Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun
2003 mengatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
(Sagala, 2011). Keberhasilan proses belajar mengajar yang direncanakan tersebut,
salah satunya dapat diamati melalui hasil belajar.
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan materi yang meliputi hakikat, susunan, sifat-sifat, perubahan
materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Hasil belajar kimia siswa
kelas XI IPA SMAN 2 Mataram masih tergolong rendah karena nilai rata-rata
siswanya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM untuk mata
pelajaran kimia kelas XI IPA SMAN 2 Mataram adalah 78.
Berikut ini disajikan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA 1 sampai XI
IPA 8 SMAN 2 Mataram.

Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata UAS dan Ketuntasan Belajar Kimia Siswa Kelas
XI IPA Semester Genap SMAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016
No
Kelas
Jumlah
Nilai rataJumlah Siswa
Ketuntasan
1
2
3
4
5
6
7
8

Siswa
rata
yang Tuntas
XI IPA 1
28
70,65
21,43%
XI IPA 2
31
71,52
25,81%
XI IPA 3
40
54,17
0%
XI IPA 4
41
41,90
14,63 %
XI IPA 5
40
50,80
10 %
XI IPA 6
40
32,53
5%
XI IPA 7
39
27,28
0%
XI IPA 8
42
63,74
9,52%
Sumber data : Arsip guru kimia kelas XI semester genap tahun pelajaran
2015/2016
Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Slameto (2013)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar berupa faktor


internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan kondisi fisik dan
psikologis siswa yang akan mengikuti kegiatan belajar, sementara faktor eksternal
berkaitan dengan kondisi lingkungan masyarakat, perhatian orang tua, sarana
prasarana, dan cara belajar yang digunakan.
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hasil
observasi peneliti dan informasi dari guru kimianya adalah guru kurang kreatif
dan inovatif karena guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional
yang didominasi oleh metode ceramah. Dalam model pembelajaran konvensional
guru memegang peranan utama dalam menentukan isi atau materi yang akan
diajarkan. Dalam model ini pembelajaran berpusat pada guru. Guru merupakan
sumber belajar utama bagi siswa dalam memperoleh pengetahuan. Pembelajaran
dengan model ini membuat siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar.

Hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang efektif dan bermakna
bagi siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu strategi pembelajaran
kreatif dan inovatif yang dapat mengubah perilaku belajar siswa menjadi lebih
aktif dan responsif dalam belajar kimia, sehingga dapat meningkatkan intensitas
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Selain dipengaruhi oleh
kemampuan guru dalam mengajar dan menyampaikan materi, keberhasilan suatu
proses

pembelajaran

juga

dipengaruhi

oleh

kemampuan

guru

untuk

mengembangkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai


dengan materi ajar dan berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa
secara efektif dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menununjang pendekatan yang
berpusat pada siswa (student-centered) adalah model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini merupakan aplikasi dari
pembelajaran konstruktivisme yang didasarkan pada observasi dan studi ilmiah
sehingga model pembelajaran inkuiri cocok digunakan untuk pembelajaran IPA
khususnya kimia dimana siswa terlibat langsung dengan objek yang dipelajarinya.
Pembelajaran inkuiri melibatkan keaktifan siswa yang didorong untuk belajar
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri.
Roestiyah (2008) menyatakan bahwa dalam pembelajaran inkuiri
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan
masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data
dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Dengan demikian, model

inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa


aktif dalam proses pembelajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya, melakukan pengamatan, dan mengkomunikasikan pemikirannya.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing sendiri sudah sering digunakan
dalam penelitian, dan hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa di
kelas. Penelitian Yulianingsih dan Hadisaputro (2013) menunjukkan pencapaian
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol
sehingga dapat dikatakan perlakuan dengan menerapkan pendekatan Student
Centered Learning dengan Inkuiri Terbimbing efektif meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini dikarenakan siswa memperoleh kesempatan dan fasilitasi untuk
membangun sendiri pengetahuannya. Perlakuan ini yang membuat siswa mudah
memahami konsep materi yang diajarkan sehingga mudah dalam mengerjakan
soal.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Laju Reaksi Pada
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mataram.

1.2 Definisi Operasional


Untuk menghindari perbedaan pemahaman istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, ada beberapa penjelasan yang diberikan sebagai berikut:
a. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran inkuiri
dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk

penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan


masalah.

Guru

memfasilitasi

penyelidikan

dan

mendorong

siswa

mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing


mereka untuk penyelidikan lebih lanjut (Yulianingsih, 2013).
b. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2009).
c. Laju reaksi adalah cepat atau lambatnya suatu reaksi berlangsung.
Pengetahuan tentang laju reaksi sangat dibutuhkan dalam kehidupan seharihari dan industri. Laju reaksi ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan
mengukur banyaknya pereaksi yang dihabiskan atau banyaknya produk yang
dihasilkan dalam waktu tertentu (Syarifudin, 2008).
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk memberikan cakupan pembahasan dan
memfokuskan masalah yang diteliti. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang
percobaan,

melakukan

percobaan

untuk

memperoleh

informasi,

mengumpulkan dan menganalisis data, dan membuat kesimpulan


b. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dalam aspek kognitif siswa pada
materi laju reaksi.
c. Materi laju reaksi yang dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) Konsentrasi, (2)
Hakikat laju reaksi, (3) Persamaan laju reaksi, (4) Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, (5) Orde reaksi, dan (6) Teori tumbukan.
d. Siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 2
Mataram tahun pelajaran 2016/2017.
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh
yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar
kimia materi pokok laju reaksi pada siswa kelas XI IPA SMAN 2 Mataram.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kimia
materi pokok laju reaksi pada siswa kelas XI IPA SMAN 2 Mataram.

1.6 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif serta
meningkatkan minat, keberanian untuk bertanya dan menjawab permasalahan
dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
Memberikan alternatif model pembelajaran

aktif

bagi

guru

untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.


c. Bagi Sekolah
Memberikan referensi bagi sekolah dalam rangka perbaikan mutu proses
pembelajaran di sekolah, khususnya pada materi kimia.

Anda mungkin juga menyukai