Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN BIOKIMIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan memang sangat penting, maka dari itu kita jangan sampai lupa akan
kesehatan yang harus dijaga, dari berbagai macam penyakit yang ada dan berbagai
pengobatan dilakukan, makalah ini di buat agar menambah ilmu agar mengehui dengan
upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat dengan pengobatan sendiri. Upaya kesehatan di
selenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang di laksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan (Nur
Songo, 2012).
Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan
penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik
monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan
terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah
satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh (Irawan, 2007).
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari dalam
tubuh(organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh(zat makanan) untuk bermacam-macam
fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel. Kolesterol yang berada dalam zat
makanan yang kita makan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh
pemasukan ini seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Kolesterol tidak larut
dalam cairan darah, untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama
protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein, yang dapat dianggap sebagai pembawa
(carier) kolesterol dalam darah (Almatsier, 2009).
Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh
berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme
normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang
banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk
kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15
persen (Almatsier, 2004).

Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh
berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme
normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang
banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk
kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15
persen (Almatsier, 2004).
Protein adalah bagian terbesar dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam otot,
seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di
dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat
digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
(Almatsier, 2009).
Albumin merupakan koloid alamiah pertama yang digunakan sebagai volume
expander sehubungan dengan fungsinya dalam meningkatkan tekanan ankotik intravaskular
sehingga mampu memperbesar volume intravaskular dan memperbaiki perfusi jaringan.
Albumin juga berfungsi sebagai alat transport beberapa zat penting seperti lemak, toksin,
obat-obatan (Poedjiadi, 2005).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan
(Sandjaja, 2009).
Seng (zing) merupakan mineral antioksidan yang penting. Seng akan membantu
mencegah oksidasi lemak dan diperlukan tubuh untuk memproduksi antioksi dan super
oksidase dismutase. Keberadaan seng dibutuhkan pula untuk menjaga kadar vitamin E dalam
darah sehingga membrane sel darah merah bias terlindungi dari efek oksidasi mineral lain
(Hidayat, 2005).
1.2 Prinsip Percobaan
1. Pemeriksaan Glukosa
Prinsip dari percobaan ini adalah glukosa ST kit menggunakan dasar metode tinder
yang klasik dengan enzim [G]lukose, [O]xi[D]ase, [P]eroksidase, 4-[A]minophenazone dan
[P]henol (GOD-PAP), dengan reaksi sebagai berikut:
Cholesterol + O2 + H2O

GOD

Gluconic Acid + H2O

H2O2 + Phenol + 4-Aminophenazone

H2O2+ Zat warna quinone

berwarna merah.
2. Pemeriksaan Kolesterol
Cholesterol esterase

Adapun prinsip percobaan pemeriksaan kolesterol adalah:


Cholesterol oksidase

Cholesterol ester

ch Kolesterol + fatty acid

Peroksidase

Cholesterol + O2
H2O2

4 Cholesterol + H2O2
+

4-Aminopenazom

Phenol

4-(p-benzokinon-

monoamino) Phenazon + 4 H2O.


3.
Uricase

Pemeriksaan Asam Urat


Peroksidase

Uric Acid + O2 + H 2 O
2 H2 O2 + AAP + DHBS

Allation + CO2 + H2 O2
Quinoneimine+ H2 O

4. Pemeriksaaan Protein Total


Protein dalam serum bereaksi dengan larutan alkalis copper-tartrat dan memberikan
warna ungu (violet) yaitu reaksi biuret.
5. Pemeriksaan Albumin
Prinsip percobaan ini didasarkan pada metode Doumas et al dimana albumin mengikat
BCG sehingga menyebabkan perubahan dalam penyerapan spectrum pencelupan.Pencelupan
pembentukan albumin kompleks mempunyai puncak penyerapan pada 625 nm yang sangat
proporsional pada konsentrasi albumin dalam sampel.
6. Pemeriksaan Hemoglobin

Prinsip dari percobaan yang dilakukan adalah pemeriksaan hemoglobin (Hb) dengan
menggunakan hemoglobin meter (Hemocue), dimana hasilnya akan dibandingkan dengan
standar kadar Hb yang normal yang dibedakan antara pria dan wanita.
7. Pemeriksaan Zink
Seng berperan pada molekul penerima rasa lidah. Tingkat ketajaman rasa dapat
menggambarkan apakah seseorang mengalami defisiensi seng atau tidak. Seng sulfat akan
merangsang molekul penerima rasa pada lidah sehingga ketajaman rasa dapat diukur.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Tujuan Umum
Menentukan status gizi secara biokimia dalam plasma darah manusia.
2. Tujuan Khusus
1. Menentukan kadar kolesterol dalam plasma darah manusia.
2. Menentukan kadar glukosa dalam plasma darah manusia.
3. Menentukan kadar protein total dalam plasma darah manusia.
4. Menentukan kadar albumin dalam plasma darah manusia
5. Menentukan kadar asam urat dalam plasma darah manusia.
6. Menentukan kandungan zink dalam tubuh.
7. Menentukan kandungan hemoglobin dalam darah manusia.
1.4 Manfaat Percobaan
1. Pemeriksaan Glukosa
Manfaat percobaan ini adalah kita dapat mengetahui cara mengukur glukosa darah
sehingga dapat mengetahui kadar glukosa dan dapat menetukan langkah-langkah pencegahan
dalam mengontrol naik turunnya kadar glukosa dalam darah.
2. Pemeriksaan Kolesterol
Manfaat dari percobaan ini adalah, agar kita dapat mengetahui cara menentukan
kadar kolesterol dalam plasma darah manusia dan dapat mengetahui tinggi rendahnya kadar
kolesterol seseorang.
3. Pemeriksaan Protein Total
Manfaat dari percobaan ini adalah agar kita dapat mengetahui dan menentukan kadar
protein total dalam plasma darah manusia berikut dengan bagaimana cara pengukurannya
sehingga kita dapat melakukan langkah-langkah pencegahan atau pengobatan bila kadar
protein total kita tinggi atau rendah.

