Anda di halaman 1dari 31

Oleh

Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H.


Dipresentasikan Pada
Pelatihan Tematik Bagi Hakim
Di Lingkungan Peradilan Militer
Surabaya, 21 Maret 2013

UU

No. 39/1999 ttg HAM :

Seperangkat hak yang melekat pd hakekat


dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan YME dan merupakan anugerahnya,
yang wajib dilindungi, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia

Human

rights could be generally


defined as those rights which are
inherent in our nature and without
which we cannot live as human
being

UU

No. 39/ 1999 :


setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja
maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut
hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh Undang-undang ini,
dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan
tidak memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.

occur when actions by state (or nonstate) actors abuse, ignore, or deny
basic human rights (including civil,
political, cultural, social, and
economic rights).

1.

UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Anti Diskriminasi Ras dan Etnis

2.

UU Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan


Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik

3.

UU Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan


Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

4.

UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi


Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Rasial 1965.

5.

UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang


Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam,
Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia.

6.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990


tentang Pengesahan Konvensi tentang Hak Anak.

7.

UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai


Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.

To
Protect
To
Respect

To Fulfill
Kewajiban
Dasar
Negara

Kewajiban
Menjadi
bagi non
Kewajiban
bagi
non
state
actor
state actor

Operasi Militer Perang (OMP)


Operasi Militer Selain Perang

Mengatasi gerakan separatis bersenjata


Mengatasi pemberontakan bersenjata
Mengamankan wilayah perbatasan
Mengatasi aksi terorisme
Melaksanakan tugas perdamaian dunia
sesuai dgn kebijakan politik LN
dll.

Mrpk bagian integral dlm pelaks.tugas


(Pasal 3 UU 3/2002; Pasal 2 d UU 34/2004)

Penyalahgunaan kewenangan berpotensi


menimbulkan pelanggaran HAM

Peningkatan Profesionalisme Anggota

Pasal 3 ayat (1) UU No. 3 Tahun 2002 : Pertahanan Negara


disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum
nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional
serta prinsip hidup berdampingan secara damai.

Pasal 2 ayat (d) UU No. 34 Tahun 2004 : Jati diri TNI :


Tentara profesioanal, yaitu tentara yang terlatih, terdidik,
diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak
berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti
kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi,
sepremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional

SK Menteri Pertahanan No. 2/M/II/2002 :


mengamanatkan Panglima TNI dalam
penyelenggaraan pertahanan negara dengan
berpedoman kepada HHI dan HAM
ST Kasad No. 309 / 2002 : penerapan HHI,
Hk. Kebiasaan internasional dan Hk. HAM
dalam penyelenggaraan pertahanan negara
ST Kasad No. 415/2002 : meningkatkan
pemasyarakatan HHI dan HAM di lingkungan
TNI AD

Semua
tindakan
tegas TNI
pelanggaran
HAM!!

Yang dapat dihukum


krn pelanggaran
HAM hanya anggota
TNI dan POLRI;
HAM sbg momok &
penghalang tugas
TNI & POLRI

elanggaran HAM dapat dilakukan oleh :


Aktor Negara (state actor)
mereka, baik perorangan / institusi yg
berada dlm kapasitas / sbg representasi
Neg. (legislatif, eksekutif dan yudikatif) ;
commission / ommission
Aktor Non-negara (non state actor)
Orang/kelompok org di luar aktor
negara yg memiliki kekuasaan, pengaruh

Tindak kekerasan yg dilakukan oleh aparat


eharusnya diberikan landasan hukum yg
epat & dilakukan scr proporsional.
Ketentuan HAM tdk membatasi / mengurangi
meniadakan hak membela diri.
TIDAK SEMUA tindakan tegas merupakan
pelanggaran HAM.

enyelesaian kasus2 pelanggaran HAM


leh sebagian masy dirasa belum memenuhi
asa keadilan.
eristiwa yg disinyalir sbg pelanggaran HAM
an diketahui oleh masyarakat umum tidak
iproses secara adil dan benar.
ersepsi dan harapan masyarakat ttg HAM
dak tepat, berlebihan dan subjektif.

elanggaran Hak Hidup


enyiksaan
erlakuan yg tdk manusiawi & merendahkan
martabat
elanggaran Hak atas Peradilan yg layak &
dil
elanggaran atas hak-hak orang yg ditahan
erusakan properti

Perlindungan HAM dan HHI


HHI

Hk. HAM
Hak-hak
Sipil/Politik

Nyawa/
kehidupan

Prosedur perlindungan bagi


- korban luka/korban
Larangan
penyiksaan
sakit/korban karam
Hak-hak Ekonomi/Sosial/
- tawanan perang dan
Budaya
Larangan
perlakuan kejam tahanan operasi
- penduduk sipil
Diskriminasi Ras
- misi medis dan misi
Larangan
pembudakan kemanusiaan
Hak-hak Anak
Larangan
pemberlakuan Aturan/ketentuan mengenai
Diskriminasi retroaktif hukum sarana dan cara berperang
pidana
thd. Perempuan

apan kedua hukum tersebut berlaku?

Pencabutan hak
tergantung pada
tingkat
kedaruratan

KJ I-IV
PT I,1977
Ps. 3 Ketentuan
Bersama
PT II, 1977
Ps. 3 Ketentuan
Bersama KJ I-IV,
HAK-HAK YANG TAK 1949
BOLEH DICABUT

AK UNTUK HIDUP

AK UNTUK TIDAK DISIKSA

AK KEBEBASAN PRIBADI, PIKIRAN DAN HATI NURANI

AK BERAGAMA

AK UNTUK TIDAK DIPERBUDAK

AK UNTUK DIAKUI SEBAGAI PRIBADI DAN PERSAMAAN DI HADAPAN

UKUM

AK UNTUK TIDAK DITUNTUT ATAS DASAR HUKUM YANG BERLAKU

URUT
* UU No 39 Tahun 1999, Pasal 4 : Tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun dan oleh siapapun termasuk dalam keadaan perang, sengketa

Beberapa HAM dlm keadaan tertentu dpt


dibatasi/dikurangi/ditunda
Pembatasan tsb harus dilakukan
berdasarkan UU
Perpu No. 23 tahun1959 ttg Keadaan
Bahaya mengatur tentang pembatasan
HAM
Perlu penyempurnaan dlm praktek

DALAM KEADAAN DARURAT SIPIL TERDAPAT HAK-HAK YANG BISA

DIBATASI, yaitu: (*UU No. 23 Tahun 1959)

Hak kebebasan dalam menggunakan bahasa-bahasa, tulisan rahasia,

gambar2, tanda2, juga bahasa lain selain Bahasa Indonesia.

Hak untuk berkumpul

Hak untuk menggunakan tempat kediaman sendiri,dan tempat2 atau

bangunan2 lainnya yg dapat digunakan sebagai tempat tinggal

Hak untuk bergerak

Penggeledahan dan Pemeriksaan badan dan pakaian tiap-tiap orang yang

dicurigai

DALAM KEADAAN DARURAT MILITER (*UU No. 23 Tahun 1959)

Dalam hal tentang pembikinan, pemasukan dan pengeluaran, pengangkutan, pemegangan,


pemakaian dan perdagangan senjata api, obat peledak, mesiu, barang-barang yang dapat
meledak dan barang-barang peledak

Pembatasan atau pelarangan memasuki atau memakai gedung-gedung, tempat-tempat


kediaman atau lapangan-lapangan untuk beberapa waktu tertentu.

Pembatasan atau pelarangan untuk mengubah lapangan-lapangan dan benda-benda di


lapangan itu

Penutupan bbrp waktu tertentu tempat-tempat hiburan dan juga pabrik2, bengkel2 dan
gedung2 lainnya

Pengaturan, Pembatasan dan Pelarangan peredaran dan pemasukkan barang-barang yang


keluar masuk dan barang yang berada dalam daerah yg dinyatakn keadaan darurat militer

Pengaturan, Pembatasan atau Pelarangan lalu lintas di darat, di udara dan di perairan serta

DALAM KEADAAN DARURAT PERANG


Dalam situasi Perang, semua ketentuan yang berlaku dlm Darurat Sipil
dan Militer, juga berlaku disini. Namun terdapat beberapa tambahan
pengaturan seperti; militerisasi thdp suatu perusahaan dan jawatan.

(*UU No. 23 Tahun 1959)

UU No. 39 Tahum 1999

Dalam situas Perang, Hukum Humaniter Internasional (HHI) berlaku


penuh. Hanya beberapa HAM yang tidak dapat dibatasi dan tetap
dilindungi juga oleh HHI. (Non derogable rights)
Nyawa/kehidupan
Hak untuk tidak disiksa dan Perlakuan Kejam
Hak untuk tidak Diperbudak
Hak untuk diakui sebagai pribadi dan dan persamaan di depan
hukum

POLRI dengan 1.369 pengaduan


Perusahaan Swasta dengan 1.030
pengaduan
Pemda dengan 692 pengaduan
Lembaga peradilan dengan 515
pengaduan
BUMN dengan 253 pengaduan
Kejaksaan dengan 252 pengaduan

TNI berada nomor 8 dan urutan terendah


dari jumlah aduan yang diajukan ke
Komnas HAM. Hal ini menunjukkan
perubahan secara mendasar yang
dilakukan oleh jajaran TNI dengan imej
yang selama ini berkembang.

Sebagai staf khusus Komandan dan


bertugas memberikan saran hukum
berkaitan dengan ops militer yang
dilaksanakan.
Bersama-sama dengan staf lainnya
menyusun ROE
Memastikan bahwa Komandan
menindaklanjuti pelanggaran atau
kejahatan yang dilakukan oleh anak

Pelanggaran HAM dilakukan oleh individu


(aparat negara) atau institusi negara dan
non-state actors,
Pertanggungjawabannya adalah tanggung
awab pidana perorangan.
Dimungkinkan adanya hukuman tambahan
berupa kompensasi dari Negara.

Bersama-sama dengan Badan Peradilan


ainnya turut menegakkan HAM (ref. Pasal 71
UU HAM)
Penegakan HAM dapat dilakukan bersamasama dengan penerapan KUHP dan KUHPM
serta ketentuan hukum pidana lainnya.
Pengadilan HAM hanya menangani
pelanggaran HAM yang berat (kejahatan
nternasional yang serius : genosida dan

Sampai saat ini belum ada ketentuan UU


Nasional yang mengatur tentang kejahatan
perang
Hal ini harus menjadi perhatian serius
sehubungan dengan semakin banyaknya
anggota TNI melaksanakan tugas UN Peace
Keeping.
Dalam hal ini anggota TNI dapat menjadi
pelaku atau korban kejahatan perang
Apabila Indonesia tidak willing atau able
mengadili pelaku kejahatan perang, maka

Doktrin Baru TNI : didalamnya berisikan


contents HAM dan Hukum Humaniter.
Bahwa setiap operasi TNI harus dilengkapi
dengan ROE
Lampiran Hukum dalam Perintah Operasi
semakin banyak digunakan
Pada saat ini tengah disusun Manual Hukum
Humaniter dan HAM Bagi TNI
Upaya sosialisasi dan pelatihan HAM dan
Hukum Humaniter terus dilaksanakan oleh
TNI

Terus meningkatkan pemahaman,


penerapan dan penegakan HAM.
Menunjukkan dan membuktikan bahwa
penegakan HAM sebagai bagian dari
penegakan hukum di lingkungna Peradilan
Militer.

Anda mungkin juga menyukai