Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejarawan adalah orang yang menulis peristiwa-peristiwa masa silam melalui berbagai fakta
yang ada. Tanpa fakta mustahil seorang sejarawan dapat merekonstruksi sejarah yang telah
terjadi. Posisi fakta adalah sangat penting, fakta inilah yang kemudian membedakan seorang
sejarawan dengan seorang sastrawan. Seorang sastrawan menulis sebuah karya sastra tidak
menekankan pada fakta, dia bisa membuat itu lewat daya imajinasi yang ia miliki, namun
seorang sejarawan harus tertuju pada fakta-fakta yang ada, disamping untuk lebih menarik
tulisan sejarahnya digunakan pula fiksi dan imajinasi.
Fakta-fakta sejarah adalah bagaikan kepingan-kepingan suatu botol yang pecah. Pecahanpecahan itu berserakan dimana-mana. Oleh sejarawan kepingan-kepingan (fakta) itu
dikumpulkan satu persatu lantas kemudian disusun kembali menjadi bentuk aslinya. Dalam
penyusunan kepingan (fakta) tersebut, sejarawan tuangkan dalam bentuk tulisan atau cerita yang
sering disebut dengan historiografi (penulisan sejarah).
Sejarah Indonesia dibangun dari fakta-fakta yang ada dan direkonstruksi oleh para sejarawan
Indonesia dan sejarawan asing. Proses rekonstruksi sejarah sendiri memiliki perbedaan dari hari
kehari, entah itu dari segi metodenya, keobyektifitasnnya, motivasinya, dsb. Historiografi
Indonesia dari masa dulu telah mengalami perkembangan. Bermula dari historiografi tradisional,
historiografi kolonial, historiografi revolusi dan yang terakhir berkembang adalah historiografi
modern.
Setiap perkembangan historiografi memiliki karakteristik, metode, dan motivasi penulisan yang
berbeda-beda satu dengan yang lain. Situasi dan kondisi politik sangat berpengaruh pada
penulisan sejarah. Semisal, pada masa tradisional, dimana untuk melegitimasi kedudukan
seorang raja, maka raja tersebut berusaha untuk menulis sejarah keluarganya yang berasal dari
seorang raja yang besar. Masa kolonial, masa ini penulisan sejarah bermaksud sebagai bahan
laporan perjalanannya di tanah jajahan, jadi yang dituliskan hanyalah orang-orang barat di tanah
jajahan.
Masa revolusi, masa ini sebagai suatu dorongan nasionalisme menuliskan sejarah tokoh-tokoh
pergerakan atau pun tokoh-tokoh nasional yang dengan gigih berusaha mengusir penjajah dari
tanah air. Setiap masa memiliki kelemahan serta kelebihan sendiri-sendiri, kelemahan inilah
yang kemudian mencoba untuk ditutupi oleh historiografi modern.

2.Metode penelitian
1.)Historistis
Pengertian penelitian historis.Metode Penelitian historis adalah usaha untuk mempelajari dan
menggali fakta-fakta dan menyusun kesimpulan mengenai peristiwa-peristiwa masa lampau..
Menurut Djudju Sudjana, dalam diktat dasar-dasar metode penelitian sosial dan pendidikan
mengatakan bahwa metode penelitian histories adalah untuk merekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan obyektif, melalui kegiatan pengumpulan, evaluasi, verifikasi dan sintesis dari
bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Tujuan penelitian
historis. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin
mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau; Mempelajari bagaiman sesuatu telah
dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada
masa sekarang; Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya
pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi
guru laki-laki tidak; Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Ciri-ciri penelitian historis Penelitian histories lebih bergatung pada data yang diobservasi orang
lain di masa lampau. Berlainan dengan anggapan yang popular, penelitian haruslah tertib ketat,
sistematis, dan tutas; . Penelitian histories tergantung kapada dua macam data, yaitu primer dan
data sekunder. Terdapat dua macam kritik,internal dan eksternal.
Sumber Data Sumber data primer Data yang diperoleh dari cerita para pelaku perisriwa itu
sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Sumber data
sekunder Informasi yang diperoleh dari sumber lain yang mungkin tidak berhubungan langsung
dengan peristiwa tersebut.
Langkah-langkah penelitian historis menurut Yatim Riyanto (1996: 23) dalam NurulZuriah
(2005: 53) ada 4 (empat) langkah esensialdalam penelitian sejarah, yaitu sebagai berikut :
Merumuskan masalah Mengevaluasi sumber sejarah. Hipotesis dan generalisasi dalam
penelitian sejarah. Penulisan laporan penelitian sejarah
Keunggulan dan kelemahan metode penelitian Historis. Keunggulan utama penelitian historis
adalah :
a. penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang
tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.

b. penelitian histori merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari
masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat
ini.
c. sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda
dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan
etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih
kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya

kelemahan penelitian historis adalah :


a. tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal. b. pembahasan
di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali
begitu ketat. c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of
the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap
penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia.

2.)Historiografi
A. Latar Belakang
Historiografi mulai ada dan dikenal oleh manusia pada dasarnya sejak manusia mengenal
tulisan atau ketika manusia memasuki zaman sejarah. Ketika manusia mengenal tulisan, pada
dasarnya mereka sudah tumbuh kesadaran untuk menulis tentang jati dirinya sebagai manusia
dalam keluarga dan hidup berbangsa bernegara.
Fakta-fakta sejarah adalah bagaikan kepingan-kepingan suatu botol yang pecah. Pecahanpecahan itu berserakan dimana-mana. Oleh sejarawan kepingan-kepingan (fakta) itu
dikumpulkan satu persatu lantas kemudian disusun kembali menjadi bentuk aslinya. Dalam
penyusunan kepingan (fakta) tersebut, sejarawan tuangkan dalam bentuk tulisan atau cerita yang
sering disebut dengan historiografi (penulisan sejarah).
Pada tahap penulisan, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang
meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Tujuan penelitian adalah menjawab masalahmasalah yang telah diajukan. Penyajian historiografi meliputi (1) pengantar, (2) hasil penelitian,
(3) simpulan. Penulisan sejarah sebagai laporan seringkali disebut karya historiografi yang harus
memperhatikan aspek kronologis, periodisasi, serialisasi, dan kausalitas.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya antara lain:
1.

Pengertian dari historiografi?

2.

Jenis-jenis historiografi?

3.

Bagaimanakah fungsi, tujuan, prinsip serta kelemahan dari historiografi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
historiografi, jenis-jenisnya, fungsi, tujuan, prinsip beserta kelemahan historiografi. Agar lebih
memahami mengenai historiografi.

D. Manfaat
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang historiografi serta digunakan sebagai acuan
dalam penulisan sejarah.
A.

Pengertian Historiografi

Historigrafi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi
artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang bersifat
ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented). Problem
oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan
masalah (problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode
penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem orientedadalah karya tulis sejarah
yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga tidak
menggunakan metode penelitian.
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah. Disini diperlukan kemahiran
mengarang oleh seorang sejarawan. Ada cara-cara tertentu yang perlu sekali diperhatikan oleh
sejarawan dalam menyusun ceritera. Dengan kata lain, penulisan atau penyusunan ceritera
sejarah memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu untuk menjaga standart mutu dari ceritera
tersebut. Seperti misalnya prinsip serialisasi(cara-cara membuat urutan-urutan peristiwa), yang
mana memerlukan prinsip-prinsip seperti kronologi (urutan-urutan wakutnya), prinsip kausasi
(hubungan dengan sebab akibat) dan bahkan juga kemampuan imajinasi: kemampuan untuk
menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian yang masuk

akal dengan bantuan pemgalaman, jadi membuat semacam analogi antara peristiwa diwaktu yang
lampau dengan yang telah kita saksikan dengan mata kepala sendiri diwaktu sekarang, terutama
bagi peristiwa-peristiwa yang sulit dicarikan dasar kronologi dan kausasih dalam
perhubungannya (G.J. renier,dalam karya IG widya. Ibid: 24-25).

B.

Kelemahan Dari Historiografi

Adapun dalam penyusunan historiografi mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh


kelemahan dalam penulisan sejarah (historiografi) yaitu:
1) Sikap pemihakan sejarawan kepada mazhab-mazhab tertentu.
2) Sejarawan terlalu percaya kepada penukil berita sejarah.
3) Sejarawan gagal menangkap maksud-maksud apa yang dilihat dan didengar serta
menurunkan laporan atas dasar persangkaan keliru.
4) Sejarawan memberikan asumsi yang tak beralasan terhadap sumber berita.
5) Ketidaktahuan sejarawan dalam mencocokkan keadaan dengan kejadian yang sebenarnya.
6) Kecenderungan sejarawan untuk mendekatkan diri kepada penguasa atau orang berpengaruh.
7) Sejarawan tidak mngetahui watak berbagai kondisi yang muncul dalam peradaban.

C.

Kesubyektifitas Historiografi

Walaupun historiografi adalah langkah terakhir dalam sebuah penelitian yang menggunakan
metode sejarah, namun menurut Soedjatmoko dalam bukunya An Introduction to
Indonesia Historiography (1968) seperti yang dikutip dalam Poespoprodjo (1987:1), historiografi
adalah langkah terberat karena dalam langkah terakhir ini lah pembuktian metode sejarah sebagai
suatu bentuk disiplin ilmiah. Adapun menurut Arthur Marwick dalamThe Nature of
History (1971) dalam Poespoprodjo (1987:1), hingga historiografi, langkah-langkah metodologis
yang dikerjakan oleh sejarawan pada umumnya diterima sebagai langkah yang memiliki validitas
objektivitas ilmu. Tapi, langkah selanjutnya disebut art atau seni sehingga sejarah sesungguhnya
tidak mungkin objektif. Padahal sejarah sebagai sebuah ilmu dituntut memiliki objektivitas.
Mengapa sejarah tak mungkin objektif? Karena sejarah sudah memakai interpretasi dan seleksi.
Interpretasi dapat berarti sejarah menurut pendapat seseorang dan seleksi dilakukan dalam
memilih fakta-fakta sejarah yang akan dikaji dalam sebuah penelitian dengan metode sejarah.

Interpretasi dan seleksi mau tak mau harus melibatkan pendirian pribadi peneliti. Fakta sejarah
yang dibutuhkan dalam historiografi harus diolah terlebih dahulu oleh peneliti sejarah dari datadata sejarah. Dalam hal ini E.H. Carr dalam bukunyaWhat is History (1970), mengungkapkan
fakta sejarah tidak mungkin dapat objektif karena kumpulan data sejarah hanya dapat disebut
sebagai fakta sejarah apabila diberi arti oleh peneliti. Maka, dalam sebuah penelitian yang
memakai metode sejarah, subjektivitas tidak dapat dielakkan.
Poespoprodjo (1987) mengungkapkan subjektivitas dalam sebuah penulisan sejarah adalah
halal karena tanpa subjektivitas maka tidak akan pernah ada objektivitas. Lebih lanjut,
Poespoprodjo menyatakan yang tidak diperbolehkan mempengaruhi sebuah penulisan sejarah
adalah adanya unsur subjektivisme. Ia mengingatkan perlunya memisahkan arti dari subjektivitas
yang akan mengarah pada objektivitas dengan subjektivisme. Menurutnya, dalam subjektivisme,
objek tidak dinilai sebagaimana harusnya, namun dipandang sebagai kreasi, konstruksi akal
budi. Berpikir disamakan dengan menciptakan, bukan membantu kebenaran keluar dari
ketersembunyiannya (Pospoprodjo, 1987:23). Agar lebih mudah dimengerti, subjektivisme
adalah kesewenangan subjek dalam mengadakan seleksi, interpretasi, dalam menyusun
periodisasi, namun kesewenangan tersebut tidak bertumpu pada dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan, sedangkan subjektivitas sangat erat hubungannya dengan kejujuran hati
dan kejujuran intelektual. Hal inilah yang akan membuat seorang peneliti sejarah membuat
simpulan-simpulan dan hipotesis berdasarkan argumentasi yang kuat. Salah satu contoh
subjektivitas yaitu ketika peneliti sejarah melakukan kritik ekstern dan intern terhadap sumber
atau pengarang/pembuat dokumen. Dalam kegiatan heuristik dan kritik, serta melakukan
perbandingan dengan sumber lainnya, seorang peneliti sejarah akan memakai teori-teori. Hal ini
lah yang dimaksud dengan subjektivitas.
Poespoprodjo (1987:39) mengungkapkan ada tiga hal yang dapat mempengaruhi subjektivitas
peneliti sejarah yang akan membantu menuju objektivitas yakni :
1.

Peranan Human Richness

Keberhasilan sebuah karya sejarah sangat bergantung pada seluruh disposisi intelektual
sejarawan atau peneliti sejarah tersebut. Oleh karena itu merupakan sebuah syarat bahwa seorang
peneliti sejarah atau sejarawan mempunyai suatu filsafat manusia yang sehat, terbuka terhadap
nilai kemanusiaan, dan terbuka terhadap segala koreksi (Poespoprodjo, 1987:40).
Seorang sejarawan atau peneliti sejarah dalam penelitiannya tidak hanya bertemu dengan beribu
fakta, a matter of indicative, tetapi juga beribu nilai, imperatif. Untuk dapat menangkapnya
dengan tepat, seorang peneliti sejarah harus mampu mendalami permasalahan, masalah nilai,
sehingga dapat diperoleh skala yang tepat mengenai nilai-nilai moral, budaya, politik, religius,
teknik, artistik, dan sebagainya (Pospoprodjo, 1987:41).

Jika seorang peneliti sejarah tidak peka terhadap beragam hal yang berasal dari beragam bidang
dan sektor kehidupan, maka bukan tidak mungkin ia tidak akan bisa menangkap peristiwa
sejarah tersebut sebagaimana mestinya, maka objektivitas pun akan sulit dicapai. Maka, benarlah
apa yang dikatakan oleh Jaques Maritain bahwa semuanya berpulang pada kekayaan intelektual
yang dimiliki oleh indicidu peneliti sejarah atau sejarawan.
2.

Titik Berdiri

Cara seseorang untuk memandang sebuah objek akan berbeda satu sama lain akibat titik berdiri
yang berbeda. Masing-masing akan melihat dan memberikan persepsi terhadap objek sesuai
dengan apa yang ia lihat dari titik di mana ia berdiri. Dalam hal ini, masing-masing persepsi
tentunya akan berbeda dan tidak akan ada yang salah dan yang benar. Dengan mengidentifikasi
titik di mana kita beridri, kita juga akan bisa mengidentifikasi sikap dalam keadaan titik berdiri
tertentu itu. Adalah diri kita sendiri yang tahu tentang argumentasi kita mengapa akhirnya kita
bersikap seperti itu dalam titik bediri tertentu.
Hubungan ilustrasi di atas dengan kegiatan penelitian sejarah bahwa kegiata interpretasi bukan
kegiatan yang dilakukan atas kesewenangan subjek. Ketajaman dan kecermatan subjek dalam
melakukan interpretasi harus terpenuhi agar dapat mencapai objektivitas. Menurut Gordon Leff
dalam History and Social Theory (1969:126) yang dikutip dalam Poespoprodjo (1987:48),
interpretasi yang dapat diterima dan memenuhi obejktivitas harus memenuhi tiga syarat.
3.

Mengenal Sumber Distorsi

Seorang peneliti sejarah atau sejarawan seharusnya mengenali sumber-sumber distorsi yang
dapat mengganggu subjektivitas dirinya. Sumber distorsi yang berasal dari dalam diri sendiri
dapat diketahui dengan mempertanyakan kedalaman subjektivitas diri.
Dengan mengenal diri sendiri, maka niscaya tersadarilah bahwasanya subjektivitas merupakan
simpang jalan dunia subjek dan dunia objek. Ini merupakan kesadaran utama. Jika kita tatap
lebih lanjut, maka kita kana memasuki kedalaman subjektivitas, yakni kedalaman kemerdekaan
(untuk mengakui atau menolak, apakah saya merdeka betul tidak diikat oleh sesuatu sehingga
bisa mengatakan sesuatu sebagaimana mestinya dan sebagainya), kedalaman kritik diri (apakah
saya tidak membohong, memutarbalikkan kenyataan yang ada, apakah tahu betul apa yang
dihadapi, apakah reserve tidak perlu dibuat dan sebagainya), penyesuaian pada tuntutan-tuntutan
objek (objek tertentu hhanya dapat dijumpai dengan semestinya bila menggunakan metode
tertentu, objek yang eenmalig contingent, lain dengan objek yang dapat direproduksi sewaktuwaktu, dan sebagainya) (Poespoprodjo, 1987:56).

D.

Jenis-jenis Historiografi

1. Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah karya tulis sejarah yang dibuat oleh para pujangga dari suatu
kerajaan, baik itu kerajaan yang bernafaskan Hindu/Budha maupun kerajaan/kesultanan yang
bernafaskan Islam tempo dulu yang pernah berdiri di Nusantara Indonesia. Seperti kita ketahui di
Nusantara Indonesia, bahwa sejak awal bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah, diiringi pula
dengan berdirinya kerajaan-kerajaan terutama yang dominan dipengaruhi oleh budaya Hindu dan
Budha.
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional
1.
Regio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluargaraja (keluarga
istana).
2.
Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum
bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat riwayat kehidupan rakyat,
tidak membicarakan segi-segisosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
3.

Regio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.

4.

Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.

5.
Bersifat regio-sentris/etnosentrisme (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak
dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
6.

Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma.

7.
Sebagai ekspedisi budaya maksudnya sebagaisarana legitimasi tentang jati dirinya dan asalusulnya yang dapat menerangkan keberadaannya dan memperkokoh nilai-nilai budaya yang
dianut.
8.
Oral tradition Historiografi jenis ini di sampaikan secara lisan, maka tidak dijamin
keutuhan redaksionalnya.
9.
Anakronistik Dalam menempatkan waktu sering terjadi kesalahan-kesalahan, pernyataan
waktu dengan fakta sejarah termasuk di dalamnyapenggunaan kosa kata penggunaan kata nama
dll. Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha penulisan sejarahnyacontohnya seperti Kitab
Mahabrata dan Ramayana. Sedangkan pada masakerajaan-kerajaan Islam sudah dihasilkan karya
sendiri, bahkan sudahmenerapkan sistem kronologi dalam penjelasan peristiwa sejarahnya.
Tujuan dari Historiografi Tradisional adalah:
1.

Untuk menunjukkan kesinambungan yang kronologis

2.

Untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah kekuasaan pusat

3.
Untuk membuat simbol identitas baruUntuk menghormati dan meninggikan kedudukan
raja, dan nama raja, serta wibawa raja.

2. Historiografi Kolonial
Historiografi Kolonial sering di sebut sebagai Eropa Sentris, yang berasal darikarya-karya yang
ditulis orang-orang Belanda.
Ciri-ciri Historiografi Kolonial
1.
Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk
menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan kolonialnya (jajahannya).
2.
Tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka (Belanda)
dan sekaligus untuk mengendurkasemangat perlawanan bangsa Indonesia.
3.
Bersifat Belanda Sentris, kepentingan kolonial sangat mewarnaiinpretasi mereka terhadap
suatu peristiwa sejarah yang terjadi. Tujuan Historiografi kolonial adalah semata-mata untuk
memperkokoh kekuasaan Belanda di Indonesia.
3. Historiografi Nasional
Historiografi Nasional penulisan setelah Indonesia merdeka,bangsa Indonesia berusaha untuk
menulis sejarah nasionalnya sendiri.
Ciri-ciri Historiografi Nasional
1.
Memanfaatkan semua sumber sejarah baik yang bersal dari penulisan sejarah tradisional
(karya bangsa Indonesia) maupun sumber-sumber yang berasal dari pemerintah kolonial untuk
melakukan rekontruksi ulang menjadi sejarah nasional yang berorientasi kepada kepentingan
nasional.
2.
Objek penelitian sejarah nasional meliputi berbagai aspek dengan menggunakan
pendekatan multidemensional, baik aspek ekonomi,politik, ideologi, sosial budaya, sistem
kepercayaan.
3.
Lebih mengutamakan kepentingan nasional Indonesia atau
b e r s i f a t Indonesia-sentris.
Tujuan Historiografi Nasional

1.
Untuk memberikan legitimasi pada keberadaan bangsa Indonesiasebagai bangsa yang
merdeka.
2.
Untuk menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain
di dunia.
3.
Untuk memberikan pendidikan nasionalisme kepada generasi muda sebagai warga negara
dan sebagai penerus bangsa.

E.

Fungsi Historiografi

1.

Fungsi Genetis

fungsi Genetis untuk mengungkapkan bagaimana asal usul dari sebuah peristiwa. Fungsi ini
terlihat pada sejumlah penulisan sejarah seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, dan Prasasti
Kutai.
2.

Fungsi Didaktis

Fungsi Didaktis merupakan fungsi yang mendidik artinya dalam karya-karya sejarah
banyak memuatpelajaran, hikmah dan suri teladan yang penting bagi para pembacanya.
3.

Fungsi Pragmatis

fungsi yang berkaitan dengan upaya untuk melegitimasi suatu kekuasaan agar terlihat kuat dan
berwibawa.

F.

Tujuan Historiografi

1.

Sekedar kenangan pribadi untuk keluarga.

2.

Koreksi atau pembelaan peranan sendiri atau golongan.

3.

Kisah kepahlawanan.

4.

Sebagai apologi atau kepentingan pendidikan.

G.

Prinsip-Prinsip Historiografi

1.

Kejadian diceritakan secara kronologis, dari awal sampai akhir.

2.

Ada penentuan fakta kausal (penyebab dan akibat)

3.

Perlu adanya periodisasi berdasarkan kriteria tertentu.

4.

Perlu adanya seleksi terhadap peristiwa sejarah.

5.

Memerlukan episode-episode tertentu.

6.

Bila bersifat deskriptif maka perlu proses mengurutkan peristiwa.

7.

Bersifat deskriptif analitis.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Historiografi adalah tahap akhir dari penelitian sejarah yaitu penulisan sejarah, yang dimana
telah melalui proses-proses sebelumnya, seperti heuristik, verifikasi, interpretasi.
Historiografi terbagi-bagi lagi beberapa jenis, yaitu:
1.
Historiografi tradisional merupakan penulisan sejarah yang dalam penulisannya masih
terpengaruh oleh istana sentris, raja sentris, dan masih bersifat kedaerahan.
2.
Historiografi nasional merupakan penulisan sejarah yang mendeskripsikan perjuangan
bangsa indonesia melawan penjajah.
3.
Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang dalam penulisannya dipengaruhi
oleh Eropa sentris.
Fungsi-fungsi dari historiografi ialah:
1.

Fungsi Genetis

fungsi Genetis untuk mengungkapkan bagaimana asal usul dari sebuah peristiwa. Fungsi ini
terlihat pada sejumlah penulisan sejarah seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, dan Prasasti
Kutai.
2.

Fungsi Didaktis

Fungsi Didaktis merupakan fungsi yang mendidik artinya dalam karya-karya sejarah banyak
memuat pelajaran, hikmah dan suri teladan yang penting bagi para pembacanya.
3.

Fungsi Pragmatis

fungsi yang berkaitan dengan upaya untuk melegitimasi suatu kekuasaan agar terlihat kuat dan
berwibawa.
Tujuan dari historiografi
1.

Sebagai kenangan pribadi bagi keluarga

2.

Sebagai Koreksi atau pembelaan peranan sendiri atau golongan.

3.

Kisah kepahlawanan.

4.

Sebagai apologi atau kepentingan untuk pendidikan.

Prinsip-Prinsip Historiografi
1.

Kejadian diceritakan secara kronologis, dari awal sampai akhir.

2.

Ada penentuan fakta kausal (penyebab dan akibat).

3.

Perlu adanya periodisasi berdasarkan kriteria tertentu.

4.

Perlu adanya seleksi terhadap peristiwa sejarah.

5.

Memerlukan episode-episode tertentu.

6.

Bila bersifat deskriptif maka perlu proses mengurutkan peristiwa.

7.

Bersifat deskriptif analitis.

3. Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah asal usul kota Putussibau?

2.bagaimanakah sejarah singkat kota Putussibau?


3.Seperti apakah keunikan danau Sentarum?
BAB II
1.Bagaimanakah asal usul kota Putussibau?
Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu pemerintah kolonial Hindia Belanda
menempatkan seorang controleur di wilayah Boven Kapuas bernama L.C. Westenemk (18951897) yang berkedudukan di Putussibau. Wilayah Boven Kapuas sendiri merupakan salah satu
onderafdeeling dari Residen Sintang. Berdasarkan landasan historis, pemerintah Kabuaten
Kapuas Hulu mengadakan Seminar yang membahas Hari Jadi Kota Putussibau pada tanggal
14-15 Februari 2005 di Putussibau. Hasil seminar tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Penetapan Hari Jadi Kota
Putussibau.
Pada mulanya, penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang-orang Dayak Kantu dan
Dayak Taman. Masyarakat Dayak Kantu berasal dari daerah Sanggau yang bermigrasi ke arah
timur dan menetap di sebelah selatan Kota Putussibau, sedangkan orang-orang Dayak Taman
tinggal menyebar di Kota Putussibau. Orang-orang yang beragama Islam di Kota Putussibau
berasal dari suku Dayak Taman dan Dayak Kayan yang memeluk agama Islam.
Berdasarkan peta persebaran penduduk di Kota Putussibau, di daerah Kedamin tinggal
suku Dayak Kayan yang mayoritas menganut agama Islam. Daerah Hilir di Kampung Teluk
Barat banyak menetap orang-orang Dayak Taman. Sedangkan di Kampung Jati berasal dari
orang-orang Melayu Bunut yang bermigrasi ke Putussibau.
Nama Putussibau menurut cerita rakyat berasal dari gabungan kata Putus dan Sibau. Kata
Putus yang dimaksud di sini adalah memutus dan kata Sibau sendiri berasal dari nama
salah satu sungai yang melewati Kota Putussibau. Dinamakan Sungai Sibau karena daerah di kiri
kanan yang dilalui Sungai Sibau banyak terdapat pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah
rambutan. Selain Sungai Sibau, Kota Putussibau juga dialiri oleh Sungai Kapuas yang
merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sendiri dinamakan
demikian karena di kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai Kapuas. Sungai Kapuas yang
melewati Kota Putussibau telah memutus aliran Sungai Sibau yang membelah Kota Putussibau
sehingga dikatakan Putussibau.
Menurut versi cerita rakyat lainnya, bahwa munculnya nama Putussibau berasal dari nama
Sibau yang merupakan jenis pohon/kayu Sibau. Pohon Sibau sendiri mempunyai buah yang
bentuknya seperti buah rambutan. Biasanya buahnya akan berasa asam kalau rambut buahnya
pendek-pendek dan berasa manis kalau rambut buahnya panjang-panjang. Daun pohon Sibau
biasa digunakan sebagai bahan pewarna merah pada tikar. Dahulu kala ada pohon Sibau yang

tumbuh besar ditepi sungai, pohon Sibau tersebut tumbang ke sungai sehingga menghalangi
aliran Sungai Sibau dan dari peristiwa itulah masyarakat menamai daerah itu dengan nama
Putussibau.
Putussibau pada masa sekarang merupakan ibukota Kabupaten Kapuas Hulu yang berada di
wilayah Propinsi Kalimantan Barat. Keberadaan Kota Putussibau tidak terlepas dari adanya
pemerintahan tradisional sejak zaman dahulu hingga pemerintahan modern sesudah masuknya
bangsa Belanda dalam bentuk pemerintahan Kolonial Belanda. Putussibau sendiri merupakan
satu nama daerah atau tempat di antara beberapa nama daerah yang ada di wilayah Kabupaten
Kapuas Hulu.
Di antara nama-nama daerah selain kota Putussibau yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas
Hulu yang sejak zaman dahulu telah ada ialah Embaloh, Kalis, Suhaid, Selimbau, Silat, Bunut
dan lain-lainnya. Nama-nama daerah tersebut zaman dahulunya merupakan nama-nama kerajaan
yang ada di wilayah Kapuas Hulu. Namun sekarang daerah-daerah tersebut telah menyatu
menjadi bagian yang integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya sejak
terbentuknya Pemerintahan Administratif pada tahun 1953 berdasarkan Undang-Undang Darurat
Nomor 3 Tahun 1953. Pada perkembangannya daerah-daerah tersebut di atas menjadi wilayahwilayah kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Kapuas Hulu. Kota Putussibau sendiri
pada tahun 2007 terbagi menjadi satu wilayah Kecamatan yaitu Putussibau Utara dan lima belas
Desa/Kelurahan. (KJ)
2.Bagaimanakah sejarah singkat kota Putussibau?

Putussibau adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu ,Kalimantan


Barat, Indonesia. P u t u s s i b a u , y a n g s e k a l i g u s s e b a g a i i b u k o t a Kabupaten Kap
uas Hulu , d a p a t di tempuh lewat transportasi Sungai Kapuas sejauh 846 km dan lewat jalan
darat sejauh 814km dari Pontianak , ibu kota Kalimantan Barat. Kabupaten Kapuas Hulu
adalah salah satu Daerah Tingkat II di propinsi Kalimantan Barat. Memiliki luas
wilayah 29.842 km, dan berpenduduk 186.318 jiwa (2002).Kota ini terletak di hulu Sungai
Kapuas yang memiliki panjang 1,143 kilometer, dan 56 persen dari luas wilayah kabupaten ini
adalah kawasan konservasi dalam bentuk taman nasional dan hutan lindung. (Coordinates:
051'58"N 11255'28"E)Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu
pemerintah kolonial Hindia Belanda menempatkan seorangdi wilayah Boven Kapuas
bernama L.C.Westenemk (1895-1897) yang berkedudukan di Putussibau. Wilayah Boven
Kapuas sendiri merupakan salah satu onderafdeelig dari residen Sintang. Berdasarkan landasan
historis, pemerintah Kabuaten Kapuas Hulu mengadakan Seminar yang membahas Hari Jadi
Kota P u t u s s i b a u p a d a t a n g g a l 1 4 - 1 5 F e b r u a r i 2 0 0 5 d i P u t u s s i b a u . H a s i l
seminar tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Ka
b u p a t e n K a p u a s H u l u N o m o r 3 Tahun 2006 Tentang Penetapan Hari Jadi Kota

Putussibau.P a d a m u l a n y a , p e n d u d u k y a n g m e n d i a m i K o t a P u t u s s i b a u a d a l a
h o r a n g - o r a n g Dayak Kantu dan Dayak Taman. Masyarakat Dayak Kantu
berasal dari daerah Sanggau yang bermigrasi ke arah timur dan menetap di sebelah selatan
Kota Putussibau, sedangkan o r a n g o r an g D a yak Taman tin g g al me n ye b ar d i K o ta P u tu ss ib au . O r an g - o r an g
y a n g beragama Islam di Kota Putussibau berasal dari suku Dayak Taman dan Dayak Kayan
yang memeluk agama Islam.

A.Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Putussibau

Putussibau pada masa sekarang merupakan Ibukota Kabupaten Kapuas Hulu


yang b e r a d a d i w i l a y a h p r o p i n s i K a l i m a n t a n B a r a t . K e b e r a d a a n K o t a P u t
u s s i b a u t i d a k terlepas dari adanya pemerintahan tradisional zaman dahulu hingga
pemerintah
modern s e s u d a h m a s u k n y a B a n g s a B e l a n d a d a l a m b e n t u k p e m e r i n t a h a n K
o l o n i B e l a n d a . Putussibau sendiri merupakan satu nama daerah atau tempat di
antara beberapa namadaerah yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Di antara nama
daerah di
wilayah K a b u p a t e n K a p u a s H u l u , s e l a i n K o t a P u t u s s i b a u y a n g s e j a k z a m a
n d a h u l u a d a l a h Embaloh, Kalis, Suhaid, Selimbau, Silat, Bunut dan lain-lain.
Nama-nama daerah itu zaman dahulu adalah nama-nama kerajaan yang ada di
wilayah Kapuas Hulu.
Namun s e k a r a n g d a e r a h t e r s e b u t t e l a h m e n y a t u m e n j a d i b a g i a n y a n g i n t
e g r a l d a r i N K R I , khususnya sejak terbentuknya Pemerintahan Administratif pada tahun
1953 berdasarkan UU Darurat No 3 Tahun 1953. Pada perkembangannya daerah-daerah tersebut
menjadi wilayah-wilayah kecamatan sebagai bagian dari Kabupaten Kapuas Hulu.

1.Asal Mula Kata Putussibau

Nama Putussibau menurut cerita rakyat yang


b e r k e m b a n g d i K o t a Putussibau berasal dari gabungan kata putus
( m e m u t u s a t a u m e m o t o n g ) d a n Sibau (nama sungai yang membelah kota

Putussibau). Sungai Sibau dinamakan d e m i k i a n k a r e n a d a e r a h d i k i r i k a n a n


y a n g d i l a l u i s u n g a i S i b a u b a n y a k t e r d a p a t pohon/kayu Sibau yang buahnya
seperti buah rambutan. Selain Sungai Sibau, Kota P u t u s i b a u j u g a d i a l i r i S u n g a i
K a p u a s y a n g m e r u p a a n s u n g a i t e r p a n j a n g d i Indonesia. Wilayah
Kabupaten Kapuas Hulu sendiri dinamakan demikian karena di kabupaten inilah yang
menjadi hulu Sungai Kapuas. Sungai Kapuas yang melewati K o t a P u t u s s i b a u t e l a h
m e m u t u s a l i r a n S u n g a i S i b a u y a n g m e m b e l a h K o t a Putussibau
sehingga dikatakan Putussibau. Menurut versi cerita rakyat lainnya, bahwa
munculnya nama Putussibau berasal dari kata Sibau yang merupakan jenisjenis p o h o n / k a y u S i b a u y a n g b u a h n y a s e p e r t i b u a h r a m b u t a n . D a u n
p o h o n i n i d a p a t digunakan sebagai bahan pewarna pada tikar. Diceritakan
dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai. Pohon Sibau tersebut
tumbang menghalangi aliran sungai, dan dari peristiwa itulah masyarakat menamakan
daerah itu dengan nama Putussibau.

2.Asal

Mula PendudukPutussibau

Pada mulanya penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang


Dayak Kantu dan Dayak Taman. Daya Kantu berasal dari daerah Sanggau
yang berimigrasi ke timur. Orang-orang Dayak Kantu tinggal di sebelah selatan
Kota P u t u s s i b a u . S e d a n g k a n o r a n g D a y a k T a m a n t i n g g a l d i d a e r a h h i l i r
di
kampong T e l u k B a r a t . S e t e l a h b e r i m i g r a s i k e P u t u s s i b a u , b a n y a k
d a y a k T a m a n y a n g memeluk agama Islam. Selain dua suku tersebut, a
d a p u l a S u k u K a y a n y a n g menetap di daerah Kedamin. Suku Kayan ini juga
banyak yang memeluk
Islam. S e b e l u m k e d a t a n g a n B a n g s a B e l a n d a , s u k u - s u k u
D a y a k i n i m e m b e n t u k pemerintahan tradisional sendiri yang mengatur
wilayahnya masing-masing. Pada abad ke-19 Masehi mereka termasuk dalam wilayah
Kerajaan Selimbau.

B.Masa Penjajahan

1.Kondisi Sosial Politik Zaman Belanda

Belanda datang pertama kali ke wilayah Kapuas Hulu di Kerajaan Selimbau pada tahun
1847, dengan pemerintahan Abbas Surya Negara. Orang Belanda
yang d a t a n g k e k e r a j a a n S e l i m b a u t e r s e b u t a d a l a h A s i s t e n R e s i d e n S i n t a
n g b e r n a m a Cettersia. Dia datang dengan maksud meminta izin kepada Raja
Selimbau untuk menebang kayu di daerah Kenerak. Kayu tersebut oleh Belanda
untuk mendirikan benteng di daerah Sintang. Permohonan tersebut dikabulkan
oleh raja Selimbau dengan perjanjiannya adalah bahwa seandainya jumlah kayu yang
dibutuhan banyak maka mereka diperbolehkan bekerja lebih lama di Kenerak.
Setelah perjanjian disetujui oleh kedua belah pihak, Cettersia kemudian menyuruh
tukang kayu Cina dan satu orang Melayu Bugis bernama Wak Cindarok.Kayu-kayu hasil
tebangan tersebut diangkut melalui sungai Kenera, Kendali,
Raya,K e n e p a i , G e b o n g , R i g i , R i a u , L e m e d a , M a r s i d a , K e m e l
i a n , S u b a n g , d a n Kemayung.Pada tanggal 15 November 1823 (11 Rabiul
Awal 1239 H), pada masa pemerintahan Pangeran Soema, pemerintahan
koloni Hindia Belanda mengakui k e d a u l a t a n K e r a j a a n S e l i m b a u y a n g m e n g u
asai tanah negeri Silat.Kemudian Kerajaan Selimbau mendirikan negeri
baru yang diberi nama Nanga Bunut
dan m e n g a n g k a t A b a n g B e r i t a s e b a g a i r a j a n y a d e n g a
n g e l a r R a d e n S u t a . Sejak pangeran Muhammad Abbas Negara berkuasa, terjadi
konflik antara Kerajaan Selimbau dengan Kerajaan Sintang.Pada tahun 1838 M, Kerajaan
Sintang melakukan penyerangan
terhadap K e r a j a a n S e l i m b a u . K e r a j a a n S i n t a n g d i p i m p i n o l e h P a n
g e r a n A d i p a t i M o h Jamaluddin meyerang Kerajaan Selimbau pada tan
g g a l 7 R a m a d h a n 1 2 5 9 H . Kerajaan Selimbau meminta bantuan kepada Kerajaan
Pontianak yang dipimpin oleh Sultan Syarif Usman bin Sultan Syarif Abdulrahman Al Kadri.
Pemerintahan K o l o n i a l H i n d i a B e l a n d a j u g a t u r u t c a m p u r d a l a m
peperangan itu karena
pihak B e l a n d a m e m p u n y a i p e r j a n j i a n d e n g a n K e r a j a a n P o n t i a n a k
d a l a m m a s a l a h keamanan dan peperangan. Selain berkonflik dengan Kerajaan Sintang,
Kerajaan Selimbau juga sempat berperang dengan Kerajaan Sekadau di daerah Sungai
Ketungau. Pada tanggal 15D e s e m b e r 1 8 4 7 , P a n g e r a n M u h A b b a s S u r y a
Negara mendapat pengakuan
dari pemerintah kolonia Hindia Belanda untuk memimpin tanahKapuas

H u l u y a n g wilayahnya sampai ke hulu negeri Silat. Pada pemerintahan Pangeran Abbas


inilah Kerajaan Selimbau mengalami zaman keemasan dan mempunyai daerah kekuasaan yang
sangat luas sampai ke daerah Batang Aik Serawak Malaysia. Panembahan HajiMuda Muh
Saleh Pakunegara mendapat pengakuan kedaulatan oleh
pemerintahan c o l o n i a l B e l a n d a d i B a t a v i a s e b a g a i p e n g u a s a
K e r a j a a n S e l i m b a u . I a d i a n g k a t menjadi raja ke-23 pada tanggal 28 Februari
1882 M. panembahan H. Gusti Muh Usman menjadi raja terakhir Kerajaan Selimbau yang
ke 25, beliau dinobatkan oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1912 M. Pada
masanya ini Kerajaan Selimbau 4

mengalami penderitaan karena harus membayar pajak


tinggi. Beliau meninggal tahun 1923
M.S e l a m a k e d u d u k a n G u s t i M u h a m m a d U s m a n , p e m e r i n t a h a n B e l
a n d a melakukaan beberapa perjanjian:1) Tanggal 15 November 1823 M dengan
Pangeran Soama. Isi perjanjian
adalah p e n g a k u a n p e m e r i n t a h a n B e l a n d a a t a s k e d a u l a t a n K e r a j a a n S e l i m
bau yang m e n g u a s a i
t a n a h n e g e r i
K a p u a
s
H u l u
d a n n e g e r i
S i l a t . 2) Tanggal 5 Desember
1847 M, dengan Pangeran Muh Abbas Surya Negara. Isi perjanjiannya adalah pengauan
pemerintah Belanda atas kedaulatan Kerajaan S e l i m b a u d i t a n a h K a p u a s h u l u
y a n g k e k u a s a a n n y a s a m p a i k e H u l u N e g e r i Silat.3 ) T a n g g a l 2 7 M a r e t
1 8 5 5 M , d e n g a n P a n g e r a n M u h A b b a s S u r y a N e g a r a . I s i perjanjiannya
adalah pengauan pemerintahan Belanda atas kedaulatan Kerjaan Selimbau di
Tanah Kapuas Hulu. Daerah yang telah ditaklukkan oleh Pangran Muh
Abbas meliputi: Dayak Batang Lumpur yang tinggal di Suriyang, Tangit, Sumpak,
Semenuk, dan Lanja.4) Tanggal 28 Februari 1880 M, dengan Pangeran Haji Muda
Agung Muh Saleh Paku negara Pada masa pemerintahan Belanda (sekitar
tahun 1936), Sintang
merupakan d a e r a h l a n d s c h o p d i b a w a h n a u n g a n p e m e r i n t a h a n G o u
v e r n e m e n t . D a e r a h Landschop ini terbagi menjadi 4 (empat) onderafdeling yang
dipimpin oleh seorang controleur atau gesagkekber, yaitu :1 . O n d e r a f d e l i n g S i n t a n g ,
b e r k e d u d u k a n d i S i n t a n g ; 2.Onderafdeling
Melawi, berkedudukan di Nanga Pinoh;3.Onderafdeling
Semitau, berkedudukan diSemitau;4.Onderafdeling Boeven
Kapuas, berkedudukan di
Putussibau.P e m e r i n t a h a n L a n d s c h o p i n i b e r a k h i r p a d a T a h u n 1 9 4 2 d a n k e
m u d i a n tampuk pemerintahan diambil alih oleh Jepang.

2. Perlawanan Terhadap Bangsa Belanda

Perlawanan yang dilakukan oleh rayat Putussibau terhadap pemerintahan Belanda


di antaranya dilaukan oleh Djeranding Abdurrahman yang berasal dariSuku Dayak
Iban yang memeluk Islam. Pada masa mudanya Djeranding pernah sekolah sampai
kelas V SD. Melalui pendidian tersebut beliau mulai mengerti akan kondisi bangsanya yang
sedang di jajah Belanda.Djeranding mulai terjun dalam pergerakan setelah bertemu
dengan
Gusti Sulung Lelanang,bersamanya Djeranding terjun dalam organisasi Serikat Ra
kyat.Dalam organisasi ini Djeranding mengadakan propaganda di kalangan Suku Dayak dan
membantu menerbitkan Surat Kabar Halilintar di Pontianak pada tahun
1925.D j e r a n d i n g k e m u d i a n d i b u a n g o l e h p e m e r i n t a h B e l a n d a k e B e v o n
Digul
Papua Barat pada tahun 1927 karena ativitasnya dianggap menentang p
e m e r i n t a h a n Belanda.

3.Kondisi Sosial Ekonomi Zaman Jepang

Pada masa pemerintahan Jepang ini, struktur pemerintahan yang


berlakut i d a k m e n g a l a m i p e r u b a h a n h a n y a s e b u t a n w i l a y a h k e p a l a p e m e r i
ntahan yang disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah ketika
itu. Kepala Negara disebut Kenkarikan (semacam Bupati sekarang) sed
a n g k a n w a k i l n y a d i s e b u t Bunkenkarikan dan di setiap kecamatan diangkat Gunco
(Kepala
Daerah).J e p a n g m a s u k k e K a p u a s H u l u p a d a t a h u n 1 9 4 2 d e n g a
n m e m b u k a pertambangan Batu Bara di bagian hulu Sungai Tebaung dan
Sungai Mentebah. D e n g a n m e m p e e r j a k a n o r a n g p r i b u m i , d e n g a n j a m k e r j a
8 j a m / h a r i . P a d a m a s a pendudukan Jepang di Kalimantan Barat antara tahun
1942-1945 wilayah KapuasHulu dipimpin oleh; Abang Oesman (1942-1943), K.
Kastuki (1943-1944), dan Honggo (1944-1945)

4.Perlawanan Terhadap Bangsa Jepang

Pada masa Jepang berkuasa di Kalbar antara tahun 1942-1945,


wilayahK a p u a s H u l u j u g a t e r m a s u k d i k u a s a i n y a . P a d a a w a l n y a
k e d a t a n g a n J e p a n g mendatangkan harapan akan membebasan rakyat dari
penjajahan Belanda. Namun S w a p r a j a : S w a p r a j a S a m b a s , P o n t i a n a k ,
Mempawah, Landak, Kubu, Matan,Sukadana, Simpang, Sanggau,
S e k a d a u , T a y a n , d a n S i n t a n g . S e d a n g k a n N e o Swapraja : Meliau, Nanga Pinoh,
dan Kapuas Hulu. Presiden Kalimantan Barat melalui Surat Keputusan Nomor 161 tanggal
10Mei 1948 membentuk suatu ikatan federasi dengan nama daerah Kalimantan Barat. U n t u k
mendukung federasi ini, Belanda mengeluarkan Besluit
L u i t e n a n t Gouverneur Kenderal Nomor 8 tanggal 2 Maret 1948 yang isinya adalah
pengakuan s t a t u s K a l i m a n t a n B a r a t s e b a g a i d a e r a h I s t i m e w a d e n g a n
p e m e r i n t a h a n s e n d i r i beserta sebuah Dewan Kalimantan Barat.Pada masa Republik
Indonesia Serikat (RIS), daerah Kalimantan berstatus s e b a g a i d a e r a h b a g i a n
( b u k a n N e g a r a B a g i a n ) y a n g t e r d i r i d a r i s a t u a n - s a t u a n kenegaraan seperti
Daya Besar, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Banjar.Dengan adanya tuntutan
rakyat, maka DIKB yang dipandang sebagai peninggalan pemerintah Belanda,
berdasarkan keputusan Dewan Kalimantan Barat tanggal 7Mei 1950, dengan
masing-masing No 235/R dan 235/R menyatakan bahwa baik badan pemerintah
harian DIKB maupun pejabat kepala pusat PIS yang diwakili olehseorang pejabat berpangkat
presiden.P a d a m a s a k e m e r d e k a a n k e m u d i a n P e m e r i n t a h K a b u p a t e n K a p u a s
H u l u d i b e n t u k b e r d a s a r k a n U n d a n g - u n d a n g D a r u r a t N o m o r 3 Tah u n
1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
N e g a r a T a h u n 1 9 5 3 Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara Nomor 352). Daerah
Tingkat II Kabupaten Kapuas Hulu terbentuk bersamaan dengan Daerah Tingkat II
lainnya di Propinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan registrasi penduduk Kabupaten Kapuas Hulu diperoleh data jumlah


penduduk Kapuas Hulu tahun 2007 mencapai 216.918 jiwa dengan rincian 109.932
jiwa laki-laki dan 106.986 jiwa perempuan yang tersebar di 23 Kecamatan dengan mata
pencaharian sebagian besar adalah petani.

D. Potesi Wisata dan Peninggalan Sejarah Di Kota Putussibau

1.Potensi Wisata

Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu daerah tujuan wisata


d i propinsi Kalimantan Barat. Sungai Kapuas yang masih terpelihara alamnya, budaya dan
kearifan tradisional masyarakat. Terdapat dua kawasan yang telah
ditetapkan s e b a g a i k a w a s a n T a m a n N a s i o n a l y a i t u B e t u n g K e r i h u d a n
D a n a u S e n t a r u m . Potensi pariwisata di Kabupaten Kapuas Hulu selain ditunjang
oleh bentang alam yang indah juga ditunjang oleh keunikan budaya yang ada.
Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu melalui Dinas Pariwisata dan kebudayaan telah
mengambil kebijakan dengan membagi empat wilayah yaitu: bagian Timur Kapuas
Hulu, Barat , Utara, dan Selatan Kapuas Hulu.Pembagian wilayah ini dimaksudkan
untuk mempermudah pengembangan p r o g r a m p a r i w i s a t a b e r k e n a a n d e n g a n
k e l o m p o k - k e l o m p o k a t r a k s i y a n g a d a , sehingga pengembangannya dapat
terkonsentrasi berdasarkan kelompok masing- masing wilayah tersebut.

2.Peninggalan Sejarah
Di Kota Putussibau terdapat peninggalan sejarah yaitu berupa
S i t u s Neolitikum di Nanga Balang, Kecamatan Putussibau Selatan dan Rumah
Mayat ( K u l a m b u ) S e m a n g o k I I y a n g t e r l e t a k d i K e c a m a t a n P u t u s s i b a u
Utara. Kedua p e n i n g g a l a n s e j a r a h t e r s e b u t t e l a h t e r d a f t a r
sebagai benda cagar budaya.

KESIMPULAN
Kota Putussibau adalah salah satu nama daerah dan tempat diantara beberapa
nama d a e r a h y a n g a d a d i w i l a y a h k a b u p a t e n K a p u a s H u l u . K o t a i n i

t e r l e t a k d i h u l u Sungai Kapuas yang memiliki panjang 1,143 kilometer, dan 56 persen dari
luas wilayah kabupaten i n i a d a l a h k a w a s a n k o n s e r v a s i d a l a m b e n t u k
t a m a n n a s i o n a l d a n h u t a n l i n d u n g . (Coordinates: 051'58"N
1 1 2 5 5 ' 2 8 " E ) . W i l a y a h K a b u p a t e n K a p u a s H u l u d i n a m a k a n demikian karena
di kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai Kapuas.Sungai Kapuas yang melewati Kota
Putussibau telah memutus aliran Sungai Sibau yang membelah Kota Putussibau
sehingga dikatakan Putussibau. Menurut versi cerita r a k y a t l a i n n y a , b a h w a
munculnya nama Putussibau berasal dari kata Sibau yang merupakan
jenis pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan.
D i c e r i t a k a n dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai. menghalangi
aliran sungai.Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu pemerintah
kolonial Hindia Belanda menempatkan seorang Controleur di wilayah Boven Kapuas bernama
L.C.W e s t e n e m k ( 1 8 9 5 - 1 8 9 7 ) y a n g b e r k e d u d u k a n d i P u t u s s i b a u . P a d a
masa kemerdekaan kemudian Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu
d i b e n t u k b e r d a s a r k a n U n d a n g - u n d a n g D a r u r a t N o m o r 3 Tah u n 1 9 5 3
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
N e g a r a Tah u n 1 9 5 3 N o m o r 9 Tam b a h a n L e m b a r a n N e g a r a N o m o r
3 5 2 ) . Daerah Tingkat II Kabupaten Kapuas Hulu terbentuk bersamaan dengan Daerah Tingkat
II lainnya di Propinsi Kalimantan Barat. B e r d a s a r k a n l a n d a s a n h i s t o r i s ,
p e m e r i n t a h K a b u a t e n K a p u a s H u l u m e n g a d a k a n Seminar yang membahas Hari
Jadi Kota Putussibau pada tanggal 14-15 Februari 2005 di Putussibau. Hasil seminar
tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda) K a b u p a t e n
K ap uas Hulu No mo r 3 Tahu n 20 06 Ten tang Penetap an Hari Jadi
K o t a Putussibau. Demikianlah makalah ini penulis persembahkan agar dapat
memberikan manfaat k e p a d a s i d a n g p e m b a c a p a d a u m u m n y a d a n
k h u s u s n y a p a d a p e n u l i s a g a r d a p a t l e b i h mengenali serta memahami asal-usul
kota Putussibau

3.Seperti apakah keunikan danau Sentarum?

Posted by pimpii

Kawasan Danau Sentarum


Terletak di jantung Borneo atau tepatnya di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat,
Kawasan Danau Sentarum yang merupakan komplek danau-danau yang terdiri dari 20 buah
danau besar kecil, sejak tahun 1999 ditetapkan sebagai Taman Nasional Danau Sentarum
(TNDS) dan mempunyai luas 132.000 Hektar. Berada 700 kilometer timur laut Kota Pontianak
itu, TNDS terdiri atas 89.000 hektar hutan rawa tergenang dan 43.000 hektar daratan.
Danau Unik dan Langka
Danau Sentarum sungguh berbeda dengan danau konvensional lainnya, sebab Danau Sentarum
sejatinya adalah daerah hamparan banjir (lebak lebung /floodplain). Dengan letak dan
kondisinya yang berada di tengah-tengah jajaran pegunungan menjadikan kawasan ini sebagai
daerah tangkapan hujan. Pada musim penghujan Komplek Danau Sentarum akan terendam air
akibat aliran air dari pegunungan di sekelilingnya dan dari luapan Sungai Kapuas yang
merupakan Sungai terpanjang di Indonesia. Selama 9-10 bulan dalam setahun, kawasan Danau
Sentarum akan terendam hingga kedalaman 6 14 meter. Diperkirakan tersimpan 16 triliun

meter kubik air per tahun di kawasan ini. Dan uniknya pada musim kemarau panjang, sebagian
besar danau menjadi kering.

Pada musim penghujan tergenang


trilyunan meter kubik air

Pada musim kemarau menjadi


hamparan kering dan terkadang ditumbuhi rumput laksana padang golf.

Hanya tersisa alur sungai kecil di


tengahnya.
Hal inilah yang menjadikan kawasan Danau Sentarum merupakan salah satu tipe ekosistem
hamparan banjir paling luas yang langka dan masih tersisa dalam kondisi baik di Indonesia,
bahkan di Asia Tenggara.

Salah satu pemandangan


pemukiman masyarakat setempat di-shoot dari sudut yang sama. Saat banjir dan surut.
Kekayaan Flora dan Fauna

Namun, bukan fenomena alam ini saja yang menjadi keunikan Danau Sentarum. Danau yang
terbentuk pada zaman es atau periode pleistosen ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar
biasa dan tak dimiliki daerah lain. Tumbuhannya saja ada 510 spesies dan 33 spesies di antaranya
endemik TNDS, termasuk 10 spesies di antaranya merupakan spesies baru.
Hewan mamalia di TNDS ada 141 spesies. Sekitar 29 spesies di antaranya spesies endemik, dan
64 persen hewan mamalia itu endemik Borneo. Terdapat 266 spesies ikan, sekitar 78 persen di
antaranya merupakan ikan endemik air tawar Borneo. Kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum tercatat sebagai salah satu habitat ikan air tawar terlengkap di dunia.
Selain hutan yang bagus dan menjadi habitat lebah, TNDS juga menjadi habitat berbagai jenis
ikan air tawar. Dari segi ukuran, misalnya, ada jenis ikan terkecil, yang dikenal dengan nama
ikan Linut (sundasalanx cf. microps) berukuran 1-2 sentimeter dengan tubuhnya yang transparan
seperti kaca, hingga ikan berukuran panjang dua meter seperti ikan Tapah dari genus Wallago.
Adapun ikan yang bernilai ekonomis dan di konsumsi warga, misalnya, ada ikan gabus, toman,
baung, lais, belida, dan jelawat. Khusus ikan hias, di TNDS terdapat ikan silok atau Arwana
(scleropages formosus) dan dan Ulang-uli (botia macracranthus) yang berhasil menembus
pasaran internasional dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pada kawasan ini tercatat paling
tidak 120 jenis ikan, serta terdapat beberapa jenis spesies yang hanya dimiliki oleh Danau
Sentarum dalam artian tidak ditemukan di belahan dunia lain.

Arwana/Siluk Merah

Ulang Uli

Buaya Senyulung
Selain itu terdapat 31 jenis Reptilia. Delapan jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi
seperti Buaya Muara (Crocodylus porosus), Buaya Senyulung (Tomistoma schlegelli), Labi-labi,
Ular, Biawak, dll. Bahkan Buaya Katak atau Buaya Rabin (Crocodylus raninus) yang di Asia
telah dinyatakan punah masih diketemukan di kawasan ini.
The Last Paradise
Danau Sentarum juga menyuguhkan keindahan alam yang tak terkira hingga dijuluki sebagai
The Last Paradise.

Suasana senja di salah satu sudut


Danau

Lukisan alam di salah satu pemukiman


masyarakat
Terancam punah
Namun keberadaan Danau Sentarum sepertinya akan terancam dengan adanya pembukaan hutan
besar-besaran dengan dalih perkebunan atau illegal logging.

Hutan dibuka dipinggiran Sungai


Kapuas di dekat kawasan Danau Sentarum.

BAB III
1. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai