Materi
Kelompok
: 26 Kamis
Anggota
:
1. Imam Rosyidin
2. Jayu Setyaningrum
3.
Muhammad Airlangga
Pengampu
Yudy Wiraatmadja
1
RINGKASAN
Reaktor tangki berpengaduk merupakan reactor yang paling sering
dijumpai dalam industry kimia. Dalam pengoperasiannya meliputi tiga tahap yaitu
pengisian reactor tinggi overflow, kondisi kontinyu, dan kontinyu steady state.
Dalam penyelesaiannya membutuhkan suatu permodelan secara matematis.
Percobaan ini mempunyai tujuan sebagai berikut menentukan harga orde reaksi,
harga konstanta reaksi, pengaruh variabel, dan dapat membandingkan hasil
percobaan dengan model matematisnya.
Dalam percobaan ini, ditinjau pada 2 hal yaitu secara termodinamika dan
secara kinetika. Secara termodinamika, reaksi yang terjadi adalah secara
eksotermis. Sedangkan secara kinetika, reaksi terjadi secara searah. Penentuan
orde reaksi menggunakan metode trial.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH, etil asetat, HCl,
indicator MO, dan aquades. Sedangkan alat yang digunakan adalaj pipet,
thermometer, magnetic stirrer, dan lain sebagainya.
PRAKATA
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum proses
kimia dengan baik. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Penanggung jawab Laboratorium Proses Kimia
terlaksananya praktikum proses kimia dengan baik.
yang
membuat
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Ringkasan iii
Prakata iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Lampiran vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Reaktor Batch 3
2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu/CSTR 4
2.3 Tinjauan Termodinamika 8
2.4 Tinjauan Kinetika 10
2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen 10
2.6 Menentukan Orde Reaksi 12
2.7 Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan 13
BAB III METODE PERCOBAAN 15
3.1 Rancangan Percobaan 15
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan 16
3.3 Gambar Rangkaian Alat Percobaan 16
3.4 Variabel Percobaan 17
3.5 Respon Uji Hasil 18
3.6 Prosedur Percobaan 18
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A-1
A-2
A-3
Data Percobaan
Lembar Perhitungan
Data Pendukung
Prosedur Analisa
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Harga R2 orde 1 dan orde 2 pada berbagai variabel.
20
Tabel 4.2 Konstanta reaksi pada Reaktor Batch Variabel 1.............
....20
Tabel 4.3 Konstanta reaksi pada Reaktor Batch Variabel 2...............
..21
Tabel 4.4 Konstanta reaksi pada Reaktor Batch Variabel 3.............
....21
Tabel 4.5 Harga Konstanta Reaksi di berbagai Variabel
Operasi....22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Trial Reaksi Orde 1........
..
Gambar 2.2 Grafik Trial Reaksi Orde 2....
..
Gambar 2.3 Grafik Trial Reaksi Orde 2..............
....
Gambar 2.4 Grafik Trial Reaksi Orde n....... ..
....
Gambar 3.1 Gambar Alat Utama Proses
Batch..........................
Gambar 3.2 Gambar Alat Utama Proses Kontinyu...
......
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering
dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir
tangki berpengaduk lebih
sering
NaOH.
3. Mengetahui
dengan
perhitungan
model
NaOH.
3. Mengetahui
dengan
perhitungan
model
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reaktor Batch
input = 0
output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-ra)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
(6)
(9)
E A
RT
Dengan Pb(NO3)2
dalam
yang larut
2. Etil Asetat
Sifat fisis :
Berat molekul = 88 gr/mol
Titik didih = 85 C
Titik lebur = -111 C
Berat jenis = 1, 356 gr/mol
Sifat kimia:
+
Bereaksi dengan Hg membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak
larut dalam air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia
encer dan KCN tiosulfat, beraksi
PbCl2
dengan
Pb2+
membentuk
3. HCl
Sifat fisis :
10
Sifat kimia :
Bereaksi dengan Hg2+ membentuk endapan putih Hg2Cl2 yang tidak
larut dalam air panas dan asam encer tapi larut dengan amonia encer dan
larutan KCN serta thiosulfat
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga k
Persamaan Arhenius :
k =A e
E A
RT
1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan memperbesar tumbukan partikel sehingga akan
menurunkan energi aktivasi, jika energi aktivasi turun, maka
kecepatan reaksi juga naik.
