Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI

A.

Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada.

B.

Etiologi
1. Faktor Predisposisi
o Faktor Perkembangan
Perkembangan akan mengalami hambatan, jika interpersonal terganggu
maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
o Faktor Kultural
Faktor di masyarakat dapat membuat seseorang disingkirkan dan kesepian
terhadap lingkungan.
o Faktor Biokimia
Faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa dengan adanya stress
yang berlebihan dalam tubuh seseorang akan menghasilkan suatu zat yang
bersifat halusinogen.
o Faktor Psikologi
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan kecemasan berat yang akan berakhir
dengan mengingkari terhadap kenyataan yang ada.
o Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita pada umumnya ditemukan pada klien
skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Stress dan kecemasan akan cenderung meningkat apabila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang tua atau orang lain yang penting,

atau diasingkan dengan orang yang dekat dengan dirinya atau dari kelompok.
Menurut Rawlin dan Heacock (1993), penyebab terjadinya halusinasi, yaitu :
o

Dimensi Fisik
Halusinasi dapat terjadi pada 5 organ panca indera, halusinasi dapat
disebabkan

oleh

respon

metabolik

terhadap

stress,

yang

akan

menyebabkan terlepasnya zat halusinogen neuro kimia. Halusinasi dapat


timbul dari berbagai kondisi fisik seperti : ketakutan yang amat sangat,
obat-obatan, keracunan alkohol dan kesulitan tidur dalam waktu yang
lama.
o

Dimensi Emosional
Halusinasi terjadi karena perasaan yang berlebihan yang tidak dapat
diatasi, halusinasi terjadi pada hal-hal yang menakutkan dan akan
menyebabkan klien berespon berlebihan terhadap rasa takut tersebut.

Dimensi Intelektual
Halusinasi dapat terjadi karena hubungan percaya dengan kenyataan yang
berusaha mengembangkan sebagai suatu cara untuk melindungi integritas
dirinya yang menunjukkan adanya penurunan fungsi ego yang memelihara
kontak dengan realita yang mungkin tidak berkembang atau lemah.

Dimensi Spiritual
Halusinasi terjadi karena ketidakmampuan klien sebagai makluk sosial
untuk berinteraksi sehingga dapat terjadi kehilangan kontrol dalam dirinya.

Dimensi Sosial Budaya


Hubungan interpersonal yang tidak memuaskan dapat menghasilkan
halusinasi sebagai koping yang digunakan untuk mengurangi kecemasan
akibat hilangnya kontrol dan harga diri klien yang tidak didapatkan di
dalam dunia nyata.

C.

Tahap-Tahap Halusinasi
Menurut Stuart and Sundeen (1998), halusinasi berkembang menjadi 4 tahap
dengan karakteristik dan perilaku yang ditampilkan sebagai berikut :
1) Tahap Pertama ; menyenangkan tingkat ansietas sedang
Secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan. Karakteristiknya yaitu
mengalami ansietas kesepian, rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus
pada pikiran untuk menghilangkan ansietas, pikiran dan pengalaman sensasi
masih ada dalam kontrol kesadaran, perilaku klien yaitu seperti tersenyum
sendiri, tertawa sendiri, berbicara sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan
berkonsentrasi.
2) Tahap Kedua ; menyalahkan tingkat ansietas berat
Halusinasi disebut sebagai rasa antipati, dengan karakteristik yaitu
pengalaman sensasi yang menakutkan, merasa dilecehkan pengalaman
sensasi tersebut, kehilangan kontrol, menarik diri dari orang lain dan
lingkungan. Perubahan seperti kenaikan denjut jantung, konsentrasi terhadap
perasaan sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan
realita.
3)

Tahap Ketiga ; mengontrol atau mengendalikan tingkat ansietas


berat
Karakteristiknya yaitu klien menerima dan mengarahkan perasaan sensorinya
(halusinasi), isi halusinasi menjadi atraktif, kesepian bila pengalaman sensori
berakhir. Perilaku seperti perintah halusinasi ditaati, sulit berhungan dengan
orang lain, perhatian terhadap lingkungan berkurang (hanya beberapa detik),
tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, dan berkeringat.

