Anda di halaman 1dari 9

1

Summary
PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
JUMLAH KAPANG PADA ROTI TAWAR
(Suatu Penelitian Di Industri Rumah Tangga Pangan Kota Gorontalo)
Leddy Babay
NIM. 811409047
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Leddy Babay. 2013. Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpanan Terhadap
Jumlah Kapang Pada Roti Tawar (Penelitian Di Suatu Industri Rumah Tangga
Pangan Kota Gorontalo). Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.
Pembimbing I Dr. Hj. Rama P. Hiola, Dra., M.Kes dan Pembimbing II Ramly
Abudi, S.Psi, M.Kes
Roti merupakan produk olahan tepung yang mudah rusak, terutama akibat
serangan mikroba seperti kapang, khamir dan bakteri, namun yang lebih dominan
yaitu kapang. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses penyimpanan bahan
makanan adalah suhu penyimpanan, kebersihan tempat penyimpanan serta lama
penyimpanan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu dan
lama penyimpanan terhadap jumlah kapang pada roti. Suhu yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah suhu kamar 25oC dan suhu Refrigerator yaitu 10oC , di
simpan selama 6 hari dan di uji pada hari ke 4, hari ke 5, dan hari ke 6.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (experimental
research). Populasi dalam penelitian ini adalah roti yang ada di salah satu IRTP
(Industri Rumah Tangga Pangan) ternama di Kota Gorontalo, Sampel yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah 6 roti tawar merek X. Analisis data
menggunakan Two Way Anova dengan interaksi untuk mengetahui pengaruh suhu
dan lama penyimpanan terhadap jumlah kapang pada roti.
Hasil Penelitian menunjukan adanya pengaruh suhu penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti, adanya pengaruh lama penyimpanan terhadap
jumlah kapang pada roti, adanya interaksi antara suhu dan lama penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti. Untuk menjaga kualitas roti yang baik
sebaiknya disimpan pada suhu refrigerator dan tidak terlalu lama.
Kata Kunci : Roti, Kapang, Suhu, Lama Penyimpanan.

I. PENDAHULUAN
Roti adalah makanan yang
dibuat dari tepung terigu yang
diragikan dengan ragi roti dan
dipanggang. Kedalam adonan boleh
ditambahkan garam, gula, susu,
lemak dan dan bahan- bahan pelezat
seperti coklat, kismis, keju. Roti kini
sudah menjadi salah satu makanan
pokok bagi masyarakat Indonesia,
bahkan dikalangan remaja dan anakanak, posisi makanan itu mulai
menggeser nasi sebagai sumber
karbohidrat utama. Kandungan gizi
produk olahan dari tepung ini, tidak
kalah unggul dibandingkan dengan
nasi dan mi (Mudjajanto dalam
Indrianty, 2010:22).
Jenis roti yang beredar
sekarang sangat beragam, secara
umum roti biasanya dibedakan
menjadi roti tawar dan roti manis
atau roti isi. Roti tawar adalah roti
yang tidak ditambahkan rasa atau isi
apapun sehingga rasanya tawar.
Sedangkan
roti
isi,
sudah
ditambahkan rasa atau isi tertentu
kedalam adonan roti tersebut,
sehingga
konsumen
tinggal
menyantapnya. Isi yang biasa
dimasukkan kedalam roti ini adalah
cokelat, keju, kacang, serikaya dan
sebagainya. (Indrianty, 2010:22)
Menurut Astawan 2004, roti
tawar tidak lagi dikaitkan dengan
sarapan pagi, tetapi sudah meluas
sebagai menu makanan alternatif di
segala kondisi dan waktu makan.
Roti tawar tidak lagi dinikmati di
pagi hari, tetapi juga di siang hari
dan malam hari, atau sebagai snack
di antara dua waktu makan
(Astawan, dalam Rahman, 2010).