2. Energi Aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi
reaksi untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka
reaksi akan berjalan semakin cepat
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemampuannya
mengadakan reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk
menghasilkan senyawa yang lebih aktif. Interaksi ini akan
meningkatkan laju reaksi.
grafik antara ln Cb/Ca vs t, hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao =/=
Cbo)
5. Membentuk persamaan y = a + bx , a = intercept dan b = slope dari grafik
log t vs ln Cao
2 (Ca = Cb)
12
Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m
(Levenspiel. O., 1999)
Untuk reaksi orde 1 karena Cb berlebih sehingga Cb = 1
ra=
dCa
=k .Ca . Cb dimana Cb=1
dt
dCa
=k . Ca
dt
dCa
=k . dt
Ca
Ca
= k . dt
dCa
Ca
Cao
0
ln
Cao
=kt
y=mx
13
b. Percobaan Kontinyu
sukkan etil asetat dan NaOH secara terpisah ke dalam tangki berpompa
asetat dan NaOH ke dalam reaktor sampai dalam kondisi kontinyu steady state
Lakukan percobaan menggunakan variabel pengadukan yang berbeda
14
Hentikan titrasi sampai volume titran 3 kali konstan
3.1.2
Variabel Percobaan
Variabel Berubah
1. Konsentrasi NaOH 0,08 N dan etil asetat 0,06 N
2. Konsentrasi NaOH 0,06 N dan etil asetat 0,08 N
3. Konsentrasi NaOH 0,07 N dan etil asetat 0,07 N
Variabel tetap
1. Pengadukan sedang
2. Konsentrasi HCl 0,08 N
3. Ketinggian 8 cm
4. Suhu tetap
5. Pengambilan sampel 5 ml setiap 1 menit
6. Volume NaOH dan etil asetat masing-masing 0,5 liter
15
Reaktor batch
Stirer
Statif
Proses kontinyu
16
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,06 N, HCl 0,08 N, dan
NaOH 0,08 N.
2. Masukkan etil asetat 0,06 N dan NaOH0,08 N sampai ketinggian 8 cm
ke dalam reaktor batch.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator
MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan
3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variable yang berbeda.
Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,06 N, HCl 0,08 N, dan
NaOH .0,08 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masingmasing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan
menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator
MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan
3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variabel yang berbeda.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penetuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
0.15
-ln(Ca/Ca0)
0.1
Linear (-ln(Ca/Ca0))
0.05
0
0
waktu (menit)
30
(1/Ca) 20
1/Ca
10
Linear (1/Ca)
0
0
waktu (menit)
18
0.4
0.3
0.2
-ln(ca/ca0)
-ln(Ca/Ca0)
0.1
Linear (-ln(Ca/Ca0))
0
0
waktu (menit)
40
(1/Ca)
20
Linear ((1/Ca))
0
0
waktu (menit)
0.2
f(x) = 0.05x - 0.09
R = 0.41
0.1
-ln(Ca/Ca0)
Linear (-ln(Ca/Ca0))
0
-0.1
waktu (menit)
19
60
f(x) =
R = 0
50
40
30
(1/Ca)
20
(1/Ca)
10
Linear ((1/Ca))
0
0 0.10.20.30.40.50.60.70.80.9 1
waktu (menit)
dCa
=k .Ca . Cb
dt
dimana Ca=Cb
dCa
=k . Ca2
dt
dCa
=k . dt
Ca2
Ca
: waktu
= k . dt
dCa
2
Cao Ca
0
[ ]
1
Ca
Ca
=k . t
Cao
1
1
=k . t
Ca Cao
1
1
=k . t+
Ca
Cao
(Levenspiel, 1970)
Dari persamaan di atas diketahui bahwa waktu berbanding terbalik
dengan Ca. Semakin lama waktu reaksi maka Ca akan semakin kecil karena
semakin banyak NaOH yang bereaksi dengan etil asetat.
20
Variabel
1 (NaOH 0,08 N dan etil
Orde 1
0,2948
Orde 2
0,2826
asetat 0,06 N)
2 (NaOH 0,06 N dan etil
0,6704
0,6381
asetat 0,08 N)
3 (NaOH 0,07 N dan etil
0,4144
0,4189
asetat 0,07 N)
Dari data tabel 4.1 harga koefisien determinasi orde satu dan orde dua
pada berbagai variabel diketahui bahwa orde reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH pada variable 1 dan 2 adalah reaksi orde satu sedangkan untuk
variabel 3 adalah orde 2, karena harga koefisien determinasi pada persamaan
menunjukan harga yang positif dan mendekati satu. Koefisien determinasi R 2
adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah
ada hubungan pengaruh antara beberapa variabel. Koefisien determinasi itu
juga berfungsi sebagai nilai yang menyatakan besarnya keterandalan dan
kesesuaian model, yaitu menyatakan besarnya variasi Y yang dapat diterangkan
oleh variasi X. Nilai R2 dikatakan baik jika mendekati 1 dan bernilai positif
(Tobing, 2014). Pada variabel 3 (NaOH 0,07 N dan etil asetat 0,07 N) memiliki
orde reaksi 2 dikarenakan jumlah reaktan yang bereaksi memiliki perbandingan
1 : 1, sehingga Ca = Cb (Lachman dkk,1994).
4.2 Perhitungan Harga Konstanta reaksi (k) Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH.
Persamaan kecepatan reaksi
ra=
dCa
=k .Ca . Cb dimana Ca=Cb
dt
dCa
=k . Ca 2
dt
21
dCa
=k . dt
Ca2
Ca
= k . dt
dCa
2
Cao Ca
0
[ ]
1
Ca
Ca
=k . t
Cao
1
1
=k . t
Ca Cao
1
1
=k . t+
Ca
Cao
y = mx+c
m=k
Berdasarkan gambar 4.1.1. - 4.1.6 harga konstanta reaksi pada proses
batch variabel 1, variabel 2 dan variabel 3 sebesar 0,0334; 0.054; 2,3051.
4.3 Pengaruh Variabel Konsentrasi terhadap Harga Konstanta reaksi (k)
Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH.
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung atau
dapat juga dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi per satuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter.
Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang menyatakan naiknya laju reaksi
akibat
pada prinsipnya
konsentrasi
merupakan
menentukan
pereaksi terhadap
tumbukan
yang
seberapa
laju
besar
pengaruh
reaksinya. Tumbukan
perubahan
efektif
yang diperlukan supaya reaksi dapat berlangsung disebut energi aktifasi (Ea).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui orde reaksi dan tetapan laju reaksi
yang terjadi pada reaksi penyabuan antara etil asetat (CH3COOC2H5) dengan
ion hidroksida (OH-). Adapun reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOC2H5
+ OH-
CH3COO- + C2H5OH
22
pertikel
yang
lebih
sedikit,
sehingga
partikel-partikelnya
f(x) = - 0x + 0.03
R = 0.78
0.87
0.02
Ca
0.02
Ca
0.01
Linear (Ca)
0.01
Ca Model
Waktu
(menit)
23
0.2
0.15
Ca
0.1
Ca
Linear (Ca)
0.05
Ca Model
Waktu
(menit)
0.03
0.03
f(x)
f(x) =
= -- 0x
0x +
+ 0.02
0.02
R
=
0.82
R = 0.95
0.02
Ca
0.02
Ca
0.01
Linear (Ca)
0.01
Ca Model
Waktu
(menit)
24
DAFTAR PUSTAKA
Abu Khalaf, A.M., 1994, Chemical Engineering Education. Mc. Graw Hill Book
Ltd., NewYork.
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., 1987, Applied Mathematics in
Chemical Engineering 2
nd
25
2013.http://www.ilmukimia.org/2013/02/faktor-yang
mempengaruhi-laju-reaksi.html
26
= 11,73 gr
V picno
= 25,2 ml
a. HCl
m HCl+picno = 45,83 gr
=
( 45,8311,73 ) gr
=1,35 gr /ml
25,2 ml
b. Etil Asetat
m etil asetat+picno
=
= 31,839 gr
( 31,83911,73 ) gr
=0,798 gr /ml
25,2 ml
NaOH 0,08 N
N=
gr 1000
.
. valensi . kadar
BM V
0,08=
gr 1000
.
.1.0,98
40 500
gr = 1,568 gr
NaOH 0,06 N
N=
gr 1000
.
. valensi . kadar
BM V
0,06=
gr 1000
.
.1.0,98
40 500
gr = 1,176 gr
NaOH 0,07 N
N=
gr 1000
.
. valensi . kadar
BM V
0,07=
gr 1000
.
.1.0,98
40 500
gr = 1,372 gr
b. Etil Asetat
0,06=
0,798. V .1000.0,98 .1
88.500
V = 3,375 ml
0,08=
V = 4,5 ml
0,07=
0,798. V .1000.0,98 .1
88.500
V = 3,93 ml
c. HCl 0,08 N
N=
0,08=
V = 4,33 ml
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Perhitungan Proses Batch
NaOH = 0,08 N
Tinggi fluida = 8 cm
t pengambilan = 1 menit
HCl = 0,08 N
V yang dititrasi = 5 ml
( V . N ) HCl
V .0,08
=
=0,016 V HCl
Vyang dititrasi
5
dCa
=k .Ca . Cb dimana Ca=Cb
dt
dCa
=k . Ca2
dt
dCa
=k . dt
Ca2
Ca
= k . dt
dCa
2
Cao Ca
0
[ ]
1
Ca
Ca
=k . t
Cao
1
1
=k . t
Ca Cao
1
1
=k . t+
Ca
Cao
y = mx+c
V HCl
Ca
-ln(Ca/Ca0)
1,8
0,0288
1,4
0,0224
0
0,25131442
8
1,8
0,0288
t
0
3
4
2
3
4
5
1/Ca
34,7222
2
44,6428
6
34,7222
2
0
0,11778303
V HCl
Ca
-ln(Ca/Ca0)
1/Ca
1,6
0,0256
6
39,0625
1,4 0,0224
0 44,6428
0,18232155 41,6666
6
1,5
0,024
7
7
1,3 0,0208
0,074108 48,0769
0,25131442 44,6428
2
1,4
0,0224
8
6
1,2 0,0192
0,154151 52,0833
3
1
0,016
0,336472
62,5
56,8181
1,1 0,0176
0,241162
8
56,8181
1,1 0,0176
0,241162
8
Batch Variabel 2
(NaOH 0,06 N dan etil
asetat 0,08 N)
V HCl
1,7
0,0272
1,8
0,0288
-0,05716
1,7
0,0272
1,8
0,0288
-0,05716
1,7
0,0272
1,2
0,0192
0,348307
2.
Ca
-ln(Ca/Ca0)
1/Ca
36,7647
1
34,7222
2
36,7647
1
34,7222
2
36,7647
1
52,0833
3
Ca
0,0256
k1
0
k2
0
k3
0
0,0272
-0,00184
-0,00943
-0,00691
0,024
0,00061
-0,0074
-0,0058
0,0208 0,001457
-0,0057
-0,00468
k4
0
3,53093E05
0,00012211
9
0,00020155
5
dCa
0
-0,00575
-0,00428
-0,00318
Ca
Model
0,0256
0,02145
3
0,01972
0,01761
6
0,0208 0,001057
-0,00591
-0,00514
0,0208 0,000817
-0,00607
-0,00544
0,00021154
5
0,00021482
6
0,01732
5
0,01713
6
-0,00347
-0,00366
t
0
k1
0
k2
0
k3
0
0,192
-0,17319
-0,06718
-0,10217
0,208
0,017
6
-0,09594
-0,06705
-0,07276
0,00105
-0,00019
-9,5E-06
0,016
0,014
4
0,001186
7,09E-05 0,000195
3
4
5
Ca
0,208
k4
0
0,00266251
3
0,00456377
8,05494E05
0,00012128
5
0,00016076
4
dCa
0
Ca
Model
0,208
0,10279
0,07548
0,00012
2
0,00033
9
0,00050
9
0,08921
4
0,13251
9
0,01772
2
0,01633
9
0,01490
9
Ca
0,0224
k1
0
k2
0
k3
0
k4
0
dCa
0
0,024
-0,00163
-0,0018
-0,00174
-2,1735E-05
-0,00174
0,0224
-2,7E-05
-0,00118
-0,00095
-0,00087
0,0208
0,00051
-0,00072
-0,00054
0,0192
-0,00039
-0,00026
0,0176
0,00078
0,00094
4
5,3303E-06
4,31803E05
8,28403E05
-0,00015
-4,7E-05
0,00012215
0,000106
-0,00042
-0,00012
Ca
Model
0,0224
0,02225
6
0,02152
7
0,02038
2
0,01908
1
0,01770
6