4)

Tahap Keempat ; klien sudah dikuasai halusinasi, klien panik


Perilaku klien panik, resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan, agitasi dan tidak mampu berrespon dengan lingkungan.

D.

Rentang Respon
Skema Dari Rangsangan Neurobiologikal
Respon Adaptif

Respon Maladaptif

- Pemikiran logis

- Pemikiran kadang

Kelainan

pikiran/delusi
- Persepsi akurat

menyimpang

- Emosi Konsisten

- Ilusi

- Perilaku sesuai

- Reaksi emosional

dengan pengalamnya
- Hubungan sosial

- Halusinasi
- Ketidakmampuan

berlebihan
- Perilaku ganjil

mengalami emosi
- Ketidakteratutan
- Isolasi sosial
Menarik diri

(Stuart, G. W & And Sundeen, 1998)


Menurut stuart and laraia (1998), klien dengan gangguan orientasi realita akan
mengalami perubahan proses pikir, afek, kegiatan motorik. Adapun respon
maladaptif dari keempat gangguan tersebut adalah sebagai berikut :
o Perubahan proses pikir
Pola pikir logis dan jelas merupakan karakteristik pemikiran orang dewasa
pada klien dengan gangguan jiwa oerientasi realita. Keadaan ini sering terjadi
pada saat stress, ansietas dan takut.
o Perubahan pola persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai reaksi dari respon tubuh terhadap rangsangan
dari luar, kemudian pengalaman emosional terhadap perubahan objek ini akan
terjadi pada satu atau lebih panca indera yaitu penglihatan, pendengaran,
perasa, penciuman dan pengecapan.
o Perubahan afek dan emosional
Afek berkaitan dengan individu yang diekspresikan secara verbal atau
nonverbal melalui kata-kata yang diucapkan dan bahasa tubuh, afek adalah

komponen perilaku dan ide terkait dengan dirinya sendiri, orang lain maupun
lingkungan, keadaan ini dapat menyebabkan pengingkaran. Dampak emosional
klien yang menyakitkan dari eksternal lingkungan merupakan afek pada klien
dengan gangguan orientasi.
o Perubahan motorik
Perubahan motorik atau fisik yang ditimbulkan klien dapat diobservasi pada
gangguan orientasi realita, sering dimanifestasikan secara eksternal.
o Perubahan sosial
Konsep diri atau pola hubungan dengan orang yang paling berarti dalam
kehidupan individu jika hubungan ini tidak sehat dan menimbulkan kecemasan
yang tinggi, maka individu akan merasakan kekosongan internal. Hubungan
yang tidak kuat menyebabkan kegagalan individu.
E.

Tanda dan Gejala Halusinasi


o

Bicara, senyum dan tertawa sendiri

Mengatakan melihat, mendengar, mengecap, menghirup dan merasakan


kehadiran yang tidak nyata.

Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi

Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan,


mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang

Menarik diri dari orang lain dan lingkungan

Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata, tidak
mampu malakukan kebersihan mandiri seperti mandi, sikat gigi, ganti pakaian
dan berhias yang rapi.

F.

Klasifikasi Halusinasi
1) Halusinasi Pendengaran
Individu itu akan merasakan suara orang yang membicarakan, mengejek,
menertawakan,

atau

mengancam

dirinya,

padahal

tidak

ada

disekitarnya. Halusinasi ini sering terjadi pada klien dengan skizofrenia.