Roti merupakan produk olahan


tepung yang mudah rusak, terutama
akibat serangan mikroba. Mikroba
jenis
Cendawan
yang sering
mencemari makanan adalah kapang
dan khamir, namun yang lebih
dominan yaitu kapang. Kapang
adalah mikroba yang terdiri dari
lebih dari satu sel berupa benangbenang halus yang disebut hifa,
kumpulan hifa disebut miselium,
berkembang biak dengan spora atau
membelah diri (SNI 7388-2009).
Ibu rumah tangga atau
masyarakat
umum
seringkali
membeli roti dalam jumlah banyak
sehingga dapat dijadikan persediaan
makanan di rumahnya. Ketersediaan
akan roti yang tidak diikuti dengan
cara penyimpanan yang tidak baik
akan menyebabkan roti cepat rusak
sehingga mengakibatkan penurunan
kualitas roti. Masyarakat umumnya
menyimpan roti pada suhu kamar
dan di suhu dingin. Sebagian
masyarakat berpendapat jika sudah
disimpan di dalam suhu dingin maka
kualitas roti tetap terjaga dibanding
pada suhu kamar. Penyimpanan pada
suhu dingin dan suhu kamar
terkadang memiliki batas waktu
sehingga roti tersebut masih layak
dikonsumsi oleh masyarakat. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada proses
penyimpanan bahan makanan adalah
suhu
penyimpanan,
kebersihan
tempat penyimpanan serta lama
penyimpanan (Indrianty, 2010:1)
Suhu dingin atau pendinginan
adalah teknik yang paling terkenal
karena sering digunakan oleh
masyarakat umum di desa dan di
kota. Konsep dan teori dari sistem
pendinginan adalah memasukkan
makanan pada tempat atau ruangan

II.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan


metode
penelitian
eksperimen
(experimental research). Populasi
dalam penelitian ini adalah roti
tawar yang ada di salah satu IRTP
(Industri Rumah Tangga Pangan) di
Kota Gorontalo.
Sedangkan Sampel yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah
6 roti tawar merek X yang akan di

teliti jumlah kapangnya terhadap


suhu dan lama penyimpanan.
Data diambil peroleh dari hasil
pemeriksaan kapang pada roti.
Dalam penelitian ini jumlah kapang
pada roti di lihat dari Uji Angka
Lempeng Total Koloni Kapang dan
mengacu pada SNI 7388-2009.
Untuk analisis data digunakan
program SPSS 17 dengan two way
anova.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil
perhitungan
jumlah
kapang pada roti yang disimpan pada
suhu kamar dan suhu refrigerator
selama 6 hari dan di uji pada hari ke
4, hari ke 5 dan hari ke 6 dapat di
lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Jumlah
Kapang
pada
Roti
Selama
Penyimpanan Pada Suhu Kamar dan
Suhu Refrigerator
Faktor

Ulangan

Suhu
Kamar
25C
Suhu Penyimpanan

yang bersuhu sangat rendah. Untuk


mendinginkan
makanan
atau
minuman
bisa
dengan
memasukkannya ke dalam kulkas
atau lemari es atau bisa juga dengan
menaruh di wadah yang berisi es. Di
setiap rumah biasanya menggunakan
lemari es untuk mengawetkan sayur,
buah, daging, sosis, telur, dan lain
sebagainya.
Suhu
untuk
mendinginkan makanan sehari-hari,
biasanya memiliki suhu 10 C. Agar
tahan lama makanan tersebut
disimpan pada tempat yang bersuhu
0 sampai -4C (Saragih, 2011).
Sedangkan penyimpanan jenis bahan
makanan seperti tepung, biji-bijian
dan umbi kering dan olahannya pada
suhu kamar yaitu 250C (Mukono
dalam Indrianty, 2010).
Faktor

faktor
yang
mempengaruhi keberadaan kapang
pada roti yaitu: Faktor intrinsik (sifat
bahan pangan), faktor ekstrinsik
(lingkungan), faktor pengolahan dan
faktor implisit (buckle, 2007:63).
Makanan
yang
terkontaminasi
dengan kapang dapat menyebabkan
penyakit atau kematian bila termakan
oleh manusia. Penyakit yang di
sebabkan oleh kapang dapat di
bedakan atas Infeksi dan
alergi
(Syarief, Ega dan Nurwitri 2003:31).

