A.
Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada.
B.
Etiologi
1. Faktor Predisposisi
o Faktor Perkembangan
Perkembangan akan mengalami hambatan, jika interpersonal terganggu
maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
o Faktor Kultural
Faktor di masyarakat dapat membuat seseorang disingkirkan dan kesepian
terhadap lingkungan.
o Faktor Biokimia
Faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa dengan adanya stress
yang berlebihan dalam tubuh seseorang akan menghasilkan suatu zat yang
bersifat halusinogen.
o Faktor Psikologi
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan kecemasan berat yang akan berakhir
dengan mengingkari terhadap kenyataan yang ada.
o Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita pada umumnya ditemukan pada klien
skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Stress dan kecemasan akan cenderung meningkat apabila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang tua atau orang lain yang penting,
atau diasingkan dengan orang yang dekat dengan dirinya atau dari kelompok.
Menurut Rawlin dan Heacock (1993), penyebab terjadinya halusinasi, yaitu :
o
Dimensi Fisik
Halusinasi dapat terjadi pada 5 organ panca indera, halusinasi dapat
disebabkan
oleh
respon
metabolik
terhadap
stress,
yang
akan
Dimensi Emosional
Halusinasi terjadi karena perasaan yang berlebihan yang tidak dapat
diatasi, halusinasi terjadi pada hal-hal yang menakutkan dan akan
menyebabkan klien berespon berlebihan terhadap rasa takut tersebut.
Dimensi Intelektual
Halusinasi dapat terjadi karena hubungan percaya dengan kenyataan yang
berusaha mengembangkan sebagai suatu cara untuk melindungi integritas
dirinya yang menunjukkan adanya penurunan fungsi ego yang memelihara
kontak dengan realita yang mungkin tidak berkembang atau lemah.
Dimensi Spiritual
Halusinasi terjadi karena ketidakmampuan klien sebagai makluk sosial
untuk berinteraksi sehingga dapat terjadi kehilangan kontrol dalam dirinya.
C.
Tahap-Tahap Halusinasi
Menurut Stuart and Sundeen (1998), halusinasi berkembang menjadi 4 tahap
dengan karakteristik dan perilaku yang ditampilkan sebagai berikut :
1) Tahap Pertama ; menyenangkan tingkat ansietas sedang
Secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan. Karakteristiknya yaitu
mengalami ansietas kesepian, rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus
pada pikiran untuk menghilangkan ansietas, pikiran dan pengalaman sensasi
masih ada dalam kontrol kesadaran, perilaku klien yaitu seperti tersenyum
sendiri, tertawa sendiri, berbicara sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan
berkonsentrasi.
2) Tahap Kedua ; menyalahkan tingkat ansietas berat
Halusinasi disebut sebagai rasa antipati, dengan karakteristik yaitu
pengalaman sensasi yang menakutkan, merasa dilecehkan pengalaman
sensasi tersebut, kehilangan kontrol, menarik diri dari orang lain dan
lingkungan. Perubahan seperti kenaikan denjut jantung, konsentrasi terhadap
perasaan sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan
realita.
3)
4)
D.
Rentang Respon
Skema Dari Rangsangan Neurobiologikal
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
- Pemikiran logis
- Pemikiran kadang
Kelainan
pikiran/delusi
- Persepsi akurat
menyimpang
- Emosi Konsisten
- Ilusi
- Perilaku sesuai
- Reaksi emosional
dengan pengalamnya
- Hubungan sosial
- Halusinasi
- Ketidakmampuan
berlebihan
- Perilaku ganjil
mengalami emosi
- Ketidakteratutan
- Isolasi sosial
Menarik diri
komponen perilaku dan ide terkait dengan dirinya sendiri, orang lain maupun
lingkungan, keadaan ini dapat menyebabkan pengingkaran. Dampak emosional
klien yang menyakitkan dari eksternal lingkungan merupakan afek pada klien
dengan gangguan orientasi.
o Perubahan motorik
Perubahan motorik atau fisik yang ditimbulkan klien dapat diobservasi pada
gangguan orientasi realita, sering dimanifestasikan secara eksternal.
o Perubahan sosial
Konsep diri atau pola hubungan dengan orang yang paling berarti dalam
kehidupan individu jika hubungan ini tidak sehat dan menimbulkan kecemasan
yang tinggi, maka individu akan merasakan kekosongan internal. Hubungan
yang tidak kuat menyebabkan kegagalan individu.
E.
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata, tidak
mampu malakukan kebersihan mandiri seperti mandi, sikat gigi, ganti pakaian
dan berhias yang rapi.
F.
