Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA

BERBASIS PENDEKATAN INVESTIGASI


UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA
PADA MATERI KOLOID
Fika Atina Rizqiana1, Antonius Tri Widodo 2, Kasmadi Imam Supardi 2
1

Mahasiswa & 2Dosen Pendidikan IPA Konsentrasi Kimia S2


Universitas Negeri Semarang, Indonesia
1
Email: fika_atina@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendekatan investigasi dalam pembelajaran kimia sangat penting untuk menumbuhkan rasa
ingin tahu pada diri siswa serta mendapatkan perspektif yang luas terhadap konsep atau
materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Pendekatan investigasi dapat diaplikasikan
dalam bentuk bahan ajar. Hasil observasi pendahuluan di SMA Negeri 5 Semarang
menunjukkan bahwa bahan ajar yang digunakan oleh siswa sudah cukup lengkap dalam
cakupan ranah kognitif, namun belum terdapat muatan investigasi. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan bahan ajar kimia berbasis pendekatan investigasi untuk meningkatkan
kompetensi siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development.
Kualitas bahan ajar diukur dengan kriteria kevalidan dan keefektifan. Efektifitas bahan ajar
diuji dengan menggunakan dua kriteria: respon baik terhadap bahan ajar yang dikembangkan
dan tuntas hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Data hasil kemampuan kognitif
dianalisis dengan rumus N-Gain dan diukur signifikansi peningkatan kemampuan kognitif
dengan t-test. Data afektif dan psikomotorik siswa dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan mencapai kriteria
kevalidan 3,57 sangat valid dan efektif. Analisis data menunjukkan bahwa thitung (22,18) > ttabel
(1,992). Analisis data afektif 79,09 atau cukup dan psikomotorik 85,33 atau baik. Respon
siswa terhadap bahan ajar menunjukkan respon yang sangat baik. Hasil ini menunjukkan
bahwa bahan ajar kimia berbasis pendekatan investigasi sangat valid dan efektif, sehingga
layak untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Kata Kunci: bahan ajar, pendekatan investigasi, kompetensi siswa
PENDAHULUAN
Konsep merupakan hal yang esensial dalam belajar kimia. Konsep yang dalam akan
memungkinkan siswa memiliki berbagai macam jalan untuk menemukan solusi dari masalah.
Berbagai penelitian telah dilakukan berkaitan dengan peran konsep terhadap kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah. Gabel dan Samuel (Wolfer, 2000) menyatakan bahwa
alasan utama pebelajar/siswa tidak berhasil memecahkan masalah kimia karena mereka tidak
benar-benar paham terhadap chemistry concepts atau konsep kimia
Dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat terlibat aktif sehingga dapat
membangun sendiri pengetahuan mereka. Oleh karena itu, diperlukan usaha agar dapat

