Pulau Sumbawa memanjang dengan arah timur-barat dan tersayat oleh beberapa lembah yang
berarah utama timurlaut baratdaya dan baratlaut tenggara. Teluk Saleh merupakan lekuk
terbesar dan membagi Pulau sumbawa ini menjadi dua bagian, yaitu Sumbawa Barat dan Timur
(Sudrajat, 1974). Perkembangan pemanfaatan daerah pesisir pantai Sumbawa Barat sejak 7 tahun
terakhir menjadi sangat pesat baik sebagai daerah hunian, pertambakan, budidaya laut maupun
sebagai daerah tujuan wisata.( I. W. Lugra, A. Wahib, Y. Darlan dan R. Zuraida, 2010).
Keragaman potensi sumberdaya pesisir dan laut tersebut dapat dikembangkan menjadi salah satu
sektor unggulan dalam menunjang pembangunan wilayah pesisir di kabupaten Sumbawa Barat.
Secara administratif yang termasuk ke dalam Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat yang meliputi
8 kecamatan, yaitu Kecamatan Seteluk, Poto Tano, Brang Ene, Brang Rea, Sekongkang, Maluk,
Taliwang dan Jereweh yang dibatasi oleh koordinat, Koordinat : 1164200 1170800 BT
dan 822,500 90500 LS seluas lebih kurang 740 Km2. dengan panjang garis pantai lebih
kurang 90 km dan mempunyai jumlah penduduk kurang lebih 99.056 jiwa (Pemkab sumbawa
Barat).
Pada bagian utara yaitu daerah Labuan Tano sampai Labuan Sepakek, di Kecamatan Seteluk,
berkembang pesat sebagai lahan pertambakan, sedangkan di bagian tengah yaitu di Teluk
Taliwang Kecamatan Taliwang, pesisir dan laut dimanfaatkan untuk budidaya laut (kerang
mutiara) yang diusahakan secara modern. Di bagian selatan yang berkembang sebagai kota
wisata adalah Desa Maluk, Kecamatan Jereweh .
Kawasan ini mempunyai garis pantai hampir berarah baratdaya timur laut dan telah berkembang
sebagai usaha pertambakan modern yaitu mulai dari Tanjung Tano sampai Labuan Sepakek.
Terdapat Pelabuhan Tano Poto Tano di kabupaten Sumbawa Barat, dan masiih masuk dalam
wilayah propinsi Nusa Tenggara Barat, fungsi utama pelabuhan ini adalah sebagai pintu masuk
ke wilayah pulau sumbawa dari arah arah barat (dari pulau Lombok). Disamping itu daerah ini
sebagai hunian tradisional seperti Labuan Sepakek dan Kampung Blusun yang terletak di
Tanjung Blusun . Dilihat dari gejala perubahan garis pantainya daerah yang berkembang sebagai
usaha tambak adalah daerah yang terjadi proses akresi dan abrasi khususnya di daerah labuan
Tano. Namun proses abrasi yang terjadi di Labuan Tano sangat kecil dan hampir tidak
berpengaruh karena daerah tersebut terlindung oleh Pulau Belang serta didukung oleh perairan
selat yang dangkal dan adanya terumbu karang. Ditinjau dari aspek karakteristik garis pantai
kawasan ini aman untuk dikembangkan sebagai pertambakan maupun daerah hunian dan wisata
pantai dengan tetap memperhatikan faktor kelestarian lingkungan.
Kawasan ini hampir sebagian besar kondisi pantainya mengalami abrasi kecuali sedikit di bagian
selatan Tanjung Blusun dan sebelah utara Muara Sungai Taliwang. Abrasi yang terjadi sepanjang
kawasan ini cukup signifikan yang disebabkan oleh letak geografis dari pantai tersebut dan juga
akibat penebangan hutan bakau oleh penduduk setempat. Pantai yang mengalami akresi sebelah
utara muara sungai Taliwang yang cocok dikembang sebagai pertambakan. Saat ini lahan
tersebut telah dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lahan tambak yang diusahakan secara
kekeluargaan. Kawasan ini tidak berkembang karena penghuninya jarang dan sebagian besar
hidup sebagai nelayan dan petani tradisional. Di daerah yang sebagian besar berupa lahan pesisir
merupakan semak yang belum dimanfaatkan.
Tujuan
Pengembangan dan perencanaan wilayah pesisir di Kabupaten Sumbawa Barat berdasarkan data
mengenai karakteristik dan potensi wilayah pesisir serta sumberdaya manusianya secara
tersusun, terintegrasi, dan berkelanjutan sehingga terwujud suatu wilayah pesisir yang
berkembang di segala aspek kehidupan.
1. D. Sasaran atau planning jangka pendek dan jangka panjang wilayah pesisir
Kabupaten Sumbawa Barat
Jangka Pendek :
Pemberian modal / bantuan dana pada sektor perikanan( nelayan dan petambak)
Penyuluhan tentang sumberdaya pesisir dan lautan (mangrove, terumbu karang, padang
lamu, ikan, juga mungkin sumber daya minyak dan gas bumi)
Perbaikan sarana transportasi, air bersih dan sarana lainnya yang menyangkut kebutuhan
masayarakat secara umum
Jangka Panjang :
Pengembangan usaha perikanan merupakan bidang usaha yang cenderung lebih diminati oleh
para investor yang masuk ke Kabupaten Sumbawa Barat. Selain produksi perikanan laut yang
lebih menggiurkan bagi para investor antara lain budidaya usaha tambak, rumput laut dan
budidaya kerang mutiara.
Sektor perikanan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, baik untuk budi dayanya
maupun penangkapannya, baik itu di laut ataupun di perairan umum/darat. Wilayah pesisir dan
pantai di Sumbawa Barat begitu luas, sehingga peluang pengembangan sub sektor perikanan
ini sangat terbuka. Komoditi-komoditi yang masih bisa dikembangkan seperti rumput laut, biji
mutiara, kerapu, lobster dan teripang selain penangkapan ikan di laut. Begitu pula untuk
pengembangan budi daya di perairan umum/darat seperti kolam, keramba dan sawah.
Sebagai daerah administratif yang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut, produksi
perikanan laut di Sumbawa Barat pada tahun 2008 memang mendominasi produksi sub sektor
perikanan, sebesar 88,24% dari total produksi perikanan adalah disumbangkan dari Perikanan
Laut dan Pantai. Sekain itu Sektor pertambangan di Kabupaten Sumbawa Barat juga cukup
Tabel Produksi Ikan Dirinci Menurut Kecamatan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2008
(ton)
(Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kab. Sumbawa Barat)
Penangkapan
Budi Daya
Kecamatan
Jumlah
Seluruhnya
Laut
Perairan
umum
60
3,2
62,5
4
3
2
134.7
Kolam/
Jumlah Tambak keramba Sawah
Jumlah
662
63,2
1.678,5
210
287,4
169
3.070,1
82,5
118,7
34,4
12,2
289,5
6,4
256,3
50,5
3,2
53,7
82,5
68,2
33
9
2,1
6,4
201,2
1,4
1,4
662
148,9
1.797,2
34,4
222,2
92,1
175,4
3.326,4
Berdasarkan potensi yang dimiliki, dalam perencanaan, pengelolaan dan pengembangan wilayah
pesisir di Kabupaten Sumbawa Barat didasarkan pada UU No 27 tahun 2007 tentang pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan juga ICZM (Integrated Coastal Zone Management)
penataan ruang wilayah pesisir yang terintegrasi.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antar
sektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara
ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Pemanfaatan
perairan pesisir diberikan dalam bentuk Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) meliputi
pengusahaan atas permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut. HP-3
diberikan kepada pihak pihak dalam bentuk sertifikat HP-3, yaitu sebagai berikut:
1. Orang perseorangan warga negara Indonesia.
2. Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia.
3. Masyarakat adat.
Selain memberikan HP-3, dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir kita juga harus
memperhatikan aspek sosial masyarakat pesisir seperti :
1. Memberdayakan masyarakat sekitar lokasi HP-3
2. Mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak masyarakat adat atau masyarakar lokal
3. Memperhatikan hak masyarakat untuk mendapatkan akses ke sempadan pantai dan muara
sungai
4. Melakukan rehabilitasi sumberdaya yang mengalami kerusakan di lokasi HP-3
Lalu pemanfaatan pulau pulau kecil dan perairan kecuali untuk konservasi , pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan, pemanfaatan pulau pulau kecil,wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Persyarataan pengelolaan lingkungan.
2. Memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat.
3. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
Untuk pemanfaatan wilayah pesisir dengan Konsep ICZM (Integrated Coastal Zone
Management) diperlukan beberapa konsep pemikiran sebagai berikut :
Jadi, dalam pembuatan rencana strategis untuk perencanaan, pengelolaan dan pengembangan
wilayah pesisir dipengaruhi oleh isu dan arah pembangunan saat ini yang berwawasan
lingkungan dan ini diperlukan rencana zonasi berdasarkan potensi SDA yang dimiliki dan juga
rencana pengelolaannya oleh masyarakat , lalu dirumuskan hal-hal yang akan dilakukan dan
merealisasikannya untuk pengembangan wilayah pesisir yang kita inginkan.
Kementrian Kelautan dan Perikanan, untuk urusan, pengembangan aspek sumber daya
perikanan tangkap, budidaya, melakukan riset dan urusan pengelolaannya.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, untuk urusan , memanfaatkan potensi
sumberdaya energi yang ada ( barang tambang, minyak dan gas bumi), lalu penyediaan
sumber energi (listrik) untuk aktivitas masyarakat.
Kementrian Koperasi dan UKM, untuk urusan pengembangan dan restrukturisasi usaha
dan pemasaran hasil usaha
lingkungan disekitarnya. Beberapa hal yang terjadi dan akan berpengaruh terhadap lingkungan
pesisir adalah :
1. Pembuatan beberapa pelabuhan kecil dan bangunan pantai untuk mendukung kegiatan
wisata yang tidak memperhatikan aspek osenografi perairan setempat.
2. Pengambilan material pantai untuk pemenuhan bahan bangunan pembuatan sarana dan
prasarana wisata akan mengganggu kesetimbangan pantai.
3. Bangunan untuk tempat hunian yang tidak beraturan dan tanpa didukung sistem drainase
dan pengelolaan sampah rumah tangga yang memadai akan berakibat buruk terhadap
lingkungan. Ketiga faktor tersebut akan menjadi masalah dikemudian hari bila tidak
ditata sejak dini, terutama masalah limbah rumah tangga yang akan mencemari laut.
1. H. Solusi Permasalahan Perencanaan, Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah
Pesisir
Masalah-masalah yang timbul dalam pengembangan wilayah pesisir dapat diminimalisir dengan
pengembangan wilayah pesisir berwawasan lingkungan, sehingga pembagunan berjalan dengan
lancar dengan diimbangi dengan kelestarian lingkungan sekitar yang tetap terjaga. Caranya
adalah :
1. Pembangunan sarana pelabuhan dengan memperhatikan aspek-aspek oseanografi (arus,
angin dan gelombang)
2. Pengolahan produk kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan
3. Pengolahan limbah rumah tangga yang dapat didaur ulang sehingga menghasilkan produk
lain yang bisa dimanfaatkan
4. Pemanfaatan hutan mangrove sebagai green belt, yang dapat melindungi kawasan pesisir
di belakangnya
5. Analisis kemampuan lahan dikawasan pesisir yang mampu menjadi tempat pusat
kegiatan masyarakat pesisir, seperti aktivitas penangkapan dan budidaya laut