Anda di halaman 1dari 20

Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Sectio Caesarea Atas

Indikasi Presentasi bokong di Bagian Obstetri Dan


Ginekologi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
Periode Januari Desember 2013

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:
Restya Fitriani
04111001033

Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam 20 tahun terakhir, angka kejadian sectio caesarea meningkat pesat,
terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dalam Laporan Tahunan Bagian Obstetri
dan Ginekologi, disebutkan bahwa angka kejadian persalinan sectio caesarea di
rumah sakit pendidikan tahun 2006 adalah 790-3.541 persalinan (Prawihardjo,
2008). Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun
2010 terdapat 752 kasus ibu yang di sectio caesarea dan diantaranya 90 orang
yang di sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong (2012) .
Persalinan sectio caesarea ialah pelahiran janin melalui insisi pada dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histeretomi). Salah satu indikasi
dilakukannya tindakan sectio caesarea ialah janin dengan presentasi bokong.
Presentasi bokong ialah presentasi janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Presentasi bokong
mempunyai resiko lebih besar dibandingkan presentasi lainnya sehingga sectio
caesarea menjadi metode pilihan untuk menurunkan angka kematian maternal
maupun perinatal. Selain itu sectio caesarea dapat mengurangi angka kesakitan
pada fetus dengan presentasi bokong (Cunningham, 2010).
Beberapa penyebab terjadinya peningkatan angka sectio caesarea antara lain
wanita yang memiliki jumlah anak yang lebih sedikit sehingga nulipara
mempunyai risiko lebih tinggi untuk sectio caesarea, wanita yang melahirkan
berusia lebih tua, ditemukannya alat pemantauan janin secara elektronik yang
menybabkan

peningkatan

sectio

caesarea

akibat

indikasi

gawat

janin,

kekhawatiran akan tuntutan malpraktik, serta insiden pelahiran pervaginam


Midpelvik menurun. Lebih dari 85 % sectio caesarea dilakukan atas indikasi
riwayat sectio caesarea, distosia, gawat janin, atau presentasi bokong
(Cunningham, 2010).
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mencari
bagaimana gambaran prevalensi sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong

serta meneliti hubungan karakteristik ibu dengan kejadian sectio caesarea atas
indikasi presentasi bokong di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang pada periode Januari- Desember 2013.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana prevalensi sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong di
bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang pada periode Januari- Desember 2013?
2. Bagaimana hubungan karakteristik ibu dengan kejadian sectio caesarea
atas indikasi presentasi bokong di bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada periode JanuariDesember 2013?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan karakteristik ibu dengan kejadian sectio
caesarea atas indikasi presentasi bokong di bagian Obstetri dan
Ginekologi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada periode
Januari- Desember 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui prevalensi kejadian sectio caesarea atas indikasi
presentasi bokong di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang pada periode Januari- Desember
2013.
b. Mengetahui hubungan usia ibu, paritas, usia kehamilan, dan
riwayat sectio caesarea sebelumnya dengan kejadian sectio
caesarea atas indikasi presentasi bokong di bagian Obstetri dan
Ginekologi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada periode
Januari- Desember 2013.

1.4. Hipotesis
1.4.1. Hipotesis nihil (Ho)
Tidak ada hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan
kejadian sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
1.4.2. Hipotesis kerja (H1)
Terdapat hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan
kejadian sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan
bagi penelitian selanjutnya dan bagi instansi pendidikan untuk memberikan
informasi mengenai hubungan karakteristik ibu dengan persalinan sectio
caesarea atas indikasi presentasi bokong, serta sebagai salah satu usaha
untuk memberikan informasi kepada masyarakat khusunya ibu hamil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme Dan Persalinan Normal


1

Fisiologi Persalinan Normal


Aktivitas

otot

polos

miometrium

yang

memungkinkan

pertumbuhan dan perkembangan janinintrauterin sampai dengan


kehamilan aterm merupakan tanda kehamilan secara umum.
1

Fase dan kala persalinan normal


Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan
adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan,
dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan
lahir. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa nyeri
sehingga

istilah

nyeri

persalinan

digunakan

untuk

mendeskripsikan prosen persalinan ini.


Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala. Kala satu
persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus
dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang
progresif. Kala satu persalinan selesai ketika sudah
membuka

lengkap

(sekitar

10

cm)

sehingga

memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu, kala


satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi
serviks. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks
sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala
dua persalinan disebut juga stadium ekspulsi janin. Kala
tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir, dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
janin. Kala tiga persalinan disebut juga stadium pemisahan
dan ekspulsi plasenta.
2 Mekanisme Persalinan Normal

3
2

Sectio Caesarea
1

Sejarah Sectio Caesarea


Sectio Caesarea didefinisikan sebagai kelahiran janin
melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding
uterus (histeretomi). Ada tiga penjelasan prinsip tentang asal
istilah Caesar. Penjelasan pertama, menurut legenda, Julius
Caesar dilahirkan dengan cara ini, sehingga prosedur tersebut
dikenal sebagai bedah Caesar. Penjelasan kedua adalah bahwa
nama operasi ini berasal dari hukum Romawi, yang kemungkinan
dibuat pada abad ke-8 SM oleh Numa Pompilius, memerintahkan
untuk melakukan prosedur ini pada wanita yang sekarat pada
beberapa minggu terakhir kehamilan dengan harapan dapat
menyelamatkan anak, operasi tersebut menjadi dikenal sebagai
operasi Caesar. Penjelasan ketiga adalah bahwa kata Caesar
berasal dari bahasa latin caedere pada abad pertengahan, yang
artinya memotong. Penjelasan ini tampak masuk akal, tetapi
kapan istilah ini dipakai pertama kali pada operasi masih belum
pasti. (Cunningham dkk., 2010)

Jenis Sectio Caesarea


Ada beberapa jenis Sectio Caesarea yang dikenal, yaitu:
a

Sectio Caesarea transperitonealis


i
Sectio Caesarea klasik
Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang
pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungan
tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih cepat, tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan

sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian


yang dapat muncul adalah infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri spontan
ii

pada persalinan berikutnya.


Sectio Caesarea Profunda
Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan
pada segmen bawah rahim. Keuntungannya adalah penjahitan
luka lebih mudah, kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil dibandingkan dengan Sectio Caesarea dengan cara
klasik, sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang
banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperative

tinggi.
Sectio Caesarea ekstraperitonealis
Sectio Caesarea berulang pada seorang pasien yang pernah
melakukan Sectio Caesarea sebelumnya. Biasanya dilakukan
diatas bekas luka yang lama.9 Tindakan ini dilakukan dengan
insisi dinding dan fasia abdomen sementara peritoneum
dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah
uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
Pada saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk

mengurangi bahaya infeksi puerpera.


(Oxorn, 2003).
2.1.3.Indikasi Sectio Caesarea
Di negara-negara berkembang dilaporkan dari penelitian
terhadap indikasi Sectio Caesarea, ada empat faktor klinis utama yang
menjadi indikasi Sectio Caesarea yang tidak berubah, yakni gawat
janin, partus tidak maju, Sectio Caesarea ulangan, dan presentasi
bokong. Alasan kelima yang paling sering adalah permintaan ibu. Di
RSUP Mohammad Hoesin Palembang diperoleh bahwa indikasi
terbanyak pertama untuk tindakan Sectio Caesarea adalah sungsng

sebesar 65 kasus (22,11%) dan kedua gawat janin sebesar 60 kasus


(20,41%) (Apriani, 2010).
Meski pada prinsipnya Sectio Caesarea dilakukan untuk
kepentingan ibu dan janin namun ada beberapa gangguan mekanisme
pembekuan darah ibu, persalinan pervaginam lebih dianjurkan karena
insisi yang ditimbulkan apa seminimal mungkin (Cunningham, 2005).

Presentasi Bokong
1

Definisi Presentasi Bokong


Presentasi bokong adalah letak janin memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan
insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan
cukup bulan ( 37 minggu), presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai. (Siswihanto, 2010).

Etiologi Presentasi Bokong

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin


terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang,
ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena
bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil
di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa
pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih

tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar


ditemukan

dalam

presentasi

kepala.

Faktor-faktor

lain

yang

memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya


adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta
previa, dan panggul sempit.
Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan
uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah
kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena
plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus (Prawirohardjo,
2008).

Klasifikasi Presentasi Bokong

Dikenal beberapa jenis presentasi bokong, yaitu:


1

Presentasi bokong murni (frank breech)


Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke atas

sehingga ujung kaki setinggi bahu atau kepala janin.


Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang

sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.


Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.
(Kasdu, 2005).

Diagnosis Presentasi Bokong


Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi
abdomen. Manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan
perawatan antenatal bila umur kehamilannya 34 minggu. Untuk
memastikan apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan
palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan/atau pemeriksaan
ultrasonography (Siswihanto, 2010).

Dengan manuver Leopold pertama, teraba kepala janin yang


bulat, keras, dan balotemen positif pada fundus. Manuver kedua
menunjukkan punggung terletak pada salah satu sisi abdomen dan
bagian kecil pada sisi yang lain. Pada manuver ketiga, bokong dapat
digerakkan diatas pintu atas panggul jika belum engage. Setelah janin
masuk panggul (engagement), manuver keempat menunjukkan bokong
yang terfiksasi di dalam simfisis (Cunningham, 2010).
Keberhasilan untuk menemukan adanya presentasi bokong pada
masa kehamilan sangat penting oleh karena adanya prosedur versi luar
yang direkomendasikan guna menurunkan insidensi persalinan dengan
presentasi selain kepala dan persalinan Sectio Caesarea. (Siswihanto,
2010).

Teknik Persalinan Presentasi Bokong

Terdapat tiga metode umum persalinan pervaginam pada


presentasi bokong, yaitu:
a

Persalinan bokong spontan. Janin dikeluarkan seluruhnya secara

spontan tanpa traksi atau manipulasi selain dorongan bayi.


Ekstraksi bokong parsial. Janin dilahirkan spontan hingga
umbilikus, tetapi bagian tubuh selanjutnya diekstraksi atau
dilahirkan dengan traksi operator dan dibantu oleh manuvermanuver, dengan atau tanpa usaha ekspulsif dari ibu.

Ekstraksi bokong total. Seluruh tubuh janin diekstraksi oleh


dokter.
(Cunningham, 2010).
Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui

pervaginam, maka sebagian besar pertolongan persalinan letak


sungsang dilakukan dengan Sectio Caesarea. Pada saat ini Sectio
Caesarea menduduki tempat yang sangat penting dalam menghadapi
persalinan letak sungsang. Sectio Caesarea direkomendasikan pada
presentasi kaki ganda dan panggul sempit (Prawirohardjo, 2008).
Sectio Caesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang
primi tua, riwayat persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal,
curiga panggul sempit, ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan
(hipertensi, KPD >12 jam, fetal distress), kontraksi uterus tidak
adekuat, ingin steril, dan bekas SC. Sedangkan Sectio Caesarea bias
dipertimbangkan pada bayi yang prematuritas >26 minggu dalam fase
aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social janin tinggi,
hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram (janin
besar) (Cunningham, 2005).

Karakteristik Ibu Yang Mempengaruhi Tindakan Sectio Caesarea


1

Usia Ibu
Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35
tahun, di bawah dan di atas umur tersebut akan meningkatkan risiko
kehamilan dan persalinan. Pada busi muda organ-organ reproduksi
seorang

wanita

belum

sempurna

secara

keseluruhan

dan

perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi


ibu dan menerima kehamilannya dimana hal ini dapat berakibat
terjadinya komplikasi obstetri yang dapat meningkatkan angka
kematian ibu dan perinatal (Rochjati, 2003).

Kehamilan di atas 35 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar


terjadinya persalinan Sectio Caesarea dibandingkan dengan umur di
bawah 35 tahun (Wirakusumah, 1994).
2

Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu


sebelum kehamilan atau persalinan saat ini. Paritas dikategorikan
menjadi 4 kelompok yaitu:
1
2
3
4

Nulipara adalah ibu dengan paritas 0


Primipara adalah ibu dengan paritas 1
Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5
Grande multipara adalah ibu dengan paritas >5
Persalinan yang pertama kali biasanya mempunyai risiko yang

relatif tinggi terhadap ibu dan anak, akan tetapi risiko ini akan
menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada
paritas keempat dan seterusnya(Mochtar, 1998).
Paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian
maternal adalah paritas 2 dan 3. Risiko untuk terjadinya persalinan
Sectio Caesarea pada primipara (primigravida) 2 kali lebih besar dari
pada multipara (multigravida) (Wirakusumah, 1994).

Usia Kehamilan

Usia kehamilan ikut mempengaruhi diambilnya suatu keputusan


medis untuk mengakhiri persalinan melalui pervaginam atau
perabdominam, ditambah dengan indikasi lain yang mengharuskan
dilakukan tindakan Sectio Caesarea (Komar, 1981).

Riwayat Sectio Caesarea Sebelumnya

Adanya riwayat persalinan dengan Sectio Caesarea sebenarnya


tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus dilakukan dengan
Sectio Caesarea juga atau tidak. Umumnya Sectio Caesarea akan
dilakukan lagi pada persalinan kedua apabila Sectio Caesarea
sebelumnya menggunakan sayatan vertikal (corporal). Namun, Sectio
Caesarea kedua bisa terjadi jika seksio ssesarea sebelumnya
menggunakan sayatan melintang tetapi ada hambatan pada persalinan
pervaginam atau indikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan
pembedahan (Kasdu, 2005).

Jarak Antar Kelahiran


Kehamilan sebelum 2 tahun sering mengalami komplikasi dalam
persalinan. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat.
Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih
butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang mungkin
terjadi bagi ibu antara lain ; 1) Perdarahan setelah bayi lahir karena
kondisi ibu masih lemah. 2) Bayi prematur / lahir belum cukup bulan
sebelum 37 minggu. 3) Bayi dengan berat badan lahir rendah / BBLR
< 2500 gram.
Kebutuhan pertolongan medik yang dilakukan adalah ; 1)
perawatan kehamilan yang teratur. 2) pertolongan persalinan
kemungkinan dengan tindakan.

Tulang panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai denagn ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami (Kasdu,2005).

Pekerjaan
Pekerjaan

seorang

ibu

bisa

memengaruhi

kondisi

dari

kehamilan. Ibu dengan pekerjaan yang berat dapat memengaruhi


kondisi janin, uterus dan organ reproduksi lainnya. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan letak daripada janin dalam kandungan dan
juga bahaya lainnya yang merupakan komplikasi dari kehamilan.
8

Faktor hambatan jalan lahir


Ibu Hamil

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang


kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya
tumor, dan kelainan bawaan jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit
bernapas. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet,
yang biasa disebut distosia (Kasdu,2005).
9

Kelainan kontraksi rahim


Sectio Caesarea

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkoordinate


buterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat
melebar pada proses persalinan, maka kepala bayi tidak terdorong dan
tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar (Kasdu,2005).

Gawat Janin

Distosia

Presentasi bokong

Kerangka
Usia Ibuteori
Paritas
Usia Kehamilan
Riwayat Sectio Caesarea
Tulang panggung
Pekerjaan
Hambatan Jalan Lahir
Kelainan kontraksi rahim

Riwayat Sectio Caesarea

BAB III
METODE PENELITIAN
1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi dengan desain cross
sectional.
2 Tempat dan Waktu Penelitian
1
Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik Obstetri dan


Ginekologi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
2

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2014

3 Populasi dan Sampel


1
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang di sectio
caesarea di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari
- Desember 2013.
2

Sampel Penelitian
Seluruh total populasi pada penelitian ini akan dijadikan sampel
penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi (sensus).
a Kriteria Inklusi
Semua total ibu yang di sectio caesarea atas indikasi presentasi
bokong
b

Kriteria Eksklusi
Semua total ibu yang di sectio caesarea atas indikasi presentasi

bokong yang tidak dengan komplikasi


4 Variabel Penelitian
1
Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel dependen pada penelitian ini adalah karakteristik ibu.
Karakteristik ibu terdiri atas :
1 Prevalensi
2 Usia ibu
3 Paritas
4 Usia Kehamilan
5 Riwayat Sectio caesarea Sebelumnya

Variabel independen (variable bebas)


Variabel independen pada penelitian ini adalah Tindakan Seksio
Sesare

5 Definisi Operasional
N

Variabel

Defenisi

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil

o
1

Operasional
Prevalensi

Gambaran

Data sekunder dari Melihat data dari rekam

tentang

rekam medik RSUP medik

frekuensi

dr.

sectio

Hoesin Palembang

RSUP

Mohammad Mohammad

dr.
Hoesin

Palembang

caesarea atas
indikasi
presentasi
bokong

Variabel

Defenisi
Operasional

Usia ibu

Usia

Paritas

Jumlah

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil

ibu Data sekunder dari Melihat data dari rekam Interval


waktu
rekam medik RSUP medik
RSUP
dr. > 20 tahun
20-35 tahun
melahirkan
dr.
Mohammad Mohammad
Hoesin >35 tahun
Hoesin Palembang
Palembang
Data sekunder dari Melihat data dari rekam Nominal
Primipara
persalinan
rekam medik RSUP medik
RSUP
dr.
Multipara
yang pernah dr.
Mohammad Mohammad
Hoesin
Grande
multipara
dialami oleh Hoesin Palembang
Palembang
ibu sebelum
kehamilan
atau
persalinan
saat ini

Usia

Usia

kehamilan

kehamilan

Data sekunder dari Melihat data dari rekam Nominal


rekam medik RSUP medik
RSUP
dr. <37 minggu

yang

dr.

dinyatakan

Hoesin Palembang

Mohammad Mohammad

Hoesin

Palembang

dalam

(preterm)
37-42 minggu

(aterm)
>42 minggu

minggu saat

(postterm)

terjadi
persalinan
N

Variabel

Defenisi
Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil

Riwayat

Riwayat

Data sekunder dari Melihat data dari rekam Nominal

sectio

pernah

rekam medik RSUP medik

caesarea

mengalami

dr.

sebelumny persalinan
a

RSUP

Mohammad Mohammad

Hoesin Palembang

dr.
Hoesin

caesarea

Palembang

dengan

tindakan
sectio

Pernah sectio
sebelumnya
Tidak pernah
sectio caesarea
sebelumnya

caesarea pada
kehamilan
terdahulu
7

Cara Pengumpulan Data


Data pada penelitian ini berupa data sekunder, yaitu melihat
hubungan karakteristik ibu dengan kejadian sectio caesarea atas indikasi
presentasi bokong di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode
Januari-Desember 2013.

Rencana Cara Pengolahan Data dan Analisis Data


Data yang dikumpulkan selanjutnya di lakukan analisis secara
komputerisasi untuk menguji hipotesis dengn tes uji korelasi Chi-square.

Kemudian data yang telah terkumpul dikelompokkan berdasarkan variabel


penelitian dan di sajikan dalam bentuk table distribusi, frekuensi,
persentase dan narasi.

3.9.

Kerangka Operasional
Jenis Penelitian :
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi dengan desain
cross sectional.

Seluruh ibu dengan persalinan sectio


caesarea atas indikasi presentasi bokong

Pengumpulan Data
Menggunakan data sekunder pada bagian rekam medik
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Pengambilan data berdasarkan Usia ibu,


Paritas, Usia kehamilan, dan Riwayat Sectio
caesarea sebelumnya

Analisi Data

Hasil dan Pembahasan


Kesimpulan dan Saran

10

Rencana/ Jadwal Kegiatan

Kegiatan
Juli

Agust

Sept.

Waktu
Okt.
Nov.

Des.

Jan.

Penentuan judul penelitian


Penulisan dan diskusi proposal
penelitian
Sidang proposal penelitian
Pengumpulan data di lapangan
Pengolahan data dan analisis
data penelitian
Penulisan dan pembahasan
Sidang skripsi
Evaluasi skripsi
Tabel 1. Rencana kegiatan

11

Anggaran
Uraian keperluan
Banyaknya
Administrasi
Jilid dan fotokopi
6
Biaya penelitian di RSMH
Biaya tak terduga
Total biaya

Harga satuan
Rp 100.000,00
Rp 50.000,00
Rp 150.000,00
Rp 150.000,00

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Jumlah
100.000,00
300.000,00
150.000,00
150.000,00
700.000,00

Anda mungkin juga menyukai