Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Industri farmasi merupakan industri yang keberadaannya diatur secara
ketat oleh pemerintah melalui BPOM karena perannya yang tidak lepas dari
dunia kesehatan. Di Indonesia sendiri Industri farmasi merupakan salah satu
industri yang berkembang cukup pesat dengan pasar yang juga terus
berkembang. Berdasarkan data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) pertumbuhan industri farmasi di Indonesia rata-rata mencapau 13% per
tahun selama tahun 2006-2011, sedangakan total angka penjualan dari sektor
farmasi pada tahun 2010 sebesar Rp 38,5 triliun dan meningkat menjadi Rp 43,1
triliun pada tahun 2011.
Sebagai salah satu industri penting yang berkaitan erat dengan dunia
kesehatan, ada banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia
dalam rangka menyokong dan meningkatkan kualitas dari industri farmasi
tersebut. Diantaranya melalui pasal 171 (1) UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan
dimana belanja pemerintah minimal harus 5% dari total anggaran untuk
keperluan konsumsi farmasi dan kesehatan masayarakat Indonesia, hal tersebut
dimaksudkan untuk turut membantu pertumbuhan ekonomi industri farmasi di
Indonesia. Dari segi kualitas secara berkala pemerintah melalui BPOM telah
mengeluarkan regulasi mengenai Cara Pembuatan Obat yang Baik atau CPOB,
dimana melalui regulasi ini, industri farmasi dituntut untuk memiliki standar
minimal baku yang secara tidak langsung meningkatkan kualitas perusahaan
maupun produk yang dihasilkan. Indonesia sendiri saat ini berlaku Pedoman
CPOB 2012 yang disertai dengan petunjuk operasional pelaksanaannya (POPP
CPOB 2012), dimana regulasinya diatur dalam Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No HK.03.1.33.12.12.8195
tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
1

Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2012, jumlah perusahan


farmasi di Indonesia saat ini mencapai 206 perusahaan, sebanyak 39 diantaranya
merupakan perusahaan multinasional. PT. Sanbe Farma merupakan salah satu
group perusahaan farmasi multinasional di Indonesia yang melaksanakan
pengembangan formulasi, produksi dan penjualan produk obat yang aman dan
berkualitas tinggi. Sanbe Farma secara resmi didirikan pada tanggal 28 Juni 1974
oleh Drs. Jahja Santoso, Apt. Pada tahun 1975 pabrik pertama yang terletak di Jl.
Kejaksaan no.35 Bandung mulai melakukan produksi sebagai industri rumah
tangga (home industry) dengan jumlah karyawan hanya 4 orang termasuk Bapak
Jahja Santoso. Produk pertama yang diproduksi adalah Kapsul Colsancetine.
Pada tahun 1980, PT. Sanbe Farma berpindah lokasi ke Jl. Industri 1 no.9
Cimahi, bangunan ini dikenal dengan PT. Sanbe Farma Unit I dan mulai
memproduksi produk non penisilin, non sefalosporin, hormon, dan obat hewan
(veterinary) pada tahun 1982.
I.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Bagaiamana sejarah dan sistem produksi PT Sanbe Farma?


Bagaiamana sasarn pemasaran PT Sanbe Farma?
Apa saja visi dan misi PT Sanbe Farma?
Bagaimana dekripsi kerja PT Sanbe Farma?
Apa saja ancaman dan peluang dalam pemasaran produk Sanbe Farma?

I.3 Tujuan Makalah


1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui sejarah dan sistem produksi PT Sanbe Farma


Untuk mengetahui sasaran pemasaran PT Sanbe Farma
Untuk mengetahui visi dan misi PT Sanbe Farma
Untuk mengetahui dekripsi kerja PT Sanbe Farma
Untuk mengetahui ancaman dan peluang dalam pemasaran produk Sanbe
Farma

