Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Geologi Rekayasa Teknik
Sipil.
Adapun makalah ilmiah Geologi Rekayasa Teknik Sipil ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Geologi ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Geologi
Rekayasa Teknik Sipil ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 11 Maret 2016

Penyusun

1 | Page 42

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

. ii
BAB I. PENDAHULUAN
.
.3
1.1 Latar Belakang

. 3
1.2 Maksud dan Tujuan
.
3
1.3 Ruang Lingkup

. 3
BAB II. TEORI DASAR DAN KONSTRUKSI
5
1.1 Geologi

. 5
1.2 Konstruksi

.. 5
BAB III. GEOLOGI REKAYASA TEKNIK SIPIL
.. 6

2 | Page 42

3.1 Teknik Jalan Raya


.. 6
3.2 Teknik Pondasi
. 17
3.3 Konstruksi Jembatan
... 20
3.4 Konstruksi, Bendung, dan Bendungan
. 25
3.5 Kontruksi Pelabuhan
... 38
BAB IV. PENUTUP.
.. 40
4.1 Kesimpulan
.
40
4.2 Saran

40
DAFTAR PUSTAKA

.. 41

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi rekayasa adalah penerapan ilmu geologi dalam praktik rekayasa
untuk tujuan menjamin faktor-faktor geologi yang memengaruhi lokasi,
3 | Page 42

disain, konstruksi, operasi dan perawatan pekerjaan rekayasa telah


dikenali dan diperhitungkan dengan matang. Penelitian geologi rekayasa
dapat dilakukan pada waktu perencanaan, analisis dampak lingkungan,
disain rekayasa sipil, rekayasa optimasi dan tahapan konstruksi proyek
umum dan swasta, serta pada tahap setelah konstruksi dan penyelidikan
proyek. Penelitian geologi rekayasa dilakukan oleh seorang ahli geologi
atau ahli geologi rekayasa terdidik, tenaga profesional yang terlatih dan
memiliki kemampuan untuk mengenali dan menganalisis bahaya geologi
serta kondisi geologi yang merugikan. Keseluruhan tujuan tersebut
adalah untuk melindungi jiwa dan harta benda dari kerusakan serta solusi
untuk masalah-masalah geologi.
Ahli geologi rekayasa menyelidiki dan memberikan pertimbangan,
analisis, dan disain dari sudut pandang geologi dan geoteknik. Pekerjaan
yang dilakukan oleh ahli geologi rekayasa mencakup; penyelidikan
bahaya geologi, geoteknik, sifat-sifat materi, stabilitas longsoran dan
lereng, erosi, banjir, kekeringan, dan seismik, dll.
Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi mulai dari
perhiasan, perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke
bahan energinya, seperti minyak dan gas bumi serta batubara.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah agar kita bisa lebih
memahami tentang geologi rekayasa, tentang geologi teknik sipil,
memahami tentang macam-macam konstruksi yang hubungan kaitannya
dengan ruang lingkup teknik sipil.
1.3 Ruang Lingkup
1. Mineralogi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang Mineral, Mineralogy
adalah dasar pembentukan batuan.
2. Petrologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang batuan-batuan.
3. Sedimentology, yaitu ilmu yang mempelajari tentang batuan
sedimen
4. Geologi Struktur, yaitu ilmu yang mempelajari tentang struktur
permukaan bumi.
5. Paleontology, yaitu ilmu yang mempelajari tentang fosil atau sisa
kehidupan manusia masa lalu.
6. Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang proses
pembentukan bentuk permukaan bumi.

7. Stratigraf
8. Geokimia
9. Geofsika
4 | Page 42

10.
Geologi minyak bumi
11.
Geologi teknik
12.
Geologi terapan, yaitu ilmu yang mempelajari tentang geologi
yang bermanfaat untuk kehidupan manusia.

BAB II
TEORI DASAR DAN KONSTRUKSI
2.1 Geologi
Geologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu - [ge-, "bumi"] dan
[logos, "kata", "alasan"]. Jadi, geologi adalah Ilmu (sains) yang mempelajari
bumi dan komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses
pembentukannya.
Tujuan geologi rekayasa adalah untuk mengidentifikasi berbagai jenis
kondisi geologi rekayasa daerah lokasi lapangan dan berbagai masalah
5 | Page 42

geologi yang berkaitan dengan evaluasi yang komprehensif, analisis,


peramalan peran dalam rekayasa dan konstruksi, kondisi geologi dan
kemungkinan perubahan peran memilih tempat terbaik, dan mengusulkan
solusi untuk masalah tindakan rekayasa geologi yang merugikan, dalam
rangka untuk memastikan penggunaan desain rekayasa rasional, konstruksi
dan normal untuk memberikan bukti ilmiah halus dan dapat diandalkan.
Isi utama dari teknik studi geologi adalah untuk menentukan komposisi
tanah, struktur organisasi (mikro), fisik, kimia dan sifat mekanik (terutama
kekuatan dan regangan) dan pengaruhnya terhadap stabilitas konstruksi,
geologi teknik diklasifikasikan sebagai geologi kinerja bangunan yang
diusulkan meningkatkan metode geoteknik, proyek penelitian akibat
aktivitas manusia mempengaruhi kerusakan keseimbangan alam lingkungan,
serta akibat pergerakan alam seperti tanah longsor dan gempa bumi dan
efek fisik lainnya pada rekayasa dan konstruksi, bahaya geologi dan prediksi,
evaluasi dan pengendalian tindakan, belajar dan memecahkan segala
macam rekayasa dan konstruksi stabilitas pondasi, seperti lereng, tanggul,
bendungan, dermaga, ruang, dan collapsibility, perusakan celah batu untuk
mengembangkan seperangkat prosedur penyelidikan ilmiah, metode dan
sarana, langsung untuk semua jenis desain rekayasa dan konstruksi untuk
memberikan bukti geologi, penelitian pembangunan gerakan daerah lokasi
tanah dan dampaknya pada rekayasa dan konstruksi, menggunakan dan
mengembangkan program perlindungan yang diperlukan, mempelajari
karakteristik kondisi geologi rekayasa regional dan perkiraan dampaknya
terhadap kegiatan rekayasa manusia yang timbul dari perubahan yang
dilakukan oleh evaluasi stabilitas regional, dilakukan rekayasa zonasi geologi
dan penyusunan peta.
2.2 Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah
konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada
sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi
didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagianbagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun
secara keseluruhan dari struktur bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan
Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal, dan lain lain.

BAB III
GEOLOGI REKAYASA DALAM TEKNIK SIPIL
3.1. TEKNIK JALAN RAYA
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang
6 | Page 42

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI No.
38 Tahun 2004).
Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor
pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas
dan Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan
berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik umum dan
khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja &
syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan,
sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan
pemilik proyek.

