Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bukan hal yang baru bahwa tahun 2015 merupakan tahun krisis ekonomi
global sebagai dampak dari krisis di Yunani dan Eropa, perekonomian Indonesia
sedikit banyaknya mengalami dampak krisis tersebut untuk komoditi- komoditi
ekspor ke negara terdampak krisis. BPS melaporkan, ekonomi Indonesia pada
triwulan tiga 2015 tumbuh 4,73% terhadap triwulan tiga 2014. Ini peningkatan
dibanding 4,67 % pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (April-Juni), yang
merupakan angka terendah selama enam tahun.
Laju pertumbuhan melambat dibanding capaian triwulan tiga tahun 2014,
yang tumbuh 4,92%.Berdasarkan pernyataan di situs resmi BPS, pertumbuhan
didorong dari sisi produksi dan pengeluaran.Dari sisi produksi, pertumbuhan
didorong oleh hampir semua lapangan usaha. Capaian tertinggi ialah usaha
Informasi dan Komunikasi, yang tumbuh 10,83 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 6,56%, diikuti Komponen Pengeluaran
Konsumsi LNPRT dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga. Adalah
suatu fakta bahwa tingkat kosumsi Indonesia tergolong tinggi dalam posisinya
sebagai negara berkembang.

Untuk sektor industri energi dan otomotif masih menjadi primadona PDB
negara. Kementerian Perindustrian optimistis sektor industri terus menggeliat tahun
depan. Pertumbuhan industri ditargetkan mencapai 5,7 persen.Menurut Menteri
Perindustrian Saleh Husin, pihaknya ingin terus menjaga konsistensi pertumbuhan
industri lebih tinggi daripada angka pertumbuhan ekonomi nasional.

Tahun 2016, ditargetkan pertumbuhan industri mampu mencapai 5,7 persen.


Ini di atas target pertumbuhan ekonomi yang 5,3 persen," kata Menperin pada
Kompas 100 CEO Forum di Jakarta.Sampai dengan triwulan III 2015, pertumbuhan
industri pengolahan non-migas sebesar 5,21persen, lebih tinggi dibanding
pertumbuhan ekonomi periode serupa di tahun 2014 sebesar 4,73 persenn
Sementara, kontribusi industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional
diharapkan sebesar 18,5 persen. Pada 2014, realisasi kontribusi sektor industri
mencapai 17,87 persen.
Khusus sampai triwulan III 2015, capaian kontribusi mencapai 17,82 persen.
Angka ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 17,42
persen.
Secara nominal, ekspor produk hasil industri (industri pengolahan non migas)
sampai Agustus 2015 sebesar USD 72,21 miliar dan impor produk komoditi industri
sebesar USD 72,49 miliar.
Ekspor produk hasil industri (industri pengolahan non migas) s.d Agustus
2015 memberikan kontribusi 70,44 persen terhadap total ekspor nasional. Pangsa
pasar ekspor utama produk industri menuju Amerika Serikat, Jepang, China,
Singapura, dan India.
Nilai investasi PMDN sektor industri triwulan III pada tahun 2015 sebesar Rp
20,05 triliun atau tumbuh sebesar 7,45 persen dibanding triwulan III tahun 2014
sebesar Rp 18,66 triliun. Sedangkan nilai investasi PMA sektor industri pada triwulan
III tahun 2015 mencapai USD 3,15 miliar. Sehingga nilai total investasi yang masuk
pada triwulan III pada tahun 2015 mencapai USD 4,75 miliar.
Investasi

bisnis

merupakan

instrumen

penting

dalam

meningkatkan

perekonomian negara, investasi tersebut bisa berbentuk investasi asing maupun


saham di bursa efek, yang mana modal saham merupakan salah satu sumber
pendanaan perusahaan yang amat diperlukan guna melakukan berbagai strategi
bisnis mapun perluasaan bisnis.
2

Dalam praktiknya di dunia bisnis akan memungkinkan untuk satu perusahaan


melakukan pengabungan usaha dengan kompetitor baik itu berupa merger,
konsolidasi, maupun akuisisi dengan alasan tertentu sebagai upaya menambah
daya saing perusahaan tersebut menghadapi kompetitor lain dan juga meningkatkan
keuntungan perusahaan tersebut.
Akuntansi memegang peranan yang sangat penting dalam penggabungan
usaha. Peran akuntansi dalam transaksi ini dimulai sejak perusahaan menetapkan
perusahaan yang akan diakuisisi, saat pengumuman penggabungan sampai
perusahaan yang diakuisisi sudah dijual ke pihak luar. Peran akuntansi sebelum
terjadinya penggabungan adalah memberikan informasi yang tepat dan relevan
sesuai dengan standar penilaian akuntansi tetap berlanjut pada stock acquisition
dimana perusahaan yang diakuisisi masih tetap berdiri atau dibubarkan.
Akuntansi akan berperan dalam menjembatani transaksi-transaksi pos-pos
yang bersifat timbal balik (resiprokal) antara perusahaan induk dengan perusahaan
anak. Sebaliknya peran akuntansi dalam dalam asset acquisition (merger) telah
selesai setelah terjadi transfer net asset dari perusahaan target ke pengakuisisi.
Kombinasi pengakuisisi ini juga diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan

No 22 pemilihan salah satu metode akuntansi didasarkan pada

terpenuhi atau tidaknya beberapa indikator. Jika penggabungan tersebut memenuhi


indikator-indikator tertentu, maka salah satu metode harus dipilih. Di Jawa Barat
sendiri merger dan akuisisi sudah dilakukan oleh perusahaan perusahaan
kenamaan sebagai usaha menambah nilai ekonomis untuk para pemegang modal
mereka.
1.2. Rumusah Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut.:
1. Metode Kombinasi Bisnis
2. Harga Akuisisi
3. Alokasi Harga Akuisisi
4. Goodwill dan Diskon Pembelian
5. Pembukuan Entitas Pengakuisisi setelah Kombinasi Bisnis
3