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sejarah PT Sanbe Farma

PT. Sanbe Farma secara resmi didirikan pada tanggal 28 Juni 1975
oleh Drs. Jahja Santoso, Apt. Pabrik pertama di Jl. Kejaksaan no.35 Bandung,
mulai melakukan produksi sebagai industri rumah tangga (home industries)
dengan jumlah karyawan hanya 3 orang. Produk pertama diproduksi adalah
Kapsul Colsancetine.
Memasuki tahun 1992, Sanbe Farma mulai memproduksi obat-obatan
Over The Counter (OTC) salah satunya adalah Sanaflu. Setelah tiga puluh tahun,
Sanbe Farma menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dan menurut IMS
report tahun 2007. Sanbe Farma menempati posisi teratas dari 205 industri
farmasi, termasuk 41 industri multinasional di Indonesia. Dari lima belas produk
ethical yang diresepkan di Indonesia, empat produk berasal dari Sanbe Farma.
Jangkauan pasar Sanbe Farma mencakup lebih dari 60.000 dokter yang
dilayani oleh 1.000 medical representatif, melalui jaringan distributor yang terdiri
dari 1.100 sales, 35 cabang, 60 sub depot, dan industri dengan 8000 personel.
Seluruh fasilitas di Indonesia sesuai dengan cGMP Indonesia untuk pabrik
farmasi dan sesuai dengan Standar Internasional.
Sanbe Farma mempunyai 22 pusat distribusi di seluruh Indonesia.
Seluruh produk Sanbe Farma dipasarkan melalui distributor tunggalnya, PT Bina
San Prima. Dengan demikian, distribusi produk dapat terkoordinasi dengan baik.
Untuk meningkatkan peran sertanya dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada

masyarakat,

Sanbe

Farma

juga

mendirikan

Santosa

Bandung

International Hospital.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu kesehatan dan bioteknologi,
Sanbe Farma saat ini juga mengembangkan obat-obat modern berbasis
bioteknologi seperti vaksin, protein, dan hormon. Seluruh kegiatan operasional
Sanbe Farma dilaksanakan oleh tiga unit pabrik. Unit I dan II terletak di
Kawasan Industri Leuwigajah sedangkan Unit III berada di Kawasan Industri
Cimareme. Unit I memproduksi sediaan padat, semipadat, dan cair (nonantibiotik). Unit II memproduksi sediaan -laktam (derivat penisilin) dan
3

sefalosporin, sedangkan Unit III memproduksi sediaan steril yaitu infus, injeksi,
tetes mata, salep mata, dry injection, dan hemodialisa serta produksi fat.
Selain memproduksi produk sendiri, Sanbe Farma juga memproduksi
obat ethical dengan lisensi dari perusahaan lain. Beberapa perusahaan asing
yang memberikan lisensi ke Sanbe Farma diantaranya : (1) A.Menarini (Italia).
Produknya antara lain Damaben, Dilmen, dan Rhetoflam 2,5%. (2) Dr. Winzer
(Jerman). Produknya antara lain Betam-Ophtal, Crom-Ophtal, Tim-Ophtal 0,5%,
0,25%, dan Betagentam. (3) Zambeletti (Italia). Produknya adalah Urotractin.
Sanbe juga memproduksi beberapa macam obat antikanker (oncology).
Perusahaan ini adalah yang pertama membuat di rumah sendiri. Sebelumnya,
perusahaan lainnya mengimpor dari perusahaan asing (China, India, atau Eropa).
Misal PT Ferron ambil dari Ebewe dan Dr. Redish, Kalbe ambil dari China.
Perusahaan lain yang masih impor produk onkonya adalah Novel, Combiphar,
dan Tempo Scan.Namun, trend saat ini pada ngikuti Sanbe misal Dexa Medica
lagi bikin plant Onko juga. Investasi di lini produk ini sungguh menguntungkan
karena harga obatnya mahal, masih jarang, dan banyak dibutuhkan.
Obat lini onkologi Sanbe yaitu Doxetasan (docetaxel), Getanosan
(gemcitabine), Rasteo (vikristin), Romisan (irinotecan), Rubisandin (epirubicin
HCl), Sanbelat (bleomisin), Sandobicin (doksorubisin), Sanotrexat (metotreksat),
Sanroxa (oxaliplatin), Santotaxel (paclitaxel) (Upss, seperti biasa merek obat
Sanbe pasti ada kata SAN nya).
PT Sanbe Farma Sterile Preparation Plant (Unit III) yang berlokasi di
Jl. Industri Cimareme No.8 Padalarang merupakan unit Sanbe Farma yang
menempati lahan seluas 2,9 hektar ini menggunakan teknologi terbaru yang
dikhususkan untuk produksi dan pengemasan sediaan steril. Pembangunan unit
III dimulai tahun 2000 dan selesai pada Desember 2004. Peluncuran produk baru