A. Tahapan Perencanaan Teknik Jalan


Tahapan kegiatan perencanaan teknik diuraikan seperti gambar 1.1 yaitu :
Pekerjaan lapangan, meliputi semua survei yang diperlukan
Kriteria perencanaan, meliputi klasifikasi jalan, karakteristik lalu lintas,
kondisi lapangan, pertimbangan ekonomi, dll.
Penyiapan peta planimetri, merupakan peta hasil survei topografi yang
diperlukan sebagai peta dasar perencanaan geometrik.
Perencanaan geometrik, meliputi jarak pandang dan perencanaan
alinemen horizontal dan vertikal
Geoteknik dan material jalan, menguraikan pengolahan data geoteknik
dan material untuk keperluan konstruksi perkerasan dan drainase jalan
Perencanaan perkerasan jalan, meliputi perkerasan lentur dan kaku

7 | Page 42

8 | Page 42

Gambar 1.1. Bagan Alir Perencanaan Teknik Jalan

9 | Page 42

Ruang Lingkup Perencanaan Geometrik Jalan


Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan
yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan raya. Tujuan dari
perencanaan geometrik jalan adalah untuk memenuhi fungsi dasar jalan,
yaitu memberikan pelayanan kepada pergerakan arus lalu lintas (kendaraan)
secara optimum. Sasaran perencanaan geometrik jalan adalah untuk
menghasilkan design infrastruktur jalan raya yang aman, efisien dalam
pelayanan arus lalu lintas dan memaksimumkan ratio tingkat pengunaan/
biaya pelaksanaan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat, gerakan, dan
ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan kendaraannya,
dan karakteristik arus lalu lintas. Hal hal tersebut haruslah menjadi bahan
pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta
gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang
diharapkan.
Elemen dari perencanaan geometrik jalan adalah :
Alinyemen horizontal / trase jalan, terutama dititik beratkan pada
perancanaan sumbu jalan.
Pada perencanaan alinyemen horizontal akan terlihat apakah jalan tersebut
merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan
Alinyemen vertikal / penampang memanjang jalan Pada perencanaan
alinyemen vertikal akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian,
mendaki atau menurun.
Pada perencanaan alinemen vertikal ini dipertimbangkan bagaimana
meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat
operasi kendaraan, keamanan jarak pandang, dan fungsi jalan.
Penampang melintang jalan
Bagian bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya
median, drainase permukaan, kelandaian lereng tebing galian dan timbunan,
serta bangunan pelengkap lainnya.
Klasifkasi Jalan
1. Klasifkasi Menurut Fungsi Jalan
Klasifikasi jalan menurut fungsi jalan terbagi atas :
1. Jalan Arteri : adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
2. Jalan Kolektor : adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.

10 | P a g e 4 2

3. Jalan Lokal : adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan cirriciri perjalanan jarak dekat kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.

B. TAHAP PENGERJAAN JALAN RAYA


Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan
fisik dimulai. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan tersebut,
yaitu

a. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang


Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh kontraktor
pelaksana dengan tujuan pengecekan ulang pengukuran. Pemasangan patok
pengukuran untuk profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25 meter.
b. Survey kelayakan struktural konstruksi perkerasan.
Kelayakan struktural konstruksi perkerasan dilaksanakan dengan
pemeriksaan destruktif yaitu suatu cara pemeriksaan dengan menggunakan
alat Benkelman.
c. Pengadan direksi keet
Untuk pengadaan direksi keet ini pihak kontraktor pelaksana membuatnya
disekitar lokasi proyek. Direksi keet ini berfungsi untuk tempat beristirahat
para pekerja dan penyimpanan material serta peralatan pekerjaan.
d. Penyiapan badan jalan
Pekerjaan ini meliputi pembersihan lokasi, penutupan jalan dan lainnya.
Sehingga pelaksanaan proyek ini berjalan dengan lancar.

11 | P a g e 4 2

3. Pekerjaan Galian dan Timbunan

Gambar Struktur Pekerjaan Tanah

1.

2.

3.

4.
5.

PEKERJAAN GALIAN
Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan
untuk memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar
yang telah direncanakan. Adapun prosedur pekerjaan dari pekerjaan galian,
yaitu :
Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan
pekerjaan clearing dan grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi
dari akar-akar pohon dan batu-batuan.
Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi
tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan menggunakan alat
berat (motor grader), sampai elevasi yang diinginkan.
Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan
Vibrator Roller.
Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan
(ujiDdensity Sand Cone test) di lapangan.
Pekerjaan Galian Dapat Diklasifkasikan Menjadi Beberapa Bagian :
a. Galian Biasa Commond Excavation)
Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan atau
membuang material yang tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan, yang
12 | P a g e 4 2

dilakukan menggunakan excavator untuk memotong bagian ruas jalan sesuai


dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan dengan
menggunakan dump truck.
b. Galian Batuan / Padas
Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu dengan
volume 1 meter kubik atau lebih. Pada pekerjaan galian batu ini biasa
dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara (pemboran) dan
peledekan.
c. Galian Struktur
Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah
dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk
struktur. Pekerjaan galian ini hanya terbatas untuk galian lantai pondasi
jembatan.

PEKERJAAN TIMBUNAN DAN PEMADATAN


Perlu diingat sebelum pekerjaan galian
maupun timbunan harus didahului dengan
pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya
adalah agar lokasi yang akan dilakerjakan
tidak mengandung bahan organik dan bendabenda yang mengganggu proses pemadatan.
Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis
dengan ketebalan tertentu dan dilakukan
proses pemadatan.

Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :


1. Timbunan Biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal
dari hasil galian badan jalan yang telah memenuhi syarat.
2. Timbunan Pilihan
Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar yang
biasa disebut borrowpitt. Tanah ini digunakan apabila nilai CBR tanah dari
timbunan kurang dari 6%.

13 | P a g e 4 2

Proses pemadata tanah


dimaksudkan untuk memadatkan
tanah dasar sebelum melakukan
proses penghamparan material
untuk memenuhi kepadatan 95%,
dengan menggunakan alat berat
seperti Vibrator Roller, Dump Truck,
Motor Grader.

1.
2.
3.

4.

Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :


Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan
Dump Truck.
Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan
pekerjaan penimbunan.
Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan
yang direncanakan. Sebagai panduan operator Grader dan vibro maka
dipasang patok tiap jarak 25 m yang ditandai sesuai dengan tinggi
hamparan.
Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang dimulai
sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan dalm
keadaan memanjang, sedangkan pada tikungan (alinyemen horizontal) harus
dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah
yang tinggi, pemadatan tersebut dipadatkan dengan 6 pasing (12 x lintasan)
hingga didapatkan tebal padat 20 cm hingga didapat elevasi top subgrade
yang sesuai dengan rencana.
PENGUJIAN KEPADATAN TANAH
Pengujian Sand Cone
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar air
dilapangan. Juga bisa sebagai perbandingan pekerjaan yang akan
dilaksanakan dilapangan dengan perencanaan pekerjaan.

