Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah
SWT kerena atas berkah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Demokrasi dalam Perspektif Al-Quran dan Al-hadist ini tepat waktu.
Makalah yang kami buat ini berisi tentang pembahasan ayat-ayat AlQuran dan Hadits tentang demokrasi..
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengambil materi dari
buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah demokrasi dalam
Islam, terutama yang berkaitan dengan Al-Quran dan Hadits.
Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari

segi

penyusunan

mengharapkan

saran

maupun

pembangun

materinya.
untuk

Untuk

itu, kami sangat

memperbaiki

makalah

ini.

Semoga apa yang kami sampaikan dalam makalah ini bisa menjadi ilmu
baru bagi kalian semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. datang tidak
hanya membawa aqidah keagamaan atau ketentuan moral dan etika
yang menjadi dasar masyarakat semata-mata. Akan tetapi Islam juga
membawa syariat yang jelas mengatur manusia, perilakunya dan
hubungan antara satu dengan yang lainnya dalam segala aspek; baik
bersifat individu, keluarga, hubungan individu dengan masyarakat dan
hubungan-hubungan yang lebih luas lagi.
Sejarah memperlihatkan bahwa Muhammad SAW sebagai Nabi
dan Rasul terakhir berhasil mendirikan suatu sistem pemerintahan,
kemudian pengaruhnya berkembang ke seluruh penjuru dunia tanpa
bantuan kekuasaan dan kekuatan banyak umat. Beliau berhasil
menguasai pikiran, keyakinan dan jiwa umatnya, bahkan mengadakan
revolusi berpikir dalam jiwa bangsa-bangsa, hanya berdasarkan AlQuran yang setiap hurufnya telah menjadi hukum.
Jadi, Islam memang bukan hanya merupakan sekadar sistem
keagamaan. Islam juga mengatur masalah sistem politik, termasuk
demokrasi.

B.
1.
2.
3.
4.
C.

RUMUSAN MASALAH
Apa itu demokrasi?
Apa saja kaidah demokrasi dalam Islam?
Bagaimana Al-Quran mengkaji demokrasi?
Bagaimana Hadits membahas demokrasi?
TUJUAN

1. Mengetahui makna demokrasi


2. Mengetahui Kaidah demokrasi dalam Islam
3. Mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan demokrasi

4. Mengetahui Hadits yang berkaitan dengan demokrasi

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Demokrasi
Secara teoritis banyak orang menganggap bahwa demokrasi
adalah usaha untuk menghormati hak-hak inndividu, karena di negaranegara liberal maupun komunis disaksikan keruntuhan ketiranian, lalu
diusahakanlah pemerintahan rakyat dengan berbagai pola dan model
yang berkembang pada masing-masing sistem politik pemerintahan.
Demos berarti

rakyat

dan cratein berarti kekuasaan

atau

kedaulatan. Dengan demikian demokrasi berarti keadaan di mana


dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat.
B.

Demokrasi dan Al-Quran


Kelakuan sistem pemerintahan yang meniadakan demokrasi,
memang membuat terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa, tetapi
keadaan ini dinilai sebagai absolut dan tirani yang buruk bagi
peradaban. Elit pemerintahan sulit diterobos kecuali hukum alam
(sunatullah) yang memusnahkan. Sebagaimana disampaikan oleh Ibn
Khaldun dalam buku beliau yang terkenal Muqaddimah, bahwa umur
kekuasaan seperti umur manusia juga, ada yang panjang dan ada pula
yang pendek, tetapi sudah tentu pasti akan berakhir, baik secara
perlahan maupun secara tragis. Komunisme kita lihat hanya bertahan
70 tahun setelah itu hampir di seluruh negeri mengalami kemunduran.
Pendemokrasian bila ditujukan untuk kebebasan individu, juga
berakibat tidak baik; karena segala orang yang berjiwa propinsialisme
kedaerahan dan membanggakan firqah-firqahnya cenderung sulit
diatur, kurang etis dengan sentralnya.

Adapun petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh ayat-ayat Al-Quran


terhadap baik desentralisasi maupun sentralisasi sangat jelas, yaitu
Allah

memfirmankan

bahwa

sebenarnya

pemisahan-pemisahan

kedaerahan yang berlebihan tidak disenangi Allah SWT Al-Malikul Mulk.


Begitu juga pemusatan kekuasaan yang berlebihan juga tidak
disukai

Allah

kesombongan

SWT,
dan

karena

akan

menimbulkan

semena-mena,

kendati

keangkuhan,
sebenarnya

pertanggunngjawaban itulah yang dituntut.


Al-Quran

datang

sebagai

petunjuk

Allah

SWT

dan

sudah

dibuktikan bahwa Al-Quran adalah benar-benar wahyu dari Allah, tidak


dapat dipungkiri lagi bahwa Allah itu Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada
pula diperanakkan dan tiada seorang pun yang setara dengan Dia (QS.
Al-Ikhlas) dan Firman-Nya adalah petunjuk.
Petunjuk dan peringatan dalam Firman Allah itu terkumpul dalam
Al-Quran,

dan

untuk

seluruh

umat

manusia

(bangsa-bangsa)

sebagaimana ayat-ayat berikut ini:



Artinya : Al-Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh
umat (bangsa-bangsa). (QS. Al-Qalam ayat 52)

Artinya : Sesungguhnya Al-Quran itu adalah peringatan bagi seluruh
umat (bangsa-bangsa). (QS. Shaad ayat 87)
Apa kata Al-Quran tentang desentralisasi yang berlebih-lebihan, yang
akibatnya mempunyai resiko daerah-daerah menjadi terbagi-bagi?

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisaa ayat 59)
.
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai...... (QS. Ali-Imran ayat
103)

Artinya : Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang
bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas
kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat. (QS. Ali-Imran ayat 105)

Artinya : Kenapa kamu tidak tolong-menolong? (QS. Ash-Shaffaat
ayat 25)

Sekarang bila kita melaksanakan sentralisasi yang berlebih-lebihan,


untuk memperkuat kekuasaan, maka mesti diingat bahwa kekuasaan
itu sebenarnya milik Allah, sedangkan manusia tidak kekal.
..

Artinya : Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan


Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.
Yunus ayat 65)
Sebagai contoh kita lihat bagaimana Nabi Sulaiman as. yang begitu
besar kekuasaanya bersyukur.



Artinya : Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab:
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatNya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang
ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
(QS. An-Naml ayat 40). Dengan cara mensyukuri nikmat memperoleh
kekuasaan ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa kalau tidak demikian
pembentukan-pembentukan

elit

politik

yang

tidak

tergoyahkan

tersebut akan menimbulkan kesombongan dan semena-mena.



Artinya : Sesungguhnya dia adalah orang sombong, salah seorang
dari orang-orang yang melampaui batas. (QS. Ad-Dukhaan ayat 31)
Karena

segala

apa

yang

kita

perbuat

akan

dituntut

pertanggungjawabannya.

Artinya : Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah


diperbuatnya. (QS. Al-Muddatsir ayat 38)
C.

Kaidah-Kaidah Demokrasi
Kaidah-kaidah demokrasi ini berkaitan dengan kepemimpinan
suatu negara. Pemimpin suatu negara haruslah orang yang mampu
mengayomi rakyatnya dengan benar, serta memiliki sikap yang
menjadi panutan rakyatnya. Terdapat bebarapa hal yang menjadi
kaidah-kaidah demokrasi, antara lain :
1. Kesamaan
Kaidah ini mengacu pada hakikat persamaan manusia di depan
Allah SWT, yang mana semua manusia kedudukannya sama. Setiap
manusia berhak menyuarakan pendapatnya, aspirasinya, tanpa ada
dominasi dari seseorang maupun kelompok lain. Yang membedakan
manusia yang satu dengan yang lainnya adalah tingkat keimanannya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13:


Artinya : Wahai manusia! Sungguh, Kami elah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan
kamu

berbangsa-bangsa

dan

bersuku-suku

agar

kamu

saling

mengenal. Sungguh, yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. (QS.
Al-Hujurat:13)
Ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada
diskriminasi, yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.
2. Kewajiban musyawarah

Ada kalanya dalam suatu kepentingan, orang-orang banyak


menemukan perbedaan pendapat. Allah menjelaskan dalan surat AliImran ayat 159 mengenai masalah perbedaan pendapat ini, yaitu
dengan cara bermusyawarah.
Musyawarah dilakukan sebagai cara untuk mengambil keputusan
dengan cara yang baik dan benar, dengan tidak memaksa pendapat
masing-masing. Musyawarah ini telah diterapkan oleh Rasulullah SAW
pada masa kepemimpinannya. Firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat
38:

Artinya: dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhan dan melaksanakan Shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan

msyawarah

antara

mereka;

dan

mereka

menginfakkan

sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. AsySyura:38)
Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159:

Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku


lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau besikap keras dan
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena
itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian,
apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah.

Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS. Ali

Imran: I59)

3. Adil
Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 58 :


Artinya: Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di
antara

manusia

Sungguh,

Allah

hendaknya
adalah

kamu

sebaik-baik

menetapkannya
yang

dengan

memberi

adil.

pengajaran

kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat. (QS.


An-Nisa:58)
4. Amanah
Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil seperti ditegaskan
Allah SWT dalam Surat an-Nisa:58.
Seorang pemimpin yang sudah dipercaya oleh rakyatnya untuk
menjadi

kepala

negara

maupun

kepala

pemerintahan,

sudah

seharusnya melaksanakan segala amanah yang telah dilimpahkan


kepadanya. Amanah ini yang akan menjadi tangung jawabnya di
akhirat kelak.
5. Tanggung Jawab
Bersamaan dengan sebuah amanah, tanggung jawab merupakan
sikap atau hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Hal ini
berkenaan dengan tugasnya sebagai pemimpin rakyat, yang mana
tanggung jawabnya meliputi tanggung jawab kepada rakyat dan juga
tanggung jawab kepada Allah SWT.
6.

Al-Hurriyah atau Kebebasan

Maksud kebebasan di sini sama dengan kesetaraan. Baik Rakyat


maupum

pemimpin,

masing-masing

mempunyai

hak

dan

kewajibannya. Tentunya dengan porsi yang berbeda-beda. Kebebasan


ini

tentulah harus ada batasan-batasannya. Pemimpin tidak boleh

semena-mena terhadap rakyatanya, begitu juga sebaliknya. Keduanya


harus berkerja sama untuk membangun sebuah demokrasi yang kuat,
dimana tidak ada kesemena-semenaan suatu kelompok tertentu.
D.

Hadits yang Berkaitan dengan Demokrasi



:

:












) ) .





Artinya: Dari Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah SAW pernah
bersabda : Musyawarah adalah dapat dipercaya. (HR. Tirmidzi dan
Abu Daud)
) )
Artinya: Apabila salah seorang dari kamu meminta bermusyawarah
dengan saudaranya maka penuhilah. (HR. Ibnu Majah)


Artinya: Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak
bermusyawarah dengan sahabatnya kecuali Rasulullah SAW. (HR.
Tirmidzi)

BAB III
ANALISIS
Dalam

tuntunan

Islam

seperti

Al-Quran

dan

Hadits,

bab

demokrasi sesungguhnya memang tidak banyak dibahas dan yang


menjelaskan secara rinci. Belum ditemukan pula hukum islam yang
berhubungan secara langsung mengatakan tentang demokrasi sendiri
itu bagaimana mestinya. Tapi, bukan berarti Islam melupakan masalah
ketata-negaraan ini. Banyak ayat-ayat atau dalil-dalil yang isinya
menuju masalah ini, terutama perihal musyawarah.
Suatu demokrasi selalu berkaitan dengan musyawarah. Hal ini
merujuk

pada

keikut-

sertaan

rakyat

dalam

sistem

pemerintahan.Musyawarah ini juga merupakan kaidah demokrasi yang


utama.
Musyawarah ini didasarkan pada surat Ali-Imran ayat 159 dan
surat Asy-Syura ayat 38. Kedua ayat ini membahas tentang sebuah
tindakan yang dilakukan oleh suatu kaum mengenai hal apa yang
harus mereka lakukan saat diantara mereka ada sebuah perbedaan
pendapat. Saat tidak ditemukan keputusan, mereka pun juga harus
berpedoman pada Al-Quran dan Hadits.
Islam tidak menganut demokrasi karena demokrasi sangat
berbeda dengan islam, tidak ada hukum atau ketetapan islam yang
berasal dari Al-Quran, Hadist maupun hukum lain yang berpedoman
atau diputuskan berdasarkan Al-Quran dan Hadits tersebut yang
menyatakan tentang demokrasi secara langsung. Karena demokrasi
itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, jika rakyat sepakat maka

selesailah sudah. Sedangkan islam menjalankan dan memutuskan


sesuatu berdasarkan hukum dan ketetapan Al-Quran, Hadist, serta
hukum dan ketetapan lainnya yang diputuskan manusia yang juga
berdasarkan Al-Quran dan Hadist.
Dalam demokrasi barat, umat memegang kekuasaan tertinggi.
Tetapi dalam Islam, kekuasaan rakyat tidak bersifat mutlak, melainkan
terikat dengan ketentuan-ketentuan syariat agama yang dipeluk oleh
setiap individu dari rakyat tersebut. Rakyat tidak dapat bertindak
melebihi

batas-batas

hukum

tersebut.

BAB IV
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Demokrasi merupakan suatu bentuk kedaulatan atau kekuasaan
yang subjek dan objeknya pada rakyat. Maksudnya, demokrasi berarti
kedaulatan (pemerintahan) dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam

mencapai

suatu

kesepakatan

perlu

dilakukan

sebuah

musyawarah. Al-Quran membahas tentang musyawarah dalam surat


Ali Imran ayat 159 dan Asy-Syura ayat 38.
Kaidah-kaidah dalam demokrasi sejatinya berhubungan dengan
masalah kepemimpinan suatu kaum atau negara. Kaidah-kaidah ini
merupakan sifat dan sikap atau apa yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin tersebut. Di antara kaidah-kaidah itu antara lain; kesetaraan,
musyawarah, mampu menjaga amanah dan adil, dll.
Kaidah

dalam

demokrasi

yang

utama

adalah

musyawarah.

Musyawarah berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan


secara berkelompok, guna mencapai suatu mufakat bagi kemaslahatan
umat. Dalam musyawarah, setiap orang yang terlibat harus bersikap

lembut serta mau mendengarkan anggota lainnya, sperti yang


dilakukan Rasulullah SAW.
Dalam

hadits,

sebenarnya

tidak

banyak

yang

membahas

demokrasi. Tapi banyak hadits yang menyebut tentang musyawarah,


yang mana merupakan bagian dari sebuah sistem demokrasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syafiie, Drs. H. Inu Kencana. 1994. Ilmu Pemerintahan dan AlQuran.Jakarta: Bumi Aksara.
2. 1996. Al-Quran dan Ilmu Politik.Yogyakarta: Rineka Cipta.
3. M.A, Drs., Muhibbin.1996. Hadits-Hadits Politik. Yogyakarta: Lesiska.
Al-Quran dan Terjemahan.
4. Shaleh, K.H.Q. dkk. 2009. Asbabun Nuzul. Bandung:CV Penerbit
Diponegoro.
5. Al-Baqi, Muhammad Fuad Abd, al-Mujam al-Mufahras li Alfaz, AlQuran Al-Karim
6. Kairo: Dar al-Kutub al-Misriyyah, 1364 H. Bellah, Robert N., Beyond
Belief: Esei-esei Tentang Agama di Dunia Modern, Menemukan
Kembali Agama,

Anda mungkin juga menyukai