unit III dilaksanakan pada bulan Oktober 2005, dan peresmian unit III dilakukan
pada 4 November 2006 oleh Menteri KesehatanRI.
Produk yang diproduksi oleh unit III digolongkan menjadi dua yaitu
produk Small Volume Parenteral (SVP) meliputi ampul, infus botol, tetes mata,
salep mata, dan dry injection dan produk Large Volume Parenteral (LVP)
meliputi sediaan infus dalam kemasan soft bag dan larutan hemodialisa.
Produksinya dilakukan melalui proses aseptis dan terminal sterilization. Produk
digunakan untuk mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor.
Sanbe Farma telah disertifikasi oleh Badan POM dan Badan
Internasional (Sertifikat dari HSA, Singapura). Sertifikat CPOB dan Badan POM
untuk sediaan infus antibiotik, infus non antibiotik, sediaan injection, sediaan dry
injection, sediaan sterile eye drops, sediaan sterile eye ointment antibiotic,
sediaan sterile eye ointment non antibiotic.

II.2 Sistem Produksi PT. Sanbe Farma


Sistem produksi PT. Sanbe Farma Unit 1 buiding B yang menggunakan
vertical flow technology closed system. Vertical closed system merupakan sistem
produksi vertikal yang dilakukan secara tertutup dimana proses produksi
dilakukan dengan memanfaatkan gaya grafitasi. Metode ini dilakukan di Unit 1
building B karena bentuk bangunannya yang memungkinkan metode tersebut
untuk dilakukan (3 lantai) dan produksinya pun besar sehingga efisiensi tenaga
dapat tercapai. Keuntungan sistem ini diantaranya dapat meminimalkan
terjadinya kontaminasi silang, bets dapat dibuat dalam kapasitas besar, efisiensi
dari segi waktu, tenaga, tempat maupun energi.

Pabrik unit 1 Sanbe memproduksi produk non beta laktam, non


sefalosporin dan obat hewan. Pembahasan kali ini hanya akan membahas
mengenai sistem produksi tablet secara umum tanpa memperhatikan kandungan
obat tersebut.
Unit 1 ini terdiri dari 3 lantai, lantai 3 untuk proses formulasi, granulasi
dan mixing, lantai 2 untuk proses pencetakan, penyalutan, dan filling, sedangkan
lantai 1 untuk proses pengemasan. Sistem produksi yang akan dibahas dibedakan
berdasarkan proses yang terjadi di setiap lantai.
1. Lantai 3
Bahan awal yang telah lolos uji oleh QC dan telah ditimbang oleh PPIC
kemudian di bawa ke lantai 3 dari lantai satu melalui sistem 2 pintu. Pembawa
bahan awal membawa bahan awal ke ruangan di antara dua pintu tersebut,
kemudian petugas dari dalam bagian produksi akan mengambilnya dari pintu
yang lain. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi daerah
produksi oleh daerah luar. Kemudian dilakukan proses penimbangan ulang oleh
supervisor produksi di ruang penimbangan yang ada di lantai 3 untuk
memastikan bahwa jumlahnya sudah tepat. Bahan baku yang ditimbang biasanya
untuk 1 minggu proses produksi, setiap bahan dikemas di dalam plastik yang
kemudian dipisahkan kedalam tong-tong plastik yang berbeda untuk setiap
formulasi. Setelah penimbangan bahan awal tersebut diberi label yang berisi
keterangan bahan, nama produk beserta nomor batch-nya yang ditempelkan
dibagian luar tong.
Setiap paket bahan untuk setiap formulasi obat yang akan dibuat
kemudian di bawa ke ruangan sebelahnya untuk dilakukan proses mixing dan
granulasi. Mixer terbesar yang digunakan berupa Collette Grall dengan
kapasistas sekitar 6000L dan biasanya digunakan untuk mencapur 200kg bahan.
Proses granulasi kering dilakukan dengan pengering FBD Glatt & huttlin sebagai
pengering. Mesin pencampur dan granulasi tersebut memiliki parameter
operasional yang kritis seperti suhu (20-27c), kelembaban (20%) dan tekanan
6