2
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memahami pelajaran
dengan baik agar pembelajaran menjadi bermakna.
Pembelajaran bermakna berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menghubungkan
berbagai informasi dimiliki dengan informasi yang sedang dipelajari. Pembelajaran yang
mengakomodasi hal tersebut akan membuat konsep-konsep yang dipelajari tersimpan di
dalam long term memory sebagai pengetahuan konseptual atau deklaratif (Dahar, 2011).
Konsep awal berupa prior knowledges yang dimiliki siswa dalam struktur kognitif akan
memberikan makna terhadap pembelajaran jika konsep yang berasal dari dunia luar (external
world concepts) mampu diubah menjadi kerangka isi (content of consciousness) oleh siswa
(Suyono & Hariyanto, 2011).
Masalah yang terjadi di lapangan adalah ketika siswa memiliki nilai kognitif yang
cukup tinggi, namun kurang mampu menerapkan apa yang mereka pelajari, baik berupa
pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Kondisi ini, seperti yang dikemukakan oleh Conny
(dalam Alfi, 2012), menunjukkan bahwa pengetahuan yang telah diperoleh siswa menjadi
cepat dan mudah dilupakan jika siswa tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri
pengetahuan atau informasi yang diperolehnya. Padahal, tujuan proses pembelajaran adalah
agar siswa berhasil menguasai materi pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.
Bahan ajar merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam
pembelajaran. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam transformasi ilmu melalui bahan
ajar adalah sejauh mana materi dalam bahan ajar tersebut dapat ditangkap, dimengerti, dan
dipahami oleh siswa.
Sayangnya, bahan ajar yang ada saat ini kurang memperhatikan aspek soft skill dan
lebih banyak mengarahkan siswa untuk hanya menguasai materi (Ivatul dan Dhamas, 2013).
Selain itu, bahan ajar yang ada masih kurang dapat menghubungkan wawasan lingkungan
dengan materi dalam pembelajaran kimia (Ivatul dan Dhamas, 2013).
Berangkat dari permasalahan yang telah tersebut diatas, maka perlu adanya bahan ajar
yang menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan bahan ajar berbasis pendekatan investigasi.
Berdasarkan hasil penelitian Arina Ulfah (2014), dikatakan bahwa pembelajaran
dengan model pembelajaran group investigation memberikan pengaruh dan tingkat efektifitas
yang tinggi terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang dilakukan
oleh Miftahul Aini, dkk (2015) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation dengan menggunakan LKS memberikan pengaruh yang
lebih baik secara signifikan daripada model konvensional terhadap kemampuan memecahkan
masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada siswa. Penelitian Lina

3
Budi C, dkk (2013) menunjukkan bahwa metode pembelajaran group investigation
berpengaruh terhadap prestasi, minat, dan prestasi belajar siswa pada materi struktur atom
dan sistem periodik. Penelitian Yazid Al Johani (2015) menunjukkan bahwa model kooperatif
tipe Group Investigation (GI) dapat mengembangkan karakter siswa dan sebanyak 82,35%
siswa memenuhi KKM.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud mengembangkan suatu bahan ajar
berbasis pendekatan investigasi dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa terkait
materi koloid. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
peningkatan kompetensi siswa terkait materi koloid maupun dalam pembelajaran kimia yang
lain.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 2 Maret-28 Mei 2016 di SMA Negeri 5
Semarang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian dan
pengembangan atau research and development yang dimodifikasi (R&D). Model
pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan adalah model 4-D yang telah
dimodifikasi seperti yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel dalam Trianto
(2013). Model 4-D terdiri dari define (pendefinisian), design (perancangan), develop
(pengembangan), dan disseminate (penyebaran).
Populasi pada penelitian ini yaitu siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 Semarang tahun
ajaran 2015/2016. Uji coba kelas kecil dilakukan pada 10 siswa kelas XI MIA 3. Uji coba
kelas luas dilakukan pada kelas XI MIA 2 yang terdiri dari 34 siswa yang bertujuan untuk
memperoleh informasi keterlaksanaan bahan ajar jika diaplikasikan pada proses pembelajaran
di kelas besar. Setelah selesai uji skala luas, kemudian dilanjutkan tahap implementasi dengan
tujuan untuk mendapatkan data efektifitas bahan ajar meliputi kegiatan kemampuan kognitif,
afektif, psikomotorik, serta respon siswa terhadap bahan ajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Validasi Bahan Ajar
Bahan ajar yang akan digunakan telah divalidasi oleh 3 validator ahli. Proses validasi
dari para ahli selain untuk mengetahui kevalidan bahan ajar pembelajaran, juga untuk
mendapatkan masukan-masukan demi penyempurnaan bahan ajar pembelajaran tersebut.
Hasil penilaian para ahli kemudian disimpulkan terhadap tingkat validitas draf bahan ajar
yang dikembangkan, sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1 dan Tabel 2.

4
Tabel 1. Hasil Penilaian Para Ahli Materi Terhadap Draf Bahan Ajar
Validator
Skor
Kriteria
Validator 1
178
Sangat Layak (Materi)
Validator 3
173
Sangat Layak (Materi)
Tabel 2. Hasil Penilaian Ahli Media Terhadap Draf Bahan Ajar
Validator
Skor
Kriteria
Validator 2
100
Layak (Materi)
Hasil validasi bahan ajar dari validator di atas diberi skor 1 - 4 sehingga didapatkan
skor validator 1 = 3,79 ; validator 2 = 3,23 ; validator 3 = 3,68. Selanjutnya rerata validitas
bahan ajar dihitung:
Rerata skor bahan ajar (R) =

= 3,57

Hasil perhitungan uji skor rerata validitas bahan ajar oleh 3 validator didapatkan hasil
3,57 dan termasuk ke dalam kategori sangat baik/sangat valid. Hasil validasi oleh validator
menunjukkan bahwa perangkat penelitian khususnya bahan ajar yang dikembangkan layak
digunakan dalam pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan ini diharapkan mampu
membantu siswa untuk dapat lebih aktif pada pembelajaran, sebagaimana pendapat Danielson
(2010) bahwa bagaimanapun suatu bahan ajar teks merupakan bagian penting untuk membuat
siswa berperan aktif di kelas selama proses pembelajaran.
2. Hasil Kemampuan Kognitif Pretest-Posttest
Hasil penelitian tahap implementasi diperoleh nilai rata-rata pretest 49,12 dan nilai
rata-rata posttest adalah 92,18. Nilai gain ternormalisasi kriteria tinggi diperoleh sebanyak 30
siswa dan yang mendapatkan nilai sedang sebanyak 4 siswa. Ketuntasan belajar klasikal
siswa menunjukkan bahwa proporsi 33 dari 39 siswa mendapatkan nilai diatas KKM 75
(tuntas). Hasil nilai pretest-posttest dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rata-rata Nilai Kemampuan Kognitif Pretest-Posttest Siswa Tahap Implementasi


Data di atas menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar kimia berbasis pendekatan
investigasi dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa secara signifikan. Hasil uji paired
test menunjukkan bahwa harga thitung sebesar 22,18 dengan derajat kebebasan 76, didapatkan
nilai ttabel untuk kesalahan 5% = 1,991. Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan nilai yang signifikan dari hasil pretest dan posttest. Hasil
tersebut juga menunjukkan bahwa tahap implementasi tentang kemampuan kognitif telah
memenuhi kriteria efektif.
3. Hasil Respon Siswa terhadap Bahan Ajar
Hasil analisis data respon siswa menunjukkan bahwa dari 34 siswa, 19 siswa memberikan
sangat baik, 12 siswa memberikan respon baik dan 3 siswa memberikan respon cukup baik.
Hasil angket respon siswa selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil Angket Respon Siswa Tahap Implementasi


Gambar 2 ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa pada tahap implementasi
memberikan respon yang sangat baik terhadap penggunaan bahan ajar kimia berbasis
pendekatan investigasi dengan skor rata-rata 67,4 dari skor total 80. Berdasarkan hasil
tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan respon siswa terhadap bahan ajar kimia