4. Pemeriksaan Asam Urat


Manfaat dari percobaan ini adalah agar kita dapat mengetahui kadar asam urat dalam
plasma darah setiap manusia. Sehingga kita dapat menetukan apakah orang tersebut
mempunyai kadar asam urat normal atau berlebihan.
5. Pemeriksaan Albumin
Manfaat dari percobaan ini agar kita dapat menentukan banyaknya jumlah albumin
dalam serum manusia dan plasma pada kedua sistem baik manual maupun otomatis.
6. Pemeriksaan Hemoglobin
Manfaat dari percobaan ini adalah agar kita dapat mengetahui cara menentukan kadar
hemoglobin seseorang dengan menggunakan alat hemoglobin meter (Hemocue).
7. Pemeriksaan Zink
Manfaat dari percobaan ini adalah agar praktikan mampu mengetahui status mineral
Zn dalam tubuhnya dengan menggunakan metode Kecap Smith.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glukosa
Di dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan
terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam tubuh, glukosa tidak
hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot & hati namun juga dapat
tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Di dalam tubuh
selain akan berperan sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme, glukosa juga akan
berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di
dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP
(adenosine triphosphate) yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam
tubuh. Dalam konsumsi keseharian, glukosa akan menyediakan hampir 5075% dari total
kebutuhan energi tubuh (Irawan, 2007).
Glukosa ialah sejenis gula ringkas. Tumbuh-tumbuhan menyimpan glukosa sebagai
karbohidrat yang dinamai kanji dalam bijirin seperti beras, jagung, barli dan sebagainya.

Glukosa dalam larutan memutarkan cahaya terkutub-satah ke sebelah kanan, maka ia dikenali
sebagai gula dekstrosa. Jumlah glukosa yang diperlukan oleh tubuh setiap hari ialah 160g,
120g dari padanya diperlukan oleh otak setiap hari bagi orang dewasa. Jumlah glukosa yang
terdapat dalam cecair tubuh ialah 20g dan yang sedia ada daripada degradasi glikogen
simpanan ialah 190g. Justru, glikogen simpanan dapat membekalkan glukosa kepada tubuh
dengan mencukupi untuk tempoh satu hari saja. Dalam keadaan kebuluran yang
berpanjangan, glukosa mesti dibentukkan daripada sumber bukan karbohidrat .Dalam alam,
glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari
dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus
digunakan untuk pembentukan amilum dan selulosa. Amilum yang terbentuk dari glukosa
dengan jalan penggabungan molekul-molekul glukosa yang membentuk rantai lurus maupun
bercabang dengan melepaskan molekul air. Dalam dunia perdagangan dikenal dengan siup
glukosa, yaitu suatu larutan glukosa yang sangat pekat, sehingga mempunyai viskositas atau
kekentalan yang tinggi. Sirup glukosa ini diperoleh dari amilum melalui proses hidrolisis
dengan asam (Poedjiadi, 2007).
2.2 Kolesterol
Kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik utnuk jantung dan
pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun, ada salah pengertian, seolaholah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol
makanan. Sehingga banyak prodeuk makanan, bahkan minyak goring diiklankan sebagai
nonkolesterol.Jika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap
membentuk Kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(arteriosclerosis) karena dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elestisitas pembuluh darah
menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu (Murray,dkk., 2003).
Kolesterol dapat membahayakan tubuh bila terdapat dalam jumlah terlalu banyak di
dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga
menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterokklerosis.Bila penyempitan terjadi pada
pembuluh darah jantung dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan bila pada
pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular (Hadju, 2005).
2.3 Asam Urat
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir
dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam

nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita
dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah,
kacang-kacangan) ataupun hewan (daging, jeroan, ikan sarden) (Almatsier, 2004).
Penyakit radang sendi akibat peningkatan kadar asam urat darah disebut dengan
artritis gout atau artritis pirai. Artritis gout yang akut disebabkan oleh reaksi radang jaringan
terhadap pembentukan kristal urat. Pada sebagian besar kasus gout riwayat penyakit dan
gambaran klinis bersifat khusus, sehingga kadang-kadang diagnosis dapat langsung
ditegakkan.Asam urat atau gout artritis lebih sering menyerang laki-laki terutama yang
berumur di atas usia 30 tahun, karena umumnya laki-laki sudah mempunyai kadar asam urat
yang tinggi dalam darahnya. Sedangkan kadar asam urat pada wanita umumnya rendah dan
baru meningkat setelah menopause. Penyebab gout adalah peningkatan kadar asam urat
dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
(Soekirman, 2005):
1.

