Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. Dasar - Dasar kurikulum tidak
hanya diperlukan bagi para penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang
sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan tetapi terutam harus dipahami
dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana kurikulumyaitu para
pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan
tuga-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen
dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang
pendidikan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan
secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu
dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan,
sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran
secara lebih efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum
2. Apa kedudukan kurikulum dalam pendidikan
3. Apa fungsi kurikulum
4. Hubungan kurikulum dengan teori pendidikan
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui kedudukan kurikulum dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui fungsi kurikulum
4. Untuk mengetahui hubungan kurikulum dengan teori pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
1

Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli


mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan tradisional (klasik),
kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah (Hilda Taba,
1962; Zais, 1976; Nana Sudjana, 1996; Nana S. Sukmadinata, 1997). Pelajaranpelajaran apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. Sedangkan dalam
pandangan modern, arti kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau
sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan (J. Galen Saylor & William
M. Alexander,1956; Ronald C. Doll, 1974)
Dalam hal ini, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa untuk mencari
rumusan kurikulum dapat ditinjau dari empat dimensi, yaitu : (1) kurikulum
sebagai suatu ide; (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai
perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; (3) kurikulum sebagai suatu
kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis; dan (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Dalam konteks pendidikan nasional, secara formal kurikulum lebih
diartikan sebagai suatu rencana atau dokumen tertulis. Hal ini bisa dilihat dari
pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yang berbunyi bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
B. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pendidik mempunyai
tugas pokok untuk melaksanakan pengajaran atau sekarang lebih dikenal dengan
istilah pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diwujudkan dalam bentuk interaksi
antara pendidik dengan peserta didik. Peserta didik memiliki tugas pokok belajar
yakni berusaha memperoleh perubahan perilaku atau pencapaian kemampuan
tertentu berdasarkan pengalaman belajarnya yang diperoleh dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, pendidik berupaya
menyampaikan sejumlah isi dan bahan pembelajaran kepada peserta didik
2

melalui proses atau cara tertentu, serta melaksanakan evaluasi untuk mengetahui
proses dan hasil pembelajaran, yang keseluruhannya dikemas dalam bentuk
kurikulum. Dengan demikian, kurikulum dapat dikatakan sebagai salah satu
komponen utama dalam sistem pendidikan.
C. Fungsi Kurikulum
Kurikulum memiliki tiga fungsi, yaitu:
1. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan.
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan di
sekolah (tujuan institusional dan tujuan pembelajaran) dan sebagai
pedoman yang dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
2. Fungsi bagi sekolah di tingkat yang lebih tinggi.
Kurikulum yang digunakan di suatu jenjang sekolah tertentu dijadikan
sebagai dasar yang berkesinambungan bagi pengembangan kurikulum pada
jenjang berikutnya. Misalnya, kurikulum yang berlaku di tingkat SD akan
dijadikan dasar bagi pengembangan kurikum pada tingkat SLTP, begitu
juga seterusnya.
3. Fungsi bagi masyarakat
Masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan tentunya memiliki harapan
dan kepentingan tertentu terhadap sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus
dapat mengakomodir harapan dan kepentingan masyarakat tersebut yang
dituangkan dalam kurikulum.
D. Hubungan Kurikulum dengan Teori Pendidikan
Telah dikemukan di atas bahwa rumusan kurikulum dapat diklasifikasikan
dalam dua pandangan, yakni pandangan tradisional (klasik) dan pandangan
modern. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya pergeseran dalam teori-teori
pendidikan.
Kurikulum memang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori
pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa
teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan
tertentu.
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan empat jenis hubungan
kurikulum dengan teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik (classical education), Yang memandang bahwa pendidikan
berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan
budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari
3

pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu
pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang
telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik
mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik
memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari
pendidik.
2. Pendidikan pribadi (personalized education). Konsep pendidikan ini bertolak
dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi
tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik.
Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan
pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai
pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan
romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker
dan John Dewey - memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan
yang utuh. Isi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang
sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalahmasalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat
memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan
ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai
dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik
berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang
memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,-- memiliki nurani
kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
3. Teknologi pendidikan, Yakni suatu konsep pendidikan yang mempunyai
persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda.
Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan
penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan
teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi
pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang

yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk


desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan
menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara
individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan
pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan
barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur
belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada
penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan interaksional, Yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak
dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi
dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu
bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan
interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik
dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi
antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan,
antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui
berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar
mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman
eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat
menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap dapat memberikan
sedikit pemahaman kepada siapaun yang membaca makalah ini berkaitan

dengan pengembangan kurikulum dan penulis berharap kurikulum yang


sekarang dan yang akan datang dapat berjalan sesuai dengan kondisi
masyarakat setempat.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wataala,
karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
DASAR-DASAR KURIKULUM. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Ekonomi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembanganilmu pengetahuan bagi kita semua.

DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar.............................................................................................

Daftar Isi........................................................................................................

ii

BAB I Pendahuluan......................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................

1
1
1

BAB II Pembahasan
A.
B.
C.
D.

Pengertian Kurikulum ......................................................................


Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan.........................................
Fungsi Kurikulum...............................................................................
Hubungan Kurikulum dengan Teori Pendidikan................................

2
2
3
3

BAB III Penutup


A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................

6
6

ii

DASAR - DASAR KURIKULUM


Oleh :
Kelompok : I

Nama

: Nurmaliana Simatupang
Roki

Semester

: VII-C

Prodi

: Pend. Ekonomi

Mata Kuliah : Kajian Kurikulum

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN


STKIP TAPANULI SELATAN
2016

Anda mungkin juga menyukai