(5-15) yang dalam setiap proses pencampuran dicantumkan pada catatan


pengolahan batch serta dipantau selama proses berlangsung oleh pengawas.
Kawasan lantai 3 ini merupakan kawasan grey area.
Hasil granul atau pencampuran yang telah terbentuk kemudian akan dicek
kadarnya secara berkala oleh QC bagian produksi barang-barang WIP (work in
process) tersebut kemudian dimasukan ke dropper filling sebagai line transfer
dan ditransfer ke lantai 2 untuk menjalani proses selanjutnya.
2. Lantai 2
Dropper filling dari lantai 3 tersambung dengan mesin cetak yang ada di
lantai 2, sehingga bahan WIP tersebut bisa langsung terproses tanpa perlu
pemindahan manual yang memungkinkan terjadinya kontaminasi langsung
maupun silang. Mensin cetak tab let yang digunakan berupa Manesty dengan
berbagai macam tipe yang dilengkapi dengan metal detector untuk mencegah
adanya logam yang terbawa. Setiap mesin setidaknya memiliki satu
cadangannya, sehingga jika salah satu mesin rusak atau sedang dibersihkan maka
ada mesin lain yang dapat menggantikan, Tablet yang telah terbentuk kemudian
diambil sebagian oleh QC untuk dicek. Produk yang ditolak ditempatkan pada
wadah tersendiri, ditempel label DITOLAK pada posisi yang mudah dilihat
dan penyimpanannya dipisahkan dari yang lainnya.
Untuk bentuk sediaan tablet salut memiliki ruangannnya sendiri, jadi
setiap mesin diberi ruangan sendiri-sendiri dan setiap ruangan maksimal di
operasikan oleh 2 orang. Untuk tablet salut film, larutan penyalut di semprotkan
dari atas mesin yang kemudian dialiri udara kering. Alat penyalut yang
digunakan adalah Accelacota 50. Sementara untuk tablet salut gula cara yang
digunakan masih manual dilakukan oleh manusia.
Tablet yang telah dicetak dan di acc oleh QC kemudian ditranfer ke
ruangan pengemasan primer. Pengemasan/striping dilakukan menggunakan alat
Siebler dan bahan yang digunakan untuk striping adalah poliselonium yang
terdiri dari sisi depan berupa selopan (tempat penulisan merek obat) dan sisi
7

belakang berupa alumuniun yang kemudian kedua sisi tersebut ditempel


menggunakan polietilen. Tablet yang masih menunggu proses striping di simpan
di tempat penyimpanan khusus barang WIP di lantai 2. Kawasan lantai 2 ini
merupakan kawasan grey area.
Hasil pengemasan primer ini kemudian di transfer kebawah (lantai 1)
melalui pipa line transfer untuk kemudian dilakukan pengemasan sekunder.
3. Lantai 1
Kegiatan pengemasan di PT. Sanbe Farma dilakukan dengan pengawasan
ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas barang yang sudah dikemas.
Sebelum digunakan untuk mengemas, bahan pengemas diperiksan dan di diberi
cap (seperti tanggal kadaluarsa) terlebih dahulu oleh pengawas diruang yang
berbeda.
Strip-strip berisi tablet yang di dropping dari lantai 2 akan keluar melalui
jalur line transfer yang langsung tersambung dengan mesin pengemas
(pemindahan dilakukan dalam sistem tertutup melalui saluran-saluran antar
mesin). Ada 3 jenis pengemasan yang dilakukan yaitu folding box (berupa box
untuk mengemas beberapa strip), catch sopper (pengemas berbentuk kertas
mengkilap seperti pengemasan tablet obat flu, contoh : sanaflu), dan master box
(berupa karton yang siap dikirim ke gudang obat jadi).
Dalam tahap pengemasan ini, unit 1 sanbe memiliki 12 line pengemasan
untuk seluruh produk obat mereka, tablet, sirup maupun kapsul. Seluruh proses
diawasi dan dilaksanakan black area terkontrol.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, proses produksi di unit 1 Sanbe
Farma sesuai dengan CPOB yang kami pelajari dalam perkuliahan. Seperti dari
segi bangunan, sanitasi, hygine, proses produksi, semuanya sesuai dan terkontrol
dengan baik.
II.3 Visi dan Misi Perusahaan

PT. Sanbe Farma yang bermotokan Where Quality Counts terus menerus
meningkatkan nilai lebih tinggi bagi konsumen dalam hal kualitas dan
ketersediaan obat.
a. Visi Perusahaan
Visi PT. Sanbe Farma adalah perusahaan berbasis inovatif dan teknologi
sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi dunia.
b. Misi Perusahaan
Misi PT. Sanbe Farma adalah menjadi perusahaan farmasi yang terunggul
dalam inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi farmasi serta medis.
II.4. Deskripsi Kerja

Berdasarkan struktur organisasi, maka dapat diuraikan mengenai fungsi dan


tugas masing-masing bagian. Berikut adalah fungsi dan tugas dari masingmasing bagian yang terlibat pada PT. Sanbe Farma :
1. Direktur Utama
Tugas dan fungsi dari Direktur Utama, yaitu:
a. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh kegiatan perusahaan.
b. Membentuk susunan organisasi dan menunjuk karyawan.
c. Melakukan pengolahan data, analisis dan evaluasi hasil usaha dalam
rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna milik perusahaan.