2) Halusinasi Penglihatan

suara

Individu itu merasa melihat pemandangan, orang, hewan, atau sesuatu yang
tidak ada objeknya, yang dapat memberikan rasa tidak nyaman atau ketakutan
3) Halusinasi Penciuman
Individu sering mangatakan mencium bau-bauan seperti bunga, bau
kemenyan, bau mayat, dan sebagainya, yang tidak ada sumbernya atau suatu
objek. Halusinasi ini jarang ditemukan.
4) Halusinasi Pengecap
Individu itu merasakan ada sesuatu rasa dimulutnya dan sering dijumpai pada
kasus seizure disorder.
5) Halusinasi raba
Individu yang bersangkutan akan merasakan ada binatang yang merayap pada
kulitnya atau ada orang yang memukulnya. Halusinasi ini sering terjadi pada
klien dengan putus alkohol akut
G.

Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi atau muncul karena halusinasi, adalah
sebagai berikut :
1). Kebutuhan nutrisi
Individu biasanya merasa asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri, sehingga
waktu untuk makan tidak ada. Bila halusinasinya mengancam dirinya, maka ia
cenderung menolak dan menghindari makan.
2). Kebutuhan istirahat tidur
Suara halusianasi yang didengar secara terus menerus dapat menyebabkan
individu tersebut merasa tidak aman, takut ataupun gelisah sehingga dapat
mengakibatkan.kebutuhan istirahat dan tidur terganggu.
3). Perawatan diri (Personal Hygiene)
Individu kadang-kadang merasa cemas, takut, gelisah atau pun curiga sehingga
hal ini menurunkan minat individu untuk mengurus dirinya.
4). Eliminasi
Individu cenderung menarik diri, menyendiri dan duduk terpaku dengan mata
terpandang ke satu arah tertentu, sehingga aktivitas berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan

menurunnya

peristaltik

usus,

dikarenakan

menurunnya

metabolisme tubuh, sehingga menimbulkan konstipasi dan tergangguanya


eliminasi.
5). Mobilitas fisik
Individu kurang perhatian terhadap diri dan lingkungan sehingga akan
menyebabkan kurang termotivasi dalam beraktivitas.
6). Kebutuhan rasa aman
Jika halusunasinya mengancam i ndividu, maka ia akan cenderung gelisah,
takut, atau bingung.
7). Kebutuhan mencintai dan dicintai
Pada klien yang mengalami halusinasi cenderung akan menarik diri karena
beranggapan bahwa penyebab halusinasi berasal dari proses tingkah laku orang
lain.
8). Komunikasi
Individu cenderung menunjukkan bicara kacau, kadang sulit untuk memulai
percakapan.
9). Sosialisasi
Individu cenderung bersikap masa bodoh (apatis) terhadap lingkungan maupun
terhadap dirinya, kurang perhatian, kadang-kadang pembicaraan terhenti
terhadap respon emosional yang tidak wajar.
10). Spiritual
Halusinasi sering dirasakan sebagai suara bisikan Tuhan, setan, sehingga klien
ketakutan dan individu tidak menyadari keberadaannya sehari-hari. Klien
mengalami halusinasi cenderung menunjukkan perilaku-perilaku diantaranya :
klien tidak dapat membedakan realita dan kenyataan, cenderung klien menarik
diri, bicara sendiri dan inkoheren, tiba-tiba marah dan menyerang orang lain,
menolak makan, sulit tidur, terdapat halusinasi yang dialami individu, kadangkadang ada waham, curiga dan mudah tersinggung.

H. Asuhan keperawatan
A) Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan, pengkajian yang
dilakukan pada klien halusinasi meliputi beberapa dimensi, yaitu :
o Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
agama, status perkawinan dan diagnosa medis.
o Persepsi klien terhadap masalah, sehingga klien butuh pertolongan saat
ini.
o Aktifitas sehari-hari meliputi : nutrisi (bagaimana pola makan, apakah
ada perubahan, kaji berat badan, apakah ada penurunan berat badan
karena tidak adekuat intake nutrisi, persepsi klien terhadap masalah,
sehingga klien membutuhkan pertolongan saat ini.
o Pola tidur dan istirahat, aktifitas fisik, kebiasaan, riwayat kesehatan,
riwayat keluarga, keadaan sistem dan penampilan fisik.
o untuk berfungsi sosial, kemunduran dalam kehidupan sehari-hari
(bekerja, hubungan sosial dan perawatan diri)
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara dapatkan adalah:
1.

Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data
objektif
Jenis halusinasi

Data Objektif

Halusinasi
Dengar/suara

Bicara atau tertawa


sendiri
Marah-marah tanpa
sebab
Menyedengkan telinga
ke arah tertentu
Menutup telinga

Halusinasi
Penglihatan

Menunjuk-nunjuk ke
arah tertentu
Ketakutan pada sesuatu

Data Subjektif

Mendengar suara-suara
atau kegaduhan.
Mendengar suara yang
mengajak bercakapcakap.
Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Melihat bayangan, sinar,
bentuk geometris, bentuk
kartoon, melihat hantu

Halusinasi
Penghidu

Halusinasi
Pengecapan
Halusinasi
Perabaan

yang tidak jelas.


Menghidu seperti sedang
membaui bau-bauan
tertentu.
Menutup hidung.
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk
permukaan kulit

atau monster
Membaui bau-bauan
seperti bau darah, urin,
feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
Merasakan rasa seperti
darah, urin atau feses
Mengatakan ada
serangga di permukaan
kulit
Merasa seperti tersengat
listrik

2. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi
terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya
apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini
dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan
saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga
atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

B) Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Akibat)

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi ( Masalah Utama)

Isolasi sosial (Penyebab)


C) Diagnosa Keperawatan
Dari pohon masalah diatas, diagnosa keperawatan yang mungkin akan muncul
adalah
o Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
o Risiko mencederai diri, orang lain dan Lingkungan
o Isolasi sosial

D)

Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk

membantu

pasien

mengenali

halusinasi

Saudara

dapat

melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi


halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara

10

yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara


tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau
tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien
akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi
yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada
dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain
maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien
yang

mengalami

halusinasi

bisa

dibantu

untuk

mengatasi

halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun


pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

11

Tahapan intervensinya sebagai berikut:


Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
Melatih pasien melakukan aktivitas
Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun
pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
d)

Menggunakan obat secara teratur


Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus
obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula
akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan
obat:
Jelaskan guna obat
Jelaskan akibat bila putus obat
Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


a. Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit
maupun di rumah
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

12

b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga
selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien
secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu
merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi
akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung
yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit
maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
E) Evaluasi
1. Kemampuan pasien dan keluarga
F) Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri dari

13

dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi,


dan evaluasi.
1. Pedoman format pengkajian gangguan persepsi sensori: halusinasi
Persepsi :
Halusinasi

Pendengaran

Penglihatan

Perabaan

Pengecapan

Penghidu

Jelaskan:

Isi halusinasi : .

Waktu terjadinya: .

Frekuensi halusinasi:

Respons pasien: .

Masalah keperawatan: ......

G) Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan
halusinasi:
1. TAK orientasi realitas
TAK orientasi realitas terdiri dari tiga sesi yaitu:
a. Sesi 1: Pengenalan orang
b. Sesi 2: Pengenalan tempat
c. Sesi 3: Pengenalan waktu
2. TAK stimulasi persepsi
TAK stimulasi persepsi untuk pasien halusinasi adalah :
TAK stimulasi persepsi: halusinasi, yang terdiri dari lima sesi yaitu:
14

a.

Sesi 1: Mengenal halusinasi

b.

Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik

c.

Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

d.

Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

e.

Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

Panduan secara lengkap untuk melaksanakan TAK tersebut di atas dan format
evaluasinya dapat dilihat pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas
Kelompok
H) Pertemuan Kelompok Keluarga
Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan
melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan
kelompok besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di
modul lain. Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat
akan ditampilkan di modul khusus yang membahas pertemuan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

15

Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa
Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care.
Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.
Louis: Mosby Year Book.

16

Anda mungkin juga menyukai