Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AGAMA | Ayat Ayat Al

Quran Tentang Berfikir Kritis dan


Bersikap Demokratis
MAKALAH AGAMA
KD: Ayat Ayat Al Quran Tentang Berfikir Kritis
dan Bersikap Demokratis

Di Susun Oleh :
1.Afisha Rimaul Husna
2.Ariska Imamidah
3.Ayu Lutfiyah
4. Catur Wahyu Aji S
5.Dewi Rahmawati
6.Dwi Andrean

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL


DINAS PENDIDIKAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
mengenai ayat ayat al quran tentang berfikir kritis dan bersikap demokratis.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengajak pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Kendal, Agustus 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Al-Quran banyak terdapatayat-ayat yang menyerukan manusia untuk


memperhatikan, merenung dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit, bumi
maupun diantara keduanya.Diantara ayat-ayat yang menerangkan tentang hal tersebut yaitu
Q.S Ali Imran ayat 190-191.
Demokrasi merupakan suatu paham yang didalamnya mengandung asas-asas musyawarah
yang pernah dilakukan Rasulullah SAW semasa hidup beliau dan diperintahkan oleh Allah
SWT dalam Al-Quranul-Karim. Indonesia juga merupakan negara demokrasi, akan tetapi
demokrasi di Indonesia adalah demokrasi pancasila yang didasarkan pada sila-sila yang
terdapat dalam pancasila tersebut.
Seperti halnya ajaran islam demokrasi juga menjunjung nilai persatuan dan kesatuan, maka
dari itu kita sebagai generasi bangsa indonesia haruslah tahu tentang demokrasi. Dalam AlQuran ada beberapa ayat yang menerangkan tentang demokrasi, salah satunya yaituQS Ali
Imraan: 159
Disini akan dibahas lebih mendalam mengenai kedua surat tersebut

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Surah Al Imran (3) : 159

()
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran : 159)[1]
Penjelasan
Surah Ali Imran Ayat 159 menyebutkan tiga hal secara berurutan untuk
dilakukan sebelum bermusyawarah, yaitu sebagai berikut

1. Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan musyawarah harus menghindari tutur kata
yang kasar serta sikap keras kepala. Jika tidak,maka mitra musyawarah akan pergi
menghindar.
2. Memberi maaf dan bersedia membuka diri. Kecerahan pikiran hanya dapat hadir
bersamaan dengan sirnanya kekerasan hati serta kedengkian dan dendam.
3. Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam bertekad, kemudian bertawakal
kepada-Nya atas keputusan yang dicapai yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat
untuk kebenaran karena Nabi Muhammad saw.
Di dalam bermusyawarah, kadang terjadi perselisihan pendapat atau perbedaan.
Ayat ini menyinggung kekhususan Rasul, yakni akhlak mulia beliau. Ayat ini menyatakan,
apa yang menyebabkan orang-orang Arab yang bersifat keras dan suka perang berkumpul di
sisimu dan beriman kepadamu adalah kelembutan akhlakmu. Sekirannya kamu seperti
mereka, maka tak seorangpun datang ke sisimu dan merekapun yang beriman akan berpaling
darimu. Oleh karenanya, maafkanlah ketidaktaatan mereka dalam perang Uhud dan
beristigfarlah untuk mereka. Meskipun sebelum perang anda bermusyawarah dengan mereka
dan musyawarah ini gagal, namun janganlah anda meninggalkan musyawarah dengan mereka
dalam urusan berhubungan dengan mereka. Karena engkau adalah teladan mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kasih sayang adalah hadiah Tuhan yang diberikan kepada para pimpinan agama.
Siapa yang ingin menasihati orang lain, hendaknya dilakukan dengan kasih sayang.
2. Di samping melakukan musyawarah, jangan melupakan tawakal kepada Allah.

Kandungan Qs Ali Imraan: 159

a. Dalam menghadapi semua masalah harus dengan lemah lembut melalui jalur musyawarah
untuk mufakat, tidak boleh dengan hati yang kasar dan perilaku kekerasan.
b. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap urusan.
c. Apabila telah dicapai suatu kesepakatan, maka semua pihak harus menerima dan bertawakal
(menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah.
d. Allah mencintai hamba-hambanya yang bertawakkal
Adapun hal hal yang dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari hari
a. Tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
tetapi dengan hati yang lemah lembut.

b. Setiap muslim harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, pemaaf dan memohonkan
ampun kepada Allah.
c. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam
menyelesaikan setiap persoalan.
d. Apabila telah tercapai mufakat, maka setiap individu harus menerima dan melaksanakan
keputusan musyawarah.
e. Selalu berserah diri kepada Allah sehingga tercapai keseimbangan antara ikhtiyar dan berdoa
2.2 Surah Al Imran (3) : 190-191

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (190)




Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (191)

