PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejarawan adalah orang yang menulis peristiwa-peristiwa masa silam melalui berbagai fakta
yang ada. Tanpa fakta mustahil seorang sejarawan dapat merekonstruksi sejarah yang telah
terjadi. Posisi fakta adalah sangat penting, fakta inilah yang kemudian membedakan seorang
sejarawan dengan seorang sastrawan. Seorang sastrawan menulis sebuah karya sastra tidak
menekankan pada fakta, dia bisa membuat itu lewat daya imajinasi yang ia miliki, namun
seorang sejarawan harus tertuju pada fakta-fakta yang ada, disamping untuk lebih menarik
tulisan sejarahnya digunakan pula fiksi dan imajinasi.
Fakta-fakta sejarah adalah bagaikan kepingan-kepingan suatu botol yang pecah. Pecahanpecahan itu berserakan dimana-mana. Oleh sejarawan kepingan-kepingan (fakta) itu
dikumpulkan satu persatu lantas kemudian disusun kembali menjadi bentuk aslinya. Dalam
penyusunan kepingan (fakta) tersebut, sejarawan tuangkan dalam bentuk tulisan atau cerita yang
sering disebut dengan historiografi (penulisan sejarah).
Sejarah Indonesia dibangun dari fakta-fakta yang ada dan direkonstruksi oleh para sejarawan
Indonesia dan sejarawan asing. Proses rekonstruksi sejarah sendiri memiliki perbedaan dari hari
kehari, entah itu dari segi metodenya, keobyektifitasnnya, motivasinya, dsb. Historiografi
Indonesia dari masa dulu telah mengalami perkembangan. Bermula dari historiografi tradisional,
historiografi kolonial, historiografi revolusi dan yang terakhir berkembang adalah historiografi
modern.
Setiap perkembangan historiografi memiliki karakteristik, metode, dan motivasi penulisan yang
berbeda-beda satu dengan yang lain. Situasi dan kondisi politik sangat berpengaruh pada
penulisan sejarah. Semisal, pada masa tradisional, dimana untuk melegitimasi kedudukan
seorang raja, maka raja tersebut berusaha untuk menulis sejarah keluarganya yang berasal dari
seorang raja yang besar. Masa kolonial, masa ini penulisan sejarah bermaksud sebagai bahan
laporan perjalanannya di tanah jajahan, jadi yang dituliskan hanyalah orang-orang barat di tanah
jajahan.
Masa revolusi, masa ini sebagai suatu dorongan nasionalisme menuliskan sejarah tokoh-tokoh
pergerakan atau pun tokoh-tokoh nasional yang dengan gigih berusaha mengusir penjajah dari
tanah air. Setiap masa memiliki kelemahan serta kelebihan sendiri-sendiri, kelemahan inilah
yang kemudian mencoba untuk ditutupi oleh historiografi modern.
2.Metode penelitian
1.)Historistis
Pengertian penelitian historis.Metode Penelitian historis adalah usaha untuk mempelajari dan
menggali fakta-fakta dan menyusun kesimpulan mengenai peristiwa-peristiwa masa lampau..
Menurut Djudju Sudjana, dalam diktat dasar-dasar metode penelitian sosial dan pendidikan
mengatakan bahwa metode penelitian histories adalah untuk merekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan obyektif, melalui kegiatan pengumpulan, evaluasi, verifikasi dan sintesis dari
bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Tujuan penelitian
historis. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin
mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau; Mempelajari bagaiman sesuatu telah
dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada
masa sekarang; Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya
pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi
guru laki-laki tidak; Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Ciri-ciri penelitian historis Penelitian histories lebih bergatung pada data yang diobservasi orang
lain di masa lampau. Berlainan dengan anggapan yang popular, penelitian haruslah tertib ketat,
sistematis, dan tutas; . Penelitian histories tergantung kapada dua macam data, yaitu primer dan
data sekunder. Terdapat dua macam kritik,internal dan eksternal.
Sumber Data Sumber data primer Data yang diperoleh dari cerita para pelaku perisriwa itu
sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Sumber data
sekunder Informasi yang diperoleh dari sumber lain yang mungkin tidak berhubungan langsung
dengan peristiwa tersebut.
