Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi mengakibatkan makin
mendunianya perdagangan

barang dan

jasa serta arus finansial

yang

mengikutinya. Di satu sisi kemajuan teknologi membawa pengaruh positif dalam


perkembangan bisnis, namun sisi lain perkembangan ilmun pengetahuan dan
teknologi serta globalisasi telah menimbulkan dampak lain yaitu timbulnya
kejahatan dimensi baru dengan modus operandi baru bersifat lintas negara
(transnational crime). 1
Bentuk kejahatan yang terjadi secara transnasional baik yang dilakukan
orang perorangan maupun koorporasi menghasilkan uang dalam jumlah yang
sangat banyak sehingga oleh pelaku harus disembunyikan dan dimanipulasi
sedemikian rupa agar uang tersebut seolah-olah legal. Hal inilah yang disebut
dengan pencucian uang atau money laundering.
Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional
merupakan hal baru di banyak negara termasuk Indonesia. Namun sekarang ini
Indonesia merupakan surga baru untuk melakukan pencucian uang ( money
laundering ). Indonesia mendapat kesan buruk di mata dunia internasional dan
telah masuk dalam barisan daftar hitam ( blacklist )sebagai Non- cooperative
Countries and Territories ( NCCTs ) sejak tahun 2001 oleh FATF. Hal ini terjadi
1

Nurmalawaty, Faktor Penyebab Terjadinya Tindak pidana Pencucian Uang ( Money


Laundering) Dan Upaya Pencegahannya , diambil dari Jurnal Equality Vol 11 hal 12 yang
dipostkan tanggal Februari 2006 dan diakses tanggal 23 Juli 2010

1
Universitas Sumatera Utara

karena kondisi Negara Indonesia yang mendukung terjadinya Tindak Pidana


Pencucian Uang yaitu :
a. Ketatnya ketentuan mengenai kerahasiaan bank sehingga tidak mungkin
sembarang orang untuk mengetahui asal usul uang sehingga amanlah uang
tersebut dibersihkan oleh lembaga keuangan.
b. Sistem devisa bebas sehingga otoritas moneter sulit untuk mendeteksi lalu
lintas modal, dana, uang., dari mana pun datangnya.
c. Tidak adanya ketentuan pembatasan atau larangan kepada orang asing
yang masuk ke wilayah Indonesia dalam hal membawa valuta asing juga
tidak adanya kewajiban pelaporannya sehingga orang bebas membawa
uang ke luar masuk berapa pun besarnya.
d. Kebebasan yang diberikan pemerintah dalam hal perpajakan yang
menyangkut deposito dan simpanan, yaitu asal usul uang tersebut tidak
dapat diusut.
e. Dan ketentuan lainnya. 2
Sebegitu

besarnya

dampak

negatif

yang

ditimbulkannya

terhadap

perekonomian suatu negara, sehingga negara-negara di dunia dan organisasi


internasional merasa tergugah dan termotivasi untuk menaruh perhatian lebih
serius terhadap pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang. Hal ini
tidak lain karena kejahatan pencucian uang (money laundering ) tersebut baik
secara

langsung

maupun

tidak

langsung

dapat

mempengaruhi

sistem

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya


Bakti,2006), hal 601.

Universitas Sumatera Utara

perekonomian, dan pengaruhnya tersebut merupakan dampak negatif bagi


perekonomian itu sendiri. 3
Penyedia Jasa Keuangan sebagai sasaran dan sarana pokok pencucian
uang. Pencucian uang sendiri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara legal
dan ilegal. Secara legal uang tersebut diperoleh secara legal menurut ketentan
yang berlaku. Cara ini misalkan pengampunan pajak yang diatur dalam Undangundang Perpajakan. Secara ilegal uang hasil kejahatan dapat ditransfer, disimpan,
atau dengan cara apapun di penyedia jasa keuangan. 4
Menurut UU No 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang , penyedia jasa keuangan adalah :
Setiap orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya yang
terkait dengan keuangan antara lain : bank, perusahaan pembiayaan, perusahaan
asuransi dan perusahaan pialang asuransi, dana pensiun lembaga keuangan,
perusahaan efek, manajer investasi, kustodian, wali amanat, perposan sebagai
penyedia jasa giro, pedagang valuta asing, penyelenggara alat pembayaran
menggunakan kartu, penyelenggara e-money dan/atau e-wallet, koperasi yang
melakukan kegiatan simpan pinjam, pegadaian, perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan berjangka komoditas; atau penyelenggara kegiatan usaha
pengiriman uang. 5
Berdasarkan

pengertian di atas, selain melalui lembaga perbankan,

pencucian uang dapat pula terjadi di perusahaan efek, pengelola reksadana,


kustodian,

manajer

investasi, wali amanat, lembaga penyimpanan dan

penyelesaian, yang mana semua pihak tersebut adalah melakukan kegiatan di


Pasar Modal.