10

d. Mengangkat dan memberhentikan karyawan.


e. Mengadakan hubungan dengan pihak luar terutama mengenai hal-hal
yang

menyangkut

kebijaksanaan

pengembangan

perusahaan

dan

kebijaksanaan yang bersifat umum.


2. Quality Assurance
Tugas dan fungsi dari Quality Assurance, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Mengusulkan pelatihan-pelatihan sistem manajemen mutu.


Mengkoordinir penyusunan dokumen sistem mutu.
Meninjau seluruh dokumen sistem mutu.
Mengkoordinir pelaksanaan kampanye mutu/kesadaran tentang sistem

manajemen mutu.
e. Meninjau dokumen sistem mutu minimal 1 tahun sekali dan
merencanakan penyempurnaan secara bertahap.
f. Mengusulkan jadwal rapat tinjauan manajemen kepada Kepala Direktur
menetapkan agenda-agenda rapat dan bertindak sebagai notulis pada rapat
tinjauan manajemen.
g. Menyusun jadwal audit mutu internal dan mengatur penugasan tim audit
(audit mutu internal dilaksanakan minimal 6 bulan sekali atau lebih sering
sesuai dengan tipe aktivitas yang harus di audit dan dengan
mempertimbangkan hasil audit sebelumnya).
h. Menganalisis rangkuman hasil audit dan melakukan tindak lanjut agar
pada periode audit berikutnya dicapai implementasi sistem yang lebih
efektif.
i. Menganalisis rangkuman dari hasil pengukuran quality objective dari
seluruh unit kerja dan mengusulkan tindakan perbaikan dan pencegahan.
j. Melakukan tindak lanjut terhadap hasil audit oleh lembaga sertifikasi
sistem mutu setiap 6 bulan.
3. Divisi Sumber Daya Manusia
Tugas dan fungsi dari Divisi Sumber Daya Manusia, yaitu:
a. Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan pemberdayaan pegawai
(man power planning), sesuai kebutuhan Perusahaan.
b. Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan dan
pengembangan pegawai.

11

c. Mengkoordinasikan perumusan sistem dan kebijakan imbal jasa pegawai


dengan mempertimbangkan "internal/external equity".
d. Menyelenggarakan Sistem Informasi SDM dalam suatu database
kepegawaian.
e. Melakukan kajian dan evaluasi terhadap efektifitas program dan
kontribusi peraturan bagi perkembangan Perusahaan.
f. Mengevaluasi Hasil penilaian kinerja seluruh Pegawai yang telah
dilaksanakan bersama para atasan langsung.
g. Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan kebersihan gedung,
halaman, taman, dan lapangan parker kantor pusat serta kantor Divisi
Keamanan.
h. Menyelenggarakan kebijakan pengadaan barang dan jasa sesuai
kebutuhan perusahaan.
i. Menyelenggarakan administrasi,

penempatan,

penyimpanan

dan

penggunaan peralatan, inventaris, fasilitas kantor.


j. Menyediakan perlengkapan dan peralatan kerja yang diperlukan kantor
pusat

atau

perusahaan

(komputer,

kendaraan

dinas,

kendaraan

operasional).
4. Bagian Sekretariat
Tugas dan fungsi dari Bagian Sekretariat, yaitu:
a. Pelaksanaan koordinasi perencanaan program, anggaran dan laporan
perusahaan.
b. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan.
c. Pengelolaan administrasi kepegawaian.
d. Pengelolaan surat menyurat, dokumentasi, rumah tangga perusahaan,
kearsipan dan perpustakaan.
e. Pemeliharaan rutin gedung dan perlengkapan/peralatan kantor.
f. Memberikan peringatan dini/awal kepada Direktur Utama atas potensi
masalah yang mungkin akan timbul akibat tidak dilaksanakannya
kebijakan perusahaan.
g. Membina hubungan dengan Instansi dari Luar Perusahaan agar diperoleh
informasi lebih dini tentang perkembangan Internal Audit Standard yang
berlaku.
5. Manajer Keuangan

12

Tugas dan fungsi dari Manajer Keuangan, yaitu:


a.
b.
c.
d.
e.

Mengurus keuangan dalam perusahaan.


