Anda di halaman 1dari 41

HALAMAN PENGESAHAN

Materi

: Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Kelompok

: 26 Kamis

Anggota

:
1. Imam Rosyidin
2. Jayu Setyaningrum
3.

Muhammad Airlangga

Pengampu
Yudy Wiraatmadja
1

RINGKASAN
Reaktor tangki berpengaduk merupakan reactor yang paling sering
dijumpai dalam industry kimia. Dalam pengoperasiannya meliputi tiga tahap yaitu
pengisian reactor tinggi overflow, kondisi kontinyu, dan kontinyu steady state.
Dalam penyelesaiannya membutuhkan suatu permodelan secara matematis.
Percobaan ini mempunyai tujuan sebagai berikut menentukan harga orde reaksi,
harga konstanta reaksi, pengaruh variabel, dan dapat membandingkan hasil
percobaan dengan model matematisnya.
Dalam percobaan ini, ditinjau pada 2 hal yaitu secara termodinamika dan
secara kinetika. Secara termodinamika, reaksi yang terjadi adalah secara
eksotermis. Sedangkan secara kinetika, reaksi terjadi secara searah. Penentuan
orde reaksi menggunakan metode trial.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH, etil asetat, HCl,
indicator MO, dan aquades. Sedangkan alat yang digunakan adalaj pipet,
thermometer, magnetic stirrer, dan lain sebagainya.

PRAKATA
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum proses
kimia dengan baik. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Penanggung jawab Laboratorium Proses Kimia
terlaksananya praktikum proses kimia dengan baik.

yang

membuat

2. Laboran yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum proses kimia


sehingga berjalan lancar sampai terselesaikanya laporan ini.
3. Koordinator asisten, Alien Abi Bianasari, yang juga telah membantu kami
sehingga dalam rangkaian kegiatan sebelum praktikum proses kimia
dilaksanakan maupun setelah praktikum tersebut di lakukan.
4. Asisten Yudy Wiraatmadja dan Agung Dewantoro sebagai asisten
pengampu praktikum reaktor ideal aliran kontinyu serta semua asisten
yang telah membimbing sehingga tugas laporan resmi ini dapat
terselesaikan.
5. Serta kepada teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu
maupun motivasi.
Laporan praktikum proses ini berisi tentang penjelasan dan fenomena
yang terjadi pada reaktor ideal dengan aliran kontinyu. Pada percobaan ini
dipelajari tentang menghitung orde reaksi, konstanta kecepatan reaksi, serta
diikuti dengan pengaruh beberapa variabel yang ada.
Laporan ini merupakan laporan terbaik yang saat ini bisa kami ajukan,
namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Maka,
dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Semarang, 30 Agustus 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Ringkasan iii
Prakata iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Lampiran vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Reaktor Batch 3
2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu/CSTR 4
2.3 Tinjauan Termodinamika 8
2.4 Tinjauan Kinetika 10
2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen 10
2.6 Menentukan Orde Reaksi 12
2.7 Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan 13
BAB III METODE PERCOBAAN 15
3.1 Rancangan Percobaan 15
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan 16
3.3 Gambar Rangkaian Alat Percobaan 16
3.4 Variabel Percobaan 17
3.5 Respon Uji Hasil 18
3.6 Prosedur Percobaan 18
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A-1
A-2
A-3

Data Percobaan
Lembar Perhitungan
Data Pendukung

Prosedur Analisa

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Harga R2 orde 1 dan orde 2 pada berbagai variabel.
20
Tabel 4.2 Konstanta reaksi pada Reaktor Batch Variabel 1.............
....20
Tabel 4.3 Konstanta reaksi pada Reaktor Batch Variabel 2...............
..21
Tabel 4.4 Konstanta reaksi pada Reaktor Batch Variabel 3.............
....21
Tabel 4.5 Harga Konstanta Reaksi di berbagai Variabel
Operasi....22

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Trial Reaksi Orde 1........
..
Gambar 2.2 Grafik Trial Reaksi Orde 2....
..
Gambar 2.3 Grafik Trial Reaksi Orde 2..............
....
Gambar 2.4 Grafik Trial Reaksi Orde n....... ..
....
Gambar 3.1 Gambar Alat Utama Proses
Batch..........................
Gambar 3.2 Gambar Alat Utama Proses Kontinyu...
......

