Upwelling

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan

permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin,
salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993).
Upwelling merupakan fenomena oseanografi yang melibatkan wind-driven motion
yang kuat, dingin dan biasanya membawa massa air yang kaya akan nutrien ke
arah permukaan laut. Upwelling adalah fenomena atau kejadian yang berkaitan
dengan gerakan naiknya massa air laut. Gerakan vertikal ini adalah bagian
integrasi dari sirkulasi laut tetapi ribuan sampai jutaan kali lebih kecil dari arus
horizontal. Gerakan vertikal ini terjadi akibat adanya stratifikasi densitas air
laut karena dengan penambahan kedalaman mengakibatkan suhu menurun dan
densitas meningkat yang menimbulkan energi untuk menggerakkan massa air
secara vertikal. Laut juga terstratifikasi oleh faktor lain, seperti kandungan
nutrien yang semakin meningkat seiring pertambahan kedalaman. Dengan
demikian adanya gerakan massa air vertikal akan menimbulkan efek yang
signifikan terhadap kandungan nutrien pada lapisan kedalaman tertentu.
Proses Terjadinya Upwelling
Angin menyebabkan pergerakan arus secara vertikal disamping arus permukaan
secara horisontal. Untuk memahami pergerakan air secara vertikal tersebut,
kita harus tinjau Spiral Ekman. Transport netto lapisan permukaan (dikenal
dengan Transport Ekman) adalah 900 ke arah kanan di belahan bumi utara.
Normalnya, air permukaan menanggapi gaya tersebut dengan bergerak seperti
suatu irisan (Gross, 1992).
Angin yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di
bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan
yang berada di atas. Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum
berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan oksigennya rendah dan suhunya
lebih dingin dibandingkan dengan suhu air permukaan lainnya.
Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung larutan nutrien seperti nitrat dan
fosfat sehingga cederung mengandung banyak fitoplankton. Fitoplankton
merupakan bahan dasar rantai makanan di lautan, dengan demikian di daerah
upwelling umumnya kaya ikan.
Rendahnya temperatur permukaan laut menyebabkan hilangnya panas dan
mengubah iklim local. Air bawah permukaan yang dibawa ke permukaan dari
kedalaman 100-200 meter kaya akan nutrien, yang mendukung pertumbuhan.
Daerah upwelling ini mendukung pertumbuhan organisme laut yang menyediakan
sekitar setengah perikanan dunia (Gross, 1992).

Tipe - Tipe Upwelling


Setidaknya ada lima tipe upwelling yaitu coastal upwelling, large-scale winddriven upwelling in the ocean interior, upwelling associated with eddies,
topographically-associated upwelling, and broad-diffusive upwelling in the ocean
interior.
Coastal Upwelling
Coastal upwelling adalah tipe yang paling banyak memiliki hubungan dengan
aktivitas manusia dan memberikan banyak pengaruh terhadapa produktivitas
perikanan di dunia, seperti ikan pelagis kecil (sardines, anchovies, dll.). Laut
dalam kaya akan nutrien termasuk nitrate and phosphate, yang merupakan hasil
dari dekomposisi materi organik (dead/detrital plankton) dari permukaan laut.
Ketika sampai ke permukaan, nutrien tersebut digunakan oleh fitoplankton,
beserta CO2 terlarut dan dan energi cahaya matahari untuk menghasilkan bahan
organik melalui proses fotosintesis. Daerah Upwelling memiliki produktivitas
yang tinggi dibanding dengan wilayah lainnya. Hal ini berkaitan dengan rantai
makanan, karena fitoplankton berada pada level dasar pada rantai makanan di
laut. Daearah dari upwelling antara lain pantai Peru, Chile, Laut arab, western
South Africa, eastern New Zealand, southeastern Brazil dan pantai California.
Adapun rantai makanan di laut adalah sebagai berikut : Phytoplankton ->
Zooplankton -> Predatory zooplankton -> Filter feeders -> Predatory fish Karena
ini menjadi sebuah rantai makanan, ini berarti bahwa setiap spesies adalah
spesies kunci dalam zona upwelling. Bagian kunci dari oseanografi fisika yang
menimbulkan
coastal upwelling
adalah efek Coriolis yang didorong oleh wind-driven yang derung diarahkan ke
sebelah kanan di belahan bumi utara dan ke arah kiri di belahan bumi selatan.
Equatorial Upwelling
Fenomena yang sama terjadi di ekuator. Apapun lokasinya ini merupakan hasil
dari divergensi, massa air yang nutrien terangkat dari lapisan bawah dan hasilnya
ditandai oleh fakta bahwa pada daerah ekuator di pasifik memiliki konsentrasi
fitoplankton yang tinggi.
Southern Ocean Upwelling
Upwelling dalam skala besar juga terjadi di Southern Ocean. Di sana,
dipengaruhi angin yang kuat dari barat dan timur yang bertiup mengelilingi

Antarctika, yang mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap aliran


massa air yang menuju ke utara. Sebenarnya tipe ini masih termasuk ke dalam
coastal upwelling. Ketika tidak ada daratan antara Amerika Selatan dengan
Semenanjung Antartika, sejummah massa air terangkat dari lapisan dalam.
Dalam banyak pengamatan dan sintesis model numerik, upwelling samudra bagian
Selatan merupakan sarana utama untuk mengaduk material lapisan dalam ke
permukaan.Beberapa model sirkulasi laut menunjukkan bahwa dalam skala luas
upwelling terjadi di daerah tropis, karena didorong tekanan air mengalir
berkumpul ke arah lintang rendah dimana terdifusi dengan lapisan hangat dari
permukaan.
Tropical cyclone upwelling
Upwelling juga bisa disebabkan oleh tropical cyclone yang melanda suatu wilayah
laut, biasanya apabila bertiup dengan kecepatannya kurang dari 5 mph (8 km/h).
Artificial Upwelling
Upwelling tipe jenis ini dihasilkan oleh perangkat yang menggunakan energi
gelombang laut atau konversi energi panas laut untuk memompa air ke
permukaan. Perangkat seperti telah dilakukan untuk memproduksi plankto.
Non-oceanic upwelling
Upwelling juga terjadi di lingkungan lainnya, seperti danau, magma dalam mantel
bumi. Biasanya akibat dari konveksi.
Dampak Upwelling
Sebaran suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui terjadinya proses upwelling di suatu perairan
(Birowo dan Arief, 1983). Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu
permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah
sekitarnya. Tingginya kadar zat hara tersebut merangsang perkembangan
fitoplankton di permukaan. Karena perkembangan fitoplankton sangat erat
kaitannya dengan tingkat kesuburan perairan, maka proses air naik selalu
dihubungkan dengan meningkatnya produktivitas primer di suatu perairan dan
selalu diikuti dengan meningkatnya populasi ikan di perairan tersebut. (Pariwono
et al, 1988 dalam Presetiahadi, 1994).
Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplaknton
pada suatu perairan tertentu dan dapt digunakan sebagai petunjuk produktivitas
perairan. Berdasarkan penelitian Nontji (1974) dalam Presetiahadi, (1994) nilai

rata-rata kandungan klorofil di perairan Indonesia sebesar 0,19 mg/m3, nilai


rata-rata pada saat berlangsung musim timur (0,24 mg/m3) menunjukkan nilai
yang lebih besar daripada musim barat (0,16 mg/m3). Daerah-daerah denga nilai
klorofil tinggi mempunyai hubungan erat dengan adanya proses penaikan massa
air / upwelling (Laut Banda, Arafura, Selat Bali dan selatan Jawa), proses
pengadukan dan pengaruh sungai-sungai (Laut Jawa, Selat Malaka dan Laut Cina
Selatan
Secara ekologis, efek dari upwelling berbeda-beda, namun ada dua akibat yang utama.
Pertama, upwelling membawa air yang dingin dan kaya nutrien dari lapisan dalam, yang
mendukung pertumbuhan seaweed dan blooming phytoplankton. Blooming phytoplankton
tersebut membentuk sumber energi bagi hewan-hewan laut yang lebih besar termasuk ikan
laut, mamalia laut, serta burung laut.
Akibat kedua dari upwelling adalah pada pergerakan hewan. Kebanyakan ikan laut dan
invertebrata memproduksi larva mikroskopis yang melayang-layang di kolom air. Larva-larva
tersebut melayang bersama air untuk beberapa minggu atau bulan tergantung spesiesnya.
Spesies dewasa yang hidup di dekat pantai, upwelling dapat memindahkan larvanya jauh dari
habitat asli, sehingga mengurangi harapan hidupnya. Upwelling memang dapat memberikan
nutrien pada perairan pantai untuk produktifitas yang tinggi, namun juga dapat merampas
larva ekosistem pantai yang diperlukan untuk mengisi kembali populasi pantai tersebut.
Beberapa jenis upwelling di lautan
1. Upwelling jenis tetap
Upwelling yang terjadi sepanjang tahun.
2. Upwelling jenis berkala
Terjadi hanya satu musim saja
3. Upwelling jenis silih berganti
Terjadi secara bergantiandengan penenggelaman massa air (downwelling).
Beberapa lautan yang diduga mempunyai hubungan erat dengan pola arus dan
sirkulasi air yang berkembang dalam musim timur di Indonesia adalah Selat Makassar, selat
Bali , teluk Bone, laut Flores dan selaatan Jawa yang berskala besar.
Upwelling di Indonesia
Fenomena upwelling yang terjadi di Indonesia anatara lain disebabkan oleh keadaan kontur
dasar perairan laut Indonesia yang sangat beragam hal ini dipengaruhi karena adanya banyak