Gambar Titik Pengambilan Sampel


PEKERJAAN LAPIS PONDASI BAWAH
14 | P a g e 4 2

1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.
2.
3.
4.

Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar
dinamakan lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai :
Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke
tanah dasar. Dengan nilai CBR 20% dan Plastisitas indeks (PI) 10%.
Material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan lapisan
perkerasan diatasnya.
Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik
kelapis atas. Tebal rencana lapisan pondasi bawah ini adalah 20 cm.

Lapisan pondasi agregat kelas B yang digunakan dalam proyek ini memiliki
komposisi sebagai berikut :
Split 5/7
Split 3/5
Split 2/3
Abu Batu
Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dari Base B
adalah :
Pengangkutan material base B ke lokasi proyek dengan menggunakan
Dump Truck.
Setelah sampai di lokasi, campuran ditumpuk menjadi lima sampai
enam tumpukan disepanjang lokasi yang telah siap untuk dihampar base B.
Penghamparan material base B dilakukan dengan menggunakan alat
motor grader dengan kapasitas 3,6 m. Setelah badan jalan terbentuk,
kemudian dipadatkan dengan alat vibrator roller dengan kapasitas 16 ton.
Jika disuatu lokasi ada campuran material yang kurang baik ikatannya
maka dapat ditambahkan abu batu dengan bantuan tenaga manusia untuk
mengikat material tersebut ketika dipadatkan kebali dengan vibrator roller.
Untuk mengetahui apakah tebal penghamparan base B dan % kemiringan
telah sesuai dengan yang direncanakan maka digunakan waterpass agar
dapat menemukan elevasinya.

15 | P a g e 4 2

Peralatan

Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas digunakan alat alat sebagai
berikut :
Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari
tempat pengambilan material, selanjutnya dimasukkan kedalam dunp truck.
Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B ke
lokasi pekerjaan.
Motor grader berfungsi untuk memadatkan material base B.
Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B setelah
penghamparan.

Bahan dan Material


Agregat baru pecah kelas B yang sesuai dengan persyaratan (table agregat
base B)
Tabel Gardasi Agregat Kelas A dan Kelas B

Nomor

Mm

Kelas
A

Kelas
B

2 in

50

100

100

11/2 in

37.5

100

88 - 95

1 in

25

65 - 81 70 - 85

3/8 in

9.5

42 - 60 30 - 65

#4

4.75

27 - 45 25 - 55

# 10

Nop-25 15 - 40

# 40

0.425

6 16

8 20

# 200

0.075

0-8

28

16 | P a g e 4 2

Tabel Karakteristik Agregat Kelas A dan Kekas B

Sifat Material

Sifat Kelas
A

Sifat Kelas B

Nilai Abrasi Agregat Kasar ( AASTHO T


96 - 87 )

0 - 40%

0 - 40%

Plasticity Index ( AASTHO T 90 - 87 )

0-6

4 10

Batas Cair ( AASTHO T 89 - 90 )

0 25

CBR ( AASTHO T180 )

90 min

35 min

Hasil Kali PI dengan % lolos ayakan no. 25


200
maksimum

PENGAWASAN PEKERJAAN
Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan pengawas. Hal ini
dilakukan untuk menjamin pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor sebagai
pelaksana proyek, apakah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam
spesifikasi.

Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi


adalah sebagai berikut :

Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas B


tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari dua kali ukuran maksimum
bahan.
Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh lebih
dari 20 cm dalam keadaan loose, hal ini dapat mempengaruhi proses
pemadatan sehingga pemadatan yang dilakukan tidak mencapai keadaan
optimal.
Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak dapat
menggenang akibat permukaan yang tidak rata. Deviasi maksimum untuk
kerataan permukaan adalah 1 cm.
Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm dari
tebal rencana.
Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk pemadatan
yaitu kurang dari 1% atau lebih dari 3% pada kadar air optimum, diperbaiki
17 | P a g e 4 2

dengan cara menggali dan mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat
kadar air tersebut.

3.2 TEKNIK PONDASI

Teknik fondasi atau teknik pondasi adalah suatu upaya teknis untuk
mendapatkan jenis dan dimensi fondasi bangunan yang efisien, sehingga
dapat menyangga beban yang bekerja dengan baik. Teknik fondasi
merupakan bagian dari ilmugeoteknik.
Jenis-Jenis Fondasi
Pondasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
Pondasi dangkal: kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya
beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering
digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari
beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom
bangunan ke tanah keras. Di dalamnya terdiri dari
Pondasi setempat
Pondasi penerus
Pondasi pelat
Pondasi konstruksi sarang laba - laba
Pondasi dalam. Digunakan untuk menyalurkan beban bangunan
melewati lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang
lebih keras. Contohnya antara lain tiang pancang, tiang bor, kaison, dan
18 | P a g e 4 2

semacamnya. Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung disiplin ilmu


atau pasarannya.contohnya: fondasi tiang pancang
Kombinasi fondasi pelat dan tiang pancang
Jenis pondasi yang digunakan dalam suatu perencanaan bangunan
tergantung dari jenis tanah dan beban yang bekerja pada lokasi rencana
proyek.
Desain Fondasi
Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan /
settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur.
Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah,
dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga
diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang
diperhitungkan biasanya penurunan total(keseluruhan bagian pondasi turun
bersama-sama) dan penurunan diferensial(sebagian pondasi saja yang
turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang
didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah
terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi
adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu
berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan,
oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya
boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan
tanah, transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
Gaya gempa
Gaya angkat air
Secara umum bayangan mengenai Pondasi adalah suatu konstruksi :
a. Pondasi dangkal (shallow footing) yang berupa :
Pondasi tapak (square footing)

19 | P a g e 4 2

Pondasi menerus (continous footing)

Pondasi Setempat

b. Pondasi Dalam (Deep Footing), yang antara lain :


Pondasi sumuran (bored pile) dibedakan yang menggunakan casing atau
tanpa casing.
Pondasi tiang pancang
Pondasi caisson; yaitu macam pondasi dalam yang mempunyai
diameter tiang yang besar.

20 | P a g e 4 2

Pada umurnnya Pondasi dangkal digunakan untuk kondisi lapisan tanah keras
terletak dekat permukaan, sedangkan Pondasi dalam digunakan apabila
lapisan tanah keras jauh dari lapisan permukaan tanah.

21 | P a g e 4 2

3.3 KONSTRUKSI JEMBATAN


Bagian-bagian struktur utama dari konstruksi jembatan adalah
struktur pondasi, struktur abutment, struktur pilar, struktur lantai
jembatan, struktur kabel, dan struktur oprit. Bagian metoda
konstruksi terpenting dalam konstruksi jembatan adalah proses
erection lantai jembatan, dimana banyak metoda dimungkinkan
untuk melakukan erection tersebut.

Bagian Struktur Utama Jembatan

Adapun metoda konstruksi terpenting dalam konstruksi jembatan juga


sangat bervariasi dan sangat ditentukan oleh banyak pertimbangan, antara
lain:
Kondisi medan,
Tipe alat yang telah dimiliki,
Kondisi akses menuju ke lokasi proyek,
Pertimbangan lalu lintas lama,
Tipe material dan struktur jembatan yang digunakan, apakah
baja atau beton.
Pertimbangan waktu pelaksanaan
Berikut adalah beberapa tipe metoda erection lantai jembatan yang
umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan :
Sistem Perancah
Sistem Service Crane
Sistem Launching Truss
Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set
Sistem Launching Gantry
Sistem Traveller atau Heavy Gantry
Sistem Perancah
Keuntungan sistem perancah adalah
Minimnya alat angkat berat (service crane atau gantry) yang
diperlukan, mengingat pengecoran yang dilakukan adalah ditempat
22 | P a g e 4 2

Lebih minimnya biaya erection akibat tidak terlibatnya alat angkat


berat, khususnya bila tipe ini telah dimiliki (heavy duty shoring)
Kerugian sistem perancah adalah
Produktivitas yang relatif rendah, karena pekerjaan cor ditempat
menuntut waktu yang lebih lama untuk proses persiapan (formwork dan
peracah) dan proses setting beton.
Menurut tipe tanah yang harus baik, dan bila tanah yang ada untuk
dudukan perancah kurang baik maka akan berakibat perlunya struktur
pondasi khusus (luasan telapak yang lebar atau penggunaan pondasi
dalam).

Metode Perancah

Sistem Servis Crane


Keuntungan sistem servis crane adalah
Produktivitas erection yang tinggi.
Tidak terpengaruh kepada tipe tanah yang ada dibawah lantai
jembatan (sebatas mampu dilewati untuk manuver alat berat).
Kerugian sistem servis crane adalah
Umumnya penggunaan alat berat seperti ini menuntut biaya tinggi
mengingat biaya sewa crane dengan kapasitas angkat tinggi adalah relative
mahal.
Perlunya access road yang memadai untuk memobilisasi service crane.

Metode Servis Crane

Sistem Launching Truss


Keuntungan sistem launching truss adalah
Tidak terpengaruh kepada kondisi dibawah lantai jembatan (katakanlah
sepenuhnya sungai)
Kerugian sistem launching truss adalah
23 | P a g e 4 2

Umumnya penggunaan alat berat seperti ini juga menuntut biaya


tinggi.
Diperlukan system booking alat yang memadai mengingat tipe ini
belum dimiliki banyak oleh sub kontraktor erection.
Produktivitas relatif lebih rendah dibandingkan sistem service crane,
dimana perlu waktu extra untuk erection truss dan sistem angkat dan
menempatkan girder.

Metode Launching Truss


Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link Set
Untuk konstruksi jembatan rangka baja, maka sistem penggunaan alat
angkat baik service crane yang mungkin diletakkan diatas ponton atau
konvensional gantry adalah cara paling umum digunakan untuk mengangkat
dan memasang batang per batang baja di posisinya.
Sistem counter weight akan diperlukan yang biasanya diambil dari konstruksi
rangka baja yang belum dipasang ditambah dengan extra beban, agar
erection dengan sistem cantilever dapat dilakukan.
Penggunaan link set juga dapat dilakukan untuk menghubungkan satu
span rangka yang sudah jadi sebagai konstruksi counter weight bagi
konstruksi rangka di span selanjutnya. Untuk jelasnya lihat gambar-gambar
dibawah ini.

Metode Counter Weight dan Link Set


Sistem Launching Gantry
Untuk konstruksi jembatan dimana lantai jembatannya berupa struktur beton
24 | P a g e 4 2

precast segmental-box, maka penggunaan alat launching gantry umumnya


dapat digunakan, dimana sistem ini mempunyai kecepatan erection tinggi
yang didukung sistem feeding segmental dari sisi belakang alat (tidak dari
bawah karena pertimbangan lalu lintas, misalnya).

Metode Launcing Gantry


Sistem Traveller atau Heavy Gantry
Sistem traveller umumnya digunakan untuk tipe jembatan balance box
cantilever, khususnya untuk lantai jembatan dengan beton cor ditempat. Bila
pada tipe jembatan tipe ini menggunakan beton precast box segmental,
maka sistem alat angkat gantry harus digunakan.
Sistem kedua alat angkat ini juga digunakan untuk konstruksi jembatan
kabel, khususnya untuk tipe cable stay, maka erection deck juga
memanfaatkan struktur kabel sebagai tumpuan baru sebelum nantinya
sistem traveler (bila beton adalah cast in place) atau heavy gantry (bila
beton adalah precast) akan maju ke segmen berikutnya.

Metode Traveller atau Heavy Gantry

1.
2.
3.
4.
5.

Metode Pemasangan Gelagar Pada Jembatan


Ada beberapa metode pemasangan gelagar pada jembatan :
Sistem Service Crane
Sistem Launching Truss
Sistem penggunaan Counterweight dan Link Set
Sistem Launching Gantry
Sistem Traveller atau Heavy Gantry

25 | P a g e 4 2

LAUNCHING GANTRY
1. Pertama, semua pilar jembatan ditempatkan di lokasi yang dijadikan
sebagai penyokong launching gantry.
2. Baja pada launching gantry digerakkan dan mempunyai derek untuk
penempatan beton.

3. Memindahkan segmental blok. Pemindahan segmental blok ke bangunan


cukup mudah karena segmental blok dibuat dengan berat tertentu dan rata
rata dalam ukuran kecil.Alat transport yang biasanya digunakan adalah truk
yang digunakan untuk mengantar segmental blok melalui jalan atau
menyeberangi bangunan jembatan yang hampir jadi.
4.Segmental blok selanjutnya diputar 90 derajat dari posisi semula dan di
puncaknya diberi selang air. Selang air ini digunakan untuk menentukan
apakah segmental blok berada di posisi yang benar.
5. Semua segmental blok diletakkan pada launching gantry setu per satu
sampai rentangannya lengkap.

6.

Salah satu sisi jembatan kemudian diberi tendon baja di segmental


bloknya yang kemudian ditarik.

26 | P a g e 4 2

7. Kabel kabel baja tadi kemudian diberikan semacam pemberat.Launching


gantry kemudian dipindahkan ke sisi jembatan yang akan dibangun. Terakhir
ujung dari tendon ditanam.

3.4 KONSTRUKSI BENDUNG DAN BENDUNGAN


KONTRUKSI BENDUNG
Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai
dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan
tepi kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah
bangunan pengambilan jaringan irigasi. Bendung juga dapat didefinisikan
sebagai bangunan air yang dibangun secara melintang sungai, sedemikian
rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian
tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke
saluran saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian.
Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan
batu kali, dan bronjong atau beton. Sebuah bendung konstruksinya dibuat
melintang sungai dan fungsi utamanya adalah untuk membendung aliran
sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air di bagian hulu.
Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor,
yaitu

Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu
banjir;

Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung


tanah di bawahnya;

Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan


oleh aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah;

Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air


minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;

Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa


pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan
kerusakan pada tubuh bendung.
Pemilihan lokasi pembangunan bendung harus didasarkan atas
beberapa faktor, yaitu

Keadaan Topograf
o Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari;
27 | P a g e 4 2

o Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan;
o Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.

Keadaan Hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor
faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta
tinggi bendung tergantung pada debit rencana. Faktor faktor yang
diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan debit rencana,
curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site
atau bendung.

Kondisi Topograf
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu
o Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.
o Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.

Kondisi Hidraulik dan Morfologi


o Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir;
o Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir;
o Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
o Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

Kondisi Tanah Pondasi


Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik
sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula
yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.

Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor
penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif
lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang
tidak terlalu sulit.
Berikut ini adalah metode pembuatan bendung :
1. Pembuatan bendungan dimulai dengan pembuatan diversion channel
(saluran pengalihan) yang dibangun di sebelah kanan sungai
2. Pekerjaan dimulai dengan dengan mengerjakan diversion work dengan
menggali tanah dan pembuatan tanggul untuk mengalihkan aliran sungai.
Setelah sungai dialihkan lokasi bendung dapat dikeringkan melalui proses
dewatering.

28 | P a g e 4 2

Gambar pengalihan aliran sungai


3. Selanjutnya pekerjaan bendung dilanjutkan dengan pekerjaan galian
tanah dengan excavator dan hasil galian diangkut dengan dump truck untuk
dibuang ke disposal area atau disimpan sebagai stock untuk material
timbunan sesuai dengan jenis dan spesifikasi tanah.

Gambar pekerjaan galian tanah


4. Bila galian menemui lapisan tanah keras, dilakukan pekerjaan galian
batu
5. Dipilih metode drilling and blasting, yaitu pada permukaan batuan
dibuat pola blasting. Kemudian dibuat lubang dengan rock drill (cradler rock
driller) atau canal drilling
untuk diisi sejumlah bahan peledak (dynamit) dan detonator sebagai
pemicunya

Gambar pekerjaan pada tanah keras


6. Setelah peledakan, hasil galian dikumpulkan dengan excavator dan
diangkut dump truck ke disposal area
7. Galian batuan dengan blasting (peledakan)biasanya sulit untuk
membentuk dasar galian yang rapi sesuai rock line excavation yang ada
dalam shop drawing
8. Selanjutnya digunakan giant breaker yang dipasangkan pada excavator
untuk membentuk dan merapikan galian batuan
29 | P a g e 4 2

9. Sebelum pekerjaan beton fondasi bendung dimulai, pekerjaan yang harus


dilakukan adalah finising permukaan batuan dengan membersihkan semua
loose material dan menutup permukaan dengan splash grouting.
10. Splash grouting adalah campuran semen pasir dan air yang disiramkan
ke permukaan batuan

Gambar pekerjaan splash grouting


11. Tahap selanjutnya adalah pekerjaan beton (concrete) untuk fondasi,
tubuh bendung, kolam olakan (stilling basin) dan piers serta column
12. Di permukaan bendung yang terjadi pergesekan dengan air sungai
dimana diasumsikan terdapat batuan lepas, ranting dan pohon, oleh karena
itu perlu dilapisi dengan steel fibre concrete
13. Pada bendung gerak dibuat bangunan hoist room yaitu tempat mesin
penggerak pintu, dipasang berupa katrol (hoist) elektrik untuk menaikkan
dan menurunkan pintu

Gambar hoist room bendung gerak


14. Setelah bagian utama terlaksana, diikuti bangunan lantai apron dan
lantai stilling basin yang diikuti pekerjaan backfill dengan material terseleksi
(selected embankment)
15. Jembatan pelayanan dibuat terpisah di fabrikasi karena menggunakan
precast prestressed concrete, yang dilaunching dengan metode launching
trus
16. Pekerjaan sipil utama yang paling berat adalah pembuatan pier dan
hoist deck, karena perlu ketelitian dan akurasi yang tinggi agar interfacing
dengan pekerjaan pintu (hydro mechanical) tidak banyak menemui kesulitan
17. Dalam penentuan penggunaan perancah bekisting di lantai hoist room
perlu penanganan khusus karena pada ketinggian 28 m, harus melakukan
pekerjaan beton dengan beban ratusan ton dan lendutan yang cukup besar
Gambar urutan pekerjaan tubuh bendung
30 | P a g e 4 2

Gambar pemasangan pilar movable weir dan masangan king shore hoist
deck
18. Pelaksanaan bendung gerak dan bendung tetap merupakan lintasan
kritis . Sedangkan pekerjaan apron, stilling basin dan fishway merupakan
pekerjaan tidak kritis tetapi dapat dilaksanakan paralel dengan pekerjaan
bendung sesuai kapasitas penyediaan beton per hari
19. Untuk pembuatan pier dan kolom beton digunakan climbing formwork
dengan dua tipe, yaitu untuk lengkung dipakai bekisting baja dan untuk yang
lurus digunakan bekisting kayu dan plywood

Gambar pembuatan pier dan kolom beton


20. Pada tahap pelaksanaan pengecoranbeton untuk pier terdapat dua jenis
beton yang harus dilaksanaan bersama untuk menghindari sambungan
dingin (cold joint) yaitu antara beton biasa dan beton campuran berton
campuran steel fibre
21. Agar kedua jenis beton tidak tercampur, digunakan kawat ayam yang
ditahan dengan besi beton atau wire mesh
22. Pengecorannya dilakukan secara bergantian dalam waktu yang relatif
bersamaan antara steel fibre concrete dan beton biasa
23. Dilanjutkan dengan pengecoran bagian-bagian pada dan elevasi di
atasnya sesuai dengan ketinggian climbing formwork
24. Untuk dinding bangunan hoist room yang awalnya adalah beton biasa,
dilakukan inovasi menjadi kolom dan balok rangka baja dengan dinding
precast prestressed panel (hollow core wall) untuk dinding maupun plat atap

31 | P a g e 4 2

KONSTRUKSI BENDUNGAN
Pengertian Bendungan
Bendungan (dam) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga
digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Gambar Topologi Bendungan