Mengeluarkan dana untuk keperluan perusahaan.
Memeriksa laporan tahunan anggaran keuangan perusahaan.
Melaksanakan kegiatan dan pengawasan administrasi dan keuangan.
Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan pengembangan personil

secara profesional.
f. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pekerjaan setiap

bagian

bidang usaha yang dipimpin.


g. Melaporkan kegiatan dan hasil kerja secara berkala dan memberikan usul
kepada pihak terkait.
6. Manajer Pemasaran
Tugas dan fungsi dari Manajer Pemasaran, yaitu:
a. Melaksanakan kegiatan pemasaran terhadap produk yang ada di
perusahaan.
b. Menghimpun dan mengolah data tentang banyaknya konsumen
perusahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
c. Melaporkan kegiatan dan hasil kerja secara berkala dan memberikan usul
kepada pihak yang terkait.
7. Manajer Produksi
Tugas dan fungsi dari Manajer Produksi, yaitu:
a. Membuat rencana kegiatan produksi sesuai dengan informasi dari
Manajer Pemasaran.
b. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil pekerjaan.
8. Kepala Bagian Sekuriti
Tugas dan fungsi dari Kepala Bagian Sekuriti, yaitu:
a. Menjaga dan mengawasi seluruh keamanan diperusahaan
b. Memberi perintah kepada pegawai sekuriti
c. Menerima laporan keamanan dari pegawai sekuriti dibawahnya
9. Pegawai Bagian Sekuriti
Tugas dan fungsi dari Pegawai Bagian Sekuriti, yaitu:
a. Bertugas menjaga kemanan diperusahaan
b. Menerima perintah dari kepala keamanan
c. Membuat laporan keamanan untuk kepala keamanan.

13

II.5. Ancaman dan Peluang Pemasaran

1. Opportunity/Peluang
a. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat per
kapita.
b. Sanbe Farma memiliki International Operations di 12 negara. Dengan
demikian, kesempatan Sanbe Farma untuk menjadi pemain global
semakin terbuka lebar.
c. 12 Januari 2006, Sanbe Farma meresmikan pabrik infus steril kemasan
softbag pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Dibukanya
Santosa Bandung International Hospital. RS ini akan menjadi rumah
sakit pertama untuk pendistribusian Infus dan beberapa produk baru
Sanbe Farma lainnya. Infus menyasar pasar menegah ke atas. Dengan
semakin bertumbuh suburnya rumah sakit mewah (Brawijaya Woman
and Children Hospital, Siloam Geneagles, Medikaloka Health Care),
Produk Sanbe Farma ini akan dengan mudah diserap olah pasar.
d. Sanbe Farma Mendirikan San-Clin-Eq, sebuah lembaga pengujian
BA/BE, dengan peluang pasar yang menjanjikan dan jumlah pemain
yang masih lenggang, peluang San-Clin-Eq bersaing di industri
pengujian BA/BE masih sangat besar.
2. Treath/Ancaman
a. Persaingan pasar produk infus sangat ketat, karena pasar produk infus
dikuasai oleh Otsuka. Hal tersebut merupakan tantangan bagi sanbe untuk
bisa merebut pasar infus di Indonesia. Sanbe harus menerapkan
manajemen SDM yang professional sehingga dapat menjamin adanya
regenerasi yang akhirnya diharapkan tetap bisa mempertahankan sanbe
sebagai perusahaan farmasi no 1 di Indonesia.

14

b. Banyaknya medrep dari perusahaan farmasi lain yang kemampuannya


tidak bisa diabaikan sehingga sanbe perlu meningkatkan kembali kinerja
personal selling (medical representative)
c. Menjamin bahwa produk me-too yang dipasarkan oleh Sanbe telah
melewati uji BA/BE, mengingat pada tahun 2008 semua produk me-too
harus memenuhi syarat BA/BE dan tidak hanya diberi logo atau dibubuhi
merk dagang. Dengan demikian, Sanbe bisa tetap bersaing dengan
originator (korporasi multinasional pemegang paten awal) maupun
pesaing lokal. Masa kini, sebagian masyarakat Indonesia mulai beralih
menggunakan produk herbal. Oleh karena itu, sanbe perlu melakukan
inovasi produk dengan berusaha memproduksi obat-obat herbal.
d. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat Indonesia
menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi
nasional terutama untuk pasar lokal.
e. Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar
internasional akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis
farmasi.
II.6. Tujuan Pemasaran
a. Untuk mempertahankan konsumen agar tetap loyal dengan produknya
b. Untuk memperbesar cakupan volume penjualan produknya
II.7. Sasaran Pemasaran
Sanbe Farma mempunyai 22 pusat distribusi di seluruh Indonesia. Seluruh
produk Sanbe Farma dipasarkan melalui distributor tunggalnya, PT Bina San Prima.
Dengan demikian, distribusi produk dapat terkoordinasi dengan baik. Untuk
meningkatkan peran sertanya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, Sanbe Farma juga mendirikan Santosa Bandung International Hospital.
Sukses memasarkan obat untuk manusia, pada 1985 Sanbe mulai
memproduksi obat-batan untuk hewan, terutama ternak (dari unggas sampai kambing,

