Anda di halaman 1dari 3

Farmakodinamik

Diposkan oleh Siti Nurohmah on Selasa, 02 April 2013


Farmakodinamik bersama farmakokinetik memiliki hubungan yang erat dari ruang
lingkup farmakologi. Penjelasan mengenai farmakodinamik lebih pada mekanisme
kerja dan pengaruh atau efek obat pada tubuh baik efek fisiologi maupun efek
biokimia. Sedangkan farmakokinetik lebih menjelaskan pada suatu proses atau
perjalanan obat di dalam tubuh organisme. Keduanya merupakan subdisiplin dari
farmakologi.
Mekasnisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan
hormon. Dalam farmakodinamik sangat penting mempelajari mekanisme kerja
suatu obat guna meneliti efek yang ditimbulkan obat pada sistem tubuh, mengetahui
interaksi obat dalam sel, dan untuk mengetahui tahapan kerja obat serta mengetahui
spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan mengenai hal ini merupakan
dasar terapi rasional dan sangat berguna dalam sintesis obat baru.
Farmakodinamik sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek obat umumnya
timbul dari interaksi yang terjadi antara obat dan reseptor pada sel suatu organisme.
Interakasi ini mengakibatkan perubahan fisiologi dan biokimia yang merupakan
respon khas tubuh terhadap obat itu. Hal ini dapat digambarkan saat seseorang
menkonsumsi suatu obat. Maka tubuh akan memberikan respon pada kerja obat.
Dengan kata lain obat memberikan efek pada tubuh si penerimanya. Seperti peristiwa
yang terjadi pada kadar gula darah dan suhu tubuh yang menurun.

Materi Kuliah Farmasi


Bahan materi kuliah mahasiswa fakultas farmasi
Home Unlabelled Farmakokinetik

Farmakokinetik
Diposkan oleh Siti Nurohmah on Minggu, 07 April 2013
Farmakokinetik merupakan sebuah proses atau perjalanan suatu obat di dalam tubuh
organisme berupa absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi.
[Proses Mekanisme Obat]
Untuk dapat memberikan efek yang diinginkan, suatu obat harus dapat mencapai
tempatnya bekerja. Seperti halnya kerja antibiotik terhadap pengobatan infeksi ginjal.
Maka antibiotik harus dapat mencapai ginjal (tempatnya bekerja) agar dapat
membunuh bakteri yang menginfeksi ginjal sehingga memberikan efek teraupetik
pada penyakit terkait. Setelah obat bekerja di dalam tubuh sehingga menimbulkan
efek, selanjutnya obat akan diekskresikan. Ada beberapa tahapan yang perlu dilalui
obat hingga proses pengeluaran obat oleh tubuh.
1) Absorpsi
Absorpsi merupakan proses penyerapan zat aktif obat oleh tubuh. Proses absorpsi ini
sangat penting dalam menentukan efek obat. Hanya zat aktif yang berada dalam
keadaan larut yang dapat diabsorpsi oleh tubuh. Setelah zat aktif terlarut dalam
pencernaan, zat tersebut selanjutnya akan di absorpsi melalui usus dan kemudian
memasuki pembuluh darah. Terdapat banyak mekanisme absorpsi obat melalui usus,
anatara lain filtrasi, difusi pasif, transpor aktif, transpor, difusi terfasilitasi, dan
pinositosis (transfer pasangan ion). Sebagian besar obat diabsorpsi menggunakan
mekanisme difusi pasif. Semua bentuk sediaan obat mengalami tahap absorpsi kecuali
obat yang digunakan secara intravena karena obat langsung disuntikkan ke pembuluh
darah sehingga obat tidak melalui tahap liberasi dan absorpsi. Efek yang diberikan
obat intravena pun lebih cepat muncul. Proses absorpsi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor:
Kelarutan obat
Kemampuan berdifusi melalui membran sel
Sirkulasi pada letak absorpsi
Konsentrasi obat
Cara pemakaian obat
Bentuk sediaan obat
Luas permukaan kontak obat
2)
Distribusi
Proses penyaluran atau penyebaraan obat melalui pembuluh darah. Setelah berada di
dalam pembuluh darah obat akan di sebarkan ke seluruh tubuh bersama aliran darah.
Selanjutnya obat akan memasuki orga-organ tubuh. Pada tahap inilah obat mencapai
tempat kerjanya dan dapat memberikan efek yang diharapkan.

Beberapa senyawa obat melintasi plasenta atau tali pusat sehingga penggunaan obatobatan pada ibu hamil perlu dipertimbangkan karena kemungkinan akan
menimbulkan efek berbahaya pada janin. Bahkan dapat menimbulkan efek toksis
yang berakibat kelahiran bayi cacat atau mati. Untuk penggunaan obat pada ibu hamil
perlu bukti klinis yang menyatakan efektivitas obat tidak membahayakan pada janin.
3)
Metabolisme
Proses detoksifikasi obat oleh tubuh. Di dalam tubuh obat dianggap sebagai benda
asing karena secara normal kandungan senyawa obat tidak terdapat di dalam tubuh.
Proses detoksifikasi obat perlu dilakukan oleh tubuh guna menurunkan kadar
toksik/racun. Tubuh suatu organisme telah memiliki mekanisme alamiah untuk
melakukan proses tersebut. Sebagian besar obat didetoksifikasi di hati oleh enzimenzim mikrosomal hati. Proses tersebut menghasilkan senyawa dengan sifat toksik
lebih rendah sehingga tidak terlalu beracun bagi tubuh organisme.
Beberapa kelompok obat masih tetap dalam bentuk aktif setelah didetoksifikasi hati
sehingga memberikan efek yang diharapkan. Namun ada pula kelompok obat yang
sudah tidak aktif lagi setelah didetoksifikasi hati. Untuk kelompok obat tersebut,
pemberiannya secara intravena (disuntikkan ke pembuluh darah) guna menghindari
proses detoksifikasi hati. obat tersebut akan langsung tersebar ke seluruh tubuh
bersama aliran darah, baru kemudian mengalami detoksifikasi hati menjadi bentuk
tidak
aktif.
Untuk pemberian secara oral, obat akan memasuki hati terlebih dahulu karena
pembuluh darah yang berasal dari usus akan menuju ke hati, baru tersebar ke seluruh
tubuh. Tahap ini menyebabkan obat mengalami detoksifikasi terlebih dahulu sebelum
mencapai tempat kerjanya. Jika terjadi demikian obat tidak memberikan efek
maksimal karena sebagian kecil atau besar obat sudah berada dalam bentuk tidak
aktif.
4) Ekskresi
merupakan proses pengeluaran obat dari tubuh organisme terutama dilakukan oleh
ginjal melalui urine. Selain organ ginjal obat diekskresikan lewat kulit (keringat),
pernapasan (udara), kelenjar payudara (air susu), mata (air mata), dan saluran
pencernaan (feses). Obat akan dikeluarkan dalam bentuk metabolit (bentuk asalnya).

Anda mungkin juga menyukai