2.
Bagian-bagian bendungan
Bendungan terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
a.
Badan bendungan (body of dams)
Adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air. Bendungan
umumnya memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lain
seperti pintu air atau tanggul digunakan untuk mengelola atau mencegah
aliran air ke dalam daerah tanah yang spesifik. Kekuatan air memberikan
listrik yang disimpan dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk
menyediakan listrik bagi jutaan konsumen.
b.
Pondasi (foundation)
Adalah bagian dari bendungan yang berfungsi untuk menjaga kokohnya
bendungan.
c.
Pintu air (gates)
Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik
yang terbuka maupun tertutup.
Bagian yang penting dari pintu air adalah :
32 | P a g e 4 2

a.
Daun pintu (gate leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat
digerakkan untuk membuka , mengatur dan menutup aliran air.
b.
Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang
digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang
direncanakan.
c. Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk
menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan
dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
d. Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.
d. Bangunan pelimpah (spill way)
Adalah bangunan beserta intalasinya untuk mengalirkan air banjir yang
masuk ke dalam waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan.
Bagian-bagian penting daribangunan pelimpah :
1)
Saluran pengarah dan pengatur aliran (controle structures)
Digunakan untuk mengarahkan dan mengatur aliran air agar kecepatan
alirannya kecil tetapi debit airnya besar.
2)
Saluran pengangkut debit air (saluran peluncur, chute, discharge
carrier, flood way)
Makin tinggi bendungan, makin besar perbedaan antara permukaan air
tertinggi di dalam waduk dengan permukaan air sungai di sebelah hilir
bendungan. Apabila kemiringan saluran pengangkut debit air dibuat kecil,
maka ukurannya akan sangat panjang dan berakibat bangunan menjadi
mahal. Oleh karena itu, kemiringannya terpaksa dibuat besar, dengan
sendirinya disesuaikan dengan keadaan topografi setempat.
3)
Bangunan peredam energy (energy dissipator)
Digunakan untuk menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi energi
air agar tidak merusak tebing, jembatan, jalan, bangunan dan instalasi lain di
sebelah hilir bangunan pelimpah.
e.
Kanal (canal)
Digunakan untuk menampung limpahan air ketika curah hujan tinggi.
f.
Reservoir
Digunakan untuk menampung/menerima limpahan air dari bendungan.
g.
Stilling basin
Memiliki fungsi yang sama dengan energy dissipater.
h.
Katup (kelep, valves)
Fungsinya sama dengan pintu air biasa, hanya dapat menahan tekanan yang
33 | P a g e 4 2

lebih tinggi (pipa air, pipa pesat dan terowongan tekan). Merupakan alat
untuk membuka, mengatur dan menutup aliran air dengan cara memutar,
menggerakkan kea rah melintang atau memenjang di dalam saluran airnya.
i.
Drainage gallery
Digunakan sebagai alat pembangkit listrik pada bendungan.
3.
Tipe Bendungan
Bendungan juga dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
a.
Berdasarkan ukuran
1)
Bendungan besar (large dams)
Menurut ICOLD definisi dari bendungan adalah :
Bendungan yang tingginya lebih dari 15m, diukur dari bagian terbawah
pondasi sampai ke puncak bendungan.
Bendungan yang tingginya antara 10m dan 15m dapat pula disebut dengan
bendungan besar asal memenuhi salah satu atau lebih kriteria sebagai
berikut :
Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500m.
Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m.
Debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang dari 2000
m/detik.
Bendungan menghadapi kesulitan - kesulitan khusus pada pondasinya
(had specially ifficult foundation problems).
Bendungan di desain tidak seperti biasanya (unusual design).
2)
Bendungan kecil (small dams, weir, bendung)
Semua bendungan yang tidak memenuhi syarat sebagai bendungan besar di
sebut bendungan kecil.
b.
Berdasarkan tujuan pembangunannya
1)
Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose dams)
Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja.
2)
Bendungan serbaguna (multipurpose dams)
Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan.
c.
Berdasarkan penggunaannya
1)
Bendungan untuk membuat waduk (storage dams)
Adalah bendungan yang dibangun untuk membentuk waduk guna
menyimpan air pada waktu kelebihan agar dapat dipakai pada waktu
diperlukan.
2)
Bendungan penangkap/pembelok air (diversion dams)
Adalah bendungan yang dibangun agar permukaan airnya lebih tinggi
sehingga dapat mengalir masuk kedalam saluran air atau terowongan air.
3)
Bendungan untuk memperlamabat jalannya air (detension dams)
Adalah bendungan yang dibangun untuk memperlamabat aliran air sehingga
dapat mencegah terjadinya banjir besar. Masih dapat dibagi lagi menjadi 2,
yaitu :
34 | P a g e 4 2

Untuk menyimpan air sementara dan dialirkan ke dalam saluran air


bagian hilir.

Untuk menyimpan air selama mungkin agar dapat meresap di daerah


sekitarnya.
d.
Berdasarkan konstruksinya
1)
Bendungan urugan (fill dams, embankment dams)
Menurut ICOLD definisinya adalah bendungan yang dibangun dari hasil
penggalian bahan (material) tanpa tambahan bahan lain yang bersifat
campuran secara kimia, jadi betul-betul bahan pembentuk bendungan asli.
Bendungan ini masih dapat dibagi menjadi :
Bendungan urugan serbasama (homogeneous dams) Adalah
bendungan urugan yang lapisannya sama.
Bendungan urugan berlapis-lapis (zone dams, rockfill dams) Adalah
bendungan urugan yang terdiri atas beberapa lapisan , yaitu lapisan kedap
air (water tight layer), lapisan batu (rock zones, shell), lapisan batu teratur
(rip-rap) dan lapisan pengering (filter zones).
Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka
(impermeable face rockfill dams, dekced rockfill dams) Adalah bendungan
urugan batu berlapis-lapis yang lapisan kedap airnya diletakkan di sebelah
hulu bendungan. Lapisan kedap air yang biasa digunakan adalah aspal dan
beton bertulang.
1)
Bendungan beton (concrete dams)
Adalah bendungan yang dibuat dari konstruksi beton baik dengan tulangan
maupun tidak. Ini masih dapat dibagi lagi menjadi :
Bendungan beton berdasar berat sendiri (concrete gravity dams)
Adalah bendungan beton yang didesain untuk menahan beban dan gaya
yang bekerja padanya hanya dengan berat sendiri saja.
Bendungan beton dengan penyangga (concerete butress dams)
Adalah bendungan beton yang mempunyai penyangga untuk menyalurkan
gaya-gaya yang bekerja padanya. Banyak dipakai apabila sungainya sangat
lebar sedangkan keadaan geologiya baik.
Bendungan beton berbentuk lengkung (beton berbentuk busur atau
concerete arch dams) Adalah bendungan beton yang di desain untuk
menyalurkan gaya-gaya yang bekerja padaya lewat abutmen kiri dan
abutmen kanan bendungan.
Bendungan beton kombinasi (combination concerete dams, mixed type
concerete dams) Adalah merupakan kombinasi anatara lebih dari satu tipe
bendungan.
3)
Bendungan lainnya
Biasanya hanya untuk bendungan kecil misalnya : bendungan kayu (timber
dams), bendungan besi (steel dams), bendungan pasangan bata (brick
dams), bendungan pasangan batu (masonry dams).
35 | P a g e 4 2