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering
dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir
tangki berpengaduk lebih

sering

diaplikasikan karena kemampuan

operasinya yang dapat diatur kapasitasnya. Unjuk kerja reaktor alir


berpengaduk perlu dipelajari untuk mengetahui karakteristik aliran fluida,
reaksi yang terjadi secara optimasi pengoperasian reaktor.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga
tahap yaitu pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu dan
kontinyu steady state. Evaluasi variabel-variabel operasi sangat mudah
dilakukan pada kondisi steady state.
Pemodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa
permasalahan yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki
berpengaduk. Model matematika yang diusulkan diuji keakuratannya dengan
membandingkan dengan data-data percobaan. Model matematika yang
diusulkan diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan itu mudah
diselesaikan. Namun untuk reaksi yang kompleks akan diperoleh model
matematika yang kompleks juga. Penyelesaian numerik sangat dianjurkan
untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer massa, dan orde reaksi yang
merupakan adjustable parameter.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan

NaOH.
3. Mengetahui

pengaruh pengadukan terhadap konstanta reaksi (k)

penyabunan etil asetat dengan NaOH.


4. Membandingkan
hasil percobaan

dengan

perhitungan

model

matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

I.3 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan

NaOH.
3. Mengetahui

pengaruh pengadukan terhadap konstanta reaksi (k)

penyabunan etil asetat dengan NaOH.


4. Membandingkan
hasil percobaan

dengan

perhitungan

model

matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reaktor Batch

input = 0
output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-ra)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi

Pada volume konstan


C a=C a 0 (1X a)
d C a=C a 0 . d X a

(6)

Pers. (6) masuk ke pers. (5) diperoleh

2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu / Reaktor Alir Tangki Berpengaduk


(CSTR)
Tahapan yang terjadi pada reactor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses,
yaitu :
A. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
Akumulasi = input-output

karena densitas laju alir dianggap konstan maka, volumenya hanya


merupakan fungsi dari waktu.
V =F o .T

(9)

Sedangkan dari neraca komponen :


Akumulasi = input output laju konsumsi karena reaksi

Dalam hal ini :


V = volume bahan dalam reaktor (l)
C = kondentrasi molar reaktan dalam reaktor (mol/l) Fo = laju alir
reaktan masuk (l/ menit)
Co = konsentrasi molar reaktan dalam feed (mol/l)
t = waktu reaksi (menit)
-rA = kecepatan reaksi (mol/menit)

Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya


apabila Cs diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan
persamaan aljabar biasa dan dapat diselesaikan dengan mudah.
2.3 Tinjauan Thermodinamika

2.4 Tinjauan Kinetika


Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi saponifikasi etil asetat
dengan NaOH akan makin besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan
dan perbedaan konsentrasi. Hal ini dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius
yaitu :
k =A e

E A
RT

Dengan : k = konstanta laju reaksi

A = faktor frekuensi tumbukan


T = suhu
EA = Energi aktivasi
R = konstanta gas ideal = 1,98 cal/gm-mol.K
= 1,98 Btu/lb-mol.oR
= 82,06 cm3.atm/gm-mol.K
Berdasarkan persamaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju
reaksi dipengaruhi oleh nilai faktor frekuensi tumbukan, suhu,dan energi
aktivasi.
2.5 Sifat Fisis Dan Kimia Reagen
1. NaOH
Sifat fisis :
Berat Molekul = 40 gr/mol
Titik didih = 134 C
Titik lebur = 318, 4 C
Berat jenis = 2, 130 gr/mol
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10 C = 42
Kelarutan dalam 100 bagian air panas 100C = 32
Sifat kimia :

Dengan Pb(NO3)2
dalam

membentuk endapan Pb(OH)2

yang larut

reagen excess, merupakan basa kuat, mudah larut dalam air.