Langkah-langkah penelitian historis menurut Yatim Riyanto (1996: 23) dalam NurulZuriah
(2005: 53) ada 4 (empat) langkah esensialdalam penelitian sejarah, yaitu sebagai berikut :
Merumuskan masalah Mengevaluasi sumber sejarah. Hipotesis dan generalisasi dalam
penelitian sejarah. Penulisan laporan penelitian sejarah
Keunggulan dan kelemahan metode penelitian Historis. Keunggulan utama penelitian historis
adalah :
a. penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang
tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. penelitian histori merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari
masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat
ini.
c. sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda
dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan
etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih
kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
2.)Historiografi
A. Latar Belakang
Historiografi mulai ada dan dikenal oleh manusia pada dasarnya sejak manusia mengenal
tulisan atau ketika manusia memasuki zaman sejarah. Ketika manusia mengenal tulisan, pada
dasarnya mereka sudah tumbuh kesadaran untuk menulis tentang jati dirinya sebagai manusia
dalam keluarga dan hidup berbangsa bernegara.
Fakta-fakta sejarah adalah bagaikan kepingan-kepingan suatu botol yang pecah. Pecahanpecahan itu berserakan dimana-mana. Oleh sejarawan kepingan-kepingan (fakta) itu
dikumpulkan satu persatu lantas kemudian disusun kembali menjadi bentuk aslinya. Dalam
penyusunan kepingan (fakta) tersebut, sejarawan tuangkan dalam bentuk tulisan atau cerita yang
sering disebut dengan historiografi (penulisan sejarah).
Pada tahap penulisan, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang
meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Tujuan penelitian adalah menjawab masalahmasalah yang telah diajukan. Penyajian historiografi meliputi (1) pengantar, (2) hasil penelitian,
(3) simpulan. Penulisan sejarah sebagai laporan seringkali disebut karya historiografi yang harus
memperhatikan aspek kronologis, periodisasi, serialisasi, dan kausalitas.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya antara lain:
1.
2.
Jenis-jenis historiografi?
3.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
historiografi, jenis-jenisnya, fungsi, tujuan, prinsip beserta kelemahan historiografi. Agar lebih
memahami mengenai historiografi.
D. Manfaat
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang historiografi serta digunakan sebagai acuan
dalam penulisan sejarah.
A.
Pengertian Historiografi
Historigrafi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi
artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang bersifat
ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented). Problem
oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan
masalah (problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode
penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem orientedadalah karya tulis sejarah
yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga tidak
menggunakan metode penelitian.
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah. Disini diperlukan kemahiran
mengarang oleh seorang sejarawan. Ada cara-cara tertentu yang perlu sekali diperhatikan oleh
sejarawan dalam menyusun ceritera. Dengan kata lain, penulisan atau penyusunan ceritera
sejarah memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu untuk menjaga standart mutu dari ceritera
tersebut. Seperti misalnya prinsip serialisasi(cara-cara membuat urutan-urutan peristiwa), yang
mana memerlukan prinsip-prinsip seperti kronologi (urutan-urutan wakutnya), prinsip kausasi
(hubungan dengan sebab akibat) dan bahkan juga kemampuan imajinasi: kemampuan untuk
menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian yang masuk
akal dengan bantuan pemgalaman, jadi membuat semacam analogi antara peristiwa diwaktu yang
lampau dengan yang telah kita saksikan dengan mata kepala sendiri diwaktu sekarang, terutama
bagi peristiwa-peristiwa yang sulit dicarikan dasar kronologi dan kausasih dalam
perhubungannya (G.J. renier,dalam karya IG widya. Ibid: 24-25).
B.
C.
Kesubyektifitas Historiografi
Walaupun historiografi adalah langkah terakhir dalam sebuah penelitian yang menggunakan
metode sejarah, namun menurut Soedjatmoko dalam bukunya An Introduction to
Indonesia Historiography (1968) seperti yang dikutip dalam Poespoprodjo (1987:1), historiografi
adalah langkah terberat karena dalam langkah terakhir ini lah pembuktian metode sejarah sebagai
suatu bentuk disiplin ilmiah. Adapun menurut Arthur Marwick dalamThe Nature of
History (1971) dalam Poespoprodjo (1987:1), hingga historiografi, langkah-langkah metodologis
yang dikerjakan oleh sejarawan pada umumnya diterima sebagai langkah yang memiliki validitas
objektivitas ilmu. Tapi, langkah selanjutnya disebut art atau seni sehingga sejarah sesungguhnya
tidak mungkin objektif. Padahal sejarah sebagai sebuah ilmu dituntut memiliki objektivitas.
Mengapa sejarah tak mungkin objektif? Karena sejarah sudah memakai interpretasi dan seleksi.
Interpretasi dapat berarti sejarah menurut pendapat seseorang dan seleksi dilakukan dalam
memilih fakta-fakta sejarah yang akan dikaji dalam sebuah penelitian dengan metode sejarah.
Interpretasi dan seleksi mau tak mau harus melibatkan pendirian pribadi peneliti. Fakta sejarah
yang dibutuhkan dalam historiografi harus diolah terlebih dahulu oleh peneliti sejarah dari datadata sejarah. Dalam hal ini E.H. Carr dalam bukunyaWhat is History (1970), mengungkapkan
fakta sejarah tidak mungkin dapat objektif karena kumpulan data sejarah hanya dapat disebut
sebagai fakta sejarah apabila diberi arti oleh peneliti. Maka, dalam sebuah penelitian yang
memakai metode sejarah, subjektivitas tidak dapat dielakkan.
Poespoprodjo (1987) mengungkapkan subjektivitas dalam sebuah penulisan sejarah adalah
halal karena tanpa subjektivitas maka tidak akan pernah ada objektivitas. Lebih lanjut,
Poespoprodjo menyatakan yang tidak diperbolehkan mempengaruhi sebuah penulisan sejarah
adalah adanya unsur subjektivisme. Ia mengingatkan perlunya memisahkan arti dari subjektivitas
yang akan mengarah pada objektivitas dengan subjektivisme. Menurutnya, dalam subjektivisme,
objek tidak dinilai sebagaimana harusnya, namun dipandang sebagai kreasi, konstruksi akal
budi. Berpikir disamakan dengan menciptakan, bukan membantu kebenaran keluar dari
ketersembunyiannya (Pospoprodjo, 1987:23). Agar lebih mudah dimengerti, subjektivisme
adalah kesewenangan subjek dalam mengadakan seleksi, interpretasi, dalam menyusun
periodisasi, namun kesewenangan tersebut tidak bertumpu pada dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan, sedangkan subjektivitas sangat erat hubungannya dengan kejujuran hati
dan kejujuran intelektual. Hal inilah yang akan membuat seorang peneliti sejarah membuat
simpulan-simpulan dan hipotesis berdasarkan argumentasi yang kuat. Salah satu contoh
subjektivitas yaitu ketika peneliti sejarah melakukan kritik ekstern dan intern terhadap sumber
atau pengarang/pembuat dokumen. Dalam kegiatan heuristik dan kritik, serta melakukan
perbandingan dengan sumber lainnya, seorang peneliti sejarah akan memakai teori-teori. Hal ini
lah yang dimaksud dengan subjektivitas.
Poespoprodjo (1987:39) mengungkapkan ada tiga hal yang dapat mempengaruhi subjektivitas
peneliti sejarah yang akan membantu menuju objektivitas yakni :
1.
Keberhasilan sebuah karya sejarah sangat bergantung pada seluruh disposisi intelektual
sejarawan atau peneliti sejarah tersebut. Oleh karena itu merupakan sebuah syarat bahwa seorang
peneliti sejarah atau sejarawan mempunyai suatu filsafat manusia yang sehat, terbuka terhadap
nilai kemanusiaan, dan terbuka terhadap segala koreksi (Poespoprodjo, 1987:40).
Seorang sejarawan atau peneliti sejarah dalam penelitiannya tidak hanya bertemu dengan beribu
fakta, a matter of indicative, tetapi juga beribu nilai, imperatif. Untuk dapat menangkapnya
dengan tepat, seorang peneliti sejarah harus mampu mendalami permasalahan, masalah nilai,
sehingga dapat diperoleh skala yang tepat mengenai nilai-nilai moral, budaya, politik, religius,
teknik, artistik, dan sebagainya (Pospoprodjo, 1987:41).