Uraian dan Tafsir ayat


Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta
keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan
malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada
tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan
pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang
menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib.Bukan hanya
semata dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup.Semua bergerak menurut aturan.
Silih bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang
bernyawa.Kadang-kadang malam terasa panjang dan sebaliknya.Musim pun silih
berganti.Musim dingin, panas, gugur, dan semi.Demikian juga hujan dan panas.Semua ini
menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah bagi orang yang berpikir.Bahwa
tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya.Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.
Diriwayatkan dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw berkata: "Wahai 'Aisyah apakah
engkau mengizinkankanda pada malam ini untuk beribadah kepada Allah SWT
sepenuhnya?". Jawab Aisyah ra: " wahai Rasulullah, Sesungguhnya saya menyenangi apa
yang kanda senangi, menyukai apa yang kanda sukai.Dinda izinkan kanda
melakukannya.Kemudian nabi mengambil qirbah (tempat air yang terbuat dari kulit domba)
yang terletak didalam rumah, lalu berwudlu.Selanjutnya beliau mengerjakan shalat.Di waktu
salat beliau menangis sampai-sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan
ayat Alquran yang dibacanya.Setelah salat beliau duduk memuji-muji Allah dan kembali

menangis tersedu-sedu.Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan


menangis lagi dan air matanya membasahi tanah.Kemudian datanglah Bilal untuk azan subuh
dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya: "Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah
menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun
yang akan datang". Nabi menjawab: "Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan
layak bersyukur kepada Allah SWT? Dan bagaimana saya tidak menangis?Pada malam ini
Allah SWT telah menurunkan ayat kepadaku.Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi dan
celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan
artinya".
Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya dan berpikir
tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal, orang-orang yang mau menggunakan
pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah.Ia selalu
mengingat Allah (berdzikir) di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk
atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki
maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam
seluruh situasi dan kondisi.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah, sedangkan objek
pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam.Ini berarti pengenalan kepada
Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan
akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena
alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat
dipahami sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nuaim melalui Ibn Abbas,

Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah jangan sekali-kali
kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat Penciptanya, karena
bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat
Nya.
Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan: "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia,
tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan yang tertentu yang akan
membahagiakan kami di dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar luaskan oleh sementara
orang-orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum muslimin runtuh
dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan bukan yang
ditujukan kepada Engkau. Karenanya, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah
disediakan bagi orang-rang yang tidak beriman.Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah
dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.Sebab itu
bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat Allah.Sebagai
tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan.
Pada ujung ayat ini ( Maha suci Engkau ! maka peliharalah kiranya kami dari azab
neraka )kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar dihindarkan dari siksa
neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah kami dalam melakukan amal yang
diridhai Engkau juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih

Isi Kandungan
Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum yaitu Allah
mewajibkan kepada umatnya untuk menuntu ilmu dan memerintahkan untuk

mempergunakan pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami
ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta
pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir,
bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya. Kemudian dari hasil berpikir tersebut,
manusia hendaknya merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta ini,
sehingga akan tercipta ilmu pengetahuan

Aspek Tarbawi
Dari ayat di atas dapat diambil aspek tarbawinya yaitu sebagai berikut :
1. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
2. Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan menafsirkan
segala ciptaan Allah.
3. Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia mempunyai
keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus dalam berpikir yang
tidak sesuai.
4. Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara.
5. Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Alah tidak ada yang sia-sia.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
a. Surah Al Imran (3): 159
Allah SWT dalam QS Ali Imraan: 159 menjelaskan bahwa setiap manusia hidup di dunia
tidak terlepas dari problem dan persoalan yang dihadapi. Untuk itu mereka harus dapat
memecahkan masalah tersebut. Adapun cara menyelesaikan persoalan hidup dalam QS Ali
Imraan: 159dijelaskan, harus dengan mencontoh dan mengambil teladan dari nabi
Muhammad SAW yaitu dengan cara lemah lembut berdasarkan rahmat Allah SWT, setiap
persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah.
b.

Surah Al Imran (3): 190-191


Ulul Albab adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah dalam setiap
waktu.Mereka merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam kesibukan
mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.
Bahwasanya keberuntungan dan keselamatan hanya bisa dicapai melalui mengingat
Allah dan memikirkan makhluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya sang pencipta.
Seorang mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya, maka akan luas
pengetahunnya tentang alam semesta yang menghubungkan antara manusia dan Tuhan.

3.2 Saran
Setelah mempelajari ini kita harus lebih memahami dan mampu mengamalkannya ke orang
lain dan melakukannya dalam kehidupan diri kita sendiri serta lebih tau artinya menghargai,
mengagungkan ciptaan Allah Swt bukan malah merendahkannya, kita juga dapat lebih tau
mengenai arti demokrasi dalam islam bahwa dalam bertindak kita harus berfikir matang lebih
dahulu dan dimusyawarahkan.

BAB IV
PENUTUP
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami panjatkan syukur kehadirat Allah
SWT,yang mana atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dan tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membatu
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan yang telah diperbuat,baik disengaja maupun tidak
disengaja dalam penulisan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa kami disini juga masih
tahap belajar. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi anda semua yang telah
berkenan membacanya.

Daftar Pustaka
http://zudi-pranata.blogspot.com/2013/01/ayat-ayat-tentang-demokrasi-qs-ali.html
http://artkelislam.blogspot.com/2012/11/memahami-al-quran-surat-ali-imran-ayat.html
http://www.zulfanafdhilla.com/2013/05/tafsir-surat-ali-imran-ayat-159.html

Anda mungkin juga menyukai