Astamoen
Wijono
Badroes Sapari
1949-1950
1950-1950
1950-1955
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Soetimboel K
1955-1958
R.I. Abdurachim
1958-1961
Achadoen
1961-1965
RM. Soekiswo
1965-1967
Soejono
1967-1969
A. Hudan Dardiri
1969-1975
Drs. Harjono
1975-1985
Drs. Suhartono
1985-1990
Drs. H. Irwan
1990-1995
Masrur
13
H. Ambjah, SH.
1995-2000
M.Si
14
H. Aminurokhman,
2000-2005
SE. MM
Gambaran Umum
LETAK GEOGRAFIS
Kabupaten Pasuruan terletak diantara 112 33, 55 sampai
dengan 113 05 37 Bujur Timur dan 7 32, 34 sampai dengan 7 57, 20
Lintang Selatan.
. STRUKTUR PENGGUNAAN LAHAN
Kabupaten Pasuruan memiliki Luas Wilayah 1.473,57 Km2
yang terdiri dari :
1. Permukiman : 155,71 Km2
2. Persawahan : 443,11 Km2
3. Tegal : 426,65 Km2
4. Kebun campur : 49,88 Km2
5. Perkebunan : 34,89 Km2
6. Hutan : 282,09 Km2
7. Rawa/danau : 3,08 Km2
8. Tambak/kolam : 31,13 Km2
9. Padang Rumput : 0,14 Km2
10. Tanah tandus/rusak : 22,92 Km2
11. Lain-lain : 23,97 Km2
Berbicara tentang Asal-usul Desa Tosari dak bisa lepas dari sejarah/legenda Tengger,
karena memang pada dasarnya Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan
berada di daerah Pegunungan Tengger.
Pada zaman dahulu ada sebuah hutan yang ada di Daerah Tengger, hutan tersebut
sangat lebat, kemudian ada di salah seorang (Maaf namanya sudah tidak diketahui lagi)
yang ingin membuka atau membabat hutan tersebut dengan tujuan untuk ditanami dan
dijadikan kebun kopi (pada zaman sesudah V.O.C). Kemudian penduduk daerah
setempat mengetahui ada sebuah mata air (sungai) yang sangat jernih, yang tentunya
sungai tersebut sangat berguna bagi penduduk di sekitarnya untuk pertanian.
Akhirnya dengan keadaan yang demikian, tempat itu oleh penduduk disebut dengan
istilah TOYOKOYO yang artinya air yang dapat menghasilkan kekayaan, karena
nama tersebut dirasa kurang sesuai kemudian dirubah menjadi TOYOSARI yang
maksudnya : Air yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Kemudian nama
TOYOSARI diubah menjadi Tosari.
Itulah kejadian atau sejarah/legenda singkat tentang terjadinya nama Tosari
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan penduduk Desa Tosari yang
semula dihuni oleh beberapa orang, semakain hari semakin bertambah penghuninya
dan akhirnya terbentuklah suatu kemunitas/masyarakat, sehingga muncul ide-ide
bahwa dengan semakin banyaknya masyarakat perlu adanya pemimpin (Kepolo) atau
pengurus (Pemerintahan) yang bisa mengatur dan mengendalikan masyarakat tersebut
agar dapat mencapai kehidupan yang layak dan aman.
Hari berganti hari bulan berganti bulan dan tahun pun berganti tahun Desa Tosari
Tokoh-Tokoh yang pernah menjabat sebagai Pimpinan/Kepala Desa adalah
sebagai berikut :
1. Bapak Brahim menjabat pada tahun 1920 s/d 1924
2. Bapak Kerto Sastro Pani menjabat pada tahun 1925 s/d 1927
3. Bapak Joyodiwiryo menjabat pada tahun 1928 s/d 1932
4. Bapak Kadar menjabat pada tahun 1933 s/d 1934
5. Bapak Prastowo menjabat pada tahun 1935 s/d 1940
6. Bapak Pingik menjabat pada tahun 1941 s/d 1942
7. Bapak Katarik menjabat pada tahun 1943 s/d 1944
8. Dijabat oleh Sekretaris Desa (Carik).. pada tahun 1945 s/d 1949.
9. Bapak Katarik diangkat kembali pada tahun 1950 s/d 1975
10. Bapak Sugiharto menjabat pada tahun 1976 s/d 1979
11. Bapak Marsikan Atmorejo (Marsikan Atmosarirejo) menjabat pada tahun 1980
s/d 1999
12. Bapak Achmad Subur S.H menjabat pada tahun 2000 s/d 2003
13. Bapak H. Iskandar menjabat pada tahun 2004 s/d Sekarang.
Kepala Desa dalam mengatur dan mengendalikan Pemerintahanya dibantu oleh
Pamong Desa (Perangkat Desa) dan Tokoh-Tokoh masyarakat disamping anggota
masyarakat itu sendiri serta Peran serta juga partisipasi mesyarakat Desa Tosari yang
sangat besar dalam pembangunan di segala bidang maka Desa Tosari tampak makmur,
aman, rukun dan tentram.
ASAL MULA NAMA PASURUAN
Oleh: Imron Rosidi
Dahulu kala, lahirlah seorang anak yang bernama Untung Suropati. Dia dilahirkan dari seorang ibu
yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Nama Untung Suropati merupakan nama pemberian neneknya. Nama
itu
memiliki
maksud
agar
putranya
selalu
beruntung
selama
hidupnya.
Sejak Untung Suropati berumur 15 tahun, ibunya meninggal dunia dan dia menjadi anak angkat
Belanda. Meskipun begitu, Untung Suropati sangat membenci Belanda, tetapi dia tidak mengungkapkan secara
langsung
kepada
orang
tua
angkatnya.
Waktu terus berjalan. Untung mulai berani melawan Belanda beserta pasukannya. Atas keberanian
tersebut, Untung Suropati harus masuk penjara di Batavia (yang sekarang menjadi Jakarta). Selama Untung
Suropati berada dalam penjara, kebenciannya terhadap Belanda meluap-luap. Oleh sebab itu, Untung selalu
berusaha menyadarkan rakyat Indonesia yang sama-sama berada di penjara untuk bersatu melawan Belanda.
Ternyata,
seluruh
penghuni
penjara
sepakat
untuk
mendukung
keinginan
Untung
Suropati.
Untung Suropati beserta kawan-kawannya yang berada di penjara setiap hari memikirkan dan mengatur
strategi agar bisa keluar dari penjara. Setelah semua diatur sebaik mungkin, Untung mulai beraksi. Untung dan
semua pengikutnya bersiap melarikan diri dari penjara.
Bagaimana keadaan di luar? bisik Untung kepada penghuni penjara yang dekat pintu keluar.
Aman, jawab salah seorang tahanan lainnya
Untung menggedor-gedor pintu penjara. Penghuni penjara lainnya mengikuti sehingga suasana gaduh.
Dua sipir penjara bergegas membuka pintu penjara tempat Untung berada. Pada saat itulah dua sipir berhasil
dilumpuhkan. Diambilnya kunci penjara yang berada di pinggang sipir. Setiap orang Belanda yang dijumpai
dilumpuhkannya. Untung Suropati dan semua penghuni penjara melarikan diri ke Mataram yang letaknya
cukup jauh dari penjara itu. Selama dalam perjalanan menuju ke Mataram, mereka terus memikirkan apa yang
akan
dilakukan
selanjutnya
untuk
melawan
Belanda.
Mengetahui Untung sudah melarikan diri bersama-sama penghuni penjara lainnya, Komandan pasukan
Belanda sangat marah. Semua pasukan dikerahkan untuk mengejar Untung Suropati dan kawan-kawannya.
Tangkap
Untung
hidup
atau
mati,
perintah
komandan
pasukan
Belanda
Semua pasukan Belanda ditugaskan untuk mencari tahu keberadaan Untung Suropati. Untung Suropati dan
kawan-kawannya merasa di Mataram bukan tempat yang cocok untuk melarika diri. Untung beserta
pengikutnya terus bergerak, yang sampai akhirnya menemukan sebuah daerah yang selama ini mereka cari. Di
daerah ini banyak orang yang mendukung sepak terjang Untung Suropati. Mereka mendirikan tempat
persembunyian yang kokoh dan kuat sebagai tempat tinggal Untung Suropati dan kawan-kawannya. Benteng
itu berpagar hutan bambu yang lebat bahkan sukar ditembus oleh manusia sekali pun. Dari situlah Untung
Suropati menyusun kekuatan dan strategi melawan Belanda. Mereka mulai mengumpulkan semua peralatan
perang, seperti senjata, pedang, keris, dan tombak yang dipersiapkan untuk melawan Belanda.
Belanda terus berusaha mencari tempat persembunyian Untung Suropati. Tentara dan mata-mata
Belanda disebar ke seluruh pelosok untuk mencari dan menemukan tempat persembunyian Untung. Akhirnya
tercium juga tempat persembunyian Untung Suropati. Belanda mengerahkan semua pasukannya menuju ke
daerah Timur untuk menggempur Untung Suropati dan kawan-kawannya. Setelah menempuh perjalanan yang
cukup lama dan melelahkan, sampailah pasukan Belanda di dekat tempat persembunyian Untung Suropati dan
kawan-kawannya. Hanya saja, Belanda merasa kesulitan untuk mendekati tempat persembunyian Untung.
Belanda
tidak
sanggup
menembus
hutan
bambu
yang
lebat.
Belanda dan pasukannya bertambah kebingungan. Setiap ditanya, tak satu pun orang yang mau
menjawab tentang tempat persembunyian Untung Suropati. Mereka selalu diam kalau ditanya. Mereka lebih
memilih menghindar dari pasukan Belanda. Kalaupun mereka mau membantu, itu pun karena mereka diancam
hendak dibunuh. Bahkan, ibu-ibu tua pun yang tidak mengerti apa-apa harus dibunuh karena tidak mau
menunjukkan
persembunyian
Untung.
Belanda kehabisan akal. Sudah berbulan-bulan berada di daerah itu, tetapi sia-sia. Pimpinan pasukan
Belanda memutuskan untuk menyebarkan uang logam di hutan bambu untuk menemukan Untung Suropati.
Disiapkanlah
berkarung-karung
keping
uang
logam.
Belanda mengumumkan kepada seluruh rakyat bahwa di hutan bambu itu akan disebar berkarungkarung keping uang logam. Ternyata Belanda benar-benar melakukannya. Pada hari yang telah ditentukan oleh
Belanda, semua rakyat mulai berbondong-bondong menuju ke tempat yang sudah ditentukan oleh Belanda.
Beribu-ribu keping uang logam ditaburkan di seluruh hutan bambu itu. Di setiap sudut mata memandang, di
situ
terlihat
keping
uang
logam
yang
memancarkan
cahaya
terkena
sinar
mentari.
Masyarakat belum berani mengambil uang logam itu. Mereka takut dengan pasukan Belanda yang
berjaga-jaga. Hutan yang penuh dengan keping uang logam itu mulai menjadi bahan pembicaraan. Di sudutsudut desa, di warung-warung, semua membicarakan tempat yang mirip pasar uang itu. Mereka belum tahu
maksud
Belanda
menyebarkan
beribu-ribu
keping
uang
logam
di
hutan
itu.
Beberapa masyarakat mulai timbul niat untuk bisa memiliki uang logam itu. Salah seorang
memberanikan diri bertanya kepada salah satu prajurit Belanda.
Maaf Menir, bolehkah saya mengambil uang logam itu, tanya Pak Tua yang terlihat gemetaran.
Apa
Anu,
katamu?kata
Menir.
prajurit
Uang
itu
berpura-pura
itu
aku
tidak
mendengar
ambil
ya?
Hem , ya, silakan. Tapi, kamu babat dulu hutan bambu itu, kata prajurit itu dengan suara lantang.
Tanpa berpikir panjang, Pak tua mengambil sabit di rumahnya. Masyarakat berbondong-bondong
mengikuti langkah Pak Tua. Mereka berebut menebang hutan bambu untuk mendapatkan uang logam yang
telah disebar Belanda. Mereka dengan mudah mendapatkan uang logam itu. Sampai akhirnya, tempat
persembunyian Untung Suropati ditemukan pasukan Belanda. Untung beserta pasukannya tertangkap. Orangorang yang mengambil uang logam dan membabat hutan juga ikut ditangkap.
Tempat yang dikenal sebagai pasar uang itu akhirnya terus dikenang warga. Sejalan dengan perjalanan
waktu, bekas hutan bambu tersebut selanjutnya berubah nama menjadi Pasuruan yang sekarang menjadi
salah satu nama kota di Jawa Timur, sedangkan nama Untung Suropati menjadi nama jalan dan sebuah sekolah
yang ada di Pasuruan.