Jika seorang peneliti sejarah tidak peka terhadap beragam hal yang berasal dari beragam bidang
dan sektor kehidupan, maka bukan tidak mungkin ia tidak akan bisa menangkap peristiwa
sejarah tersebut sebagaimana mestinya, maka objektivitas pun akan sulit dicapai. Maka, benarlah
apa yang dikatakan oleh Jaques Maritain bahwa semuanya berpulang pada kekayaan intelektual
yang dimiliki oleh indicidu peneliti sejarah atau sejarawan.
2.
Titik Berdiri
Cara seseorang untuk memandang sebuah objek akan berbeda satu sama lain akibat titik berdiri
yang berbeda. Masing-masing akan melihat dan memberikan persepsi terhadap objek sesuai
dengan apa yang ia lihat dari titik di mana ia berdiri. Dalam hal ini, masing-masing persepsi
tentunya akan berbeda dan tidak akan ada yang salah dan yang benar. Dengan mengidentifikasi
titik di mana kita beridri, kita juga akan bisa mengidentifikasi sikap dalam keadaan titik berdiri
tertentu itu. Adalah diri kita sendiri yang tahu tentang argumentasi kita mengapa akhirnya kita
bersikap seperti itu dalam titik bediri tertentu.
Hubungan ilustrasi di atas dengan kegiatan penelitian sejarah bahwa kegiata interpretasi bukan
kegiatan yang dilakukan atas kesewenangan subjek. Ketajaman dan kecermatan subjek dalam
melakukan interpretasi harus terpenuhi agar dapat mencapai objektivitas. Menurut Gordon Leff
dalam History and Social Theory (1969:126) yang dikutip dalam Poespoprodjo (1987:48),
interpretasi yang dapat diterima dan memenuhi obejktivitas harus memenuhi tiga syarat.
3.
Seorang peneliti sejarah atau sejarawan seharusnya mengenali sumber-sumber distorsi yang
dapat mengganggu subjektivitas dirinya. Sumber distorsi yang berasal dari dalam diri sendiri
dapat diketahui dengan mempertanyakan kedalaman subjektivitas diri.
Dengan mengenal diri sendiri, maka niscaya tersadarilah bahwasanya subjektivitas merupakan
simpang jalan dunia subjek dan dunia objek. Ini merupakan kesadaran utama. Jika kita tatap
lebih lanjut, maka kita kana memasuki kedalaman subjektivitas, yakni kedalaman kemerdekaan
(untuk mengakui atau menolak, apakah saya merdeka betul tidak diikat oleh sesuatu sehingga
bisa mengatakan sesuatu sebagaimana mestinya dan sebagainya), kedalaman kritik diri (apakah
saya tidak membohong, memutarbalikkan kenyataan yang ada, apakah tahu betul apa yang
dihadapi, apakah reserve tidak perlu dibuat dan sebagainya), penyesuaian pada tuntutan-tuntutan
objek (objek tertentu hhanya dapat dijumpai dengan semestinya bila menggunakan metode
tertentu, objek yang eenmalig contingent, lain dengan objek yang dapat direproduksi sewaktuwaktu, dan sebagainya) (Poespoprodjo, 1987:56).
D.
Jenis-jenis Historiografi
1. Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah karya tulis sejarah yang dibuat oleh para pujangga dari suatu
kerajaan, baik itu kerajaan yang bernafaskan Hindu/Budha maupun kerajaan/kesultanan yang
bernafaskan Islam tempo dulu yang pernah berdiri di Nusantara Indonesia. Seperti kita ketahui di
Nusantara Indonesia, bahwa sejak awal bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah, diiringi pula
dengan berdirinya kerajaan-kerajaan terutama yang dominan dipengaruhi oleh budaya Hindu dan
Budha.
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional
1.
Regio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluargaraja (keluarga
istana).
2.
Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum
bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat riwayat kehidupan rakyat,
tidak membicarakan segi-segisosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
3.
Regio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
4.
Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
5.
Bersifat regio-sentris/etnosentrisme (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak
dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
6.
7.
Sebagai ekspedisi budaya maksudnya sebagaisarana legitimasi tentang jati dirinya dan asalusulnya yang dapat menerangkan keberadaannya dan memperkokoh nilai-nilai budaya yang
dianut.
8.
Oral tradition Historiografi jenis ini di sampaikan secara lisan, maka tidak dijamin
keutuhan redaksionalnya.
9.
Anakronistik Dalam menempatkan waktu sering terjadi kesalahan-kesalahan, pernyataan
waktu dengan fakta sejarah termasuk di dalamnyapenggunaan kosa kata penggunaan kata nama
dll. Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha penulisan sejarahnyacontohnya seperti Kitab
Mahabrata dan Ramayana. Sedangkan pada masakerajaan-kerajaan Islam sudah dihasilkan karya
sendiri, bahkan sudahmenerapkan sistem kronologi dalam penjelasan peristiwa sejarahnya.
Tujuan dari Historiografi Tradisional adalah:
1.
2.
3.
Untuk membuat simbol identitas baruUntuk menghormati dan meninggikan kedudukan
raja, dan nama raja, serta wibawa raja.
2. Historiografi Kolonial
Historiografi Kolonial sering di sebut sebagai Eropa Sentris, yang berasal darikarya-karya yang
ditulis orang-orang Belanda.
Ciri-ciri Historiografi Kolonial
1.
Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk
menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan kolonialnya (jajahannya).
2.
Tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka (Belanda)
dan sekaligus untuk mengendurkasemangat perlawanan bangsa Indonesia.
3.
Bersifat Belanda Sentris, kepentingan kolonial sangat mewarnaiinpretasi mereka terhadap
suatu peristiwa sejarah yang terjadi. Tujuan Historiografi kolonial adalah semata-mata untuk
memperkokoh kekuasaan Belanda di Indonesia.
3. Historiografi Nasional
Historiografi Nasional penulisan setelah Indonesia merdeka,bangsa Indonesia berusaha untuk
menulis sejarah nasionalnya sendiri.
Ciri-ciri Historiografi Nasional
1.
Memanfaatkan semua sumber sejarah baik yang bersal dari penulisan sejarah tradisional
(karya bangsa Indonesia) maupun sumber-sumber yang berasal dari pemerintah kolonial untuk
melakukan rekontruksi ulang menjadi sejarah nasional yang berorientasi kepada kepentingan
nasional.
2.
Objek penelitian sejarah nasional meliputi berbagai aspek dengan menggunakan
pendekatan multidemensional, baik aspek ekonomi,politik, ideologi, sosial budaya, sistem
kepercayaan.
3.
Lebih mengutamakan kepentingan nasional Indonesia atau
b e r s i f a t Indonesia-sentris.
Tujuan Historiografi Nasional
1.
Untuk memberikan legitimasi pada keberadaan bangsa Indonesiasebagai bangsa yang
merdeka.
2.
Untuk menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain
di dunia.
3.
Untuk memberikan pendidikan nasionalisme kepada generasi muda sebagai warga negara
dan sebagai penerus bangsa.
E.
Fungsi Historiografi
1.
Fungsi Genetis
fungsi Genetis untuk mengungkapkan bagaimana asal usul dari sebuah peristiwa. Fungsi ini
terlihat pada sejumlah penulisan sejarah seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, dan Prasasti
Kutai.
2.
Fungsi Didaktis
Fungsi Didaktis merupakan fungsi yang mendidik artinya dalam karya-karya sejarah
banyak memuatpelajaran, hikmah dan suri teladan yang penting bagi para pembacanya.
3.
Fungsi Pragmatis
fungsi yang berkaitan dengan upaya untuk melegitimasi suatu kekuasaan agar terlihat kuat dan
berwibawa.
F.
Tujuan Historiografi
1.
2.
3.
Kisah kepahlawanan.
4.
G.
Prinsip-Prinsip Historiografi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Historiografi adalah tahap akhir dari penelitian sejarah yaitu penulisan sejarah, yang dimana
telah melalui proses-proses sebelumnya, seperti heuristik, verifikasi, interpretasi.
Historiografi terbagi-bagi lagi beberapa jenis, yaitu:
1.
Historiografi tradisional merupakan penulisan sejarah yang dalam penulisannya masih
terpengaruh oleh istana sentris, raja sentris, dan masih bersifat kedaerahan.
2.
Historiografi nasional merupakan penulisan sejarah yang mendeskripsikan perjuangan
bangsa indonesia melawan penjajah.
3.
Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang dalam penulisannya dipengaruhi
oleh Eropa sentris.
Fungsi-fungsi dari historiografi ialah:
1.
Fungsi Genetis
fungsi Genetis untuk mengungkapkan bagaimana asal usul dari sebuah peristiwa. Fungsi ini
terlihat pada sejumlah penulisan sejarah seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, dan Prasasti
Kutai.
2.
Fungsi Didaktis
Fungsi Didaktis merupakan fungsi yang mendidik artinya dalam karya-karya sejarah banyak
memuat pelajaran, hikmah dan suri teladan yang penting bagi para pembacanya.
3.
Fungsi Pragmatis
fungsi yang berkaitan dengan upaya untuk melegitimasi suatu kekuasaan agar terlihat kuat dan
berwibawa.
Tujuan dari historiografi
1.
2.
3.
Kisah kepahlawanan.
4.
Prinsip-Prinsip Historiografi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3. Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah asal usul kota Putussibau?
tumbuh besar ditepi sungai, pohon Sibau tersebut tumbang ke sungai sehingga menghalangi
aliran Sungai Sibau dan dari peristiwa itulah masyarakat menamai daerah itu dengan nama
Putussibau.
Putussibau pada masa sekarang merupakan ibukota Kabupaten Kapuas Hulu yang berada di
wilayah Propinsi Kalimantan Barat. Keberadaan Kota Putussibau tidak terlepas dari adanya
pemerintahan tradisional sejak zaman dahulu hingga pemerintahan modern sesudah masuknya
bangsa Belanda dalam bentuk pemerintahan Kolonial Belanda. Putussibau sendiri merupakan
satu nama daerah atau tempat di antara beberapa nama daerah yang ada di wilayah Kabupaten
Kapuas Hulu.
Di antara nama-nama daerah selain kota Putussibau yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas
Hulu yang sejak zaman dahulu telah ada ialah Embaloh, Kalis, Suhaid, Selimbau, Silat, Bunut
dan lain-lainnya. Nama-nama daerah tersebut zaman dahulunya merupakan nama-nama kerajaan
yang ada di wilayah Kapuas Hulu. Namun sekarang daerah-daerah tersebut telah menyatu
menjadi bagian yang integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya sejak
terbentuknya Pemerintahan Administratif pada tahun 1953 berdasarkan Undang-Undang Darurat
Nomor 3 Tahun 1953. Pada perkembangannya daerah-daerah tersebut di atas menjadi wilayahwilayah kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Kapuas Hulu. Kota Putussibau sendiri
pada tahun 2007 terbagi menjadi satu wilayah Kecamatan yaitu Putussibau Utara dan lima belas
Desa/Kelurahan. (KJ)
2.Bagaimanakah sejarah singkat kota Putussibau?
Putussibau.P a d a m u l a n y a , p e n d u d u k y a n g m e n d i a m i K o t a P u t u s s i b a u a d a l a
h o r a n g - o r a n g Dayak Kantu dan Dayak Taman. Masyarakat Dayak Kantu
berasal dari daerah Sanggau yang bermigrasi ke arah timur dan menetap di sebelah selatan
Kota Putussibau, sedangkan o r a n g o r an g D a yak Taman tin g g al me n ye b ar d i K o ta P u tu ss ib au . O r an g - o r an g
y a n g beragama Islam di Kota Putussibau berasal dari suku Dayak Taman dan Dayak Kayan
yang memeluk agama Islam.
2.Asal
Mula PendudukPutussibau
B.Masa Penjajahan
Belanda datang pertama kali ke wilayah Kapuas Hulu di Kerajaan Selimbau pada tahun
1847, dengan pemerintahan Abbas Surya Negara. Orang Belanda
yang d a t a n g k e k e r a j a a n S e l i m b a u t e r s e b u t a d a l a h A s i s t e n R e s i d e n S i n t a
n g b e r n a m a Cettersia. Dia datang dengan maksud meminta izin kepada Raja
Selimbau untuk menebang kayu di daerah Kenerak. Kayu tersebut oleh Belanda
untuk mendirikan benteng di daerah Sintang. Permohonan tersebut dikabulkan
oleh raja Selimbau dengan perjanjiannya adalah bahwa seandainya jumlah kayu yang
dibutuhan banyak maka mereka diperbolehkan bekerja lebih lama di Kenerak.
Setelah perjanjian disetujui oleh kedua belah pihak, Cettersia kemudian menyuruh
tukang kayu Cina dan satu orang Melayu Bugis bernama Wak Cindarok.Kayu-kayu hasil
tebangan tersebut diangkut melalui sungai Kenera, Kendali,
Raya,K e n e p a i , G e b o n g , R i g i , R i a u , L e m e d a , M a r s i d a , K e m e l
i a n , S u b a n g , d a n Kemayung.Pada tanggal 15 November 1823 (11 Rabiul
Awal 1239 H), pada masa pemerintahan Pangeran Soema, pemerintahan
koloni Hindia Belanda mengakui k e d a u l a t a n K e r a j a a n S e l i m b a u y a n g m e n g u
asai tanah negeri Silat.Kemudian Kerajaan Selimbau mendirikan negeri
baru yang diberi nama Nanga Bunut
dan m e n g a n g k a t A b a n g B e r i t a s e b a g a i r a j a n y a d e n g a
n g e l a r R a d e n S u t a . Sejak pangeran Muhammad Abbas Negara berkuasa, terjadi
konflik antara Kerajaan Selimbau dengan Kerajaan Sintang.Pada tahun 1838 M, Kerajaan
Sintang melakukan penyerangan
terhadap K e r a j a a n S e l i m b a u . K e r a j a a n S i n t a n g d i p i m p i n o l e h P a n
g e r a n A d i p a t i M o h Jamaluddin meyerang Kerajaan Selimbau pada tan
g g a l 7 R a m a d h a n 1 2 5 9 H . Kerajaan Selimbau meminta bantuan kepada Kerajaan
Pontianak yang dipimpin oleh Sultan Syarif Usman bin Sultan Syarif Abdulrahman Al Kadri.
Pemerintahan K o l o n i a l H i n d i a B e l a n d a j u g a t u r u t c a m p u r d a l a m
peperangan itu karena
pihak B e l a n d a m e m p u n y a i p e r j a n j i a n d e n g a n K e r a j a a n P o n t i a n a k
d a l a m m a s a l a h keamanan dan peperangan. Selain berkonflik dengan Kerajaan Sintang,
Kerajaan Selimbau juga sempat berperang dengan Kerajaan Sekadau di daerah Sungai
Ketungau. Pada tanggal 15D e s e m b e r 1 8 4 7 , P a n g e r a n M u h A b b a s S u r y a
Negara mendapat pengakuan
dari pemerintah kolonia Hindia Belanda untuk memimpin tanahKapuas
1.Potensi Wisata
2.Peninggalan Sejarah
Di Kota Putussibau terdapat peninggalan sejarah yaitu berupa
S i t u s Neolitikum di Nanga Balang, Kecamatan Putussibau Selatan dan Rumah
Mayat ( K u l a m b u ) S e m a n g o k I I y a n g t e r l e t a k d i K e c a m a t a n P u t u s s i b a u
Utara. Kedua p e n i n g g a l a n s e j a r a h t e r s e b u t t e l a h t e r d a f t a r
sebagai benda cagar budaya.
KESIMPULAN
Kota Putussibau adalah salah satu nama daerah dan tempat diantara beberapa
nama d a e r a h y a n g a d a d i w i l a y a h k a b u p a t e n K a p u a s H u l u . K o t a i n i
t e r l e t a k d i h u l u Sungai Kapuas yang memiliki panjang 1,143 kilometer, dan 56 persen dari
luas wilayah kabupaten i n i a d a l a h k a w a s a n k o n s e r v a s i d a l a m b e n t u k
t a m a n n a s i o n a l d a n h u t a n l i n d u n g . (Coordinates: 051'58"N
1 1 2 5 5 ' 2 8 " E ) . W i l a y a h K a b u p a t e n K a p u a s H u l u d i n a m a k a n demikian karena
di kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai Kapuas.Sungai Kapuas yang melewati Kota
Putussibau telah memutus aliran Sungai Sibau yang membelah Kota Putussibau
sehingga dikatakan Putussibau. Menurut versi cerita r a k y a t l a i n n y a , b a h w a
munculnya nama Putussibau berasal dari kata Sibau yang merupakan
jenis pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan.
D i c e r i t a k a n dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai. menghalangi
aliran sungai.Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu pemerintah
kolonial Hindia Belanda menempatkan seorang Controleur di wilayah Boven Kapuas bernama
L.C.W e s t e n e m k ( 1 8 9 5 - 1 8 9 7 ) y a n g b e r k e d u d u k a n d i P u t u s s i b a u . P a d a
masa kemerdekaan kemudian Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu
d i b e n t u k b e r d a s a r k a n U n d a n g - u n d a n g D a r u r a t N o m o r 3 Tah u n 1 9 5 3
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
N e g a r a Tah u n 1 9 5 3 N o m o r 9 Tam b a h a n L e m b a r a n N e g a r a N o m o r
3 5 2 ) . Daerah Tingkat II Kabupaten Kapuas Hulu terbentuk bersamaan dengan Daerah Tingkat
II lainnya di Propinsi Kalimantan Barat. B e r d a s a r k a n l a n d a s a n h i s t o r i s ,
p e m e r i n t a h K a b u a t e n K a p u a s H u l u m e n g a d a k a n Seminar yang membahas Hari
Jadi Kota Putussibau pada tanggal 14-15 Februari 2005 di Putussibau. Hasil seminar
tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda) K a b u p a t e n
K ap uas Hulu No mo r 3 Tahu n 20 06 Ten tang Penetap an Hari Jadi
K o t a Putussibau. Demikianlah makalah ini penulis persembahkan agar dapat
memberikan manfaat k e p a d a s i d a n g p e m b a c a p a d a u m u m n y a d a n
k h u s u s n y a p a d a p e n u l i s a g a r d a p a t l e b i h mengenali serta memahami asal-usul
kota Putussibau
Posted by pimpii
meter kubik air per tahun di kawasan ini. Dan uniknya pada musim kemarau panjang, sebagian
besar danau menjadi kering.
Namun, bukan fenomena alam ini saja yang menjadi keunikan Danau Sentarum. Danau yang
terbentuk pada zaman es atau periode pleistosen ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar
biasa dan tak dimiliki daerah lain. Tumbuhannya saja ada 510 spesies dan 33 spesies di antaranya
endemik TNDS, termasuk 10 spesies di antaranya merupakan spesies baru.
Hewan mamalia di TNDS ada 141 spesies. Sekitar 29 spesies di antaranya spesies endemik, dan
64 persen hewan mamalia itu endemik Borneo. Terdapat 266 spesies ikan, sekitar 78 persen di
antaranya merupakan ikan endemik air tawar Borneo. Kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum tercatat sebagai salah satu habitat ikan air tawar terlengkap di dunia.
Selain hutan yang bagus dan menjadi habitat lebah, TNDS juga menjadi habitat berbagai jenis
ikan air tawar. Dari segi ukuran, misalnya, ada jenis ikan terkecil, yang dikenal dengan nama
ikan Linut (sundasalanx cf. microps) berukuran 1-2 sentimeter dengan tubuhnya yang transparan
seperti kaca, hingga ikan berukuran panjang dua meter seperti ikan Tapah dari genus Wallago.
Adapun ikan yang bernilai ekonomis dan di konsumsi warga, misalnya, ada ikan gabus, toman,
baung, lais, belida, dan jelawat. Khusus ikan hias, di TNDS terdapat ikan silok atau Arwana
(scleropages formosus) dan dan Ulang-uli (botia macracranthus) yang berhasil menembus
pasaran internasional dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pada kawasan ini tercatat paling
tidak 120 jenis ikan, serta terdapat beberapa jenis spesies yang hanya dimiliki oleh Danau
Sentarum dalam artian tidak ditemukan di belahan dunia lain.
Arwana/Siluk Merah
Ulang Uli
Buaya Senyulung
Selain itu terdapat 31 jenis Reptilia. Delapan jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi
seperti Buaya Muara (Crocodylus porosus), Buaya Senyulung (Tomistoma schlegelli), Labi-labi,
Ular, Biawak, dll. Bahkan Buaya Katak atau Buaya Rabin (Crocodylus raninus) yang di Asia
telah dinyatakan punah masih diketemukan di kawasan ini.
The Last Paradise
Danau Sentarum juga menyuguhkan keindahan alam yang tak terkira hingga dijuluki sebagai
The Last Paradise.
BAB III
1. Kesimpulan