6. Pendapatan Investasi dalam Laporan Keuangan Individu


1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Menjelaskan metode kombinasi bisnis
2. Mendeskripsikan harga akuisisi
3. Menjabarkan goodwill dan diskon pembelian
4. Menjelaskan pembukuan entitas pengakuisisi setelah kombinasi bisnis
5. Memaparkan pendapatan investasi dalam laporan keuangan individu
6. Menjelaskan Pendapatan Investasi dalam laporan keuangan individu
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :
1. Penelitian ini dapat memberikan pembahaman kepada pembaca tentang
kombinasi bisnis dalam praktik perusahaan di lapangan.
2. Memahami kombinasi bisnis sesuai dengan PSAK 22 tahun 2010
1.5. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunaan
contoh- contoh soal untuk tiap- tiap identifikasi masalah dengan cara studi pustaka.
Contoh soal tersebut akan dianalisa secara deskriptif.
1.6. Sistematika Penulisan
Susunan penulisan penelitian ini berdasarkan pengelompokan pokok-pokok
pikiran yang tercantum dalam bab-bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini akan mengungkapkan landasan-landasan teori yang digunakan dan
menjadi acuan bagi penulis dalam menyusun skripsi. Selain itu diuraikan pula
mengenai buku-buku yang relevan dan berhubungan untuk pembahasan masalah
yang dikaji dalam skripsi ini.
BAB III METODE PENELITIAN
4

Bab ini menjelaskan kegiatan serta cara-cara yang penulis tempuh dalam
melakukan penelitian guna mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
dengan permasalahan yang dikaji.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil
penelitian yang diperoleh penulis. Di dalamnya berisi tentang analisis dan
pemecahan masalah yang dikaji dalam tugas akhir ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari penelitian yang telah
dilaksanakan beserta saran untuk masalah dalam penelitian ini.

BAB 2

AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS

2.1.

PENGGABUNGAN BADAN USAHA DAN AKUISISI

2.1.1. DEFINISI PENGGABUNGAN USAHA


Penggabunan

usaha

menurut

Hadori

Yunus

(1981

pengertiannya

224)

adalah:

Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu


perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan
ekonomis. Disamping itu pengertian menurut PSAK 22 Transaksi kombinasi
menurut PSAK 22 revisi tahun 2010 terjadi ketika suatu entitas memperoleh
pengendalian atas entitas lain yang berupa bisnis. Disini yang dimaksud
dengan pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijaksanaan
keuangan dan operasi suatu entitas demi memperoleh manfaat dari aktivitas
entitas tersebut. Kombinasi bisnis melibatkan 2 pihak, yakni entitas
pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi merupakan
entitas yang memperoleh pengendalian atas entitas yang diakuisisi dalam
transaksi bisnis. Sebaliknya, entitas yang diakuisisi, atau disebut juga entitas
target, merupakan entitas yang dalam transaksi kombinasi bisnis dikendalikan
oleh entitas lain (entitas pengakuisisi). PSAK 33 direvisi taun 2010 cenderung
menggunakan istilah entitas dibanding perusahaan.
PSAK 22: Kombinasi Bisnis, merupakan pengadopsian dari Standar
Akuntansi Internasional, yakni Internasional Finansial Reporting Standard
(IFRS) 3 tahun 2008. IFRS 3 pada awalnya terbit tahun 2004 sebagai
pengganti dari Internasional Accounting Standard (IAS) 22. Hasil kerja sama
dewan standar akuntansi internasional atau Internasional Accounting
Standard Boars (FASB) dengan dewan standar Amerika- dalam hal ini
Financial Accounting Standard Boars (FASB) sebagai bagian dari upaya
konvergensi

standar

akuntansi

internasional,

menghasilkan

Norwalk

agreement yang merevisi kembali IFRS 3 tahun 2004 sehingga terbitlah IFRS
6

3 tahun 2008. Pada tahun 1994 terbit PSAK 22 mengenai Pengabunggan


Usaha sebagai hasil adopsi dari Internasional Accounting Standard (IAS) 22.
PSAK 22 tahun 1994 menggunakan termoninologi Penggabungan
Usaha,kemudian pada tahun 2010 revisi PSAK 22 mengganti terminologi
Penggabungan Usaha menjadi Kombinasi Bisnis.
PSAK 22 tahun 1994 menggunakan istilah perusahaan dalam
pengabungan usaha, yang menyatakan bahwa penggabungan usaha terjadi
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Walaupun tampaknya
sama, terdapat perbedaan istilah perusahaan dengan istilah bisnis. Bisnis
merupakan substansi usaha tanpa memandang bentuk usaha, sementara
perusahaan mengacu pada bentuk atau badan usaha. PSAK 22 revisi 2010
mendefinisikan bisnis sebagai suatu rangkaian terpadu dan kegiatan dan
aset yang mampu diadakan serta dikelola dengan tujuan memberikan hasil
dalam bentuk dividen, biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomi lainnya
secara langsung kepada investor atau pemilik, anggota, atau peserta lainnya.
PSAK 22 revisi 2010 bermaksud mencegah transaksi semacam itu.
PSAK 22 revisi 2010 bermaksud menegakkan kombinasi bisnis, yaitu
mendapatkan sinergi positif dari kedua aktivitas ekonomi (bisnis), bukan untuk
menggabungkan dua badan hukum.
PSAK 22 revisi 2010 menyatakan bahwa suatu bisnis memiliki input
dan proses serta mampu menghasilkan output. Walaupun bisnis biasanya
menghasilkan output, namun apabila dalam suatu rangkaian aktivitas tidak
memilki output yang jelas, maka dapat dipertimbangkan faktor-faktor lain yang
menentukan apakah suatu aktivitas merupakan bisnis atau tidak, yaitu:
1.
2.

Aktivitas utama yang direncanakan telah dimulai;


Terdapat karyawan, kekayaan intelektual,

serta

input

dan

proses lainnya yang dapat diterapkan pada input;


3.
Sedang dijalankan rencana untuk memproduksi output;
4.
Dapat diperoleh akses ke pelanggan yang akan membeli output, dan
lainnya.
2.1.2. METODE KOMBINASI BISNIS
Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi dimana suatu perusahaan
memperoleh pengendalian atas satu atau lebih perusahaan lain.
7

Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara


yang memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya
direalisasi dengan perolehan ekuitas entitas lain, sebagai contoh, hak suara
dalam

entitas yang

berbentuk

peseroan

terbatas

dinyatakan

dalam

kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun 2010 mensyaratkan


penerapan metode pembelian (purchase) atau metode akuasisi untuk
perolehan

ekuitasentitas

yang

dimaksud.

Pembahasan

selanjutnya

mengasumsikan bahwa kombinasi bisnis terjadi diantara entitas yang


berbentuk peseroan terbatas melalui akuisisi saham biasa kecuali disebut
khusus.
Kombinasi saham bisa berupa merger, konsolidasi dan akuisisi,
perbedaan diantara ketiganya yaitnnu :
1. Merger (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A atau Perusahaan B)
adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan
yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan
yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling
tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan
pemegang sahamnya menerima, Marcus (1999:5)
2. Akuisisi (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A dan Perusahaan B)
adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli
saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.
Brealey, Myers, & Marcus, (1999:598).
3. Konsolidasi (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan C) adalah dua
buah perusahaan yang bergabung bubar demi hukum dan sebagai gantinya
didirikan suatu perusahaan dengan nama yang baru meskipun secara
financial perusahaan baru tersebut mengambil alih asset hak dan kewajiban
dari 2 perusahaan yang bubar tersebut.
Akuisisi saham biasa entitas target biasanya menyebabkan entitas
pengakuisisi

memiliki hak suara dalam entitas target. Akuisisi sebagian besar

saham entitas target memberikan hak pengendalian bagi entitas pengankuisisi,


sehingga terjadi kombinasi bisnis.
8

Apabila entitas mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan


bapepam masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai
(appraisal
Company), untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari
entitas target. Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian
yang di Indonesia di sebut setandar penilaian Indonesia (SPI). Profesi prusahaan
penilai ini diatur dalam undang-undang pasar modal no.8 tahun 1995. Perusahaan
penilai memiliki peran penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena
nilai wajar ini diperlukan sebagi informasi wajib mematuhi prosedur dan tatacara
yang dipersiapkan serta dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam
menentukan dan melaporkan nilai wajar asset entitaas dimaksud.
Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai
dengan kas dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat
utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama
entitas yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh
entitas pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham
dilakukan dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan
menerbitkan saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau
pembendaharaan yang diberikan kepada pemilik lama entitas target. Akuisisi yang
dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan
entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan
kata lain, menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi, (investor). Walaupun secara
hukum entitas pengakuisisi dan entitas target merupakan entitas yang berbeda,
tetapi secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan demikian, pada dasarnya
pemilik lama entitas target tetap memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia
kini terhitung sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi
tersebut tidak memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target.
PT. pinokio mengakuisisi seluruh saham biasa PT. Abunawas. Saham PT. Abunawas
yang beredar berjumlah 1 juta lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar,
agio Rp 200 per lembar saham, dan nilai buku saham Rp 1.500 perlembar saham.
Harga akuisisi perlembar saham adalah Rp 1.500 Dan untuk ini PT. pinokio
menerbitkan 1 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar
9

sementara harga pasar perlembar adalah Rp 1.500. PT. pinokio mencatat ayat jurnal
berikut:
Investasi saham PT. Abunawas

Rp 1.500.000.000

Model Saham

Rp

1.000.000.000

Tambahan Modal Disetor

Rp

500.000.000

HARGA AKUISISI
2.1.2.1.

PENGERTIAN HARGA AKUISISI

Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya
terkait akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka
kombinasi bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan
biaya profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk
biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada
periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek
ekuitas sesuai dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan ketentuan dalam
PSAK 55 (revisi 2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.
Contoh: Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT.
andaika sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaranpengeluaran lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain.
_ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat
akuisisi Rp 200 juta
_ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000
Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2
juta lembar dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar.
Saham ini diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.biaya
konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai.
Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per
saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012
transaksi ini dicatat sebagai berikut:
Investasi dalam saham biasa

Rp 5.600.000.000
10

Beban

Rp

215.000.000

Saham biasa (2 juta x 2.000)

Rp4.000.000.000

Tambahan modal disetor

Rp1.600.000.000

Kas

Rp 215.000.000

Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada
dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga
akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi
diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi
diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas,
PT. intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
Tambahan modal disetor
Kas

Rp 100 juta
Rp 100 juta

Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat
pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.

2.3. ALOKASI HARGA AKUISISI


Metode akuisisi mensyaratkan dilakukannya penilaian atas nilai wajar perusahaan.
Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan PT
Andika, yaitu

yang

baik yang

akan diakusisi 80% maupun kepentingan

nonpengendali.
Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80%
bank suara PT Andika. Karena kepentingan nonpengendali juga harus nilai pada
harga wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga diakusisi sebesar Rp5,6 miliar
11

dapat dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan nonpengendali. Jika
harga wajar untuk 80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk
100% adalah Rp7 miliar (Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali
adalah Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar). Perhitungan harga wajar kepentingan
nonpengendali ini bukan satu-satunya teknik yang diizinkan. Jika terdapat bukti lain
yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain untuk kepentingan
nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan nonpengendali bisa saja lebih besar
atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.
2.4.1. GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN
Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang
diakuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali
(perusahaan induk) dan kepentingan nonpengendali.
Dengan demikian, nilai goodwill adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas
yang diakusisi dan harga wajar pepentingan nonpengendali, dengan total nilai wajar
kekayaan entitas yang diakuisisi:
Harga ekuitas yang diakuisisi

xxx

Harga wajar kepentingan nonpengendali

xxx

Total harga wajar

xxx

Total nilai wajar entitas yang diakuisisi

(xxx)