6
berbasis investigasi adalah sangat baik. Dari hasil ini juga turut membuktikan bahwa bahan
ajar yang dikembangkan telah memenuhi dua kriteria keefektifan.
Penggunaan bahan ajar ini ternyata memberikan respon dan kesan positif bagi siswa.
Terbukti dari hasil respon siswa terhadap bahan ajar dalam tahap implementasi yakni 32 dari
34 siswa memberikan respon yang baik terhadap penggunaan bahan ajar kimia berbasis
investigasi dalam pembelajaran.
4. Hasil Pengamatan Aspek Afektif dan Psikimotorik Siswa
Pengamatan karakter siswa terhadap implementasi bahan ajar kimia berbasis
pendekatan investigasi dilakukan seperti pada pengamatan karakter siswa uji coba skala
besar. Karakter yang diamati meliputi religius, jujur, rasa ingin tahu, disiplin, dan tanggung
jawab. Pengamatan karakter siswa tahap implementasi ini dilakukan pada 34 siswa. Data
observasi karakter ini digunakan untuk mengetahui bahan ajar yang telah dikembangkan
mampu membantu meningkatkan karakter sebagai implementasi dari aspek afektif siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan terjadi peningkatan nilai karakter pada tiap pertemuan.
Adapun ringkasan hasil observasi karakter siswa berdasarkan kriterianya sebagaimana tersaji
dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Observasi Karakter Tahap Implementasi
Pertemuan
Kategori
Jumlah Siswa
Sangat Baik
Baik
34
Pertemuan 1
Cukup
Kurang
Sangat Baik
3
Baik
31
Pertemuan 2
Cukup
Kurang
Sangat Baik
11
Baik
23
Pertemuan 3
Cukup
Kurang
Sangat Baik
21
Baik
13
Pertemuan 4
Cukup
Kurang
Sangat Baik
32
Baik
2
Pertemuan 5
Cukup
Kurang
-

7
Tabel 3. menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter siswa berdasarkan
pengamatan karakter yang diteliti. Adapun peningkatan karakter siswa tiap pertemuan tersaji
pada Gambar 3.
3,5
2,5
1,5
0,5

Gambar 3. Peningkatan Karakter Siswa


Secara keseluruhan karakter siswa berada pada kriteria baik (B). Hal tersebut dapat
dilihat pada rata-rata skor karakter siswa mencapai skor 3,17 dari skor tertinggi 4,0.
Berdasarkan peningkatan karakter di atas membuktikan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan dapat meningkatkan karakter siswa dan mempengaruhi karakter siswa untuk
menjadi lebih baik.
Data hasil observasi ini menunjukkan bahwa bahan ajar pembelajaran kimia berbasis
pendekatan investigasi dapat meningkatkan kompetensi siswa. Bahan ajar ini dapat menjadi
suatu inovasi dalam pembelajaran kimia dimana pembelajaran kimia tidak hanya
menekankan pada pencapaian hasil belajar, melainkan juga kemampuan siswa untuk
menginvestigasi untuk membentuk konsep suatu ilmu pengetahuan secara mandiri. Dengan
demikian, diharapkan kemampuan siswa tidak hanya sebatas teori namun juga memahami
aplikasi dari suatu ilmu pengetahuan sehingga dapat menciptakan generasi yang berkualitas.
Pningkatan aspek afektif dan psikomotorik yang akan mengarah pada peningkatan nilai
karakter dapat meningkatkan iman dan akhlak siswa menuju yang lebih baik dan hasilnya
akan berimplikasi pada kecerdasan siswa. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
Benninga (2003) bahwa penerapan nilai karakter dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.

SIMPULAN

8
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelas XI program IPA SMA Negeri 5
Semarang tahun pelajaran 2015/2016, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi bahan ajar
memenuhi kriteria valid dan efektif. Kriteria valid terpenuhi berdasar rata-rata penilaian
validator ahli. Kriteria efektif dicapai berdasar peningkatan hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomotorik dan ketuntasan belajar siswa individu maupun klasikal. Pembelajaran
menggunakan bahan ajar kimia berbasis pendekatan investigasi dapat meningkatkan nilai
karakter siswa yaitu religius, jujur, rasa ingin tahu, disiplin, dan tanggung jawab. Respon
siswa positif terhadap pembelajaran ditunjukkan dengan rata-rata penilaian angket pada
kategori pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abordo, I., & Gaikwad, S. 2005. Group Investigation: How Does it Work?. International
Forum. 8 (1): 79-98
Aini, M., Jeckson S., & Sukib. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) dengan Menggunakan LKS terhadap Kemampuan Memecahkan
Masalah Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur pada Siswa Kelas
XI IPA SMAN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Ilmiah. Mataram:
Universitas Mataram
Al, J. Y. 2015. Pengembangan Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
pada Materi Larutan Asam Basa untuk mengembangkan Karakter Siswa. Tesis.
Semarang: UNNES
Benninga, J.S. 2003. The Relationship of Character Education Implementation and Academic
Achievement in elementary School. Journal of Research in Character Education,
1(1): 19-32
Budi, L. Sri Y.,& Tri R. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) dan
Minat Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan
Sistem Periodik Kelas XI SMAN 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal
Pendidikan Kimia, 2(3): 10-18
Carin, R.B. 1997. Teaching Modern Science (7th edition). Merril Prentice Hall: New Jersey,
Columbus Ohio, USA.
Ceglie, R. 2013. Religion as a Support Factor for Women of Color Pursuing Science Degrees:
Implications for Science Teacher Educators. J Sci Teacher Educ 24:3765
Danielson, K. 2010. Learning Chemistry: Text Use and Text Talk in a Finland-Swedish
Chemistry Classroom. International Assosiation for Research of Textbook and
Educational Media (IARTEM e-journal). 3(2): 1-28.
Ellianawati, & S. Wahyuni. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Matematika Berbasis
Self Regulated Learning Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Mandiri.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8(2012): 33-40
Fogarty, R. 1991. The Mindful School. How to Integrate the Curricula. Palatine Skyliht
Publishing, Inc : Illionis, USA.
Hasanah, S. 2015. Pengembangan Modul Materi Koloid Berbasis Pembelajaran Proyek
Bermuatan Karakter untuk SMA/IPA Kelas XI IPA. Tesis. Semarang: UNNES

9
Hosler, J. & Boomer, K.B. 2011. Are Comic Books an Effective Way to Engage Nonmajors
in Learning and Appreciating Science?. Journal CBE-Life Sciences Education, 10:
309317
Kaur, B. 2010. Towards Excellence in Mathematics Education Singapores Experience.
Journal International Conference on Mathematics Education Research, 8(2010): 28
34
Liou, D. D., Gonzalez, R. A., & Cooper, R. (2009). Unveiling the promise of community
cultural wealth to sustaining latina/o students college going information networks.
Educational Studies, 45, 534555. Meadows, L., D
Mahyuni, S. R. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Masalah pada Materi
Sistem Reproduksi Kelas XI IPA SMA/MA. Tesis. Medan: UNIMED
Mulkey, Y.J. 1997. The History Of Character Education. Journal of Physical Education,
Recreation, and Dance, 68, 35-37
Nugroho, P. A. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah Bervisi SETS untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pada Kompetensi Terkait Sistem Koloid. Tesis.
Semarang: UNNES
Siddiqyui, M. H. 2013. Group Investigation Model of Teaching Enchancing Learning
Level. Paripex-Indian Journal of Research, 3(4): 78-80
Suwahono. 2012. Pengembangan Sistem Penilaian Keterampilan Generik Kimia,
Disertasi, Yogyakarta: Progam Pascasarjana UNY
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Turella, Rella. 2010. Science Classroom Supervision. Bandung: Seameo Qitep In Science
Ulfah, A., Rachmat S., & Rahmat R. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigation Terhadap Keterampilan Proses Sains pada Materi Koloid di SMA.
Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura
Wijayanti, A. D., & Eko B. S. 2014. Penerapan Pembelajaran Group Investigation Berbasis
Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Koloid. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 8(1): 1300-1308
Wolfer, A. J. 2000. Introductory College Chemistry Students Understanding of
Stoichiometry; Connections Between Conceptual and Computational Understandings
and Instrusction. A Thesis Repost, In Partial Fulfillment of The Requirements for The
Degree of Doctor of Philosophy. Oregon State University
Yanti, E. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Koloid Bermuatan Karakter Berbasis DiscoveryInquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi dan Penguasaan Konsep
Siswa SMA. Tesis. Semarang: UNNES

Anda mungkin juga menyukai