan bau aneh yang samar.)
Ethan
: Apa ini kamar Damian?
(Ethan pun maju dan meraih gagang pintu lemari tersebut. Rasa penasaran memenuhi dirinya
sama seperti rasa takut sebelumnya. Ia pun membukanya dan sesuatu
menjatuhi Ethan.)
(Suara pintu terbuka dan selang sedikit suara benda terjatuh)
Ethan
: Ugh.. sakit sekali. Benda apa ini, berat. Tunggu dulu, ini rambut? Ini orang?
(napas Ethan memburu) Mayat! ...Ini mayat! Ada mayat di rumah Damian!
(Ethan segera menyingkirkan mayat itu dari atas tubuhnya dan degan tergopoh-gopoh
berusaha keluar dari kamar tersebut. Seluruh badannya terasa lemas. Rasa
takut, bingung, dan terror bercampur jadi satu, memacunya untuk berlari turun
dan keluar dari rumah itu.)
(Suara HP berdering)
Ethan
: (masih agak tersengal-sengal) ... Halo?
Damian
: (Suara telepon/rekaman) Ini aku.
Ethan
: Damian?
Damian
: Ya.
Ethan
: Kenapa...
Damian
: Kau masuk ke rumah.
Ethan
: ... Aku... Aku hanya mencari gelas.
Damian
: Kau tidak ijin padaku.
Ethan
: Tapi..

Damian

Ethan

: Dengar. Besok subuh kau harus pergi ke loteng utara sekolah. Kau melihat
mayat di lemari kan? Ingat, jangan bilang ke siapapun. Aku akan menjelaskan
semuanya.
: Halo? Halo?!... Sial, dia menutup teleponnya. Aku masih tidak dapat
mengerti bagaimana bisa ada mayat di rumahnya!

SCENE 8
(Malam itu Ethan berjalan pulang. Meskipun belum larut malam, ia merasa suasana di
sekelilingnya mencekam. Bahkan ketika ia mencapai jalan dengan banyak
orang, ia masih merasa tidak aman. Berkali-kali ia mencoba meyakinkan
dirinya bahwa Damian memiliki penjelasan untuknya. Ethan tidak dapat tidur
malam itu, ia menantikan subuh dimana Damian mengundangnya ke loteng)
(Di loteng)
Damian
: Ethan. Kemarilah.
Ethan
: Segera jelaskan semuanya, Damian. Bagaimana bisa ada mayat di lemari
rumahmu?
Damian
: Ceritanya rumit.
Ethan
: (basa-basi) Jangan basa-basi lagi!
Damian
: Mayat itu... sudah lama tergeletak di situ. Bukan tergeletak, lebih tepatnya
kuletakkan di situ. Tidak hanya satu, ada dua, tiga, dan masih banyak mayat
lainnya tersembunyi dengan rapi dan bersih di seluruh penjuru rumah.
Ethan
: Apa maksudmu?
Damian
: (berteriak) Apa kau bodoh?! (memelankan suaranya kembali) Aku
membunuh mereka, Ethan. Aku menyimpan mayat mereka sebagai trofi. Trofi
atas keberhasilkanku untuk membalaskan dendam ibuku. Ibuku meninggal dua
tahun yang lalu, ia bunuh diri, karena tidak tahan pada ayah. Keluarga kami
hancur dan semakin hancur sejak ibu bunuh diri. Aku yang menderita dari
perlakuan ayahku padaku, merasa tidak akan dapat lolos dari neraka itu!
Hingga suatu hari aku menemukan buku harian ibu. Di dalamnya bertuliskan
keluh-kesahnya, kebenciannya terhadap banyak orang dimana ia menuliskan
tiap detail orang tersebut. Nama ayah termasuk salah satu diantaranya. Di
akhir, ia menuliskan seandainya mereka semua tidak ada saja. Ibu adalah
orang yang sangat penyayang, ia adalah malaikat di kelamnya rumah kami, ia
adalah penyelamat! Aku ingin membahagiakannya, aku ingin selalu disayang
olehnya. Bukankah dengan mewujudkan keinginannya, aku akan membuatnya
bahagia? Malam itu, aku membunuh ayah. Dengan rapi, dengan bersih. Tiada
jejak yang kutinggalkan. Aku merasa kebahagiaan meluap dari dalam diriku.
Aku berhasil! Aku berhasil membahagiakan ibu! (tertawa)
Ethan
: Kau sudah gila, Damian! Apanya yang membahagiakan! Ibumu sudah tiada!
Kau hanya membunuh untuk angan-angan kosong!
Damian
: Diam kau! Aku mengambil nyawa orang demi tujuan mulia! Aku telah
menghabisi mereka yang telah membuat ibuku sedih! Mereka berhak
mendapatkannya! Mereka menyakiti malaikatku!