Bismar Nasution, Rejim Anti Money laundering Di Indonesia, (Bandung: Books


Terrace & Library Pusat Informasi Hukum Indonesia, 2005), hal 1.
4
Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, (Bandung:PT Citra Aditya Bakti,
2008), hal.69.
5
Pasal 17 angka (1) UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.

Universitas Sumatera Utara

Pasar modal selain merupakan tempat transaksi keuangan juga merupakan


pusat pengaturan perekonomian dan keuangan merupakan instrumen riskan
terhadap pencucian uang. 6 Tindak Pidana Pencucian uang di pasar modal lebih
berbahaya dibandingkan tindak pidana pencucian uang melalui penyedia jasa
keuangan yang lain seperti dana pensiun dan asuransi. Hal ini dikarenakan
pencucian uang di pasar modal dapat mempengaruhi nilai harga saham, nilai tukar
mata uang yang berpengaruh pada kepercayaan masyarakat dan kestabilan
moneter.7
Perbuatan pencucian uang di samping sangat merugikan masyarakat, juga
sangat merugikan negara. Banyak negara di dunia sependapat bahwa pencucian
uang

dapat

mempengaruhi

atau

merusak

stabilitas

perekonomian

nasional/internasional atau keuangan negara dengan meningkatnya berbagai


kejahatan. Money laundering dapat membahayakan efektivitas operasi sistem
perekonomian dan bisa pula menimbulkan kebijakankebijakan ekonomi buruk.
Pada ekonomi nasional, pencucian uang menyebabkan ketidakstabilan karena
dapat menyebabkan nilai tukar suku bunga mengalami fluktasi yang relatif tajam.
Selain itu, uang hasil pencucian uang dapat beralih dari suatu negara yang
perekonomiannya baik ke negara lain dengan perkonomian yang kurang baik,
sehingga pasar financial dapat hancur secara perlahanlahan dan kepercayaan
publik kepada sistem financial semakin berkurang. Keadaan seperti ini dapat

6
7

Adrian Sutedi, Op.cit, hal 69


Ibid

Universitas Sumatera Utara

mendorong kenaikan tingkat resiko dan ketidakstabilan sistem perekonomian dan


pada akhirnya angka pertumbuhan ekonomi dunia semakin menurun. 8
Dalam hal pengaruh negatif pencucian uang pada lembaga keuangan
adalah sebagai berikut :
a. Merugikan reputasi lembaga keuangan apabila diduga digunakan sebagai
sarana untuk melakukan pencucian uang.
b. Menyebabkan terjadinya distorsi dalam hukum penawaran dan permintaan
sebagamana yang terjadi di London real estate ketika dimasuki investasi
mafia dari Rusia.
c. Menyebabkan kelemahan ekonomi negara ( misalnya negara Columbia
yang banyak tergantung pada Drug Money )
d. Menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan publik. 9
Karena hal tersebut di ataslah pencucian uang menjadi sesuatu fenomenal
dan selalu menjadi pusat perhatian semua negara di dunia. Hal ini dikarenakan
uang yang menjadi objek pencucian uang adalah uang hasil tindak kejahatan,
antara lain : korupsi, penyuapan, penyelundupan barang. penyelundupan tenaga
kerja, penyelundupan imigran. Perbankan, narkotika, psikotropika, perdagangan
budak, wanita, dan anak, perdagangan senjata gelap, penculikan, terorisme,
pencurian, penggelapan, penipuan. 10
Melihat pentingnya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang, maka di
bentuklah undang-undang yang bersifat nasional mengenai pencucian uang
tersebut yaitu UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
8

Bismar Nasution, Op.cit. hal.xii.


Nurmalawaty, Op.cit
10
Pasal 2 UU no 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
9

Universitas Sumatera Utara

Tindak Pidana Pencucian Uang (PP-TPPU) . Lebih khususnya untuk mencegah


dan memberantas pencucian uang di pasar modal, Bapepam ( Badan Pengawasan
Pasar Modal ) sebagai suatu badan yang melakukan pembinaan, pengaturan, dan
pengawasan sehari-hari dalam kegiatan pasar modal mengeluarkan suatu
keputusan berkenaan dengan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang yaitu Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep- 313/ BL/ 2007 yang telah diperbaharui oleh Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor Kep- 476/ BL/ 2009 yang dalam Surat Keputusan
tersebut mewajibkan bagi Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal untuk
menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah.

B. Perumusan Masalah
Pencucian Uang atau Money Laundering selalu menjadi suatu topik yang
layak untuk diperbincangkan dan dibahas. Banyaknya masalah yang akan timbul
dalam perekonomian dan maraknya perkembangan pencucian uang yang
merupakan kejahatan transnasional ini menarik perhatian dunia internasional.
Bahkan dunia Internasional telah membentuk sebuah lembaga The Financial
Action Task Force on Money Laundering ( FATF ) yaitu sebuah lembaga yang
tergabung dalam G-7 Summit di Paris pada tahun 1989 dengan mengeluarkan 40
rekomendasi. FATF berjuang keras mendorong pemberlakuan ketentuan
mengenai pencucian uang di berbagai negara dan mendorong adanya kerjasama
Internasional untuk bersama- sama melakukan penanggulangan terhadap
kejahatan yang berkarakteristik Internasional tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Pencucian uang atau Money Laundering yang berusaha untuk dicegah dan
diberantas melalui penerapan Prinsip Mengenal Nasabah atau Know Your
Customer pada awalnya diterapkan pada Bank yang dilakukan berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/ PBI/ 2001 tentang Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah( Know Your Customer) yang telah diubah menjadi Peraturan
Bank Indonesia No. 5/21/ PBI/ 2003 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Bank Indonesia No. 3/10/ PBI/ 2001. Seiring dengan kebutuhan untuk selalu
menjaga dan melindungi Pasar Modal dari transaksi pencucian uang maka
Bapepam mengeluarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep- 313/ BL/ 2007 yang telah diperbaharui oleh Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor Kep- 476/ BL/ 2009 yang mewajibkan seluruh
Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal untuk menerapkan Prinsip Mengenal
Nasabah atau Know Your Customer dimana penerapan prinsip mengenal nasabah
merupakan sarana paling efektif untuk mencegah dan memberantas pencucian
uang dan melalui penerapan prinsip mengenal nasabah diharapkan akan
memperbaiki reputasi Indonesia di dunia Internasional dan juga diharapkan dapat
mengantisipasi sanksi yang mungkin akan ditimbulkan praktik pencucian uang
tersebut.
Oleh karena itu, permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengapa Prinsip Mengenal Nasabah perlu diterapkan di Pasar Modal
Indonesia?
2. Bagaimanakah tindak pidana pencucian uang dapat terjadi di pasar modal?

Universitas Sumatera Utara

3. Bagaimanakah pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal


melalui

Prinsip

Mengenal

Nasabah

Prinsip

Mengenal

Nasabah

berdasarkan keputusan ketua Bapepam-LK No. 476/BL/2009?


C. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi
persyaratan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Maka berdasarkan permasalahan di atas,
tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pentingnya penerapan Prinsip Mengenal Nasabah atau
Know Your Customer di Pasar Modal.
2. Untuk mengetahui bagaimana Tindak Pidana Pencucian Uang dapat terjadi
di Pasar Modal.
3. Untuk mengetahui pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar
Modal melalui Prinsip Mengenal Nasabah Prinsip Mengenal Nasabah
berdasarkan keputusan ketua Bapepam-LK No. 476/BL/2009.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Secara Teoritis, penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangsih atau
masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Pencucian uang
di Pasar Modal sekaligus memperkaya serta menambah wawasan ilmiah
baik dalam tulisan ini maupun dalam bidang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2. Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi

bahan

masukan bagi pembaca kalangan akademisi ataupun sebagai bahan


referensi bagi mahasiswa lain yang ingin membahas mengenai Pencucian
Uang di Pasar Modal.

D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini, berjudul Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang di
Pasar Modal melalui Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer
Principles) berdasarkan

Keputusan Ketua Bapepam-LK No 476/BL/2009.

Setelah melakukan penelusuran ke perpustakaan Fakultas Hukum Universitas


Sumatera Utara, hal ini belum pernah dingkat ataupun ditulis, kalaupun ada
substansi pembahasannya berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam
skripsi

ini.

Dengan

demikian

keaslian

penulisan

skripsi

ini

dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis menyusun skripsi ini melalui


referensi buku-buku, media cetak dan elektronik dan bantuan dari berbagai pihak.

F. Tinjauan Kepustakaan
Dewasa ini, Tindak Pidana Pencucian Uang telah meresahkan dunia
Internasional. Berbagai cara dilakukan negara-negara di dunia untuk mencegah
dan memberantas fenomenal ini.
Bukan hanya pada lembaga perbankan, pasar modal juga bisa menjadi lahan
yang bagus untuk melakukan praktik pencucian uang. Untuk mengatasi hal ini,
Bapepam yang bertugas melakukan pembinaan, pengaturan, pengawasan sehari-

Universitas Sumatera Utara

hari demi mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, efisien, serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat 11, mengeluarkan Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep- 313/ BL/ 2007 yang telah
diperbaharui oleh Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep476/ BL/ 2009 yang mewajibkan seluruh Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal
untuk menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah atau Know Your Customer .

1. Pengertian Prinsip Mengenal Nasabah atau Know Your Customer


Prinsip Mengenal Nasabah atau yang lebih dikenal dengan istilah Know
Your Customer Principle (KYC) merupakan prinsip ke-15 dari 25 Core Principles
for Effective Banking Supervision dan Basel Committe. Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor Kep- 313/ BL/ 2007 yang telah diperbaharui oleh
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep- 476/ BL/ 2009
Peraturan V.D.10 huruf k menyebutkan bahwa:
Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang diterapkan Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal, untuk mengetahui latar belakang dan identitas
Nasabah, memantau rekening Efek dan transaksi Nasabah, serta melaporkan
transaksi keuangan mencurigakan, dan transaksi keuangan yang dilakukan secara
tunai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan tindak
pidana pencucian uang, termasuk transaksi keuangan yang terkait dengan
Pendanaan Kegiatan Terorisme. 12
Nasabah dalam prinsip ini adalah adalah Pihak yang menggunakan jasa
Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal.

13

Nasabah yang Berisiko Tinggi

(high risk customers) dalam prinsip ini adalah adalah Nasabah yang berdasarkan
11

Pasal 3 jo 4 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.


Peraturan V.D.10 angka 1k Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep- 476/ BL/ 2009
13
Peraturan V.D.10 angka 1c Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep- 476/ BL/ 2009.
12

Universitas Sumatera Utara

latar belakang identitas dan riwayatnya dianggap memiliki risiko tinggi


melakukan kegiatan terkait dengan tindak pidana pencucian uang dan/atau
Pendanaan Kegiatan Terorisme. 14 Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal
adalah Perusahaan Efek, Pengelola Reksa Dana, dan Bank Kustodian.

15

2. Pengertian Pencucian Uang atau Money Laundering


Dalam Pasal 1 angka 1 UndangUndang Nomor 8 Tahun 2010

tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang , pengertian


pencucian uang adalah :
.Segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini
Dan yang dimaksud dengan segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana menurut Undang-Undang No 8 Tahun 2010 adalah yang sesuai
dengan Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 Undang-Undang No 8 Tahun 2010 yaitu :
Pasal 3 :
Setiap
Orang
yang
menempatkan,
mentransfer,mengalihkan,
membelanjakan,membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan.

Pasal 4 :
Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber,
lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas

14

Peraturan V.D.10 angka 1d Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep- 476/ BL/ 2009.
15
Peraturan V.D.10 angka 1j Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep- 476/ BL/ 2009

Universitas Sumatera Utara

Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana
Pasal 5 :
Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana.
Dengan kata lain pencucian uang adalah perbuatan menempatkan,
mentransfer,mengalihkan,

membelanjakan,membayarkan,

menghibahkan,

menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan


mata uang atau surat berharga, menyembunyikan atau menyamarkan asal usul,
sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang
sebenarnya menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran,
hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.
Istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris, yakni money
laundering. Apa yang dimaksud dengan money laundering memang tidak ada
defenisi yang universal, karena baik negaranegara maju maupun negaranegara
dari

dunia

ketiga,

masingmasing

mempunyai

defenisi

sendirisendiri

berdasarkan prioritas dan perspektif yang berbeda. Namun para ahli hukum di
Indonesia telah sepakat mengartikan money laundering

dengan pencucian

uang. 16
Pengertian pencucian uang, telah banyak dikemukakan oleh para ahli
hukum. Menurut Welling, money laundering adalah Money laundering is the
process by wich one counceals the existence, illegal source, or illegal application
16

Adrian Sutedi. Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika 2008), hal. 19.