15

domba, babi, dan sapi, bahkan kuda). Divisi Veteriner Sanbe ini berkembang cukup
baik. Buktinya, mereka kemudian mampu melebarkan sayap ke obat-obatan untuk
sektor perikanan dengan meluncurkan tiga produk akuatik. Bersifat B to B,
pemasaran obat hewan tentu memberikan tantangan tersendiri bagi mereka.
Memasuki 1987, Sanbe sudah berhasil merebut kepercayaan dunia luar. Pada
tahun itu mereka meneken kerja sama Internasionalnya yang pertama dengan
Zambeleti/Eurodrugs. Lalu, dua tahun kemudian, mendapatkan lisensi untuk
memproduksi dan memasarkan obat-obatan dari dari Menarini, salah satu perusahaan
farmasi tertua di Italia (yang pada 2003 membukukan nilai penjualan US$ 2,32
milyar).
Kerja sama dengan Menarini yang terkenal dengan produk-produk uji glukosa
dan urine itu membukakan Sanbe pintu untuk memasuki pasar produk diagnostik.
Kerja sama internasional lainnya yang dilakukan kemudian membawa Sanbe ke
bisnis-bisnis lain yang masih terkait dengan kesehatan, termasuk produksi dan
pemasaran Optalmologik (Sanbe Vision), Dermatologik (Sanbe Skin Care),
Bioteknologi (Sanbe Biotech and Reserach Centre). Mereka juga melakukan kegiatan
ekspor, walau belum besar, ke beberapa negara Asia (terutama Asia Tenggara) dan
Afrika.
Karena pasar telah didominasi pesaing yang menguasai sampai 80% pangsa,
Sanbe harus menawarkan sesuatu yang baru. Menanamkan investasi US$ 25 juta,
mereka mendatangkan teknologi canggih dari Prancis. Sistem sterilisasi yang
digunakan pun dipilih yang beda, demikian pula kemasan produknya yang tahan
panas.

Pemasaran produk Sanbe

16

Produk Sanbe di Tengah Produk Sejenis


Jenis Obat

Merek

Amoxycillin

100 tablet)
Generik (Indofarma) Rp 40.340

tablet 500mg

Amoxil (originator) Rp 313.390 tergolong murah di


Amoxsan (Sanbe)

Harga (per

Keterangan
Produk Sanbe

Rp 240.000 antara generik

Kalmoxillin (Kalbe) Rp 275.000 bermerek dari


Dexymox (Dexa)

Rp 225.000 produsen Top 10

Pehamoxil Forte

Rp 180.000 lain, tetapi lebih dari

(Phapros)

empat kali lipat


harga OGB dan
hampir 80% harga

Cefadroxil

produk originator.
Generik (Hexpharm) Rp 198.000 Produk Sanbe

tablet 500mg

Duricef (originator) Rp1.329.870 termahal di antara


Cefat (Sanbe)

Rp 670.000 generik bermerek

Longcef (Dankos)

Rp 650.000 dari produsen Top 10

Dexacef (Ferron)

Rp 635.000 lain, tetapi kurang

Docef (Kimia

Rp 484.000 dari empat kali harga

Farma)

OGB dan hanya


sekitar 50% harga
produk originator.
Produk Sanbe

Ciprofloxacin

Generik (Hexpharm) Rp 77.000

tablet 500mg

Ciproxin (originator) Rp1.853.500 termahal di antara


Baquinor (Sanbe)

Rp 865.000 generik bermerek

Scanax (Tempo

Rp 625.000 dari produsen Top 10

Scan)

Rp 833.333 lain dan harganya

Quidex (Ferron)

Rp 658.000 lebih dari 10 kali

17

Phaproxin (Phapros)

lipat harga OGB,


tetapi kurang dari
50% harga produk
originator.
Produk Sanbe

Amoxycillin

Generik (Hexpharm) Rp 40.340

500mg

Augmentin

Rp 921.616 tergolong murah di

+ asam

(originator)

Rp 695.000 antara generik

klavulanat

Claneksi (Sanbe)