Suhu
Refrige
rator
10C

1x
2x
3x
Jumlah
RataRata
1x
2x
3x
Jumlah
RataRata

Lama Penyimpanan
4 Hari
104
8.4
8.3
8.5
25.2
8.4

5 Hari
104
9.3
9.7
9.5
28.5
9.5

6 Hari
104
13.2
13.4
13.3
39.9
13.3

0.039
0.04
0.039
0.118
0.039

0.044
0.046
0.045
0.135
0.045

0.095
0.096
0.094
0.285
0.095

Sumber: Data Primer 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat


bahwa, pada 4 hari penyimpanan,
untuk suhu kamar 25C jumlah
kapang yaitu 8.4x104 koloni/gr dan
untuk suhu refrigerator 0.039x104
koloni/gr. Pada 5 hari penyimpanan,
untuk suhu kamar 25C jumlah
kapang yaitu 9.5x104 koloni/gr dan
untuk suhu refrigerator 0.045x104
koloni/gr selanjutnya pada 6 hari
penyimpanan, untuk suhu kamar
25C jumlah kapang yaitu 13.3x104
koloni/gr dan untuk suhu refrigerator
0.095x104 koloni/gr.
Dapat dilihat bahwa jumlah kapang
pada penyimpanan pada suhu kamar
25C jauh lebih tinggi dibanding
yang di suhu refrigerator dan setiap
harinya terjadi peningkatan jumlah
kapang baik yang di suhu kamar
maupun yang di suhu refrigerator.
Skema peningkatan jumlah kapang
dapat dilihat pada gambar 4.1.
13.3

14

Jumlah Kapang

12
10

9.5
8.4

Suhu Kamar 25C

6
Suhu Refrigerator
10C

4
2

0.039 0.045 0.095

0
4 Hari 5 Hari 6 Hari
Lama Penyimpanan

Sumber: Data Primer 2013


Gambar 4.1 Diagram Jumlah Kapang
Pada
Roti
Selama
Masa
Penyimpanan Pada Suhu Kamar dan
Suhu Refrigerator

Tabel 2. Analisis Varian dua arah


untuk pengaruh suhu dan lama
penyimpanan
terhadap
jumlah
kapang pada roti.
Sumber
Keragaman

Jumlah
Kuadrat

Kuadrat
Tengah

F hitung

F tabel

481.141

Dera
jat
Beb
as
1

Suhu
Penyimpan
an
Lama
Penyimpan
an
Interaksi
Suhu *
Lama
Galat

481.141

48112.2
17

4.75

20.302

10.151

1015.05
1

3.88

19.364

9.682

968.153

3.88

0.120

12

0.010

Total

520.927

17

Sumber: Data Primer 2013


Berdasarkan uji statistik pada
tabel Anova di atas hasil perhitungan
jumlah kapang untuk faktor suhu
penyimpanan di peroleh nilai Fhitung =
48112.217. Hasil Fhitung untuk
pengaruh
suhu
penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti
bila di bandingkan dengan Ftabel pada
taraf signifikan =5% (4.75) maka
Fhitung > Ftabel. Sesuai dengan kaidah
pengujian untuk membandingkan
Fhitung dan Ftabel maka H0 di tolak. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh
suhu
penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti.
Hasil perhitungan untuk
faktor
lama
penyimpanan
berdasarkan uji statistik di peroleh
Fhitung = 1015.051. Hasil Fhitung untuk
pengaruh
lama
penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti
bila di bandingkan dengan Ftabel pada
taraf signifikan =5% (3.88) maka
Fhitung > Ftabel. Sesuai dengan kaidah
pengujian untuk membandingkan
Fhitung dan Ftabel maka H0 di tolak. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh
lama
penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti.
Uji statistik untuk melihat
pengaruh interaksi suhu dan lama
penyimpanan
terhadap
jumlah
kapang, berdasarkan tabel diatas
diperoleh Fhitung = 968.153 dan Ftabel
pada taraf signifikan =5% (3.88)
maka Fhitung > Ftabel. Sesuai dengan
kaidah
pengujian
untuk
membandingkan Fhitung dan Ftabel
maka H0 di tolak. Hal ini
menunjukan interaksi antara suhu
dan lama penyimpanan terhadap
jumlah kapang pada roti.
Pembahasan
1. Suhu penyimpanan
Suhu adalah salah satu faktor
lingkungan
terpenting
yang
mempengaruhi
kehidupan
dan
pertumbuhan
organisme.
Pada
penelitian ini roti tawar disimpan
pada suhu kamar 25oC dan suhu
refrigerator 10o C untuk mengetahui
suhu yang baik untuk menyimpan
roti tawar. Selain itu suhu kamar
25oC dan suhu refrigerator 10oC di
gunakan oleh masyarakat untuk
menyimpan makanan.
Hasil penelitian pada tabel 4.1
menunjukan bahwa roti tawar yang
disimpan pada suhu kamar 25oC
jumlah kapang lebih banyak dan
sudah melebihi standar yang di
tetapkan SNI 7388-2009 yaitu 1x104.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
kapang yang di simpan pada suhu
kamar lebih banyak dari pada suhu
refrigerator dan selama penyimpanan
mengalami peningkatan.
Hal
ini
dibuktikan
berdasarkan uji statistik pada tabel
4.2 yang menggunakan uji two way
anova dengan interaksi didapatkan
Fhitung 48112.217 > Ftabel 5%

(4.75). Sesuai dengan kaidah


pengujian untuk membandingkan
Fhitung dan Ftabel maka H0 di tolak
sehingga dapat di simpulkan terdapat
pengaruh
suhu
penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti.
Penyimpanan makanan pada
suhu
lebih
rendah
dapat
memperpanjang masa simpan bahan
pangan. Oleh sebab itulah maka suhu
merupakan faktor lingkungan yang
sangat mempengaruhi pertumbuhan
kapang sehingga suhu juga dapat
digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhannya. Pendinginan dapat
menghambat pertumbuhan kapang.
Sesuai dengan pendapat Bukcle
(2007) yang mengatakan bahwa
kenaikan suhu bersifat jauh lebih
merusak bahan makanan dari pada
pendinginan. Makin tinggi suhu
penyimpanan, makin banyak jumlah
kapang.
Menurut
Waluyo
(2007),
pertumbuhan kapang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain
adalah suhu, umumnya kapang
tumbuh baik pada suhu antara 25
350C, beberapa kapang bersifat
psiokrotrofik yakni dapat tumbuh
baik pada suhu lemari es, dan
beberapa bahkan masih dapat masih
dapat tumbuh lambat pada suhu
dibawah suhu pembekuan, misal -5
sampai -10oC., selain itu di
pertumbuhan kapang di pengaruhi
oleh kebutuhan air, kebutuhan
oksigen dan pH dan nutrisi.
Menurut
Polutu
(2013)
kontaminasi dapat terjadi melalui
proses pembuatan, penyimpanan dan
distribusi. Jadi segala sesuatu yang
dapat berkontak dengan bahan
pangan secara langsung atau tidak
langsung, bisa merupakan sumber

kontaminasi mikrobial. Kondisi suhu


penyimpanan sangat mempengaruhi
populasi
mikroorganisme
yang
terdapat dalam makanan. Suhu yang
lebih tinggi dari suhu optimum bagi
mikroorganisme tersebut bersifat
merusak, sedangkan suhu yang lebih
rendah dapat memperlambat aktivitas
metabolisme
dan
menghambat
pertumbuhan mikroba.
Roti yang di simpan pada suhu
kamar 25oC dari hari ke 4 sampai
hari ke enam sudah tidak aman untuk
di konsumsi sedangkan pada suhu
refrigerator 10oC belum melebihi
standar yang di tetapkan SNI 73882009 dan masih aman untuk di
konsumsi. Roti yang di simpan di
suhu refrigerator tekstur dan
warnanya tidak berubah. Sedangkan
roti yang di simpan di suhu kamar
warnanya berubah sedikit kehitamhitaman di duga karena spora dari
kapang semakin hari warnanya
semakin jelas, sudah nampak
berserbuk pada permukaannya dan
berserabut halus. Hal ini lebih
memperjelas bahwa roti tersebut
sudah terkontaminasi oleh kapang.
Keamanan
untuk
mengkonsumsi roti yang utama bisa
dilihat dari tekstur luarnya atau
penampilan luar roti jika roti masih
bersih berwarna kehitaman atau yang
sering disebut jamur maka roti
tersebut sudah tidak layak untuk
dikonsumsi.
2. Lama penyimpanan
Suatu sistem penyimpanan
yang baik adalah sistem yang dapat
diatur kondisinya, seperti suhu,
kelembaban dsb. Disamping kondisi
penyimpanan, waktu penyimpanan
yang lama juga mengakibatkan
kerusakan yang lebih besar pula.
Dalam penelitian ini roti di simpan

selama 6 hari dan di uji pada hari ke


4, hari ke 5 dan hari ke 6. Hal ini
karena dari hari ke 4, di curigai roti
sudah tidak layak untuk dikonsumsi
oleh karena itu setiap selang satu hari
roti di uji untuk mengetahui apakah
jumlah kapang pada roti sudah
melebihi batas cemaran mikroba atau
belum sesuai dengan SNI 7388-2009.
Hasil penelitian pada tabel 4.1
menunjukan bahwa roti yang
disimpan selama 6 hari dan di uji
dari hari ke 4, hari ke 5 dan hari ke 6
setiap
harinya
mengalami
peningkatan. Lama penyimpanan 4
hari tidak jauh berbeda dengan lama
penyimpanan 5 hari begitu pula
dengan lama penyimpanan 6 hari.
Namun pada lama penyimpanan 4
hari, 5 hari dan 6 hari menunjukkan
perbedaan
pola
pertumbuhan.
Perbedaan tersebut terlihat pada
interval lama penyimpanan yang
menghasilkan jumlah kapang pada
masing-masing perlakuan berbeda.
Jumlah kapang tertinggi terdapat
pada lama penyimpanan 6 hari
sedangkan jumlah kapang terendah
terdapat pada penyimpanan 4 hari.
Hal ini menunjukan semakin lama
roti di simpan maka jumlah
kapangnya semakin bertambah.
Berdasarkan uji statistik pada
tabel 4.2 yang menggunakan uji two
way
anova
dengan
interaksi
didapatkan Fhitung 1015.051 > Ftabel
5% (3.88), sesuai dengan kaidah
pengujian untuk membandingkan
Fhitung dan Ftabel maka H0 di tolak.
Sehingga dapat disimpulkan adanya
pengaruh
lama
penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti.
Besarnya
kerusakan
yang
terjadi tergantung pada lama atau
waktu suatu bahan pangan disimpan.
Waktu yang lebih lama akan

menyebabkan kerusakan yang lebih


besar, kecuali yang terjadi pada keju,
minuman anggur, wiski dan lainnya
yang tidak rusak selama ageing
(Negari, 2011).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian bahwa roti tawar semakin
lama di simpan jumlah kapangnya
semakin banyak. Menurut Indrianty
(2009) roti termasuk makanan yang
mudah busuk dengan masa simpan 34 hari. Pembusukan roti disebabkan
oleh rusaknya protein dan pati,
secara langsung pembusukan roti
disebabkan oleh mikroorganisme
pembusuk.
Namun dalam penelitian ini
pada hari ke 4 pada suhu kamar 25oC
jumlah kapang sudah melebihi batas
cemaran mikroba 1x104 berdasarkan
SNI 7388-2009 hal ini di duga
karena sampel roti dalam penelitian
ini adalah roti tawar dan tidak
menggunakan pengawet. Roti tawar
lebih cepat rusak dibandingkan roti
manis hal ini karena gula yang
terdapat dalam roti manis dapat
berfungsi sebagai pengawet.
3. Interaksi lama dan suhu
penyimpanan
Hasil penelitian bahwa roti
tawar mulai dari hari ke 4 sudah
tidak layak untuk di konsumsi jika di
simpan pada suhu kamar 25oC
karena dari warnanya roti tawar
tersebut kelihatan sudah berwarna ke
hitam-hitaman, dari teksturnya agak
keras dan ketika dilakukan pengujian
tenyata sudah melebihi batas
cemaran mikroba yaitu 1x104
berdasarkan SNI 7388-2009. Namun
jika di simpan pada suhu refrigerator
10oC sampai hari ke 6 masih layak
untuk di konsumsi karena warna dan
teksturnya tidak berubah dan setelah
dilakukan pengujian belum melebihi

batas cemaran mikroba yaitu 1x104


berdasarkan SNI 7388-2009.
Berdasarkan uji statistik pada
tabel 4.2 yang menggunakan uji two
way
anova
dengan
interaksi
didapatkan Fhitung 968.153 > Ftabel
5% (3.88), sesuai dengan kaidah
pengujian untuk membandingkan
Fhitung dan Ftabel maka H0 di tolak.
Dapat di simpulkan adanya interaksi
antara suhu dan lama penyimpanan
terhadap jumlah kapang pada roti.
Interaksi
memberikan
pengaruh yang nyata terhadap
jumlah kapang pada roti. Hal ini
sesuai dengan pendapat Buckle
(2007) bahwa pengaruh suhu dan
waktu sangat menentukan populasi
pertumbuhan kapang karena pada
umumnya waktu antara masingmasing pembelahan sel berbeda-beda
pada setiap jenis mikroorganisme,
tergantung dari species dan suhu
sekitarnya. Interaksi antara suhu dan
lama merupakan pemberian suhu dan
waktu yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba.
Pada suhu refrigerator jumlah
kapang menurun. Hal ini disebabkan
pada suhu rendah dapat menghambat
aktivitas mikroorganisme dan pada
suhu
kamar
jumlah
kapang
meningkat apalagi jika semakin lama
di simpan maka jumlah kapang akan
semakin banyak. Oleh karena itu,
untuk menjaga kualitas roti yang
baik
perlu
diperhatikan
cara
penyimpanannya, yakni disimpan
dalam suhu refrigerator dan tidak
terlalu lama. Jadi dapat di simpulkan
bahwa penyebab kerusakan bukan
hanya karena lama penyimpanan
tetapi juga dipengaruhi oleh suhu
penyimpanan. Hal ini untuk menjaga
keamanan
mengkonsumsi
roti
sehingga bisa memenuhi syarat

kesehatan dan tidak mendatangkan


gangguan kesehatan.
IV. PENUTUP
a. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian
suhu penyimpanan berpengaruh
terhadap jumlah kapang pada roti
(Ho
ditolak)
dengan
Fhitung
48112.217 > Ftabel 5% (4.75).
Lama
penyimpanan berpengaruh
terhadap jumlah kapang pada roti (Ho
di tolak dengan Fhitung 1015.051 >
Ftabel 5% (3.88). Interaksi antara
suhu
dan
lama
penyimpanan
berpengaruh terhadap jumlah Kapang
pada roti (Ho di tolak) dengan Fhitung
968.153 > Ftabel 5% (3.88).
Dengan adanya hasil penelitian
ini, untuk menjaga kualitas roti yang
baik
perlu
diperhatikan
cara
penyimpannya,
yakni
disimpan
dalam suhu refrigerator dan tidak
terlalu lama. Dan untuk penelitian
selanjutnya perlu dilakukan penelitian
yang sama dengan mengubah
interval suhu dan lama yang
digunakan untuk penyimpanan. serta
perlu dilakukan identifikasi kapang
yang tumbuh pada masing-masing
perlakuan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2009.
Batas
Maksimum
Cemaran
Mikroba
Dalam Pangan. SNI
7388:2009.
Badan
Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2009.
Cara uji mikrobiologibagian 7: Perhitungan
kapang dan khamir
pada produk perikanan.

SNI
2332.7:2009.
Badan
Standarisasi
Nasional, Jakarta.
Buckle, K. Edwards, R. Fleet, G. dan
Wootton, M. 2007. Ilmu
Pangan. Jakarta: UI
PRESS.
Indrianty, Y. 2010 .Higiene Dan
Sanitasi
Pengolahan
Roti Pada Pabrik Roti
Di Desa Kampung
Lalang
Kecamatan
Sunggal Medan Tahun.
Skripsi.
Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Universitas
sumatera
utara medan (online),
30 hal.
Negari,

Rahman,

. 2011. Pengaruh
penyimpanan terhadap
mutu dan keamanan
produk serbuk minuman
berbahan
baku
fruktooligosakarida
(fos) serta pendugaan
umur
simpannya.
Fakultas
ekologi
manusia.
Institut
pertanian
bogor.
(online), 13 hal.

S. 2010.
Formulasi
Tepung Kentang Hitam
(Solenostemon
Rotundifolius)
Dan
Tepung
Terigu
Terhadap
Beberapa
Komponen Mutu Roti
Tawar.
Skripsi,
Fakultas
Pertanian
Universitas Mataram.
(Online), 77 hal.

Riwidikdo, H. 2010. Statistik Untuk


Penelitian Kesehatan.
Yokyakarta:Pustaka
Rihama.
Santjaka, A. 2011. Statistik Untuk
Penelitian Kesehatan.
Yokyakarta:Nuha
Medika.
Sastoasmoro, S. 2002. Dasar-Dasar
Metodologi
Penelitian.Jakarta : CV.
Sagung Seto.

Siregar, S. 2013. Statistik Parametrik


Untuk
Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Syarief R, Ega, L dan Nurwitri.
2003.
Mikotoksin
Bahan Pangan. Bogor:
IPB PRESS.

Anda mungkin juga menyukai