e.
Berdasarkan fungsinya
1)
Bendungan pengelak pendahuluan (primary cofferdam, dike)
Adalah bendungan yang pertama-tama dibangun di sungai pada waktu debit
air rendah agar lokasi rencana bendungan pengelak menjadi kering yang
memungkinkan pembangunannya secara teknis.
2)
Bendungan pengelak (cofferdam)
Adalah bendungan yang dibangun sesudah selesainya bendungan pengelak
pendahuluan sehingga lokasi rencana bendungan utama menjadi kering
yang memungkinkan pembangunannya secara teknis.
3)
Bendungan utama (main dam)
Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu atau lebih tujuan
tertentu.
4)
Bendungan sisi ( high level dam )
Adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi kiri dan sisi kanan
bendungan utama yang tinggi puncaknya juga sama. Ini dipakai untuk
membuat proyek seoptimal-optimalnya, artinya dengan menambah tinggi
pada bendungan utama diperoleh hasil yang sebesar-besarnya biarpun harus
menaikkan sebelah sisi kiri dan atau sisi kanan.
5)
Bendungan di tempat rendah (saddle dam)
Adalah bendungan yang terletak di tepi waduk yang jauh dari bendungan
utama yang dibangun untuk mencegah keluarnya air dari waduk sehingga
air waduk tidak mengalir ke daerah sekitarnya.
6)
Tanggul ( dyke, levee)
Adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi kiri dan atau kanan
bendungan utama dan di tempat yang jauh dari bendungan utama yang
tinngi maksimalnya hanya 5 m dengan panjang puncaknya maksimal 5 kali
tingginya.
7)
Bendungan limbah industri (industrial waste dam)
Adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk
menahan limbah yang berasal dari industri.
8)
Bendungan pertambangan (mine tailing dam, tailing dam)
Adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk
menahan hasil galian pertambangan dan bahan pembuatnya pun berasal
dari hasil galian pertambangan juga.
f.
Berdasarkan jalannya air
1)
Bendungan untuk dilewati air (overflow dams) Adalah bendungan yang
dibangun untuk untuk dilewati air misalnya pada bangunan pelimpah
(spillway).
2)
Bendungan untuk menahan air (non overflow dams) Adalah bendungan
yang sama sekali tidak boleh di lewati air.
Kedua tipe ini biasanya dibangun berbatasan dan dibuat dari beton,
pasangan batu atau pasangan bata
36 | P a g e 4 2

3.5. KONSTRUKSI PELABUHAN (DERMAGA)


DERMAGA
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat
dan menambatkan kapal yang akan melakukan bongkar muat barang dan
menaik-turunkan penumpang yang merupakan suatu struktur yang dibuat di
laut yang menghubungkan bagian darat dan terdiri dari bangunan atas yang
terbuat dari balok, pelat lantai dan tiang pancang yang mendukung
bangunan diatasnya. Konstruksi dermaga diperlukan untuk menahan gayagaya akibat tumbukkan kapal dan beban selama bongkar muat. Dimensi
dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang akan merapat dan
bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran
dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal
dapat bertambat dan meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar
muat dengan aman, cepat dan lancar.

Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu wharf atau quai
dan jetty atau pier.
Wharf adalah dermaga yang pararel dengan pantai dan biasanya berimpit
dengan garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah
yang ada dibelakangnya.
37 | P a g e 4 2

Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut. Berbeda dengan
wharf yang digunakan untuk merapat satu sisinya, jetty dapat digunakan
pada satu sisi atau dua sisinya, yang biasanya sejajar dengan pantai dan
dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang biasanya membentuk
sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga jetty dapat berbentuk T, L atau Jari.

1.
Perencanaan Dermaga
Pada perencanaan harus dipertimbangkan semua aspek yang mungkin akan
berpengaruh baik pada saat pelaksanaan konstruksi maupun pada saat
pengoperasian dermaga. Penggunaan peraturan dan persyaratanpersyaratan dimaksudkan untuk memperoleh desain yang memenuhi syarat
keamanan, fungsi dan biaya konstruksi. Persyaratan dari desain dermaga
pada umumnya mempertimbangkan lingkungan, pelayanan konstruksi, sifatsifat material dan persyaratan-persyaratan sosial. Elemen-elemen yang
dipertimbangkan dalam perencanaan dermaga antara lain:
Fungsi
Fungsi dermaga berkaitan dengan tujuan akhir penggunaan dermaga,
apakah untuk melayani penumpang, barang atau untuk keperluan khusus
seperti untuk melayani transportasi minyak dan gas alam cair.

Tingkat kepentingan
Pertimbangan tingkat kepentingan biasanya menyangkut adanya sumber
daya yang bernilai ekonomi tinggi yang memerlukan fasilitas pendistribusian
atau menyangkut sistem pertahanan nasional.
Umur (life time)
Pada umumnya umur rencana (life time) ditentukan oleh fungsi, sudut
pandang ekonomi dan sosial untuk itu maka harus dipilih material yang
sesuai sehingga konstruksi dapat berfungsi secara normal sampai umur yang
direncanakan. Terlebih lagi untuk konstruksi yang menggunakan desain kayu
atau baja yang cenderung untuk menurun kemampuan pelayanannya akibat
adanya kembang susut ataupun korosi, maka umur rencana harus ditetapkan
guna menjamin keamanan konstruksinya.
Kondisi lingkungan
Selain gelombang, gempa, kondisi topografi tanah yang berpengaruh
langsung pada desain, juga harus diperhatikan pengaruh adanya konstruksi
terhadap kualitas air, kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan serta kondisi
atmosfer sekitar.
Beban-beban yang bekerja
Material yang digunakan
Faktor keamanan
38 | P a g e 4 2

Faktor keamanan berlaku sebagai indeks yang mewakili keamanan desain


suatu struktur, bermanfaat untuk mengkompensasikan ketidakpastian dalam
desain yang biasanya terjadi akibat kurangnya ketelitian dan human error
dalam desain dan pelaksanaan konstruksi.
Periode konstruksi
Biaya konstruksi
Biaya perawatan
2.
Pemilihan Tipe Dermaga
Dalam perencanaan dermaga pertimbangan-pertimbangan pokok yang
diperlukan pada pemilihan tipe dermaga secara umum adalah:
a.
Tinjauan topografi daerah pantai
Tinjauan topografi daerah pantai yang akan dibangun dermaga sangat
penting dilakukan karena berkaitan dengan keamanan, efektifitas,
kemudahan proses pengerjaan dan faktor ekonomis. Misalnya pada perairan
yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat,
penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan
yang besar. Sedang pada lokasi dimana kemiringan dasar cukup curam,
pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang di perairan yang
dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan
wharf bisa dipandang lebih tepat. Jadi bisa disimpulkan kalau tinjauan
topografi sangat mempengaruhi dalam pemilihan alternatif tipe dermaga
yang direncanakan.
b.
Jenis kapal yang dilayani
Jenis kapal yang dilayani berkaitan dengan dimensi dermaga yang
direncanakan. Selain itu juga aktifitas yang mungkin harus dilakukan pada
proses bongkar muat dan peruntukan dermaga akan mempengaruhi
pertimbangan pemilihan tipe dermaga. Dermaga yang akan melayani kapal
minyak (tanker) dan kapal barang curah mempunyai konstruksi yang ringan
dibanding dengan dermaga barang potongan (general cargo), karena
dermaga tersebut tidak memerlukan peralatan bongkar muat yang besar
(crane), jalan kereta api, gudang-gudang dan sebagainya. Untuk melayani
kapal tersebut, biasanya penggunaan pier dipandang lebih ekonomis. Untuk
keperluan melayani kapal tanker atau kapal barang curah yang sangat besar
biasanya dibuat tambatan lepas pantai dan proses bongkar muat dilakukan
menggunakan kapal yang lebih kecil atau tongkang dan barang akan
dibongkar di dermaga tepi pantai yang berukuran relatif lebih kecil.
c.
Daya dukung tanah
Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada
mumnya tanah di dekat dataran memiliki daya dukung yang lebih besar
daripada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan
lumpur yang padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf akan
lebih menguntungkan. Tapi apabila tanah dasar berupa karang, pembuatan
39 | P a g e 4 2

wharf akan mahal karena untuk mendapatkan kedalaman yang cukup di


depan wharf diperlukan pengerukan yang besar. Dalam hal ini pembuatan
jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.

3.6. TEROWONGAN

Lorong bawah tanah kuno di Banten (foto diambil pada tahun 1920-an)

Sebuah bekas terowongan kereta api diBelgia yang kini digunakan untuk
pejalan kaki dan pengendara sepeda.
40 | P a g e 4 2

Jenis bangunan bentangan air: 1. Jembatan suspensi, 2. Jembatan


Archimedes, 3. Tabung terbenam (Immersed tube), 4: Terowongan bawah air

Cross-section of the Drogden Tunnel

Bagian segmen dari jenis terowonganimmersed tube, siap untuk diapungkan


dan ditenggelamkan ditempatnya
Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah
permukaan tanah atau gunung. Terowongan umumnya tertutup di seluruh
sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada lingkungan luar. Beberapa
ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai sebuah tembusan di
bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0,1 mil, dan yang lebih
pendek dari itu lebih pantas disebut underpass.
Terowongan biasa digunakan untuk lalu
lintas kendaraan (umumnya mobil atau kereta api) maupun para pejalan kaki
atau pengendara sepeda. Selain itu, ada pula terowongan yang berfungsi
mengalirkan air untuk mengurangi banjir atau untuk dikonsumsi, terowongan
untuk saluran pembuangan, pembangkit listrik, dan terowongan yang
menyalurkan kabel telekomunikasi. Ada juga terowongan yang berfungsi
sebagai jalan bagi hewan, umumnya hewan langka, yang habitatnya
dilintasi jalan raya. Beberapa terowongan rahasia juga telah dibuat sebagai
metode bagi jalan masuk ke atau keluar dari suatu tempat yang aman atau
berbahaya, seperti terowongan di Jalur Gaza, dan Terowongan Cu
Chi diVietnam yang dibangun dan dipergunakan ketika perang Vietnam.
41 | P a g e 4 2

Di Inggris, terowongan bawah tanah untuk pejalan kaki atau transportasi


umumnya disebut subway. Istilah ini digunakan pada masa lalu, dan saat ini
lebih populer disebut Underground Rapid Transit System.
Konstruksi
Terowongan dibuat melalui berbagai jenis dan lapisan
tanah dan bebatuansehingga metode konstruksi tergantung dari
keadaan tanah.
Metode potong-tutup
Ini adalah metode yang paling simpel untuk terowongan dangkal di mana
area di atas lokasi yang akan dijadikan terowongan harus digali dan
terowongan dibangun dengan atap di atasnya. Setelah itu, area ditutup agar
terlihat seperti sebelum digali.
Konstruksi umumnya bertingkat dua, yang memungkinkan adanya
pengelolaan secara ekonomi dan keamanan seperti loket tiket, stasiun, akses
penumpang dan jalan keluar darurat, ventilasi, saluran asap, ruang staf, dan
ruang perlengkapan.
Mesin bor
Mesin bor memungkinkan terowongan dibuat tanpa harus menggali area di
atas lokasi yang akan di jadikan terowongan. Mesin bor melubangi tanah
sepanjang lokasi terowongan.
Mesin bor bisa dioperasikan secara otomatis selama proses konstruksi
terowongan, dan dapat menembus hampir seluruh jenis bebatuan. Mesin bor
yang pertama kali digunakan adalah mesin yang membangun Terowongan
rel Frjus antara Perancis dan Italia melalui Pegunungan Alpen tahun 1845.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Geologi Rekayasa adalah penerapan ilmu geologi dalam
praktik rekayasa untuk tujuan menjamin faktor-faktor geologi yang
memengaruhi lokasi, disain, konstruksi, operasi dan perawatan pekerjaan
rekayasa telah dikenali dan diperhitungkan dengan matang. Penelitian
geologi rekayasa dapat dilakukan pada waktu perencanaan, analisis dampak
lingkungan, disain rekayasa sipil, rekayasa optimasi dan tahapan konstruksi
proyek umum dan swasta, serta pada tahap setelah konstruksi
dan penyelidikan proyek. Penelitian geologi rekayasa dilakukan oleh
seorang ahli geologi atau ahli geologi rekayasaterdidik, tenaga profesional
yang terlatih dan memiliki kemampuan untuk mengenali dan
menganalisis bahaya geologi serta kondisi geologi yang merugikan.
42 | P a g e 4 2

Keseluruhan tujuan tersebut adalah untuk melindungi jiwa dan harta benda
dari kerusakan serta solusi untuk masalah-masalah geologi.
4.2 SARAN
Sebagai saran bahwa Pengetahuan dasar sebagai pendukung dalam
mempelajari Geologi Rekayasa adalah Fisika, Kimia, biologi, dan Matematika.
Geologi Rekayasa dalam Teknik Sipil termasuk ilmu yang sangat penting
dimana terdapat banyak aspek-aspek teknik konstruksi. Pemakalah
mengharapkan agar makalah ini dapat sedikit menambah pengetahuan
mengenai Geologi Rekayasa dan agar pemanfaatan lahan pembangunan
dapat terlaksana sesuai dengan prinsip-prinsip Geologi baik secaraTeknis
maupun secata Tatalingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Shirley L. Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
file:///C:/Users/user/Pictures/REKAYASA JALAN RAYA I - KISARAN TEKNIK SIPIL.html
file:///C:/Users/user/Pictures/REKAYASA%20PONDASI%20-%20KISARAN%20TEKNIK
%20SIPIL.html
file:///C:/Users/user/Pictures/Bendung%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,
%20ensiklopedia%20bebas.html
file:///C:/Users/user/Pictures/Bendungan%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,
%20ensiklopedia%20bebas.html

43 | P a g e 4 2

Anda mungkin juga menyukai