Rp 726.000 bermerek dari

125mg

Clavamox (Kalbe)

Rp 837.800 produsen Top 10 lain

Dexyclav (Dexa)

Rp 500.000 dan harganya lebih

Palentin (Phapros)

dari 10 kali lipat


harga OGB, tetapi
kurang dari 50%
harga produk

Paracetamol

Generik (Indofarma) Rp 8.500

originator.
Produk Sanbe

500mg

Panadol (originator) Rp 19.000

termahal di antara

Sanmol (Sanbe)

generik bermerek

Rp 15.750

Dapyrin (Hexpharm) Rp 8.500

dari produsen Top 10

Bodrex Forte

Rp 14.500

lain dan harganya

(Tempo Scan)*

Rp 17.000

80% lebih produk

Pamol (Interbat)

originator, tetapi
kurang dari dua kali
Rp

lipat harga OGB.


Produk Sanbe

+ Vit B6 200mg Neurobion

Rp 80.730

tergolong mahal di

+ Vit B12 200 (originator)

Rp 57.500

antara generik

Neurosanbe (Sanbe) Rp 46.750

bermerek dari

Scanneuron (Tempo Rp 59.375

produsen Top 10 lain

Vit B1 100mg

mcg

Generik **

18

Scan)

Rp 50.000

Neurodex (Dexa)

dari 70% produk

Bioneuron (Phapros)
Cefotaxime vial Generik (Hexpharm) Rp 23.100
1000mg***

dan harganya lebih


originator.
Produk Sanbe

Claforan (originator) Rp 235.620 tergolong murah di


Taxegram (Sanbe)

Rp 78.000

antara generik

Kalfoxim (Kalbe)

Rp 101.200 bermerek dari

Clacef (Dexa)

Rp 99.000

produsen Top 10

Soclaf (Soho)

Rp 75.000

lain, kurang dari


empat kali harga
OGB dan hanya
sekitar 34% harga

Ceftriaxone vial Generik (Indofarma) Rp 26.600


1000mg***

produk originator.
Produk Sanbe

Rocephin

Rp 256.600 termurah di antara

(originator)

Rp 120.000 generik bermerek

Terfacev (Sanbe)

Rp 138.600 dari produsen Top 10

Broadced (Kalbe)

Rp 141.000 lain, kurang dari

Tricefin (Dexa)

Rp 104.000 lima kali harga OGB

Cefaxon (Kimia

dan kurang dari 50%

Farma)

harga produk
originator.

II.8. Logo dan Produk Sanbe


a. Logo Sanbe Farma

19

b. Contoh Produk Sanbe

BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
PT Sanbe Farma merupakan group perusahaan farmasi yang
melaksanakan pengembangan formulasi, produksi, dan penjualan produk obat
yang aman dan berkualitas tinggi. Sanbe Farma didirikan oleh bapak Jahja
Santosa Apt pada tahun 1975. Unit yang pertama kali berdiri adalah Unit I yang
bertempat di Leuwigajah. Pada mulanya Unit I ini memproduksi obat steril dan
obat non steril. Pada tahun 1985 Sanbe mulai memproduksi obat-obatan -

20

laktam dan sephalosporin. Produksi antibiotik ini dilakukan di pabrik Unit II


yang juga terletak di Leuwigajah.
sistem produksi PT. Sanbe Farma Unit 1 buiding B yang menggunakan
vertical flow technology closed system. Vertical closed system merupaka sistem
produksi vertikal yang dilakukan secara tertutup dimana proses produksi
dilakukan dengan memanfaatkan gaya grafitasi

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.03.1.33.12.12.8295 tahun
2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta.
Dbs.

2013.

PeluangBesar

di

Industri

Farmasi

2014.http://indonesia-

pharmacommunity.blogspot.com/2013/05/peluang-besar-di-industri-farmasi2014.html.
Enda, Winda Gusti. 2011. Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT.
Indofarma (Persero) Tbk. Jalan Indofarma Bo. 1 Cikarang Barat 17530
Bekasi. Universitas Sumatera Utara.
Kementrerian Perindustrian Republik Indonesia. 2014. Industri Farmasi Indonesia
Tumbuh RP 37 T. httP://www.kemenperin.go.id/artikel/1420/Industri-FarmasiIndonesia-Tumbuh-.

21

Pane, Syabrina Naulita. 2011. Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Industri di PT.
Sanbe Farma Unit II Cimahi. Universitasi Sumatera Utara.
Sormin, Denny Dina Fransiska. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Farmasi.

22

Anda mungkin juga menyukai