Ethan

: Damian, kau tahu kau telah membunuh banyak orang tak berdosa kan?
Membunuh... membunuh adalah kejahatan yang sangat berat. Dan seorang
pelaku kejahatan harus menerima sanksi. Aku akan melaporkanmu pada polisi,
Damian. Akua akan melapor ke orang-orang dan kau akan dihukum!
Damian
: (tertawa) Aku tahu kau adalah seorang pemberani, Ethan. Meski kau urakan,
kamu peduli, selalu ingin menjadi pahlawan bagi orang lain, dan tidak pernah
ragu membantu mereka yang membutuhkan. Aku tahu semua itu, dan aku
yakin kau akan melaporkan semuanya ke polisi meskipun aku adalah
sahabatmu. Aku yakin sekali. Karena itu, aku telah menyiapkan sesuatu untuk
membungkammu. Akan kuperlihatkan padamu apa yang ada di balik kain ini.
Ethan
: (terkejut) Oh tidak.. tidak, tidak, tidak.. Claudia, ...Claudia! Apa yang telah
kau lakukan, Damian! Apa yang telah kau lakukan padanya, sialan! Apa kau
sudah gila?! Ia tidak ada hubungannya dengan semua ini! Kau... kau sinting!!
(menangis)
Damian
: Aku harus menjadikannya sebagai contoh... mengenai apa yang akan terjadi
pada keluargamu apabila kau berani melaporkanku. Ayah, ibu, dan adikmu,..
nasib mereka akan sama dengan pacarmu ini. Berlumuran darah, tergeletak,
tak bernyawa.
Ethan
: Tidak, Damian, tidak. Jangan keluargaku! Kumohon! Mereka tidak bersalah!
Damian
: Maka sebaiknya kau turuti perkataan sahabatmu ini (tertawa)
Ethan
: Baik, baik. Aku akan diam... Jangan sentuh keluargaku. Jangan sakiti
mereka... jangan. (menahan tangis)
Damian
: Aneh bukan, Ethan? Kau menangis untuk pacar dan keluargamu. Tapi apakah
kau menangis untuk mayat di rumahku? Kau bilang kau bertindak demi
kebenaran dan keadilan. Tapi kau sendirinya berlaku tidak adil terhadap
kematian. Kau bilang dirimu pemberani dan adil? Omong kosong.
(Damian berjalan turun dari loteng)
Damian
: Baiklah, Ethan, sahabatku. Mari saling menjaga keakraban seperti biasanya.
Kita bersahabat bukan? Kini setelah kau mengetahui rahasiaku yang paling
besar, aku berharap kita tetap bersahabat hingga ajal menjemput. Saling
menjaga rahasia adalah apa yang dilakukan sahabat, bukankah begitu?
SCENE 9
(Hari kelima, Ethan akhirnya tidak tahan. Ia pun menemui Wendy, pacar Damian)
Ethan
: (berbisik) Wendy! Wendy..!
Wendy
: Damian? Ada apa? Kenapa kau di pojokkan seperti itu?
Ethan
: Sssttt.. kemarilah
Wendy
: Ada apa?
Ethan
: Ikut aku.
Wendy
: Damian! Belakangan ini kau aneh sekali! Aku ingin kau menceritakan
padaku sebenarnya ada apa.
Ethan
: Tentu saja aneh! Begini, Wendy. Aku tahu ini tidak masuk akal, tetapi aku
adalah Ethan. Jiwaku dan jiwa Damian tertukar sejak lima hari yang lalu.

Wendy
Ethan
Wendy
Ethan

Wendy
Ethan
Wendy
Ethan
Wendy

Ethan
Wendy
Ethan

Wendy
Ethan
Wendy

: Damian, ini tidak lucu.


: Kumohon, percayalah! Hanya kau yang dapat kuandalkan! Bantu aku,
Wendy!
: (terdiam sejenak) Kalaupun itu benar, apa buktinya?
: (mengerang) Ahh Wendy! Apa kau perlu bukti lagi? Lihat saja! Apakah
Damian pernah mengajakmu ke kantin? Apakah ia pernah menyapamu
duluan? Apakah ia pernah duduk di atas meja dan tidak mengerjakan PR? Apa
nilainya pernah tidak tuntas? Kau tahu beberapa hari ini nilai Damian jatuh
bebas! Itu karena aku yang mengerjakannya!
: Bagaimana jiwa kalian bisa tertukar?
: Kami dikutuk seorang nenek saat menjatuhkan sesajinya di dekat jembatan.
: Nenek? Maksudmu Mrs. Madeline?
: Aku tidak tahu siapa itu.
: mrs. Madeline memang dipercayai memiliki kekuatan aneh. Dan kutukannya
selalu terjadi. Itulah yang kudengar. Lalu kenapa kau harus sembunyisembunyi seperti ini?
: Damian. Kita ternyata sama sekali tidak mengenalnya, Wendy. Dia adalah
psikopat, ia pembunuh!
: Dami... maksudku, Ethan. Apa maksudmu?
: Aku tidak punya buktinya saat ini. Tapi ia menyembunyikan banyak mayat di
rumahnya, dan ia telah membunuh Claudia! Aku tidak sengaja mengetahuinya,
dan sekarang ia mengancam akan membunuh keluargaku apabila aku
memberitahu orang lain.
: Jadi.. bila ia tahu kau memberitahuku... bagaimana..
: Kita harus melapor ke polisi. Aku butuh bantuanmu. Usahakan Damian tidak
tahu.
: Tunggu dulu, Ethan. Aku tahu apa yang harus kita lakukan terlebih dahulu.

SCENE 10
(Maka mereka berdua menelepon Mrs. Madeline. Mereka menceritakan keadaan mereka)
Mrs.
: Jadi begitu. Lalu kalian mau apa?
Ethan

: Tolong, Mrs. Madeline. Batalkan kutukanmu dan biarlah kami kembali ke


tubuh masing-masing! Polisi takkan mempercayai kami apabila aku masih
berada di tubuh ini!

Mrs.

: Ini adalah hukuman atas keteledoran kalian. Lagipula .......

Wendy

: Mrs., kami mohon. Kalaupun mereka bersalah biarlah karma yang


membalasnya. Tolong batalkan kutukan ini. Kami nanti akan menghubungi
polisi, dan aku takkan bersama Ethan saat ia melapor ke kantor polisi
menggunakan tubuh Damian. Jadi setelah ia melaporkan diri, kembalikan
jiwa mereka.

Mrs.

: Bagaimana aku tahu kapan persisnya aku harus mengucap mantera?

Wendy

: Aku akan berada di luar kantor polisi dan mengamati keadaan dari luar. Aku
akan mengirimkan SMS padamu.

Damian

: Wah, wah. Sedang apa kalian?

(Ethan dan Wendy terkesiap)


Ethan

: Damian!

Wendy

: Astaga! Bagimana-

Damian

: Kalian pikir aku tidak tahu?

Ethan

: Damian, letakkan pisau itu. Kumohon.

Damian

: (tertawa) Diamlah, Ethan. Kalian berdua, berbaliklah.

Ethan

: Mau kau apakan kami?

(Damian membius keduanya dengan sapu tangan yang diberi klorofom. Ethan dan Wendy
sempat memberi perlawanan, walau akhirnya mereka tak sadarkan diri)

SCENE 11
Mrs.

: Hah? Sambungannya terputus. Tunggu dulu, aku dapat merasakan kedua


anak lelaki itu sedang berdekatan. Apa bila anak satunya memang begitu
berbahayanya seperti yang barusan mereka katakan, mereka mungkin ada
dalam bahaya saat ini. Aku harus melakukan sesuatu.

(Sementara itu, di sebuah tempat yang gelap dan sepi)


Ethan

: (mengerang kesakitan) Aduh.. dimana ini.. Wendy? Wendy!

Wendy

: (berusaha berbicara meski mulutnya ditutup)

Ethan

: Sial! Tanganku juga dirantai! Wendy, kau tidak apa-apa?!

Damian

: Oh, manis sekali. Tentu ia tidak apa-apa, untuk sekarang ini. Tapi, Ethan,
kau tidak lupa kesepakatan kita kan? Tapi bersyukurlah karena aku mau
berbaik hati padamu. Wendy akan menggantikan posisi keluargamu. Ialah
yang akan menanggung aksimu.

Ethan

: Hentikan!! Lepaskan dia! Bunuh saja aku sebagai gantinya!

Damian

: Tidak, tidak, karena kau temanku aku ingin menghiburmu. Bagaimana


kalau kau duduk manis saja di kursi itu, melihat gadis tak berdosa ini tersiksa
sampai mati di hadapanmu? Tontonan yang menarik, bukan?

Wendy

: ()

Damian

: Diam kau! (suara memukul)

Ethan

: Gila kau, Damian! Jangan pukuli dia!

Damian

: Oke, aku memang takkan memukulnya lagi. Karena aku akan menggunakan
ini.

Ethan

: Letakkan pisau itu! Hentikan! Hentikannn!! Damiaann!! (diiringi suara


Wendy berteriak kesakitan dan menangis)

Damian

: (tertawa gila) Bagaimana, Wendy? Aku akan membuat tubuhmu dipenuhi


ukiran tato berdarah. Kau menyukainya kan?

Wendy

: (kembali berteriak)

Ethan

: Sudah cukupp!!

Damian

: Kau ribut sekali, kawan. (tertawa) Kau mau juga?

Ethan

: (berteriak) Aaah..Kakiku!!

Damian

: Mungkin kau akan kubuat pincang sebelum kubunuh. Ataukah aku perlu
memotong kedua kakimu?

Wendy

: (berteriak mengatakan tidak)

Damian

: (berteriak saat kakinya digores oleh pisau Damian, Damian tertawa keras)

SCENE 12
(Mendadak Damian berhenti menghujamkan pisaunya ke kaki Ethan. Pisau tersebut terjatuh
ke lantai dengan suara keras. Mereka berdua membeku sejenak)
Damian

: ah.. ah, AAHH!!

Ethan

: Ini.. tubuhku..., jiwaku sudah kembali! Aku sudah kembali ke tubuhku


sendiri ! Wendy! Tunggu, aku akan melepaskan ikatan tangan dan penutup
mulutmu!

Wendy

: Bagaimana bisa, Ethan? Padahal aku belum menghubungi Mrs. Madeline!

Ethan

: Aku tidak tahu, tapi yang lebih penting...

Damian

: Kalian! Apa yang telah kalian perbuat! Seharusnya Ethan dan aku masih
bertukar tubuh hingga dua hari lagi!

(terdengar sirene polisi)


Polisi

: Polisi! Angkat tangan kalian!

Polisi 2

: Bu, manakah yang harus kami tangkap?

Mrs.

: Sudah kubilang, anak yang berambut hitam itu.

Polisi

: Yang dirantai di kursi itu? Tapi, Mrs. Madeline, bukankah ia adalah


korbannya? Bukankah kami seharusnya menangkap anak berambut coklat itu
yang sama sekali tidak terluka? Bagaimanapun juga ia tampak seperti
pelakunya!

Mrs.

: Kalian bilang akan percaya padaku, lakukan saja apa kataku! Lalu kita akan
dengar keterangan sepenuhnya dari mereka bertiga.

Polisi

: Baik, bu.

(Maka polisi tersebut meringkus Damian, menolong Ethan dan Wendy lalu membawa mereka
bertiga ke kantor polisi. Setelah mendengar keseluruhan cerita, mereka
mengirim penyelidik ke rumah Damian dan benar saja, terdapat banyak
mayat dari daftar orang hilang selama 2 tahun terakhir. Tetapi para polisi
masih sulit mempercayai mereka, karena tidak ada bukti kuat bahwa Damian
adalah pelaku dan Ethan masih dicurigai. Kutukan yang menyebabkan
mereka berdua bertukar tubuh pun sulit dipercaya. Walau begitu, karena
mereka semua mengenal Mrs. Madeline, mereka masih mau
mendengarkannya. Pada akhirnya, karena Damian tidak menyangkal satu pun
tuduhan yang ditujukan padanya, ia dinyatakan bersalah dan dipenjara.
Beberapa polisi percaya ia memiliki gangguan psikis karena beberapa kali ia
sempat meracau dan menjawab dengan sinting. Ia adalah seorang psikopat)
Wendy

: Mrs. Madeline, bagaimana anda dapat membawa polisi ke lokasi kami?

Mrs.

: Aku ingat kalian pernah menyinggung soal melapor ke polisi. Maka setelah
sambungan teleponmu terputus, aku merasa ada yang tidak beres. Karena itu
aku menghubungi polisi dan meminta bantuan mereka. Aku juga telah
membatalkan kutukan sesaat sebelum polisi datang, karena aku rasa lebih
baik begitu sehingga polisi akan lebih dapat mempercayaimu dan Ethan.

Wendy

: Tapi bagaimana kalian dapat melacak kami?

Mrs.

: Nomormu masih tercatat di daftar panggilan di telepon selulerku, nak.


Polisi dapat melacaknya dengan lebih mudah karena mereka mendapati
bahwa GPSmu menyala. Bersyukurlah untuk itu.

Wendy

: Terimakasih, Mrs. Madeline. Sungguh, terimakasih. Anda telah


menyelamatkan nyawa kami.

Mrs.

: Tidak masalah. Aku memiliki andil dalam kejadian ini, tidak pantas apabila
aku tidak ikut membereskannya. Sudahlah, aku mau pulang. Pastikan saja
mereka tidak merusak sesajiku lagi.

Wendy

: Sampai jumpa, Mrs. (terdiam sejenak, lalu melihat sosok Ethan) Ah, di situ
rupanya kau, Ethan! Apakah sudah beres?

Ethan

: Yah... mereka akhirnya melepaskanku, walau mereka masih belum dapat


menghapus rasa curiga mereka padaku. Aku belum 100% dinyatakan bersih.
Tapi mereka berkata aku dapat kembali ke sekolah dan untuk sementara ini
mereka takkan menginterogasiku lagi.

Wendy

: Baguslah. Oh, ya. Mrs. Madeline baru saja pergi. Beliau memberimu pesan
agar tidak menabrak sesajinya lagi.

Ethan

: (tersenyum dan menghela napas) Jangan khawatir, aku rasa aku takkan
pernah bisa menyenggolnya lagi.

Wendy

: Apa maksudmu?

Ethan

: Begini, Wendy. Aku berencana untuk pindah.

Wendy

: Apa?

Ethan

: Aku merasa lebih baik pergi ke luar kota, melanjutkan sekolah di tempat
lain. Aku akan tinggal di rumah paman dan bibiku.

Wendy

: Kau yakin? Kau tidak perlu pindah, Ethan.

Ethan

: Aku merasa tidak bisa lagi tinggal di kota ini. Begitu banyak yang terjadi,
dan aku merasa hal itu banyak berdampak kepadaku. Lagipula, tubuh ini
membunuh Claudia, Wendy. Aku merasa lebih baik aku pindah. Maaf.

Wendy

: Ethan...

Ethan

: Seharusnya aku tidak melibatkanmu, maka kau takkan terluka seperti ini.
Maaf, seharusnya kita berempat bisa tetap bersenang-senang seperti biasa,
kembali ke hari-hari itu. Seakan tidak ada apapun yang terjadi. Seandainya
aku bisa memngembalikan waktu ke saat semuanya masih normal. Aku tak
menyangka akan jadi seperti ini.

Wendy

: Sudahlah, Ethan. Jangan salahkan dirimu. Kau tahu terkadang nasib ada di
luar kuasa kita. Tidak ada yang dapat menebak masa depan. Apa yang sudah
terjadi biarlah berlalu. Masih ada hari esok yang menunggu untuk dijalani.

Ethan

: Kau benar.

Wendy

: Kau akan pergi saat ini juga?

Ethan

: Ya, nanti malam aku akan berangkat.

Wendy

: (menghela napas dan terdiam agak lama)...Baiklah. Jangan sungkan untuk


menghubungiku apabila kau butuh sesuatu. Aku akan siap membantumu.

Ethan

: Kau memang orang yang baik.

Wendy

: Memang itulah gunanya teman.

Ethan

: Terimakasih untuk segalanya, Wendy. Sampai jumpa.

Wendy

: Sampai jumpa, Ethan.

Fin.

Anda mungkin juga menyukai