Di Susun Oleh :
1.Afisha Rimaul Husna
2.Ariska Imamidah
3.Ayu Lutfiyah
4. Catur Wahyu Aji S
5.Dewi Rahmawati
6.Dwi Andrean
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
mengenai ayat ayat al quran tentang berfikir kritis dan bersikap demokratis.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengajak pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
()
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran : 159)[1]
Penjelasan
Surah Ali Imran Ayat 159 menyebutkan tiga hal secara berurutan untuk
dilakukan sebelum bermusyawarah, yaitu sebagai berikut
1. Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan musyawarah harus menghindari tutur kata
yang kasar serta sikap keras kepala. Jika tidak,maka mitra musyawarah akan pergi
menghindar.
2. Memberi maaf dan bersedia membuka diri. Kecerahan pikiran hanya dapat hadir
bersamaan dengan sirnanya kekerasan hati serta kedengkian dan dendam.
3. Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam bertekad, kemudian bertawakal
kepada-Nya atas keputusan yang dicapai yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat
untuk kebenaran karena Nabi Muhammad saw.
Di dalam bermusyawarah, kadang terjadi perselisihan pendapat atau perbedaan.
Ayat ini menyinggung kekhususan Rasul, yakni akhlak mulia beliau. Ayat ini menyatakan,
apa yang menyebabkan orang-orang Arab yang bersifat keras dan suka perang berkumpul di
sisimu dan beriman kepadamu adalah kelembutan akhlakmu. Sekirannya kamu seperti
mereka, maka tak seorangpun datang ke sisimu dan merekapun yang beriman akan berpaling
darimu. Oleh karenanya, maafkanlah ketidaktaatan mereka dalam perang Uhud dan
beristigfarlah untuk mereka. Meskipun sebelum perang anda bermusyawarah dengan mereka
dan musyawarah ini gagal, namun janganlah anda meninggalkan musyawarah dengan mereka
dalam urusan berhubungan dengan mereka. Karena engkau adalah teladan mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kasih sayang adalah hadiah Tuhan yang diberikan kepada para pimpinan agama.
Siapa yang ingin menasihati orang lain, hendaknya dilakukan dengan kasih sayang.
2. Di samping melakukan musyawarah, jangan melupakan tawakal kepada Allah.
a. Dalam menghadapi semua masalah harus dengan lemah lembut melalui jalur musyawarah
untuk mufakat, tidak boleh dengan hati yang kasar dan perilaku kekerasan.
b. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap urusan.
c. Apabila telah dicapai suatu kesepakatan, maka semua pihak harus menerima dan bertawakal
(menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah.
d. Allah mencintai hamba-hambanya yang bertawakkal
Adapun hal hal yang dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari hari
a. Tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
tetapi dengan hati yang lemah lembut.
b. Setiap muslim harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, pemaaf dan memohonkan
ampun kepada Allah.
c. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam
menyelesaikan setiap persoalan.
d. Apabila telah tercapai mufakat, maka setiap individu harus menerima dan melaksanakan
keputusan musyawarah.
e. Selalu berserah diri kepada Allah sehingga tercapai keseimbangan antara ikhtiyar dan berdoa
2.2 Surah Al Imran (3) : 190-191
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (190)
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (191)
Isi Kandungan
Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum yaitu Allah
mewajibkan kepada umatnya untuk menuntu ilmu dan memerintahkan untuk
mempergunakan pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami
ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta
pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir,
bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya. Kemudian dari hasil berpikir tersebut,
manusia hendaknya merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta ini,
sehingga akan tercipta ilmu pengetahuan
Aspek Tarbawi
Dari ayat di atas dapat diambil aspek tarbawinya yaitu sebagai berikut :
1. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
2. Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan menafsirkan
segala ciptaan Allah.
3. Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia mempunyai
keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus dalam berpikir yang
tidak sesuai.
4. Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara.
5. Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Alah tidak ada yang sia-sia.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
a. Surah Al Imran (3): 159
Allah SWT dalam QS Ali Imraan: 159 menjelaskan bahwa setiap manusia hidup di dunia
tidak terlepas dari problem dan persoalan yang dihadapi. Untuk itu mereka harus dapat
memecahkan masalah tersebut. Adapun cara menyelesaikan persoalan hidup dalam QS Ali
Imraan: 159dijelaskan, harus dengan mencontoh dan mengambil teladan dari nabi
Muhammad SAW yaitu dengan cara lemah lembut berdasarkan rahmat Allah SWT, setiap
persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah.
b.
3.2 Saran
Setelah mempelajari ini kita harus lebih memahami dan mampu mengamalkannya ke orang
lain dan melakukannya dalam kehidupan diri kita sendiri serta lebih tau artinya menghargai,
mengagungkan ciptaan Allah Swt bukan malah merendahkannya, kita juga dapat lebih tau
mengenai arti demokrasi dalam islam bahwa dalam bertindak kita harus berfikir matang lebih
dahulu dan dimusyawarahkan.
BAB IV
PENUTUP
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami panjatkan syukur kehadirat Allah
SWT,yang mana atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dan tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membatu
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan yang telah diperbuat,baik disengaja maupun tidak
disengaja dalam penulisan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa kami disini juga masih
tahap belajar. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi anda semua yang telah
berkenan membacanya.
Daftar Pustaka
http://zudi-pranata.blogspot.com/2013/01/ayat-ayat-tentang-demokrasi-qs-ali.html
http://artkelislam.blogspot.com/2012/11/memahami-al-quran-surat-ali-imran-ayat.html
http://www.zulfanafdhilla.com/2013/05/tafsir-surat-ali-imran-ayat-159.html