Universitas Sumatera Utara

of income and than disguises that income to make it appear legitimate. 17


(Pencucian uang adalah suatu proses, dimana salah satu bentuknya dapat berupa
sumber-sumber ilegal atau penempatan pendapatan secara ilegal kemudian
menyamarkan pendapatan tersebut sehingga kelihatan sebagai pendapatan yang
sah). Sedangkan Faser mengemukakan bahwa money laundering adalah quite
simple the process through with dirty money proceed of crime, is washed through
clean or legitimate sources and interprises so that the bad guys may more safe
enjoy their ill gotten gains (Proses sederhana dari uang kotor yang didapat dari
tindak pidana, dicuci atau dimasukkan ke dalam sumber yang sah/legal, sehingga
pelaku tindak pidana dapat lebih aman menikmati keuntungan yang didapat dari
kejahatan mereka).

3. Pasar Modal dan Hukum Pasar Modal


a. Pasar Modal
Terminologi pasar modal sebagai terjemahan capital market, menurut
Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan berarti suatu tempat atau
sistem bagaimana caranya dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dan untuk capital
suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual suatu efek
yang baru dikeluarkan. 18
Sedangkan Marzuki Usman dkk menyatakan bahwa secara teoritis pasar
modal ( capitalm market ) didefenisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri ( stocks ) maupun
17

Ibid, hal.19
M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Mitra Wacana Media,2008),
hal 3.

18

Universitas Sumatera Utara

hutang ( bonds ) baik yang diterbitkan pemerintah maupun oleh perusahaan


swasta ( private sectors ). Dengan demiukian, pasar modal merupakan konsep
yang lebih sempit dari pasar keuangan ( financial market ). 19
Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 20
Seperti telah disebutkan di atas pasar modal atau bursa efek pengertian
sederhananya adalah suatu tempat dimana bertemunya pembeli dan penjual efek
yang terdaftar di bursa itu ( efek ini di sebut listed stock), pembeli dan penjual
datang untuk mengadakan transaksi jual beli efek.

21

b. Hukum Pasar Modal

Hukum dapat dikatakan sebagai suatu sistem kaidah. Dimana sistem


merupakan suatu pemikiran bulat yang di dalamnya terdiri dari bagian-bagian
yang saling berhubungan dengan serasi dan saling mengusung dan tidak
bertentangan satu sama lain. Kaidah merupakan ketentuan mengenai baik buruk
perilaku manusia dalam pergaulannya dengan menentukan perangkat-perangkat
yang bersifat perintah dan anjuran serta larangan-larangan, sehingga dapat
dikatakan bahwa kaidah tersebut merupakan patokan pedoman dalam bertindak. 22

19

Ibid
Pasal 1 angka 13 UU no 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
21
Asril Sitompul, Pasar Modal ( Penawaran Umum dan Permasalahannya ), (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hal 6-7.
22
Soedjono Didrjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2000), hal. 36-37
20

Universitas Sumatera Utara

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum pasar modal sebagai hukum
yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pasar modal..Hukum
Pasar Modal memberikan pengertian dan pengenalan tentang teori dan praktik
dasar, modal sebagai alternatif investasi bagi pemodal dan alternatif sumber
pembiayaan bagi pengembangan dunia usaha, selain itu juga diberikan
pemahaman tentang peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
yaitu Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 23

Karena kegiatan pasar modal begitu marak dan rumit, maka sangat dibutuhkan
suatu perangkat hukum yang mengaturnya (Capital Market Law, Securities Law).
Pada prinsipnya hukum pasar modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan
pasar modal. Jadi ruang lingkupnya relatif luas.

Antara lain sebagai berikut:


1) Pengaturan tentang Perusahaan, misalnya:
a. Disclosure requirement;
b. Perlindungan pemegang saham
2) Tentang surat berharga pasar modal
3) Pengaturan tentang administrasi pelaksanaan pasar modal, yaitu meliputi:
a. Tentang perusahaan yang menawarkan surat berharga
b. Tentang profesi dalam pasar modal
c. Tentang perdagangan surat berharga

23

Diambil dari http:// hukum ekonomi.usu.ac.id/sylabi/8-sylabi.html diakses pada


tanggal 21 September 2010.