Adanya produksi asam urat berlebihan karena meningkatnya pembentukan zat purin dalam
tubuh. Peningkatan tersebut berasal dari asupan makanan yang mengandung purin tinggi.

2.

Gangguan pada ginjal. Produk buangan termasuk asam urat dan garam-garam anorganik
dibuang melalui saluran ginjal, kandung kemih dan saluran kemih dalam bentuk urin.
Kegagalan ginjal dalam proses pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup banyak
dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hal tersebut juga dapat menimbulkan
komplikasi lain yaitu pengendapan asam urat dalam ginjal yang akhirnya terjadi
pembentukan batu ginjal dari kristal asam urat.

2.4 Total Protein


Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam serum/plasma,
yang terdiri atas albumin, globulin dan lain fraksi yang (protein yang kadarnya sangat
rendah). Pemeriksaan protein total berguna untuk memonitor perubahan kadar protein yang
disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Biasanya diperiksa secara bersama-sama dengan
pemeriksaan lain. Misalnya kadar albumin, faal hati, atau pemeriksaan elektroforesis protein.
Rasio albumin/globulin diperoleh dengan perhitungan dan dapat memberikan keterangan
tambahan. Kadar protein total meningkat pada keadaan dehidrasi, multiple myeloma dan
penyakit hati menahun, merendah pada penyakit ginjal dan stadium akhir gagal hati
(Sirajuddin, 2013).
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya
larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar

larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform.
Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal
(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekulmolkeul protein. Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya
(Almatsier, 2004).
2.5 Albumin
Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar
60 persen. Manfaatnya untuk pembentukan jaringan sel baru. Di dalam ilmu kedokteran,
albumin ini dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah,
misalnya karena operasi atau pembedahan. Pada masa krisis saat ini, impor serum albumin
yang dimanfaatkan sering membebani biaya pasien. Untuk satu kali pembedahan,
penggunaan serum ini bisa mencapai tiga kali 10 mililiter itu (Poedjiadi, 2005).
Albumin berfungsi sebagai transport berbagai macam substansi termasuk bilirubin,
asam lemak, logam, ion, hormone, dan obat-obatan. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin
adalah obat yang seharusnya berikatan dengan protein akan berkurang, di lain pihak obat
yang tidak berikatan akan meningkat, hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam darah
(Almatsier, 2004).
Albumin merupakan koloid alamiah pertama yang digunakan sebagai volume
expander sehubungan dengan fungsinya dalam meningkatkan tekanan ankotik intravaskular
sehingga mampu memperbesar volume intravaskular dan memperbaiki perfusi jaringan.
Albumin juga berfungsi sebagai alat transport beberapa zat penting seperti lemak, toksin,
obat-obatan (Poedjiadi, 2005).
Ukuran tingkat protein total sendiri kemungkinan tidak diketahui, tetapi dapat
dinormalkan dengan adanya perubahan nilai unsur pokok protein. Contohnya menurunnya
albumin distabilkan dengan naiknya tingkat immnoglobin ini merupakan kombinasi yang
sudah lazim. Hiperalbuminae kemungkinan tidak terjadi, dan naiknya konsentrasi albumin
hanya dialami pada keadaan dehidrasi yaitu untuk mereduksi kadar cairan plasma, sebagai
akibat dari statis vena. Hipoalbuminaemia terjadi sebagai akibat dari overdehidrasi, kelebihan
protein, pengurangan sintesis pada defisiensi makanan, penyakit hati, serta meningkatnya
katabolisme (Almatsier, 2004).

2.6 Hb (Hemoglobin)
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan
(Sandjaja, 2010).
Hemoglobin manusia ditemukan dalam eritrosit, suatu tetramer dengan ukuran 50x
55 x 64 A dan berat molekul 64.400 Dalton. Hemoglobin terdiri dari persenyawaanantara
hem dan globin (gambar 1). Hem ialah suatu persenyawaan kompleks yangterdiri atas 4 buah
gugusan pyrol dangan Fe ditengahnya, sedangkan globin terdiri atas 2pasang rantai
polipeptida yang berbeda; 2 (alfa) dan 2(beta) untuk Hb A (22);2 dan 2 (gama) untuk
Hb F (22), dan 2 dan 2 (delta) untuk Hb A2 (22). Ketiga jenis hemoglobin ini
merupakan hemoglobin normal pada manusia (Poedjiadi, 2005).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai
indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan
demikian mengindikasikan anemia. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai
hemoglobin menjadi akurat sampai 2-3%. Metode yang lebih dulu dikenal adalah metode
Sahli yang menggunakan teknik kimia dengan membandingkan senyawa akhir secara visual
terhadap standar gelas warna. Ini memberi 2-3 kali kesalahan rata-rata dari metode yang
menggunakan spektrofotometer yang baik (Supariasa, 2001).
Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini
hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methomoglobin yang kemudian
bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah.
Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang
membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini
masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya (Supariasa, 2001).
Adapula perhitungan kadar hemoglobin, yaitu (Supariasa, 2001):
Kadar Hb = absorpsi 36,8 gr/dl/100 ml atau
Kadar Hb = absorpsi 22.8 mmol/l
Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan
menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar
51%. Bandingkan dengan prevalensi untuk anak balita sekitar 43%, anak usia sekolah 37%,
lelaki dewasa hanya 18%, dan wanita tidak hamil 35%. Di tahun 1990, prevalensi anemia
kurang besi pada wanita hamil justru meningkat sampai sebesar 55% (WHO, 1990); yang

menyengsarakan sekitar 44% wania diseluruh negara sedang berkembang (kisaran angka
13.4-87.5%). Angka tersebut terus membengkak hingga 74% (1997) yang bergerak dari
13.4% Thailand ke 88.5% India (Arisman, 2007).
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah
sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2007).

2.7 Zn (Seng)
Seng adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan manusia/hewan
dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Tubuh manusia dewasa
mengandung 2-2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah tersebut berada dalam tulang dan
mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina,
hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh
pada jaringan-jaringan tersebut. Di dalam darah seng terutama terdapat dalam sel darah
merah, sedikit ditemukan dalam sel darah putih, trombosit dan serum. Kira-kira 1/3 seng
serum berikatan dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam 100 ml darah
terdapat 900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90-130 mg seng (Almatsier, 2004).
Seng (zing) merupakan mineral antioksidan yang penting. Seng akan membantu
mencegah oksidasi lemak dan diperlukan tubuh untuk memproduksi antioksi dan super
oksidase dismutase. Keberadaan seng dibutuhkan pula untuk menjaga kadar vitamin E dalam
darah sehingga membrane sel darah merah bias terlindungi dari efek oksidasi mineral lain
(Hidayat, 2005).
Pada akhir-akhir ini, riset menunjukkan bahwa kemerosotan fungsi kelenjar timus
dapat diatasi dengan mineral seng. Mineral seng akan meremajakan kelenjar dan membuat
kelenjar itu berfungsi sebagaimana ketika usia seseorang masih muda. Percobaan pada tikus
yang sudah mengalami penurunan fungsi kelenjar bahwa mineral seng mampu memulihkan
80% fungsi timus. Dengan pemulihn itu, kekebalan tubuh tikus dapat ditingkatkan karena
kelenjar timus lebih aktif memproduksi sel T (Hidayat, 2005).
Tampaknya, dosis harian 15-30 mg mineral seng cukup untuk mengoptimalkan
fungsi kekebalan tubuh kita. Dosis yang lebih tinggi mungkin diperlukan jika kita sudah
menginjak usia manula, tetapi jangan lebihdari 50 mg/hari(Hidayat, 2005).
Peranan terpenting seng bagi makhluk hidup adalah untuk pertumbuhan dan
pembelahan sel, sebab seng berperan pada sintesis dan degradasi karbohidrat, lemak, protein,

asam nukleat, dan pembentukan embrio. Dalam hal ini, seng dibutuhkan untuk proses
percepatan pertumbuhan, menstabilkan struktur membran sel dan mengaktifkan hormon
pertumbuhan. Seng juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator
potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pada defisiensi seng ditemukan limfopeni,
menurunnya konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B (Hidayat, 2005).
Selain itu, seng juga berperan dalam berbagai fungsi organ. Misalnya, keutuhan
penglihatan yang merupakan interaksi metabolisme antara seng dan vitamin A. Gejala rabun
senja pada defisiensi seng berkaitan pula dengan deplesi dehidrogenase retinal dan retional,
akibat gangguan keutuhan retina yang dipengaruhi oleh mineral seng (Hidayat, 2005).
Seng adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan manusia/hewan
dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Tubuh manusia dewasa
mengandung 2-2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah tersebut berada dalam tulang dan
mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina,
hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh
pada jaringan-jaringan tersebut. Di dalam darah seng terutama terdapat dalam sel darah
merah, sedikit ditemukan dalam sel darah putih, trombosit dan serum. Kira-kira 1/3 seng
serum berikatan dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam 100 ml darah
terdapat 900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90-130 mg seng (Almatsier, 2004).
Seng terlibat pada lebih dari 90 enzim yang hubungannya dengan metabolisme
karbohidrat dan energi, degradasi/sintesis protein, sintesis asam nukleat, biosintesis heme,
transpor CO2 (anhidrase karbonik) dan reaksi-reaksi lain. Pengaruh yang paling nyata adalah
dalam metabolisme, fungsi dan pemeliharaan kulit, pankreas dan organ-organ reproduksi
pria, terutama pada perubahan testosteron menjadi dehidrotestosteron yang aktif. Dalam
pankreas, seng ada hubungannya dengan banyaknya sekresi protease yang dibutuhkan untuk
pencernaan . Juga ada hubungannya dengan insulin, walaupun tidak memegang peranan
secara langsung terhadap aktivitas insulin (Hidayat, 2005).
Umumnya seng diperoleh dari bahan makanan asal hewani seperti daging, hati, dan
ayam. Bahan makanan asal hewani yang diperoleh dari laut seperti tiram, kerang dan ikan
haring mengandung seng dalam jumlah sangat tinggi. Sebaliknya kadar seng dalam bahan
makanan nabati seperti kacang-kacangan dan padi-padian selain ditemukan rendah, juga
mengandung zat fitat yang menghambat absorbsi seng. Kadar seng pada buah-buahan juga
rendah. Data dari berbagai negara menunjukan bahwa kandungan seng dalam makanan
sehari-hari sangat rendah. Meskipun di Indonesia belum mencantumkan kadar seng dalam
Daftar Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes RI, namun

bila dilihat dari pola menu masyarakat pada umumnya , diperkirakan kandungan seng dalam
makanan sehari-hari juga rendah. Apabila masukan makanan rendah seng tersebut berkurang,
maka masukan seng makin berkurang dan ada kemungkinan tidak mencukupi kebutuhan
(Almatsier, 2004).
Memenuhi kecukupan seng, dibutuhkan pengaturan diet yang adekuat, selain itu juga
harus memperhitungkan bioavailabilitas bahan makanan yang mengandung seng, yaitu efek
dari setiap proses, baik fisik, kimia, maupun fisiologis, yang berpengaruh pada jumlah seng
yang diserap dari bahan makanan hingga bentuk biologis yang aktif untuk dapat
dimanfaatkan bagi kebutuhan fungsional. Komponen bahan makanan juga berperan penting
pada bioavailabilitas seng karena adanya interaksi antara seng dan komponen lainnya.
Beberapa zat (asam sitrat, asam palmitat, dan asam pikolinat) dapat meningkatkan absorbsi
seng. Sedangkan fitat dan serat menghambat (Hidayat, 2005).
Kelompok yang paling rentan terhadap defisiensi seng adalah anak dalam masa
pertumbuhan, masa produktif dan masa penyembuhan. Gambaran klinis defisiensi seng pada
manusia sangat bervariasi, tergantung pada beberapa hal. Usia mulai terjadi defisiensi, derajat
dan lamanya defisiensi, penyakit dan kelainan yang merupakan latar belakang penyebab
primer defisiensi, besarnya masukan seng dan interaksi dengan nutrien atau faktor-faktor lain
dalam makanan (Hidayat, 2005).
Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan
seksual, fungsi pencernaan terganggu karena gangguan fungsi pangkreas, gangguan
pembentukan kilomikron, dan kerusakan permukaan aluran cerna. Kekurangan seng kronis
mengganggu pusat system syaraf dan fungsi otak, karena kekurangan seng mengganggu
metabolism vitamin A, sering terlihat gejala yang terdapat pada kekurangan vitamin A.
kekurangan vitamin A juga mengganggu fungsi kelenjar thyroid dan laju metabolism,
gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra rasa, serta memperlambat penyembuhan
luka (Hidayat, 2005).

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat Pemeriksaan
Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan glukosa, kolesterol, asam urat, total
protein dan albumim adalah cuvet 6 buah, label, rak tabung, tissue, makro pipet/dispenser 1.0
ml, Photometer Touca Screem. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan
hemoglobin adalah hemocue, micropipette, lancet, softlick, kapas steril. Sementara alat-alat
yang digunakan untuk pemeriksaan zink adalah spoit, gelas beaker, dan spatula.
3.2 Bahan Pemeriksaan
1. Bahan pemeriksaan Glukosa
Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan glukosa adalah reagen 1000 l,
larutan standar 10 l, serum secukupnya.
2. Bahan pemeriksaan Kolesterol
Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan glukosa adalah reagen 1000 l,
larutan standar 10 l, serum secukupnya.
3. Bahan pemeriksaan Asam urat
Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan asam urat adalah reagen 1000 l,
larutan standar 20 l, serum secukupnya.
4. Bahan pemeriksaan Total protein
Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan total protein adalah reagen 1000
l, larutan standar 20 l, serum secukupnya.

5. Bahan pemeriksaan Albumim


Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan albumim adalah reagen 1000 l,
larutan standar 10 l, serum secukupnya.
6. Bahan pemeriksaan Hemoglobin(Hb)
Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan Hemoglobin(Hb) adalah alkohol
70%, darah secukupnya.
7. Bahan pemeriksaan Zn
Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan Zink adalah larutan ZnSO4 0,1 ml.
3.3 Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Glukosa
a. Reagen glukosa 1000 L dimasukkan ke dalam cuvet.
b. Ditambahkan larutan standar 10 L.
c. Dimasukkan serum secukupnya ke dalam cuvet.
d. Dihomogenkan perlahan-lahan agar bercampur.
e. Diamkan sampel selama 10 menit dan amati perubahan warna yang terjadi.
f. Lalu dimasukan kedalam mesin Photometer Touca Screem dan di catat hasilnya.
2. Pemeriksaan Kolesterol
a.

Reagen glukosa 1000 L dimasukkan ke dalam cuvet.

b. Ditambahkan larutan standar 10 L.


c.

Dimasukkan serum secukupnya ke dalam cuvet.

d. Dihomogenkan perlahan-lahan agar bercampur.


e.

Diamkan sampel selama 20 menit dan amati perubahan warna yang terjadi.

f.

Lalu dimasukan kedalam mesin Photometer Touca Screem dan di catat hasilnya.

3. Pemeriksaan Asam urat


a.

Reagen glukosa 1000 L dimasukkan ke dalam cuvet.

b. Ditambahkan larutan standar 20 L.


c.

Dimasukkan serum secukupnya ke dalam cuvet.

d. Dihomogenkan perlahan-lahan agar bercampur.


e.

Diamkan sampel selama 30 menit dan amati perubahan warna yang terjadi.

f.

Lalu dimasukan kedalam mesin Photometer Touca Screem dan di catat hasilnya.

4. Pemeriksaan Total protein


a.

Reagen glukosa 1000 L dimasukkan ke dalam cuvet.

b. Ditambahkan larutan standar 20 L.


c.

Dimasukkan serum secukupnya ke dalam cuvet.

d. Dihomogenkan perlahan-lahan agar bercampur.


e.

Diamkan sampel selama 30 menit dan amati perubahan warna yang terjadi.

f.

Lalu dimasukan kedalam mesin Photometer Touca Screem dan di catat hasilnya.

5. Pemeriksaan Albumim
a.

Reagen glukosa 1000 L dimasukkan ke dalam cuvet.

b. Ditambahkan larutan standar 10 L.


c.

Dimasukkan serum secukupnya ke dalam cuvet.

d. Dihomogenkan perlahan-lahan agar bercampur.


e.

Diamkan sampel selama 9 detik dan amati perubahan warna yang terjadi.

f.

Lalu dimasukan kedalam mesin Photometer Touca Screem dan di catat hasilnya.

6. Pemeriksaan Hemoglobin(Hb)
a.
b.

Disiapkan alat.
Dibersihkan jari yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dengan kapas yang
mengandung alkohol.

c.

Digunakan auto lancet untuk mengambil darah pada jari yang telah diolesi alkohol.

d.

Dibuang darah pertama yang menetes, selanjutnya tetesan darah kedua dimabil dengan
menggunakan microcuvet.

e.

Dimasukkan ke dalam hemacue untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah, kemudian
dicatat hasilnya.

7. Pemeriksaan Zink
a. 5 ml ZnSO4 disemprotkan ke dalam mulut responden dengan menggunakan spoit.
b. Cairan di biarkan kedalam mulut selama 10 detik kemudian di buang.
c. Tanyakan kepada responden apa yang dirasa dan dicatat hasilnya.
Responden dikategorikan kedalam 4 kategori yaitu sebagai berikut :
1) Tidak merasakan apa-apa/seperti merasakan air biasa walaupun telah ditunggu 10 detik.
2)

Mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa detik kemudian
terasa kering, kesat atau manis.

3) Segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai menyakitkan atau mengganggu
rasa tersebut makin lama makin kuat.
4) Segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga responden langsung meringis.

Responden yang termasuk kategori 1 dan 2 adalah yang menderita defisiensi seng.
Sedangkan yang termasuk kategori 3 dan 4 adalah normal.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Biokimia Darah
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Biokimia Darah
Parameter
Hasil
Nilai Normal
Keterangan
Glukosa
17,70 mg/Dl
<180 mgdL
Rendah
Kolesterol
338,90 mg/dL
140 250 mg/dL
Tinggi
Asam Urat
6,31 mg/dL
2,5 6,2 mg/dL
Tinggi
Total Protein
19,8 g/dL
6 8,3 g/dL
Tinggi
Albumim
3,8 mg/dL
3,8 5,8 mg/dL
Normal
Sumber: Data Primer 2013
2. Pemeriksaan Hemoglobin
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

No
Nama
1.
Kiki Reski Amelia
2.
Nur Aisyah Z
3.
Hastuti
4.
Junari Mahmud
5.
Dewiati
Sumber : Data Primer 2011

Kategori Status Hb (gr/dl)


13,2 g/dl
12,2 g/dl
13,6 g/dl
10,4 g/dl
11,2 g/dl

Keterangan
Normal
Normal
Normal
Anemia
Anemia

3. Analisis Status Seng (Zn)


Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Zink (Zn)
Nama
Status (Zn)
Junari Mahmud
Kategori 1
Hilda Safitri
Kategori 1
NurAisyah Z
Kategori 1
kiki reski amelia
Kategori 1
Dewiati
Kategori 2
Hastuti
Kategori 1
Lisawati Nurtang
Kategori 1
Keke Karina Salfiah
-

Keterangan
Defisiensi Zn
Defisiensi Zn
Defisiensi Zn
Defisiensi Zn
Defisiensi Zn
Defisiensi Zn
Defisiensi Zn
Puasa

Sumber: Data Primer 2013

4.2 Pembahasan
1. Pemeriksaan Glukosa
Dari hasil pemeriksaan Glukosa yang di lakukan pada Subjek didapatkan bahwa
kadar Glukosanya adalah 17,70 mg/dL. Hal ini menunjukan kadar Glukosanya Subjek adalah
rendah berdasarkan batas normal Glukosa <180 mg/dL.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa
adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2
jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap)
setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan
kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan
insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan
kadar gula darah menurun secara perlahan(Murray, dkk., 2003).
2. Pemerikssan Kolesterol

Pemeriksaan Kolesterol yang di lakukan pada Subjek didapatkan bahwa kadar


Kolesterolnya adalah 388,90 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa kadar Kolesterol Subjek
sangat tinggi berdasarkan batas normal Kolesterol 140-250 mg/dL.
Tingginya kadar kolestrol dalam tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai
penyakit. Pola makan sehat merupakan faktor utama untuk mengghindari hal ini. Akan tetapi,
tidak semua kolestrol berdampak buruk bagi tubuh. Hanya kolestrol yang termasuk kategori
LDL (Low Density Lipoprotein) saja yang berakibat buruk sedangkan jenis kolestrol HDL
(High Density Lipoprotein) merupakan kolestrol yang dapat melarutkan kolestrol jahat daam
tubuh. Batas normal kolesterol dalam tubuh adalah 160-200 mg (Rahayu, 2007).

3. Pemeriksaan Asam urat


Pemeriksaan asam urat yang di lakukan pada Subjek didapatkan bahwa kadar asam
uratnya adalah 6,31 mg/dL. Hal ini menunjukan bahwa kadar Asam urat Subjek tinggi
berdasarkan batas normal asam urat pada wanita adalah 2,5-6,2 mg/dL.
Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum
tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya
adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda
keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi
akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi. Penderita asam urat setelah menjalani
pengobatan yang tepat dapat diobati sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali
normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka disarankan
agar mengontrol makanan yang dikonsumsi sehingga dapat menghindari makanan yang
banyak mengandung purin (Soekirman, 2005).
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan
urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan
kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah
kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam
urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa
nyeri atau bengkak (Soekirman, 2005).
4. Pemeriksaan Total Protein
Dari hasil pemeriksaan total protein yang dilakukan pada Subjek di dapatkan bahwa
kadar Total Protein dalam darah adalah 19,8 g/dL. Jika di bandingkan dengan nilai

standarnya makan nilai total protein masuk dalam keadaan kadar Protein tinggi karena berada
di atas 6-8,3 g/dL.

5. Pemeriksaan Albumim
Dari hasil pemeriksaan albumim dalam darah yang dilakukan pada Subjek di
dapatkan kadar albumim adalah 3,8 mg/dL. Jika di bandingkan dengan nilai standarnya maka
kadar albumim berada dalam keadaan normal yaitu di antara 3,5-5,8 mg/dL.
6. Pemeriksaan Hemoglobin(Hb)
Dari 5 responden yang diperiksa terdapat 2 responden yang tergolong kekurangan Hb
(Anemia) berdasarkan nilai normal Hb yaitu 12-14 mg/dl. Sementara responden yang lainnya
dalam keadaan normal.
Nilai normal yang paling sering dinyatakan adalah 14-18 gm/100 ml untuk pria dan
12-16 gm/dl untuk wanita (gram/100 ml sering disingkat dengan gm % atau gm/dl). Beberapa
literature lain menunjukkan nilai yang lebih rendah, terutama pada wanita, sehingga mungkin
pasien tidak dianggap menderita anemia sampai Hb kurang dari 13 gm/100 ml pada pria dan
11 gm/100 ml untuk wanita (Supariasa, dkk., 2002).
Gejala Kekurangan Hemoglobin yaitu (Tirtawinata, 2006):
1.

Sering pusing. Hal ini disebabkam otak sering mengalami periode kekurangan pasokan
oksigen yang di bawa Hb terutama saat tubuh memerlukan tenaga yang banyak

2. Mata berkunagn kunang. Kurangnya oksigen otak akan mengganggu pengaturan saraf2 pusat
mata.
3.

Pingsan. Kekurangan oksigen dalam otak yang bersifat ekstrim/mendadak dalam jumlah
besar akan menyebabkan pingsan.

4.

Nafas cepat. Jika Hb kurang, untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka kompensasinya
menaikkan frekwensi nafas. Orang awam menggambarkan ini dengan sesak nafas.

5. Jantung berdebar. Untuk menculupi kebutuhan oksigen maka jantung harus memompa lebih
sering agar darah yang mengalir di paru2 lebih cepat mengikat oksigen.
6. Pucat. Hb adalah zat yang zat yang mewarnai darah menjadi merah maka kekurangan yang
ekstrim akan menyebabkan pucat pada tubuh. Untuk mengetahui secara pasti tentunya harus
dengan pemeriksaan kadar Hb secara laboratorik
Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,
kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin
bawaan.Kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah

dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor dan
gangguan sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin (Linman, 1999).
Hb merupakan parameter yang digunakan secara luar untuk menetapkan prevalensi
anemia. Garby at el menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya menggunakan
kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga perlu ditambahkan dengan pemeriksaan yang
lain (Supariasa, 2002).
Untuk mencegah dan mengobati anemia, maka penentuan faktor-faktor penyebabnya
sangat diperlukan.Jika penyebabnya adalah masalah nutrisi, penilaian status gizi dibutuhkan
untuk mengidentifikasi nutrient yang berperan dalam kasus anemia.Anemia gizi dapat
disebabkan oleh berbagai macam nutrient penting pada pembentukan Hb (Departemen Gizi
UI, 2007).
7. Pemeriksaan Zink(Zn)
Dari hasil pemeriksaan Zink terhadap 8 responden didapatkan 6 responden yang
termasuk ke dalam kategori 1, artinya 6 orang tersebut dalam kondisi defesiensi Zink dalam
tubuhnya. Sementara 1 responden yang termasuk kategori 2, artinya 1 responden tersebut
tergolong juga defesiensi Zink dalam tubuhnya.
Kelompok yang paling rentan terhadap defisiensi seng adalah anak dalam masa
pertumbuhan, masa produktif dan masa penyembuhan. Gambaran klinis defisiensi seng pada
manusia sangat bervariasi, tergantung pada beberapa hal. Usia mulai terjadi defisiensi, derajat
dan lamanya defisiensi, penyakit dan kelainan yang merupakan latar belakang penyebab
primer defisiensi, besarnya masukan seng dan interaksi dengan nutrien atau faktor-faktor lain
dalam makanan (Hidayat, 2005).
Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan
seksual, fungsi pencernaan terganggu karena gangguan fungsi pangkreas, gangguan
pembentukan kilomikron, dan kerusakan permukaan aluran cerna. Kekurangan seng kronis
mengganggu pusat system syaraf dan fungsi otak, karena kekurangan seng mengganggu
metabolism vitamin A, sering terlihat gejala yang terdapat pada kekurangan vitamin A
(Hidayat, 2005).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu :
1.

Pemeriksaan glukosa pada sampel darah Subjek diperoleh 17,70 mg/dL. Berarti berada
dalam kadar glukosa tidak normal berdasarkan nilai normal glukosa sewaktu yakni <180
mg/dL.

2.

Pemeriksaan Kolesterol sampel darah Subjek diperoleh 388,90 mg/dL. Kadar kolesterol
Subjek sangat tinggi berdasarkan batas normal kadar Kolesterol adalah 140 250 mg/dL.

3. Pemeriksaan asam urat pada sampel darah Subjek diperoleh 6,31 mg/dL. Kadar Asam urat
Subjek Tinggi berdasarkan batas normal kadar Asam urat untuk wanita adalah 2,5 6,2
mg/dL.
4.

Pemeriksaan Total protein pada sampel darah Subjek diperoleh 19,8 g/dL. Kadar Total
protein Subjek sangat tinggi berdasarkan batas normal kadar Total protein adalah 6 8,3
g/dL.

5.

Pemeriksaan albumim pada sampel darah Subjek diperoleh 3,8 mg/dL. Kadar albumim
normal berdasarkan batas normal kadar albumim adalah 3,8 5,8 mg/dL.

6. Pemeriksaan Zink terhadap 7 responden diperoleh hasil mengalami defisiensi Zink kategori
1(mengalami defisiensi Zink) sebanyak 7 orang.
7. Pemeriksaan Hemoglobin terhadap 5 responden terdapat 3 responden berada pada indikator
nilai normal yakni berada pada interval 12-14 g/dL sadangkan responden lainnya berada pada
indikator Anemia.
5.2

Saran
Sebaiknya praktikum dimulai tepat waktu agar pada saat berlansungnya praktikum
tidak diburu waktu sehingga hasil yang dapat memuaskan baik untuk peserta praktikum
maupun asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Almatser, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Almatser, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hadju, Veni. 2005. Diktat Ilmu Gizi Dasar. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin
Hidayat, Adi. 2005. Pemeriksaan Seng (Zing). Esensial Bagi Kesehatan.Ilmu Kesehatan
Irawan,
M.Anwari.
2007.
Glukosa
dan
Metabolisme
Energi.
www.
psslab.
com/glukosa+dan+metabolism+energy.pdf. Diakses pada tanggal 04 September 2013
Masyarakat Universitas Kedokteran Universitas Trisakti: Kedokteran Trisakti, Januari-April 2005Vol.18,NO.1
Murray, K Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Poedjiadi,Anna. 2005.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia.
Poedjiadi, dkk. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Rahayu, Tuti. 2007. Kolesterol Darah Tikus Putih(Rattus novegicus L)Setelah Pemberi Cairan
(Kombucha Per-Oral Blood Cholesterol Degree Of White Rat(Rattus novergicus L)After
Getting Kombucha Fluid Per-Oral. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Soekirman. 2005. Kecenderungan Masalah dan Program Gizi dalam PJP. Semarang: Kongres
Nasional Persagi IX dan KPIG Sandjaja, dkk. 2010. Kamus Gizi. Jakarta: Kompas
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan
Antropometri.Makassar: Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai