LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi dan mulut
secara keseluruhan diawali dari kebersihan gigi dan mulut pada setiap individu .
Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan gigi dan
mulut. Hal tersebut dapat dilihat secara klinis dari ada tidaknya depositdeposit
organik, seperti pelikel, materi alba, debris, kalkulus, dan plak gigi. Plak
merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat pada
permukaan gigi dan gusi serta permukaan jaringan keras lainnya dalam rongga
mulut. Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu tindakan untuk membersihkan
gigi dan gusi untuk mencegah penyakit gigi dan mulut.
Penyakit karies gigi disebabkan oleh derajat kebersihan gigi dan mulut yang
masih rendah dan merupakan penyakit terbesar pada sebagian penduduk
Indonesia. Upaya kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau dari aspek lingkungan
serta kesadaran siswa terhadap derajat kebersihan gigi dan mulut. Faktor
lingkungan, distribusi penduduk dan perilaku siswa terhadap kebersihan gigi dan
mulut merupakan faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan upaya kesehatan
gigi dan mulut. Indikator derajat kebersihan gigi dan mulut di Indonesia memiliki
status derajat kebersihan gigi dan mulut dengan rata-rata OHIS <1,2 . Indikator
kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) didapatkan dari menjumlahkan angka debris
indeks dan kalkulus indeks. Indeks OHI-S adalah keadaan kebersihan gigi dan
mulut dari subyek yang dinilai dari 2 adanya sisa makanan (debris) dan karang
gigi (kalkulus) pada permukaan gigi.
BAB II
DASAR TEORI
1.1 Definisi Oral Hygiene
Oral hygiene adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut
agar tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit jaringan
periodontal serta bau mulut. Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah untuk
menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang
melekat di gigi. Oral hygiene merupakan kebersihan rongga mulut seseorang yang
dapat diukur dari indikator yang disebut indeks. Ada beberapa indeks yang dapat
digunakan untuk menentukan status oral hygiene seseorang yaitu indeks oral
hygiene (oral hygiene index).Oral Hygiene Index (OHI) mengukur debris dan
kalkulus yang menutupi permukaan gigi dan terdiri dari dua komponen yakni
indeks debris dan indeks kalkulus. Masing-masing indeks mempunyai rentangan
skor 0 3. Oral Hygiene Index (OHI) diperoleh dengan menjumlahkan nilai
indeks debris (Gambar 1) dan indeks kalkulus (Gambar 2).
Alat yang digunakan untuk menentukan Oral Hygiene Index (OHI) adalah
kaca mulut dan sonde berbentuk sabit, tanpa menggunakan zat pewarna. Tingkat
kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari skor OHI yang didapat (tabel 1) 19
Skor OHI pada pasien yang dirawat ortodonti haruslah berada pada tingkatan
baik, karena oral hygiene memegang peranan dalam menentukan keberhasilan
perawatan ortodonti.15
1)
2)
3)
1)
2)
3)
a.
Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar
kedua atas atau bawah.
b.
Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada molar ketiga atas atau bawah.
c.
Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d.
Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
pertama kiri atas.
e.
Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
f.
Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
pertama kanan bawah.
g.
Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa
tidak ada, maka penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung
apabila ada dua gigi indeks yang dapat dinilai (Nio, 1990).
5.
KRITERIA
NILAI
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau 0
pewarnaan ekstrinsik.
2. a.
Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak 1
yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau
3.
4.
KRITERIA
Tidak ada karang gigi
Pada permukaan gigi
yang
terlihat
ada
NILAI
0
karang 1
gigi
yang
terlihat
ada
karang 2
b.
Calculus Index =
Jumlah penilaian calculus
Jumlah gigi yang diperiksa
Penilaian debris score dan calculus score adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
a.
b.
c.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada skillab ini dilakukan oenghitungan OHI-S pada 5 sample .
Penghitungan OHI-S terdiri atas DI-S dan CI-S. Penghitungan OHI-S dilakukan
pada 6 permukaan gigi yaitu pada bagian fasial gigi 11, 31, 16, 17 dan Lingual
gigi 36 dan 46. DI-S dihitung dengan menggunakan disclosing agent yang
dioleskan pada 6 permukaan gigi tersebut kemudian di diamkan beberapa detik
dan di usap dengan tissue. Setelah itu dilihat secara visual banyaknya disclosing
agent yang masih menempel pada gigi, yang menggambarkan banyaknya debris
pada gigi. Penilaian dilakukan pada keenam permukaan gigi tersebut
menggunakan criteria berikut
No
1.
KRITERIA
NILAI
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau 0
pewarnaan ekstrinsik.
2. a.
Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak 1
yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau
kurang dari 1/3 permukaan.
b.
3.
4.
KRITERIA
Tidak ada karang gigi
Pada permukaan gigi
yang
terlihat
ada
NILAI
0
karang 1
gigi
yang
terlihat
ada
karang 2
b.
1. Sample 1
2. Sampel 2
3. Sampel 3
4. Sampel 4
16
11
26
36 32 46 Total
Kanwangwang
10:6=1,6
Qurrotulaini
8:6=1,3
An Nisa Dejand
7:6=1,16
Annisa H.M
4:6=0,06
Anisa N.H
6:6=1
Nilai CIS
5. Samp
el 5
5,12:5=1,024
10
Nilai DIS
16
11
26
36 32 46 Total
Kanwang-wang
5:6=0,83
Qurrotulaini
10:6=1,6
An Nisa Dejand
8:6=1,3
Annisa H.M
6:6=1
Anisa N.H
3:6=0,5
Nilai DIS
5,23:5=1,046
OHI-S = DIS+CIS
=1,024+1,046
=2,07 (sedang)
11
Hanif didapatkan index CIS sebesar 0,06 dan pada sampel terakhir dengan pasien
bernama Anisa Nur mendapatkan skor index CIS sebesar 1.Maka dari kelima
sampel diperoleh rata-rata index CIS sebesar 1,024 .
Kemudian berdasarkan hasil dari index DIS didapatkan pada sampel
pertama dengan pasien yang sama yakni saudara Kanwangwang dwi di dapatkan
index DIS sebesar 0,83 ,kemudian pada sampel kedua yang juga dengan pasien
yang sama yakni saudari Qurrotulaini di dapatkan index DIS sebesar 1,6 .Pada
sampel ketiga yakni dengan pasien yang sama yaitu saudari An Nisaa Dejand di
dapatkan index DIS sebesar 1,3,emudian pada sampel keempat dengan pasien
bernama Annisa Hanif didapatkan index DIS sebesar 1 dan pada sampel terakhir
dengan pasien yang samayakni saudari Anisa Nur di dapatkan index DIS sebesar
0,5.Maka dari kelima index DIS yang sudah di dapatkan diperoleh rata-rata index
DIS sebesar1,046.
Berdasarkan hasil di atas maka dapat diperoleh index OHIS dengan
menjumlahkan jumlah rata-rata dar index CIS da index DIS maka 1,o24 di
jumlahkan dengan1,046 diperoleh hasil 2,07.Maka berdasarkan 5 sampel yang
kelompokkamiambil di peroleh indexOHIS dengan skor 2,07 yang mana pada
skor tersebut termasukkedalamkategori sedang.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Pemeriksaan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) terdiri atas dua
komponen yaitu skor debris dan skor kalkulus dengan skala masing-masing
komponen 0-3. Gigi yang diperiksa ada 6 yaitu molar 1 kanan atas pada bagian
bukal, insisiv 1 kanan atas bagian labial, molar 1 kiri atas bagian bukal, molar 1
kiri bawah bagian lingual, insisiv 1 kiri bawah bagian labial dan molar 1 kanan
bawah bagian lingual. Cara pengukuran debris dan kalkulus adalah masingmasing permukaan gigi yang diperiksa dibagi tiga bagian secara horizontal yaitu
bagian gingiva, bagian tengah (midline) dan bagian incisal dengan kategori skor
0-3. Hasil akhir didapat dengan menjumlahkan total skor debris dan skor kalkulus
tiap gigi yang diperiksa dan masing-masing indeks dibagi dengan jumlah gigi
yang diperiksa. Dari data pemeriksaan didapatkan hasil rata-rata OHIS adalah
2,07. Hasil tersebut termasuk kategori sedang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Basuni, dkk. 2014. Gambaran Indeks Kebersihan Mulut
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Guntung
Ujung Kabupaten Banjar. Dentino Jurnal kedokteran gigi Vol II. No
1. Maret 2014
Departemen
Pelayanan
Kesehatan.
Kedokteran
Gigi
Pedoman
Penyelenggaraan
Keluarga.
Dirjen
Yanmed.
Jakarta.2006.
Departemen
Kesehatan.
Profil
Kesehatan
Indonesia,
Jakarta.2009
Francis G. Serio, Charles E. Hawley,2002,Manual of Clinical
Periodontics: A Reference Manual for Diagnosis and Treatment,
Lexi-Comp Inc., Ohio
14