Universitas Sumatera Utara

Sehingga sebenarnya yang merupakan target yuridis dari pengaturan hukum


terhadap pasar modal pada pokoknya adalah sebagai berikut:
1.Keterbukaan informasi
2.Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku pasar modal
3. Pasar yang tertib dan modern
4. Efesiensi, kewajaran serta Perlindungan investor24

G. Metode Penulisan
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan pendekatan
yuridis normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan melalui
pendekatan terhadap asasasas hukum serta mengacu pada normanorma hukum
yang terdapat dalam peraturan perundangundangan.
2. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang dimaksud penulis adalah sebagai berikut: 25
a. Bahan hukum primer, antara lain:
1) Norma atau kaedah dasar
2) Peraturan dasar
3) Peraturan perundangundangan yang terkait

24

Diambil dari http://bocahpinggiran.wordpress.com/2008/12/20/pelanggaran-prinsipdisclosure-dalam-insider-trading-kasus-pt-gas-negara/ diakses tanggal 21 September 2010.


25

Amirrudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RaJa Grafindo Persada,


2000), hal. 118-119.

Universitas Sumatera Utara

b. Bahan hukum sekunder berupa buku yang berkaitan dengan judul skripsi,
artikel, hasilhasil penelitian, laporanlaporan dan sebagainya.
c. Bahan hukum tersier yang mencakup bahan yang memberi petunjuk
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti: kamus umum, kamus hukum, majalah, jurnal ilmiah
serta bahanbahan diluar bidang hukum yang relevan dan dapat
dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan
skripsi ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini metode yang penulis gunakan dalam
mengumpulkan data adalah metode penelitian kepusatakaan (library research),
yakni melakukan penelitian dengan menggunakan data dari berbagai sumber
bacaan seperti perundangundangan, bukubuku, majalah dan internet yang
dinilai relevan dengan permasalahan yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini.
4. Analisis Data
Analisis data yakni dengan analisis secara kualitatif. Data sekunder yang
diperoleh dianalisis secara kualitatif untuk menjawab permasalahan dalam skripsi
ini. Analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti.
b. Memilih kaidah-kaidah hukum yang sesuai dengan penelitian
c. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep pasal yang ada
d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.

Universitas Sumatera Utara

5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini mempunyai kaitan dan


hubungan yang erat satu sama lainnya. Karena pada dasarnya isi dari penulisan ini
adalah merupakan satu kesatuan. Gambaran isi skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab
dan beberapa sub bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan merupakan bab yang mengemukakan tentang latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II PRINSIP MENGENAL NASABAH DI PASAR MODAL


Di dalam bab ini dibahas mengenai pengertian prinsip mengenal nasabah
secara umum, latar belakang lahirnya prinsip mengenal nasabah, peraturanperaturan yang ada terkait tentang prinsip mengenal nasabah dan apa perlunya
penerapan prinsip mengenal nasabah di pasar modal.

BAB III TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI PASAR MODAL


Di dalam bab ini dibahas mengenai pengertian tindak pidana pencucian
uang, sejarah dan perkembangan tindak pidana pencucian uang, objek dan tujuan
tindak pidana pencucian uang, modus operandi tindak pidana pencucian uang,
tahapan dan proses tindak pidana pencucian uang, serta proses dan modus tindak
pidana pencucian uang yang dapat terjadi di pasar modal.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI PASAR


MODAL MELALUI PRINSIP MENGENAL NASABAH ( KNOW YOUR
CUSTOMER PRINCIPLES ) BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN KETUA
BAPEPAM- LK NO.476/ BL/2009
Di dalam bab ini akan dibahas mengenai fungsi dan kewenangan Bapepam
di pasar modal, kerjasama dengan

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PPATK) dalam mencegah tindak pidana pencucian uang berkaitan


dengan prinsip mengenal nasabah, pedoman pelaksanaan penerapan prinsip
mengenal nasabah di Pasar Modal, dampak penerapan prinsip mengenal nasabah
di Pasar Modal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab terakhir dari penulisan skripsi ini berisi kesimpulan mengenai babbab yang telah dibahas sebelumnya dan pemberian saransaran dari penulis yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai