Anda di halaman 1dari 4

PENGGUNAAN OBAT PENGINDUKSI KERUSAKAN HATI PADA

PASIEN PENYAKIT HATI DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUD


RADEN MATTAHER JAMBI
NAMA : YULIANDANI
NIM : 1248201069
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Hati merupakan salah satu organ tubuh yang besar dan merupakan
pusat metabolisme tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi yang
kompleks di antaranya mempunyai peranan dalam memetabolisme
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan obat-obatan (Ganong, 2008).
Pada proses metabolisme, obat akan diproses melalui hati sehingga enzim
hati akan melakukan perubahan (biotransformasi) kemudian obat menjadi
dapat lebih larut dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urin atau empedu
(Depkes RI, 2003).
*) Proposal ini akan diseminarkan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi Pada
Hari/ tanggal

: Jumat / 19 Agustus 2016

Jam

: 09.00 WIB s/d selesai.

Tempat

: Ruang Seminar Program Studi Farmasi

Pembimbing

: 1. Yuliawati, M.farm, Apt


2. Rasmala Dewi, M.farm, Apt

Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan besar di


negara maju maupun di negara berkembang. Indonesia merupakan negara

dalam peringkat endemik tinggi mengenai penyakit hati (Depkes RI,


2007). Salah satu penyebab kerusakan hati adalah obat-obatan (Depkes RI,
2007). Obat yang dikatakan hepatotoksik adalah obat yang dapat
menginduksi kerusakan hati atau biasanya disebut drug induced liver
injury (Sonderup, 2006).
Drug Induced liver Injury (DILI) adalah istilah lain dari
hepatotoksik yang diinduksi oleh obat dan istilah ini sering
digunakan oleh para tenaga kesehatan. DILI merupakan
penyebab utama kegagalan hati akut dan transplantasi di
negara-negara barat (Chintya, 2012). DILI yang ditimbulkan
oleh obat bervariasi, mulai dari tidak bergejala, ringan, hingga gagal hati
akut yang mengancam nyawa. Insidens hepatotoksisitas imbas obat
terbilang rendah, yaitu antara 1 dari 10.000 sampai 1 dari 100.000 pasien,
tampaknya karena sulitnya diagnosis dan angka pelaporan yang masih
rendah. Kunci penting diagnosis DILI adalah pajanan obat harus terjadi
sebelum onset jejas hati dan penyakit lain yang dapat menyebabkan jejas
hati harus disingkirkan. Selain itu, jejas hati akan membaik bila
penggunaan obat tertentu dihentikan dan jejas hati dapat terjadi lebih cepat
dan lebih berat pada pajanan berikutnya, khususnya bila jejas hati tersebut
terjadi akibat proses imunologis (Loho, 2014).
Kerusakan hati langsung biasanya tergantung dosis, dapat diprediksi
dan eksperimen dapat diulang. Reaksi toksisitas intrinsik rentan dialami
oleh semua pasien pengguna obat penginduksi kerusakan hati. Tahun 2012

terdapat penelitian di salah satu Rumah Sakit Tasikmalaya yang


menunjukan bahwa 96% pasien dengan gangguan fungsi hati masih
banyak yang diberikan obat penginduksi penyakit hati diantaranya
ranitidin, sefriakson, dan parasetamol (Cinthya, 2012).
Berdasarkan keadaan ini, maka diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan obat-obatan penginduksi kerusakan hati pada pasien
penyakit hati di RSUD Raden Mattaher Jambi.
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan obat-obatan penginduksi kerusakan hati
pada pasien dengan gangguan hati di bangsal penyakit dalam RSUD
Raden Mattaher Jambi ?

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan obat
penginduksi kerusakan hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati di
RSUD Raden Mattaher Jambi, sehingga dapat ditentukan kebijakan yang
tepat

dalam

upaya

meningkatkan

masyarakat.

1.4.

Manfaat Penelitian

pelayanan

kesehatan

terhadap

1. Penulis
Menambah

wawasan

dan

pengetahuan

penulis

mengenai

penggunaan obat-obatan penginduksi kerusakan hati pada pasien dengan


penderita penyakit hati.
2. RSUD Raden Mattaher Jambi
Untuk mengetahui penggunaan obat penginduksi kerusakan hati
pada pasien penderita penyakit hati. Sehingga dapat ditentukan terapi
pengobatan terbaik, aman, dan rasional, serta dapat ditentukan kebijakan
yang tepat dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat.
3. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
memberikan informasi pada pengembangan ilmu farmasi khususnya
bidang farmasi klinis.

Anda mungkin juga menyukai