2. Etil Asetat
Sifat fisis :
Berat molekul = 88 gr/mol
Titik didih = 85 C
Titik lebur = -111 C
Berat jenis = 1, 356 gr/mol
Sifat kimia:

+
Bereaksi dengan Hg membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak
larut dalam air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia
encer dan KCN tiosulfat, beraksi
PbCl2

dengan

Pb2+

membentuk

putih, mudah menguap apabila dipanaskan.

3. HCl
Sifat fisis :
10

Berat molekul = 36.5 gr/mol


Titik didih = 85 oC
Titik leleh = -110 oC

Sifat kimia :
Bereaksi dengan Hg2+ membentuk endapan putih Hg2Cl2 yang tidak
larut dalam air panas dan asam encer tapi larut dengan amonia encer dan
larutan KCN serta thiosulfat
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga k
Persamaan Arhenius :
k =A e

E A
RT

1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan memperbesar tumbukan partikel sehingga akan
menurunkan energi aktivasi, jika energi aktivasi turun, maka
kecepatan reaksi juga naik.
2. Energi Aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi
reaksi untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka
reaksi akan berjalan semakin cepat
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemampuannya
mengadakan reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk
menghasilkan senyawa yang lebih aktif. Interaksi ini akan
meningkatkan laju reaksi.

2.7 Menentukan Orde Reaksi


Trial orde reaksi pada reaktor batch
1. Diberikan data waktu (t) dan Ca, Cao adalah Ca pada t=0
2. Membuat data -ln(Ca/Cao) dan 1/Ca
3. Pertama menebak orde reaksi pertama dengan membuat grafik
-ln(Ca/Cao) vs t, hasil grafik harus lurus
4. A. Jika hasil grafik tidak lurus, maka menebak orde reaksi kedua dari
grafik antara 1/Ca vs t, hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao = Cbo) B.
Jika hasil grafik tidak lurus, maka menebak orde reaksi kedua dari
11

grafik antara ln Cb/Ca vs t, hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao =/=
Cbo)
5. Membentuk persamaan y = a + bx , a = intercept dan b = slope dari grafik
log t vs ln Cao

Gambar 2.2 Grafik trial reaksi orde 1

Gambar 2.3 Grafik trial reaksi orde

2 (Ca = Cb)

Gambar 2.4 Grafik trial orde 2 (Ca =/= Cb)


orde n

Gambar 2.5 Grafik trial


(Levenspiel. O., 1999)

2.8. Menghitung Harga Konstanta Kecepatan Reaksi Penyabunan (k) Etil


Asetat Dengan NaOH

12

Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m
(Levenspiel. O., 1999)
Untuk reaksi orde 1 karena Cb berlebih sehingga Cb = 1
ra=

dCa
=k .Ca . Cb dimana Cb=1
dt

dCa
=k . Ca
dt
dCa
=k . dt
Ca
Ca

= k . dt
dCa
Ca
Cao
0

Menyiapkan alat dan bahan yang


Caakan digunakan

ln

Cao

=kt

y=mx

BAB III cairan 8 cm


NaOH ke reaktor dengan perbandingan 1 : 1 sampai ketinggian
METODE PERCOBAAN
3.1 Rancangan Percobaan
3.1.1 Skema
Rancangan
Percobaan variabel konsentrasi yang berbeda
Lakukan
percobaan
menggunakan
Percobaan
Batch
5 ml sampel tiap 1 menit dana.titrasi
menggunakan
HCl

Hentikan titrasi sampai volume titran 3 kali konstan

13

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Kalibrasi debit pompa menggunakan aquadest

b. Percobaan Kontinyu

sukkan etil asetat dan NaOH secara terpisah ke dalam tangki berpompa

asetat dan NaOH ke dalam reaktor sampai dalam kondisi kontinyu steady state
Lakukan percobaan menggunakan variabel pengadukan yang berbeda

Ambil 5 ml sampel tiap 1 menit dan titrasi menggunakan HCl

14
Hentikan titrasi sampai volume titran 3 kali konstan

3.1.2

Variabel Percobaan
Variabel Berubah
1. Konsentrasi NaOH 0,08 N dan etil asetat 0,06 N
2. Konsentrasi NaOH 0,06 N dan etil asetat 0,08 N
3. Konsentrasi NaOH 0,07 N dan etil asetat 0,07 N
Variabel tetap
1. Pengadukan sedang
2. Konsentrasi HCl 0,08 N
3. Ketinggian 8 cm
4. Suhu tetap
5. Pengambilan sampel 5 ml setiap 1 menit
6. Volume NaOH dan etil asetat masing-masing 0,5 liter

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan yang digunakan
1. NaOH (0.08 N; 0,06 N; 0,07 N)
2. Etil Asetat (0.06 N; 0,08 N; 0,07 N)
3. HCl 0.08 N
4. Indikator MO @3 tetes
5. Aquadest
3.2.2 Alat yang dipakai
1. Pipet
2. Thermometer
3. Magnetic stirer
4. Reaktor batch
5. Gelas ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor kontinyu

15

3.3 Gambar Rangkaian Alat Percobaan


a. Proses batch

Gambar 3.1 Alat utama proses batch


Keterangan
1.
2.
3.
b.

Reaktor batch
Stirer
Statif
Proses kontinyu

Gambar 3.2 Alat utama proses kontinyu


Keterangan
1. Reaktor kontinyu
2. Stirer
3. Statif
4. Tangki umpan NaOH
5. Tangki umpan etil asetat
6. Pompa
3.4 Respon Uji Hasil
Konsentrasi NaOH sisa yang dapat diamati dengan konsentrasi titran HCl
sampai TAT.
3.5 Prosedur Percobaan
Percobaan Batch

16

1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,06 N, HCl 0,08 N, dan
NaOH 0,08 N.
2. Masukkan etil asetat 0,06 N dan NaOH0,08 N sampai ketinggian 8 cm
ke dalam reaktor batch.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator
MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan
3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variable yang berbeda.
Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,06 N, HCl 0,08 N, dan
NaOH .0,08 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masingmasing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan
menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator
MO 3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan
3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variabel yang berbeda.

17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penetuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH

Batch Variabel 1 (NaOH 0,08 N dan etil asetat 0,06 N)


0.3
0.25
0.2
-ln(ca/ca0)

f(x) = 0.03x + 0.05


R = 0.29

0.15

-ln(Ca/Ca0)

0.1

Linear (-ln(Ca/Ca0))

0.05
0
0

waktu (menit)

Gambar 4.1.1. Hubungan konsentrasi terhadap waktu pada variabel 1 orde 1


50
40

f(x) = 1.29x + 36.69


R = 0.28

30
(1/Ca) 20

1/Ca

10

Linear (1/Ca)

0
0

waktu (menit)

Gambar 4.1.2. Hubungan konsentrasi terhadap waktu pada variabel 1 orde 2

Batch Variabel 2 (NaOH 0,06 N dan etil asetat 0,08 N)

18

0.4
0.3

f(x) = 0.05x + 0.04


R = 0.67

0.2

-ln(ca/ca0)

-ln(Ca/Ca0)

0.1

Linear (-ln(Ca/Ca0))

0
0

waktu (menit)

Gambar 4.1.3. Hubungan konsentrasi terhadap waktu pada variabel 2 orde 1


80
60
(1/Ca)

f(x) = 2.79x + 46.52


R = 0.64

40

(1/Ca)

20

Linear ((1/Ca))

0
0

waktu (menit)

Gambar 4.1.4. Hubungan konsentrasi terhadap waktu pada variabel 2 orde 2

Batch Variabel 3 (NaOH 0,07 N dan etil asetat 0,07 N)


0.4
0.3
-ln(ca/ca0)

0.2
f(x) = 0.05x - 0.09
R = 0.41

0.1

-ln(Ca/Ca0)
Linear (-ln(Ca/Ca0))

0
-0.1

waktu (menit)

Gambar 4.1.5. Hubungan konsentrasi terhadap waktu pada variabel 3 orde 1

19

60

f(x) =
R = 0

50
40
30

(1/Ca)

20

(1/Ca)

10

Linear ((1/Ca))

0
0 0.10.20.30.40.50.60.70.80.9 1
waktu (menit)

Gambar 4.1.6. Hubungan konsentrasi terhadap waktu pada variabel 3 orde 2


Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya waktu maka terjadi
pula kenaikan pada sumbu y (-ln Ca/Ca0). Ini menunjukkan bahwa konsentrasi
NaOH sisa mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan persamaan:
ra=

dCa
=k .Ca . Cb
dt

dimana Ca=Cb

Ca: konsentrasi NaOH sisa

dCa
=k . Ca2
dt

k : konstanta kecepatan reaksi

dCa
=k . dt
Ca2

Cao : konsentrasi NaOH awal

Ca

: waktu

= k . dt
dCa
2
Cao Ca
0

[ ]
1
Ca

Ca

=k . t
Cao

1
1

=k . t
Ca Cao
1
1
=k . t+
Ca
Cao
(Levenspiel, 1970)
Dari persamaan di atas diketahui bahwa waktu berbanding terbalik
dengan Ca. Semakin lama waktu reaksi maka Ca akan semakin kecil karena
semakin banyak NaOH yang bereaksi dengan etil asetat.
20

Reaksi yang terjadi adalah:


NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH.
Tabel 4.1
R2

Variabel
1 (NaOH 0,08 N dan etil

Orde 1
0,2948

Orde 2
0,2826

asetat 0,06 N)
2 (NaOH 0,06 N dan etil

0,6704

0,6381

asetat 0,08 N)
3 (NaOH 0,07 N dan etil

0,4144

0,4189

asetat 0,07 N)
Dari data tabel 4.1 harga koefisien determinasi orde satu dan orde dua
pada berbagai variabel diketahui bahwa orde reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH pada variable 1 dan 2 adalah reaksi orde satu sedangkan untuk
variabel 3 adalah orde 2, karena harga koefisien determinasi pada persamaan
menunjukan harga yang positif dan mendekati satu. Koefisien determinasi R 2
adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah
ada hubungan pengaruh antara beberapa variabel. Koefisien determinasi itu
juga berfungsi sebagai nilai yang menyatakan besarnya keterandalan dan
kesesuaian model, yaitu menyatakan besarnya variasi Y yang dapat diterangkan
oleh variasi X. Nilai R2 dikatakan baik jika mendekati 1 dan bernilai positif
(Tobing, 2014). Pada variabel 3 (NaOH 0,07 N dan etil asetat 0,07 N) memiliki
orde reaksi 2 dikarenakan jumlah reaktan yang bereaksi memiliki perbandingan
1 : 1, sehingga Ca = Cb (Lachman dkk,1994).
4.2 Perhitungan Harga Konstanta reaksi (k) Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH.
Persamaan kecepatan reaksi
ra=

dCa
=k .Ca . Cb dimana Ca=Cb
dt

dCa
=k . Ca 2
dt

21

dCa
=k . dt
Ca2
Ca

= k . dt
dCa
2
Cao Ca
0

[ ]
1
Ca

Ca

=k . t
Cao

1
1

=k . t
Ca Cao
1
1
=k . t+
Ca
Cao
y = mx+c
m=k
Berdasarkan gambar 4.1.1. - 4.1.6 harga konstanta reaksi pada proses
batch variabel 1, variabel 2 dan variabel 3 sebesar 0,0334; 0.054; 2,3051.
4.3 Pengaruh Variabel Konsentrasi terhadap Harga Konstanta reaksi (k)
Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH.
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung atau
dapat juga dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi per satuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter.
Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang menyatakan naiknya laju reaksi
akibat

naiknya reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia

pada prinsipnya
konsentrasi
merupakan

menentukan

pereaksi terhadap
tumbukan

yang

seberapa
laju

besar

pengaruh

reaksinya. Tumbukan

perubahan
efektif

menghasilkan reaksi, dan energi minimum

yang diperlukan supaya reaksi dapat berlangsung disebut energi aktifasi (Ea).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui orde reaksi dan tetapan laju reaksi
yang terjadi pada reaksi penyabuan antara etil asetat (CH3COOC2H5) dengan
ion hidroksida (OH-). Adapun reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOC2H5

+ OH-

CH3COO- + C2H5OH

22

Berdasarkan praktikum diperoleh hasil bahwa reaksi yang terlibat


adalah reaksi orde 2. Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu
pereaksi jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.
Dimana dalam hal ini konsentrasi etil asetat lah yang menjadi pembatas.
Dalam praktikum ini ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju
reaksi antara ion hidroksida dengan etil asetat yaitu konsentrasi, luas
permukaan, teori tumbukan, waktu serta temperatur. Pada konsentrasi asam
tertinggi pada variable 2 yaitu 0,08 N maka laju reaksinya paling cepat
dibandingkan variable 1 dan 3 yang konsentrasi etil asetatnya masing masing
0,06 dan 0,07. Hal ini juga disebabkan dengan bertambahnya suatu
konsentrasi zat maka laju reaksinya akan semakin cepat pula, sehingga waktu
yang diperlukan pun lebih sedikit dibandingkan dengan kecilnya konsentrasi
suatu zat. Karena zat yang konsentrasinya kecil atau rendah mengandung
jumlah

pertikel

yang

lebih

sedikit,

sehingga

partikel-partikelnya

lebih renggang dibandingkan dengan zat yang konsentrasinya besar. Partikel


yang susunannya lebih renggang akan jarang bertumbukan sehingga
kemungkinan terjadi reaksi kecil. Nilai k menunjukkan keadaan yang
menunjukkan kemungkinan bereaksinya suatu partikel, semakin kecil
nilainya maka kecepatan reaksinya juga makin lambat begitu juga sebaliknya
semakin besar nilai k maka semakin cepat reaksi itu berlangsung.
4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dengan Perhitungan Model Matematis
Reaksi Penyabunan pada Reaktor Ideal Aliran Kontinyu
0.03
0.03

f(x) = - 0x + 0.03
R = 0.78
0.87

0.02

Ca

0.02

Ca

0.01

Linear (Ca)

0.01

Ca Model

Linear (Ca Model)


0

Waktu
(menit)

23

Gambar 4.4.1. Perbandingan konsentrasi NaOH sisa sebenarnya dengan model


pada variabel 1
0.25
f(x) = - 0.05x + 0.23
R = 0.77
f(x) = - 0.04x + 0.17
R = 0.77

0.2
0.15

Ca

0.1

Ca
Linear (Ca)

0.05

Ca Model

Linear (Ca Model)


0

Waktu
(menit)

Gambar 4.4.2. Perbandingan konsentrasi NaOH sisa sebenarnya dengan model


pada variabel 2

0.03
0.03
f(x)
f(x) =
= -- 0x
0x +
+ 0.02
0.02
R
=
0.82
R = 0.95

0.02

Ca

0.02

Ca

0.01

Linear (Ca)

0.01

Ca Model

Linear (Ca Model)


0

Waktu
(menit)

Gambar 4.4.3. Perbandingan konsentrasi NaOH sisa sebenarnya dengan model


pada variabel
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Orde reaksi penyabunan pada variabel 1 dan 2 adalah orde 1 sedangkan
pada variabel 3 adalah orde 2.
2. Konstanta laju reaksi variabel 1 adalah 0,0334, kemudian untuk variabel 2
adalah 0,054, dan variabel 3 adalah 2,3051.
3. Faktor yang mempengaruhi harga konstanta laju reaksi adalah konsentrasi
reaktan, kecepatan tumbukan.

24

4. Nilai konsentrasi setiap waktu pada hasil praktikum lebih kecil


dibandingkan, karena reaksi penyabunan etil asetat oleh NaOH sangat
spontan sehingga pembentukan produk juga cepat yang mengakibatkan
berkurangnya konsentrasi reaktan semakin cepat.
5.2 Saran
1. Gunakan standar yang sama saat pengisian tangki reaktor dan kecepatan
pengadukan yang sesuai dengan variabel.
2. Lakukan pengambilan sample untuk uji konsentrasi secara berkala sesuai
waktu yang ditentukan
3. Pada reaktor aliran kontinyu suplai reagen harus selalu terpenuhi dan
konstan.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Khalaf, A.M., 1994, Chemical Engineering Education. Mc. Graw Hill Book
Ltd., NewYork.
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., 1987, Applied Mathematics in
Chemical Engineering 2

nd

ed., Mc. Graw Hill Book Ltd., New York.

Fathana. 2012. Faktor Faktor Laju Reaksi. http://kimia.upi.edu/ diakses 3 Maret


2016.

25

Hafdiansyah, Hill, G.C., 1977, An Introduction to Chemical Engineering Kinetika


st
and Reactor Design 1 ed, John Willey, New York, N.Y.
Ikhazuangbe, et All. 2015. Reaction rate and rate constant of the hydrolysis of
ethyl acetate with sodium hydroxide. American Journal Of Scientific And
Industrial Research. Issn: 2153-649x, doi:10.5251/ajsir.2015.6.1.1.4.
rd
Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering 3 ed, Mc. Graw Hill
Book
Kogakusha Ltd, Tokyo.
Tobing, Tiara Lumban. 2014. Analisis Nilai Korelasi Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Di Kabupaten Langkat Tahun 2001 2011. Tugas Akhit : Universitas
Sumatera Utara.
Winarto,Dwi.

2013.http://www.ilmukimia.org/2013/02/faktor-yang

mempengaruhi-laju-reaksi.html

26

LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN


1. Perhitungan Densitas
m picno kosong

= 11,73 gr

V picno

= 25,2 ml

a. HCl
m HCl+picno = 45,83 gr
=

( 45,8311,73 ) gr
=1,35 gr /ml
25,2 ml

b. Etil Asetat
m etil asetat+picno
=

= 31,839 gr

( 31,83911,73 ) gr
=0,798 gr /ml
25,2 ml

2. Perhitungan kebutuhan reagen


a. NaOH

NaOH 0,08 N
N=

gr 1000
.
. valensi . kadar
BM V

0,08=

gr 1000
.
.1.0,98
40 500

gr = 1,568 gr

NaOH 0,06 N
N=

gr 1000
.
. valensi . kadar
BM V

0,06=

gr 1000
.
.1.0,98
40 500

gr = 1,176 gr

NaOH 0,07 N
N=

gr 1000
.
. valensi . kadar
BM V

0,07=

gr 1000
.
.1.0,98
40 500

gr = 1,372 gr

b. Etil Asetat

Etil Asetat 0,06 N


N=

.V .1000 . kadar . valensi


BM . volume

0,06=

0,798. V .1000.0,98 .1
88.500

V = 3,375 ml

Etil Asetat 0,08 N


N=

.V .1000 . kadar . valensi


BM . volume

0,08=

0,798. V .1000 .0,98 .1


88.500

V = 4,5 ml

Etil Asetat 0,07 N


N=

.V .1000 . kadar . valensi


BM . volume

0,07=

0,798. V .1000.0,98 .1
88.500

V = 3,93 ml
c. HCl 0,08 N
N=

.V .1000 . kadar . valensi


BM . volume

0,08=

1,35. V .1000 .0,25 .1


36,5.500

V = 4,33 ml

LEMBAR PERHITUNGAN
1. Perhitungan Proses Batch
NaOH = 0,08 N

Tinggi fluida = 8 cm

Etil asetat = 0,06 N

t pengambilan = 1 menit

HCl = 0,08 N

V yang dititrasi = 5 ml

Konsentrasi NaOH sisa (Ca) =

( V . N ) HCl
V .0,08
=
=0,016 V HCl
Vyang dititrasi
5

Reaksi: NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH


A

Persamaan kecepatan reaksi


ra=

dCa
=k .Ca . Cb dimana Ca=Cb
dt

dCa
=k . Ca2
dt
dCa
=k . dt
Ca2
Ca

= k . dt
dCa
2
Cao Ca
0

[ ]
1
Ca

Ca

=k . t
Cao

1
1

=k . t
Ca Cao

1
1
=k . t+
Ca
Cao
y = mx+c

Batch Variabel 1 (NaOH 0,08 N dan etil asetat 0,06 N)


t

V HCl

Ca

-ln(Ca/Ca0)

1,8

0,0288

1,4

0,0224

0
0,25131442
8

1,8

0,0288

t
0

3
4

2
3
4
5

1/Ca
34,7222
2
44,6428
6
34,7222
2

0
0,11778303
V HCl
Ca
-ln(Ca/Ca0)
1/Ca
1,6
0,0256
6
39,0625
1,4 0,0224
0 44,6428
0,18232155 41,6666
6
1,5
0,024
7
7
1,3 0,0208
0,074108 48,0769
0,25131442 44,6428
2
1,4
0,0224
8
6
1,2 0,0192
0,154151 52,0833
3
1
0,016
0,336472
62,5
56,8181
1,1 0,0176
0,241162
8
56,8181
1,1 0,0176
0,241162
8

Batch Variabel 2
(NaOH 0,06 N dan etil
asetat 0,08 N)

Batch Variabel 3 (NaOH 0,07 N dan etil asetat 0,07 N)


t

V HCl

1,7

0,0272

1,8

0,0288

-0,05716

1,7

0,0272

1,8

0,0288

-0,05716

1,7

0,0272

1,2

0,0192

0,348307

2.

Ca

-ln(Ca/Ca0)

Perhitungan persamaan kontinyu

1/Ca
36,7647
1
34,7222
2
36,7647
1
34,7222
2
36,7647
1
52,0833
3

Ca model = Ca model sebelumnya + Ca


h = t
t = 1 menit

Kontinyu Variabel 1 (NaOH 0,08 N dan etil asetat 0,06 N)


k = 0,33
t
0

Ca
0,0256

k1
0

k2
0

k3
0

0,0272

-0,00184

-0,00943

-0,00691

0,024

0,00061

-0,0074

-0,0058

0,0208 0,001457

-0,0057

-0,00468

k4
0
3,53093E05
0,00012211
9
0,00020155
5

dCa
0
-0,00575
-0,00428
-0,00318

Ca
Model
0,0256
0,02145
3
0,01972
0,01761
6

0,0208 0,001057

-0,00591

-0,00514

0,0208 0,000817

-0,00607

-0,00544

0,00021154
5
0,00021482
6

0,01732
5
0,01713
6

-0,00347
-0,00366

Kontinyu Variabel 2 (NaOH 0,06 N dan etil asetat 0,08 N)


k = 0,054

t
0

k1
0

k2
0

k3
0

0,192

-0,17319

-0,06718

-0,10217

0,208
0,017
6

-0,09594

-0,06705

-0,07276

0,00105

-0,00019

-9,5E-06

0,016
0,014
4

0,001186

7,09E-05 0,000195

3
4
5

Ca
0,208

0,001269 0,000271 0,000361

k4
0
0,00266251
3
0,00456377
8,05494E05
0,00012128
5
0,00016076
4

dCa
0

Ca
Model
0,208

0,10279
0,07548
0,00012
2
0,00033
9
0,00050
9

0,08921
4
0,13251
9
0,01772
2
0,01633
9
0,01490
9

Kontinyu Variabel 3 (NaOH 0,07 N dan etil asetat 0,07 N)


k = 0,053
t
0

Ca
0,0224

k1
0

k2
0

k3
0

k4
0

dCa
0

0,024

-0,00163

-0,0018

-0,00174

-2,1735E-05

-0,00174

0,0224

-2,7E-05

-0,00118

-0,00095

-0,00087

0,0208

0,00051

-0,00072

-0,00054

0,0192

-0,00039

-0,00026

0,0176

0,00078
0,00094
4

5,3303E-06
4,31803E05
8,28403E05

-0,00015

-4,7E-05

0,00012215

0,000106

-0,00042
-0,00012

Ca
Model
0,0224
0,02225
6
0,02152
7
0,02038
2
0,01908
1
0,01770
6

Anda mungkin juga menyukai