pulau, penyempitan atau pelebaran selat dan juga banyak terdapatnya sill (dataran lembah
yang mencuat) di mulut cekungan laut. Persebaran upwelling di Indonesia bagian timur
seperti laut Banda, laut Arafura dan laut Maluku. Hal ini terjadin karena pada musim timur,
massa air di lapisan atas perairan tersebut terdorong oleh angin timur sampai ke laut Jawa,
laut Natuna dan laut Cina selatan. Kekosongan air dilapisan inilah yang diisi oleh massa air
dari bawah yang kaya nutrien. Pada saat terjadi upwelling, salinitas permukaan mencapai
34%0 dan temperatur berkisar antara 26,4oC-27,8oC, kadar plankton dan unsur-unsur fosfat,
nitrat dan silikat naik dengan mencolok, sehingga tingkat produktivitas tinggi. Sebaliknya
pada

downwelling

terjadi

penenggelaman

air

permukaan

sehingga

menyebabkan

produktivitas menurun.

Dampak positif upwelling yang terjadi di perairan selatan Jawa-Bali pada bula
agustus terjadi fenomena upwelling fitoplanktonnya sangat subur tetapi pada bulan febbruari
terjadi penurunan rendah.
Dua akibat utama yang patut diperhatikan pada fenomena upwelling :
1. Upwelling membawa air yang dingin dan kaya nutrien dari lapisan dalam, yang mendukung
2.

pertumbuhan algae dan bloomng fitoplankton.


Pada pergerakan hewan, upwelling dapat memindahkan larvanya jauh dari habitat asli,
sehingga mengurangi harapan hidupnya.
Hubungan upwelling pada budidaya perairan sistem KJA di danau/waduk

Berbeda dengan di perairan terbuka seperti lautan, upwelling memberikan dampak negatif
pada perairan danau, waduk dan tambak karena dapat mematikan kultivan yang ada di
dalamnya. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya biota yang dibudidayakan di KJA
sehingga terjadi residu penumpukan sisa pakan buatan/pelet. Selain itu hasil metabolisme
dari kultivan seperti urine dan feses. Terakumulasinya bahan-bahan organik terrsebut
menyebabkan turunnya kadar oksigen dan meningkatnya kadar NH 3, NO2 dan H2S yang pada
konsentrasi tertentu dapat mematikan ikan. Kotoran ikan dapat menimbulkan deposisi yang
meningkat di dasar perairan, selanjutnya mengakibatkan penurunan kadar oksigen di bagian
dasar. Sedangkan Upwelling sendiri adalah proses naiknya air di dasar danau/waduk karena
suhu air di permukaan lebih dingin daripada suhu di bawahnya. Fenomena upwelling
merupakan gejala alam yang terjadi secara rutin, khususnya di awal musim penghujan saat
cuaca mendung dimana intensitas cahaya matahri sangat rendah sehingga menyebabkan
rendahnya laju fotosintesis dan rendahnya produksi oksigen (O 2) dalam air. Pada kondisi
hujan terus-menerus, suhu permukaan air rendah sehingga massa air di dasar danau/waduk
lebih hangat yang berakibat massa air (baik berupa padatan maupun gas) di bawah itu naik ke
atas yang membawa senyawa toksik (NH 3 dan H2S) sehingga ikan-ikan sulit bernafas karena
konsentrasi oksigennya minim yang mengakibatkan kematian massal ikan. Fenomena ini
biasanya ditandai dengan mulai mabuk atau mengambangnya ikan di permukaan air, bahkan
lebih parah lagi matinya ikan yang hidup di dasar perairan.
Usaha untuk menanggulangi dampak upwelling yang sangat merugikan ini salah
satunya dengan cara adanya penataan ruang perairan, pengaturan jumlah unit KJA yang
beroperasi, teknik budidaya dan konstruksi KJA serta cara pemberian pakan akan sangat
menentukan kelestarian lingkungan perairan.

Daftar pustaka

http://bagusrn-fpk09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35557-Bahan%20KuliahMengenal%20Fenomena%20Laut%20Upwelling.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Upwelling#cite_note-Bakun-5
https://www.academia.edu/6417401/upwelling_pada_air_laut

Anda mungkin juga menyukai