Goodwill

xxx

2.4.2. Diskon Pembelian


Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu
kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga
wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang
diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi
keuntungan bagi pihak pengakuisisi.
Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak
pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh
12

aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau
liabilitas tambahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut.
PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang
digunakan untuk mengukur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal
berikut:
(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:
(b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas
pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
(d) Imbilan yang dialihkan
Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi
mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi.
Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
2.5. PEMBUKUAN ENTITAS PENGKUISISI SETELAH KOMBINASI BISNIS
Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi menjadi induk
dan pihak yang diakuisisi sebagai anak. Hal ini akan dibahas secara khusus dalam
Bab 3. Entitas
Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas entitas yang
diakuisisi dalam banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009):
Investasi dalam entitas asosiasi yang mensyarakat penerapan metode ekuitas.
Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya diperoleh
dan jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian
investor, yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi
invesestee (entitas yang diakuisisi) setelah tanggal peroleh. Bagian investor atas
laba/rugi investee dicacat sebagai pendapat investasi, dengan ayat jurnal berikut:
Investasi dalam ekuitas

xxx

Pendapat investasi

xxx

Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari
investee mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:
Piutang Dividen

xxx
13

Investasi dalam ekuitas

xxx

Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan


sesuai dengan perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:
Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen
investee
PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat
investasi jika pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari
pendapatan comprehensive lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:
Investasi dalam ekuitas

xxx

Pendapatan comprehenside lainnya

xxx

2.6.Selisih Harga Akuisisi


Dalam penentuan harga akuisisi, kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika
diperhitungkan undervalue atas penilaian indevenden berdasarkan nilai wajar
sebesar Rp300.000.000, dan Googwil Rp200.000.000. keterangan mengenai
informasi nilai wajar tersebut disajikan dalam peraga 2-2
PERAGA 2-2
Nama Akun
Piutang usaha overvalue
Persedian overvalue

Informasi Tahun 2012 PT Andika


Jumlah
Rp(500.000.000)
(350.000.000)

Bangunan undervalue

500.000.000

Tanah undervalue

800.000.000

Utang pajak overvalue

Keterangan

Telah terjual tahun 2012


Umur 10 tahun, metode garis lurus

(150.000.000)

14

Goodwill
Jumlah

200.000.000

Penurunan nilai tahun 2012 Rp12,5

500.000.000

jt

Nilai investasi PT Intiseka sebesar Rp5.600.000.000 dapat dijelaskan sebagai


berikut:
Nilai buku investee yang dimiliki (80% x Rp6,5 M)

Rp 5.200.000.000

Selisih investasi dengan nilai buku (80% x Rp500 jt)

400.000.000

Nilai investasi

Rp 5.560.000.000

Jika diurai berdasarkan komponennya, maka nilai investasi itu adalah sebagai
berikut:
Investasi = kekayaan bersih investee yang dimiliki + selisih investasi.
informasi mengenai kekayaan investasi dan saldo selisih investasi pada
tanggal dimaksud. Peraga 2-2 menyajikan informasi tentang aset, liabilitas, dan
goodwill penyebab harga akuisisi (investasi) berbeda dari nilai buku kekayaan
entitas yang diakuisisi. Jika seluruh persediaan PT andaika pada tanggal akuisisi
telah terjual selama tahun 2012, hal ini menunjukan bahwa selisih investasi yang
disebabkan oleh overvalue persediaan akan nihil. Hal ini juga berlaku untuk seluruh
aset lainnya seperti piutang yang diterima, bangunan yang akan habis masa
pakainya, dan tanah yang mungkin akan terjual. Utang pajak juga harus dilunasi,
sementara goodwill akan mengalami pernurunan nilai. PSAK 15 mensyaratkan
bagian investor atas laba/rugi investee disesuaikan dengan perubahan nilai tersebut.
Pada tahun 2012, persediaan yang terjual, bangunan yang disusutkan, dan
penurunan nilai goodwill kombinasi bisnis akan mengubah selisih harga akuisisi
(nilai investasi) PT Intiseka yang harus disesuaikan.
Terjualnya persediaan oleh PT Andaika akan menyebabkan overvalue
persediaan harus dipulihkan. Karena kondisi overvalue menurunkan harga akuisisi
(nilai investasi), maka PT Intiseka harus memulihkan nilai investasi sebesar Rp280
juta (80% x Rp 350 juta) dengan jurnal sebagai berikut:
Investasi
Pendapatan investasi

Rp 280.000.000
Rp 280.000.000

Selisih investasi dengan nilai buku akibat bangunan yang undervalue sebesar
Rp 400 juta (80% x Rp 350 juta) akan menyebabkan naiknya harga akuisisi.
Bangunan merupakan aset tetap yang dibeli bukan untuk dijual kembali seperti
persediaan, melainkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Nilai
bangunan PT Andaika akan terus menurun selama 10 tahun umur ekonomisnya.
15

Karena itu, nilai investasi harus diturunkan setiap tahun sebesar Rp 40 juta (Rp 400
juta/ 10 tahun) untuk menyesuaikan penurunan nilai bangunan tersebut dengan
ayat jurnal berikut:
Pendapatan investasi
Investasi dalam saham

Rp 40 juta
Rp 40 juta

Sementara itu, goodwill akan menyebabkan harga akuisisi naik sebesar Rp


160 juta (80% x 200 juta). Penurunan nilai goodwill sebesar Rp 12,5 juta
mengharuskan PT Intiseka menurunkan nilai investasi sebesar Rp 10 juta (80% x
12,5 juta), dengan ayat jurnal pada akhir tahun 2012 sebagai berikut:
Pendapatan investasi
Investasi dalam saham biasa

Rp 10 juta
Rp 10 juta

Pendapatan investasi PT Intiseka pada tahun 2012 berdasarkan ayat jurnal


penyesuain (adjustment) di atas adalah:
Laba investee (80% x Rp 200 juta)

Rp 160.000.000

Amortisasi selisih investasi


-

Overvalue persediaan
Undervalue bangunan
Goodwill di-impair
Total pendapatan investasi

280.000.000
( 40.000.000)
( 10.000.000)
Rp 390.000.000

Berdasarkan pendapatan investasi tersebut, perhitungan nilai investasi pada akhir


tahun dapat disajikan sebagai berikut:
Investasi awal
Pendapatan investasi 2012
Dividen yang diumumkan
Investasi 31/12/2012

Rp 5.600.000.000
390.000.000
(80.000.000)
Rp5.910.000.000

16

Perhitungan investasi berdasarkan komponennya juga dapat dilakukan seperti


berikut:
Kekayaan investee yang dimiliki (80% x 6.600.000)

Rp 5.280.000.000

Selisih investasi (lihat peraga 2-3)

630.000.000

Investasi 31 Desember 2012

Rp 5.910.000.000

Kekayaan investasi per 31 Desember 2008 sebesar Rp 6.6 miliar berasal dari:
Kekayaan 1 januari

Rp 6.500.000.000

Laba tahun 2012

200.000.000

Dividen yang diumumkan pada akhir tahun

(100.000.000)

Nilai kekayaan 31 Desember 2012

Rp

6.600.000.000

Selisih investasi setelah penyesuain atas persediaan, bangunan, dan penurunan


nilai goodwill tahun 2012 disajikan dalam peraga 2-3. Selisih investasi itu membesar
dari Rp 400 juta menjadi Rp 630 juta setelah amortisasi selisih investasi, karena
akun yang diamortisasi lebih besar dari akun yang overvalue (Rp 280 juta), yakni
persediaan, disbanding amortisasi akun yang underv alue.

PERAGA 2-3
1/1/2012

Amortisasi

31/12/2012
Piutang usaha
Rp (400.000.000)
Persediaan-overvalue
-

Rp (400.000.000)

(280.000.000)

280.000.000

Bangunan
360.000.000

400.000.000

40.000.000

Tanah
640.000.000

640.000.000

Utang pajak overvalue


(120.000.000)

(120.000.000)

Goodwill
150.000.000

160.000.000

10.000.000

17

Jumlah
Rp630.000.000

Rp 400.000.000

Selisih investasi tersebut suatu saat akan menjadi nol. Aset akan menjadi nol
melalui proses penjualan, penyusutan, amortisasi atau bahkan kerusakan, hilang,
atau ditarik dari operasi karena teknologi yang tidak sesuai lagi. Sementara itu,
utang akan menjadi nol melalui proses pelunasan atau pembebasan utang. Apabila
aset atau utang yang menjadi factor penyebab selisih investasi pada saat akuisisi
menjadi nol, investor harus mengoreksi nilai investasinya. Apabila selisih investasi
menjadi nol, maka
Investasi = jumlah kekayaan investasi yang dimilki investor

Misalkan pada tahun 2040 selisih investasi telah seluruhnya diamortisasi. Apabila
kekayaan pemegang saham PT Andaika sebesar Rp 10 miliar, maka nilai investasi
adalah 80% x Rp10 miliar = Rp 8 miliar.
Apabila pada saat akuisisi tidak terdapat selisih investasi dengan nilai
kekayaan yang diperoleh, atau harga investasi pada saat akuisisi sebesar nilai buku
kekayaan investee yang diakuisisi, maka jumlah kekayaan investee yang dimiliki
mencerminkan nilai investasi dan tidak ada amortisasi selisih investasi yang
mempengaruhi investasi serta pendapatan investasi.
Misalkan harga perolehan investasi dalam saham PT Andaika pada tanggal 1
januari 2012 adalah Rp 5,2 miliar untuk 80% saham. Nilai investasi tersebut sama
dengan jumlah kekayaan PT Andaika yang dimiliki saat itu, yakni 80% x Rp 6.5 miliar
= Rp 5,2 miliar. Apabila pada tahun 2012 PT Andaika laba sebesar Rp 200 juta dan
membagi dividen Rp 100 juta, kekayaan PT Andaika per 31 Desember 2012 adalah
sebesar Rp 6.500.000.000 + Rp 100.000.000 = Rp 6.600.000.000. karena itu, nilai
investasi PT Intiseka menjadi sebesar 80% x Rp 6,6 miliar = Rp 5,28 miliar atau
meningkat Rp 80 juta dari tanggal 1 januari 2012.

Pendapatan investasi apabila pada tanggal akuisisi terdapat selisih investasi


adalah sebagai berikut:
Laba investasi x % kepemilikan

xxx

Amotisasi/impairment selisih investasi


-

Undervalue
Overvalue
Aset tidak berwujud (goodwill dll)
Total pendapatan investasi

(xxx)
xxx
(xxx)
xxx

18

Apabila selisih investasi sudah menjadi nol melalui proses amortisasi dan
impairment, pendapatan investasi hanya bersumber dari laba entitas investee
kecuali terjadi kasus lain yang akan dibahas dalam bab 5 dan 6. Misalkan pada
tahun 2040 setelah semua selisih investasi menjadi nol, PT Andaika mengumumkan
laba sebesar Rp400 juta. Jadi, pendapatan investasi PT Intiseka adalah 80% x Rp
400 juta = Rp 320 juta.
Pendapatan Invetasi Diakon pembelian
PSAK 15 revisi 2009 paragraf 20 (b) mengatakan bahwa setiap selisih bagian
investor atas nilai wajar dan liabilitas yang teridentifikasi dari entitas asosiasi
terhadap biaya perolehan investasi dimasukkan sebagai penghasilan dalam
menentukan bagian investor atas laba atau rugi entitas asosiasi pada periode
investasi diperoleh. Dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika, jika
terdapat diskon pembelian sebesar Rp 20 juta seperti yang telah dijelaskan, maka
perhitungan pendapatan investasi adalah sebagai berikut:
Laba investee (80% x Rp 200juta)

Rp 160.000.000

Amortisasi selisih investasi


-

2.7.

Overvalue persediaan
Undervalue bangunan
Untung diskon pembelian
Total pendapatan investasi

280.000.000
(40.000.000)
20.000.000
Rp 420.000.000

PENDAPATAN INVESTASI DALAM LAPORAN


KEUANGAN INDIVIDU

Walaupun pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis diharuskan mencatat dan


menyesuaikan nilai investasinya dengan metode ekuitas sesuai PSAK 15 revisi
2009, tetapi PSAK 4 tetap mengizinkan entitas pengakuisisi (induk) menggunakan
metode biaya (cost) ketika menyusun laporan tersendiri (laporan individu) dalam
batas sebagai informasi tambahan sesuai dengan PSAK 55 : Intrument keuangan:
pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan metode cost menyajikan nilai
investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan perkembangan nilai investasi
dalam entitas anak.
Metode cost disebut juga metode pendaptan. Metode cost berpandangan
bahwa perusahaan investee adalah sumber pendaptan investor. Bila investee
mengumumkan laba, hal itu belumlah menjadi pendapatan bagi perusahaan
investor. Berdasarkan teori akuntansi, pendapatan itu harus dibuktikan dengan
adanya aliran masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang). Pengumuman
laba entitas investee tidak serta merta menjadi tanda aliran masuk bagi investor
kecuali investee berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang saham
19

(dividen). Jadi, laba entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh
investor. Karena itu, tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor
atas pengumuman laba investee.
Jika pihak investee mengumumkan dividen, hal ini merupakan bukti
pendapatan bagi investor, yakni pendapatan dividen. Investor akan mencatat
pengumuman dividen tersebut sebesar jumlah yang akan di peroleh berdasarkan
jumlah kepemilikan atas saham, dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Piutang Dividen (dividen x % kepemilikan saham)
Pendapatan Dividen

xxx
xxx

Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang


dibagikan oleh investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan
dengan alasan-alasan tertentu, yakni:
1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan
anak dibeli dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga
mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana
perusahaan induk.
3. Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan
alasan tertentu.

Misalkan PT Andaika membagi dividen setelah PT Intiseka menjadi pemilik


saham perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT Intiseka mencatat
investasinya dengan menggunakan metode cost, pengumuman dividen untuk
yang 80% dicatat sebagai pendapatan dengan ayat jurnal berikut:
Piutang dividen (80% x 100 jt)
Pendapatan investasi

Rp 80 jt
Rp 80 jt

Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang


diumumkan investee.
Pada umunya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang diperoleh,
sementara hak investor atas dividen maksimum sebesar laba entitas investee.
Misalkan pada tahun 2012 PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp 200 juta,
sehingga hak PT Intiseka atas dividen PT Andaika maksimum sebesar 80% x 200
juta = Rp 160 juta. Apabila PT Andaika mengumumkan dividen sebesar Rp 225 juta
atau PT Intiseka mendapat 80% x 225 juta = Rp 180 juta, penerimaan ini telah
20

melampaui hak PT Intiseka sebesar Rp 180 Rp 160 = Rp 20 juta. Kelebihan hak


atas pendapatan ini diperlakukan sebagai pengurang nilai investasi, sehingga
pengumuman dividen investee dicatat oleh PT Intiseka sebagai berikut:

Piutang dividen
Pendapatan investasi

Rp 180 juta
Rp 160

juta
Investasi dalam saham

Rp

20 juta

Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT Intiseka berkurang sebesar


Rp 20 juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar Rp 20
juta = Rp 5.580.000.000.
Apabila PT Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta
sebelum tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT
Intiseka mencatat pendapatan sebagai berikut:
Piutang dividen
Pendapatan dari PT Andaika

Rp 180 juta
Rp 180

juta
Apabila laba yang diumumkan PT Andaika ternyata sebesar Rp 200 juta,
maka PT Intiseka harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta
karena pendapatan tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya
adalah:
Pendapatan dari PT Andaika
Investasi dalam saham PT Andaika

Rp 20 juta
Rp 20 jtua

21

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.

JENIS PENELITIAN
Menurut

Sugiyono

(2003:

11)

penelitian

berdasarkan

tingkat

eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat digolongkan sebagai berikut:


1.

Penelitian diskriptif

Penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui


nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.
2.

Penelitian komparatif

Penelitian

komparatif

adalah

suatu

penelitian

yang

bersifat

membandingkan. Disini variabelnya masih sama dengan variabel mandiri tetapi


untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.
3.

Penelitian asosiatif

Penelitian

asosiatif

merupakan

penelitian

yang

bertujuan

untuk

mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan dengan diskriptif dan
komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi unguk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
22

Menurut Sugiyono, (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara


lain:
1. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
2.

Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata,

skema, dan gambar.


Berdasarkan teori tersebut diatas, maka penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dari studi pustaka dan
penjabaran kembali teori-teori beserta dengan contoh soal tiap-tiap identifikasi
masalah beserta contoh jurnalnya.
3.2.

SUBJEK PENELITIAN.
Subjek penelitian ini adalah salah satu bab yang terdapat dalam silabus

mata kuliah advanced accounting II yaitu akuntansi kombinasi bisnis,


3.3.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

teknik

pengambilan

informasi

yang

digunakan

adalah

melalui

studi

kepustakaan. Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah segala usaha


yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan
topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh
dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan
disertasi,

peraturan-peraturan,

ketetapan-ketetapan,

buku

tahunan,

ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.


Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan
diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu
seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian
sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan,
peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang
relevan

dengan

penelitiannya.
23

Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat


yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk
dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang
peneliti

hendaknya

mengenal

atau

tidak

merasa

asing

dilingkungan

perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan


dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut,
misalnya kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku
petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan
bahan-bahan khusus lain. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi
dan

sumber

yang

tepat

dalam

waktu

yang

Tujuan Studi

singkat.

Kepustakaan

Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia
melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang
kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan
penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir
dari bidang ilmu tersebut (the state of the art). Studi kepustakaan yang dilakukan
sebelum

melakukan

penelitian

bertujuan

untuk:

Menemukan suatu masalah untuk diteliti. Dalam arti bukti-bukti atau pernyataan
bahwa masalah yang akan diteliti itu belum terjawab atau belum terpecahkan
secara memuaskan atau belum pernah diteliti orang mengenai tujuan, data dan
metode, analisa dan hasil untuk waktu dan tempat yang sama.
3.4.

ANALISA DATA

Untuk analisis data dan pembahasan yang akan dibahas pada bab berikutnya,
data yang ada akan dianalisa dengan penjabaran teori dan penjelasan
mengenai jawaban contoh soal dan interpretasi angka-angka pada data yang
ada

menggunakan

kata-kata

yang

sederhana

dan

mudah

dipahami

menggunakan metode deskriptif (naratif).


Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku salam masyarakat serta situasisituasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu
24

fenomena. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha


menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya
(Best, 1982:119).

BAB 4
PEMBAHASAN
Akuntansi Kombinasi Bisnis
Kombinasi bisnis merupakan transaksi di mana pengakuisisi memperoleh
kendali bisnis lain (yang diakuisisi), Bisnis adalah serangkaian kegiatan yang
terintegrasi dan aktiva yang dapat memberikan pengembalian kepada investor
dalam bentuk dividen, pengurangan biaya, atau manfaat ekonomi lainnya. Bisnis
biasanya meliputi input, proses dan output dalam hal ini dapat menggantikan
faktor faktor lain, seperti memiliki operasi yang telah dimulai dan memiliki
rencana untuk menghasilkan output
maka dapat dipertimbangkan faktor-faktor lain yang menentukan apakah
suatu aktivitas merupakan bisnis atau tidak, yaitu:
1. Aktivitas utama yang direncanakan telah dimulai(Sebagai Penyeimbang
perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan
negara pada khususnya yaitu produsen Batik .)
2. Terdapat karyawan, kekayaan intelektual, serta input dan proses lainnya yang
dapat diterapkan pada input (Misalnya Pandai berfikir kreatif tidak hanya pada
pengaplikasian saja tapi mampu membuat terobosan baru yaitu membuat
motif baru)
3. Sedang dijalankan rencana untuk memproduksi output
25

4. Dapat diperoleh akses ke pelanggan yang akan membeli output, dan lainnya.
(yaitu mendata pelanggan/target market, adakan lomba untuk menjadi
sponsor, dan promosi dengan beli 2 gratis 1)
Dalam Hal ini transaksi kombinasi bisnis dengan konvergensi IFRS(internasional
Finacial Reporting Standar) Memiliki hubungan karena meningkatkan daya
informasi

laporan

Keuangan

perusahaan

karena

mengadopsi

standar

internasional juga penting dalam rangka stabilitas perekonomian dengan


mengadopsi IFRS berarti laporan Keuangan berbicara dengan bahasa akuntasi
yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam
berkomunikasi dengan cabang cabang perusahaannya yang berada dalam
Negara berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengabilan
keputusan, dengan mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan
konsistensi dalam interpretasi akuntasi, sehingga memudahkan proses akuisisi,
merger, konsolidasi maupun divestasi dan juga mengadopsi IFRS perusahaan
dapat dibandingkan dengan pesaing secara global guna meningkatkan
persaingan global saat ini.
Metode Kombinasi Bisnis
Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara
yang memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi
dengan perolehan ekuitas entitas lain, Apabila entitas mengakuisisi merupakan
perusahaan publik, peraturan bapepam masyarakat adanya pihak independen,
yakni perusahaan penilai (appraisal Company) untuk menilai kelayakan harga
akuisisi berdasarkan nilai wajar dari entitas target. Penilai independen akan
melakukan penilaian berdasarkan penilaian yang di Indonesia di sebut setandar
penilaian Indonesia (SPI).Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan menerbitkan
saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau pembendaharaan
yang diberikan kepada pemilik lama entitas target adapun macam macam
metode Kombinasi Bisnis Yaitu :
1. Merger yaitu Merger adalah penggabungan perusahaan dengan
jalan kepemilikan langsung oleh suatu perusahaan terhadap harta
milik dari satu atau lebih perusahaan lain.
Pada cara ini perusahaan yang mengabil alih harta milik
perusahaan lain merupakan satu-satunya diantara perusahaan
yang bergabung tersebut untuk tetap mempertahankan identitas
serta melanjutkan usahanya. Sedangkan perusahaan lain yang
menyerahkan harta miliknya dibubarkan dan dengan demikian
kehilangan statusnya sebagai unit usaha yang terpisah. Contoh
26

perusahaan yang melakukan merger salah satunya adalah Bank


Lippo dengan Bank Niaga pada tahun 2008 dan kedua bank ini
menyetujui untuk mengubah nama mereka setelah merger menjadi
Bank CIMN Niaga.
2. Akuisisi yaitu apabila suatu perusahaan membeli hak milik entitas
lain, namun kedua entitas bisnis tersebut tetap beroperasi secara
terpisah.
3. Konsolidasi yaitu Penggabungan perusahaan disebut dengan
konsolidasi, jika dalam proses penggabungan itu dibentuk sebuah
perusahaan baru dengan tujuan khusus untuk membeli (mengambil
alih) harta milik dan mengakui hutang-hutang dari dua atau lebih
dari perusahaan yang telah ada. Contoh perusahaan yang
melakukan konsolidasi salah satunya yaitu antara Bank Bumi Daya
(BBD), Bapindo, Bank Dagang Negara, dan Bank Exim. Keempat
bank tersebut berkonsolidasi dan berubah menjadi Bank Mandiri..

Harga Akuisisi
adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi
bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya
profesional atau konsultasi lainnya, Biaya registrasi saham pada dasarnya
merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga
akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi
diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor.

Alokasi Harga Akuisisi


PSAK 22 revisi 2010 mengharuskan pihak pengakuisisi menilai aset
teridentifikasi yang diperoleh dan kewajiban/liabilitas yang diambil alih dengan
nilai wajar pada tanggal akuisisi. Selain itu PSAK 22 juga mengharuskan pihak
pengakuisisi untuk mengukut kepentingan no pengendali atas aset neto
teridentifikasi pihak yang diakuisisi. Penilaian pada nilai wajar umumnya
dimaksudkan untuk mendapatkan harga akuisisi yang wajar. Prinsip Historical
cost mengharuskan entitas menyajikan aset Berdasarkan harga perolehan, tetapi
ketika terjadi akuisisi saham, neraca entitas yang di akuisisi harus dinilai
Berdasarkan harga wajarnya oleh penilai independen. Nilai wajar yang lebih
tinggi akan menyebabkan harga akuisisi (nilai investasi) menjadi lebih tinggi.
27

Kondisi dimana nilai wajar aset lebih tinggi dari nilai buku atau nilai buku utang
lebih besar dari nilai wajarnya disebut undervalue. Apabila nilai wajar aset lebih
kecil dari nilai buku atau nilai wajar utang lebih tinggi dari nilai buku yang tercatat,
maka hal itu disebut sebagai overvalue.
Goodwill dan Diskon Pembelian
Goodwill masuk ke dalam kolompok Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible
Asset), goodwill merupakan Aktiva Tetap Tak Berwujud yang paling tidak
berwujud, dalam artian goodwill termasuk yang paling sulit diukur apalagi untuk
dihitung. Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai buku
yang dibayarkan suatu entitas untuk bisa mendapatkan entitas lain .
Misalnya Perusahaan A ingin membeli perusahaan B untuk ekspansi
usahanya, perusahaan B memiliki total Aset sebesar Rp 1.000, total Liabilitas: Rp
350 dan total Equity Rp 650. perusahaan B jual mahal terhadap perusahaan A
karena tau posisi mereka strategis buat perusahaan A, setelah negosiasi yang
cukup melelahkan, akhirnya perusahaan B mau di beli oleh perusahaan A
dengan harga Rp 850, dan deal.
Lalu bagaimana? mari kita perhatikan
Harga Beli

: 850

Total Aset

: 1000

Net Aset

: 650

*Net Aset: Total Aset-Total Kewajiban (Hutang)

Total Aset Bersih Perusahaan B adalah Rp 650 namun dibeli oleh perusahaan A
dengan harga Rp 850, ada selisih Rp 200. Nah, selisih inilah yang kita sebut sebagai
"Goodwill". Apa ini kerugian? mungkin secara angka angka memang lebih mahal,
tapi manfaat pembelian perusahaan B ini diprediksi akan mengalir hingga beberapa
tahun kedepan.
Secara

sederhana

perusahaan

melakukan

Debit | Aset

Rp1.000

Debit | Goodwill

Rp200

penjurnalan

seperti

ini

28

Kredit |

Kas

Rp850

Kredit |

Liabilitas

Rp350

Diskon Pembelian
yaitu suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang
diakuisisi dan harga wajar kepentingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar
total ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang
menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi.
PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang
digunakan untuk mengukur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal
berikut:
(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:
(b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas
pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
(d) Imbilan yang dialihkan
Pembukuan Entitas Pengakuisisi Setelah Kombinasi Bisnis
disebut induk, yang berkewajiban menyusun laporan konsolidasi yang akan dibahas
pada bab-bab berikutnya. Pada umumnya, pihak pengakuisisi diidentifikasi sebagai
pihak yangmengalihkan kas atau aset lainnya, atau meiliki liabilitas sebagai pihak
yang mengalihkan kas atau aset lainnya, atau memiliki liabilitas atas kombinasi
bisnis. Kas atau aset lainnya akan diberikan atau dialihkan (liablilitas) kepada pemilik
atau pengendali entitas target sebelumnya. Jika terjadi hal semacam itu, PSAK 22
revisi 2010 memberikan indikasi yang dapat dipakai untuk menetukan nama
perusahaan pengakuisisi, yakni:

Ukuran pihak pengakuisisi (dinyatakan dengan laba, aset atau pendapatan)


lebih besar dari entitas target.

Jika kombinasi bisnis melibatkan lebih dari dua pihak, maka pengakuisisi
biasanya merupakan pihak yang berinisiatif melakukan kombinasi bisnis, dan
ukurannya lebih besar dari pihak lain dalam kombinasi bisnis.

Entitas baru yang dibentuk sebagai hasil dari kombinasi bisnis tidak selalu
merupakan pihak pengakuisisi. Jika entitas baru dibentuk untuk menerbitkan
kepentingan ekuitas dalam rangka kombinasi bisnis, maka salah satu entitas
yang bergabung merupakan peihak pengakuisisi dengan melihat ukuran dan
faktor lainnya.

29

Jika kombinasi bisnis mengakibatkan manajemen suatu perusahaan


mendominasi penentuan anggota manajemen perusahaan yang bergabung,
mak aperusahaan yang dominan tersebut adalh perusahaan pengakuisisi.

Bahwa dalam kombinasi bisnis yang dilakukan dengan penerbitan ekuitas, pihak
pengakuisisi umumnya merupakan pihak yang menerbitkan ekuitas. Pengecualian
terjadi dalam Reverse Acquistion di mana pihak yang secara hukum diidentifikasi
sebagai pihak pengakuisisi, tetapi berdasarkan substansi akuntansi diidentifikasi
sebagai pihak yang diakuisisi.
Pendapatan Investasi dalam Laporan Keuangan Individu
instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan metode biaya
menyajikan nilai investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan
pengembangan investasi dalam entitas anak.
Metode biaya disebut juga metode pendapatan dimana berpandangan bahwa
perusahaan investee adalah sumber pendapatan investor. Bila investee
mengumumkan laba, hal itu belumlah menjadi pendapatan bagi perusahaan
investor. Berdasarkan teori akuntansi, pendapatan itu harus dibuktikan dengan
adanya aliran masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang).
Dalam metode biaya sumber pendapatan investasi adalah laba dibagikan oleh
investee. Penerapan metode ini dilakukan dengan alasan tertentu yakni:
1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena alasan perusahaan
anak dibeli dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga
mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana
kepada perusahaan induk.
3. Penggunaan metode ekuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasanalasan tertentu.

30

Kesimpulan
Setelah penulis pelajari makalah ini penulis dapat beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
Penggabungan Usaha adalah merupakan usaha pengembangan atau perluasan
usaha dengan cara menggabungkan dua atau lebih perusahaan menjadi satu
kesatuan ekonomi. Maka merupakan sebuah hubungan yang bertujuan untuk
membangun kesejahteraaan perusahaan dalam Penyeimbang perekonomian
nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
Dari penjelasan diatas bisa ditarik bahwa penggabungan usaha merupakan sebuah
kombinasi bisnis suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih
dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. tidak hanya mengakusisi atau
merger maupun konsolidasi terlebih dapat membangun kesejahteraan perusahaan
maupun meningkatkan defisit negara

Saran
Selain untuk perluasan, perusahaan-perusahaan mungkin memilih penggabungan
usaha untuk memperoleh manfaat dari segi pajak.
Meskipun pada dasarnya strategi penggabungan usaha yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan memberikan banyak manfaat, tetapi ada juga risiko yang
harus ditanggung oleh perusahaan yang melakukan penggabungan tersebut yaitu
risiko sumber daya manusia, dalam hal ini dampak dari penggabungan usaha
tersebut.

31

Anda mungkin juga menyukai