Klasifikasi Halusinasi
1) Halusinasi Pendengaran
Individu itu akan merasakan suara orang yang membicarakan, mengejek,
menertawakan,
atau
mengancam
dirinya,
padahal
tidak
ada
suara
Individu itu merasa melihat pemandangan, orang, hewan, atau sesuatu yang
tidak ada objeknya, yang dapat memberikan rasa tidak nyaman atau ketakutan
3) Halusinasi Penciuman
Individu sering mangatakan mencium bau-bauan seperti bunga, bau
kemenyan, bau mayat, dan sebagainya, yang tidak ada sumbernya atau suatu
objek. Halusinasi ini jarang ditemukan.
4) Halusinasi Pengecap
Individu itu merasakan ada sesuatu rasa dimulutnya dan sering dijumpai pada
kasus seizure disorder.
5) Halusinasi raba
Individu yang bersangkutan akan merasakan ada binatang yang merayap pada
kulitnya atau ada orang yang memukulnya. Halusinasi ini sering terjadi pada
klien dengan putus alkohol akut
G.
Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi atau muncul karena halusinasi, adalah
sebagai berikut :
1). Kebutuhan nutrisi
Individu biasanya merasa asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri, sehingga
waktu untuk makan tidak ada. Bila halusinasinya mengancam dirinya, maka ia
cenderung menolak dan menghindari makan.
2). Kebutuhan istirahat tidur
Suara halusianasi yang didengar secara terus menerus dapat menyebabkan
individu tersebut merasa tidak aman, takut ataupun gelisah sehingga dapat
mengakibatkan.kebutuhan istirahat dan tidur terganggu.
3). Perawatan diri (Personal Hygiene)
Individu kadang-kadang merasa cemas, takut, gelisah atau pun curiga sehingga
hal ini menurunkan minat individu untuk mengurus dirinya.
4). Eliminasi
Individu cenderung menarik diri, menyendiri dan duduk terpaku dengan mata
terpandang ke satu arah tertentu, sehingga aktivitas berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan
menurunnya
peristaltik
usus,
dikarenakan
menurunnya
H. Asuhan keperawatan
A) Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan, pengkajian yang
dilakukan pada klien halusinasi meliputi beberapa dimensi, yaitu :
o Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
agama, status perkawinan dan diagnosa medis.
o Persepsi klien terhadap masalah, sehingga klien butuh pertolongan saat
ini.
o Aktifitas sehari-hari meliputi : nutrisi (bagaimana pola makan, apakah
ada perubahan, kaji berat badan, apakah ada penurunan berat badan
karena tidak adekuat intake nutrisi, persepsi klien terhadap masalah,
sehingga klien membutuhkan pertolongan saat ini.
o Pola tidur dan istirahat, aktifitas fisik, kebiasaan, riwayat kesehatan,
riwayat keluarga, keadaan sistem dan penampilan fisik.
o untuk berfungsi sosial, kemunduran dalam kehidupan sehari-hari
(bekerja, hubungan sosial dan perawatan diri)
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara dapatkan adalah:
1.
Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data
objektif
Jenis halusinasi
Data Objektif
Halusinasi
Dengar/suara
Halusinasi
Penglihatan
Menunjuk-nunjuk ke
arah tertentu
Ketakutan pada sesuatu
Data Subjektif
Mendengar suara-suara
atau kegaduhan.
Mendengar suara yang
mengajak bercakapcakap.
Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Melihat bayangan, sinar,
bentuk geometris, bentuk
kartoon, melihat hantu
Halusinasi
Penghidu
Halusinasi
Pengecapan
Halusinasi
Perabaan
atau monster
Membaui bau-bauan
seperti bau darah, urin,
feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
Merasakan rasa seperti
darah, urin atau feses
Mengatakan ada
serangga di permukaan
kulit
Merasa seperti tersengat
listrik
2. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi
terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya
apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini
dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan
saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga
atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
B) Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Akibat)
D)
membantu
pasien
mengenali
halusinasi
Saudara
dapat
10
mengalami
halusinasi
bisa
dibantu
untuk
mengatasi
11
12
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga
selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien
secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu
merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi
akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung
yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit
maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
E) Evaluasi
1. Kemampuan pasien dan keluarga
F) Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri dari
13
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Jelaskan:
Isi halusinasi : .
Waktu terjadinya: .
Frekuensi halusinasi:
Respons pasien: .
a.
b.
c.
d.
e.
Panduan secara lengkap untuk melaksanakan TAK tersebut di atas dan format
evaluasinya dapat dilihat pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas
Kelompok
H) Pertemuan Kelompok Keluarga
Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan
melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan
kelompok besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di
modul lain. Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat
akan ditampilkan di modul khusus yang membahas pertemuan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
15
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa
Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care.
Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.
Louis: Mosby Year Book.
16