Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
BAB IV ini diuraikan mengenai hasil analisis dari data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi. Selanjutnya data disajikan dengan hasil seperti yang terlihat pada
tabel berikut ini :
1. Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Tumbuh Kembang Balita
Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Tumbuh
Kembang Balita di Desa Batujajar Timur Kecamatan Batujajar
Frekuensi
(F)

Prosentase
(%)

Kurang Baik

29

44,6

Baik

36

55,4

Total
Sikap :
Negatif
Positif
Total

65

100

29
36
65

44,6
55,4
100

Variabel
Pengetahuan :

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 65


responden, sebagian besar memiliki pengetahun baik tentang tumbuh
kembang balita sebanyak 36 orang (55,4%) dan sebagian besar memiliki
sikap positif terhadap tumbuh kembang balita sebanyak 36 orang
(55,4%).

65

66

2. Perilaku Ibu Dalam Kunjungan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di


Desa Batujajar Timur Kecamatan Batujajar
Tabel 4.2 Distribusi Perilaku Ibu Dalam Kunjungan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita di Desa Batujajar Timur Kecamatan Batujajar

Kurang Baik

Frekuensi
(F)
36

Prosentase
(%)
55,4

Baik

29

44,6

Total

65

100

Variabel Perilaku Ibu

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 65


responden, sebagian besar memiliki perilaku kurang baik dalam kunjungan
deteksi dini tumbuh kembang balita di Desa Batujajar Timur Kecamatan
Batujajar sebanyak 36 orang (55,4%).
3. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dalam Kunjungan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Dalam Kunjungan
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Desa Batujajar Timur
Kecamatan Batujajar
Perilaku Ibu
Pengetahuan

Kurang Baik
n
%

Total

P value

Baik
N

Kurang Baik

22

75,9

24,1

29

100

Baik
Jumlah

14
36

38,9
55,4

22
29

61,1
44,6

36
65

100
100

0,006

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 29 resonden yang


memiliki pengetahuan kurang sebagian besar memiliki perilaku kurang baik
dalam kunjungan deteksi dini tumbuh kembang sebanyak 22 orang (75,9%),
sedangkan dari 36 resonden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar
memiliki perilaku baik sebanyak 22 orang (61,1%). Hasil analisis menunjukkan
nilai P=0,006 ( < 0,05) sehingga Ho ditolak, artinya terdapat hubungan

67

pengetahuan ibu dengan perilaku dalam kunjungan deteksi dini tumbuh kembang
Balita di Desa Batujajar Timur Kecamatan Batujajar.
4. Hubungan Sikap dengan Perilaku Dalam Kunjungan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita
Tabel 4.4 Hubungan Sikap dengan Perilaku Dalam Kunjungan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita di Desa Batujajar Timur Kecamatan
Batujajar
Perilaku Ibu
Sikap Ibu

Kurang Baik
n
%

Total

P value

Baik
N

Negatif

22

75,9

24,1

29

100

Positif
Jumlah

14
36

38,9
55,4

22
29

61,1
44,6

36
65

100
100

0,006

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 29 resonden yang


memiliki sikap negatif sebagian besar memiliki perilaku kurang baik dalam
kunjungan deteksi dini tumbuh kembang sebanyak 22 orang (75,9%), sedangkan
dari 36 resonden yang memiliki sikap positif sebagian besar memiliki perilaku
baik sebanyak 22 orang (61,1%). Hasil analisis menunjukkan nilai p=0,006 ( <
0,05) sehingga Ho ditolak, artinya terdapat hubungan sikap ibu dengan perilaku
dalam kunjungan deteksi dini tumbuh kembang Balita di Desa Batujajar Timur
Kecamatan Batujajar.

B. Pembahasan
1. Pengetahuan dan sikap ibu tentang tumbuh kembang balita di Desa
Batujajar Timur Kecamatan Batujajar
Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa dari 65
responden, sebagian besar memiliki pengetahun baik tentang tumbuh
kembang balita sebanyak 36 orang (55,4%). Pengetahuan yang baik

68

tersebut dipengaruhi oleh adanya penyuluhan kesehatan yang dilakukan


kader dan tenaga kesehatan meskipun tidak rutin disetiap RW. Hal
tersebut menjadi tambahan pemahaman bagi ibu yang memiliki balita
tentang tumbuh kembang balita melalui media buku KIA (Kesehatan ibu
dan anak). Menurut Depkes RI (2006) deteksi dini tumbuh kembang
anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Susilaningrum,
Nursalam, & Utami (2013) bahwa deteksi dini merupakan upaya
penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk mengetahui
adanya penyimpangan tumbuh kembang bayi dan balita serta untuk
mengoreksi adanya faktor resiko.
Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa dari 65
responden, sebagian besar memiliki sikap positif terhadap tumbuh
kembang balita sebanyak 36 orang (55,4%). Hasil ini menunjukkan
bahwa ibu memiliki tanggung jawab yang baik terhadap tumbuh
kembang balitanya sehingga menganggap perlu untuk melakukan
pemantauan secara rutin pada balitanya. Hal ini berarti pendeteksian
mengenai tumbuh kembang balita pada dasarnya bisa dilakukan oleh
siapapun termasuk orang tua itu sendiri sebagi orang terdekat dengan
balita.
Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Susilaningrum, Nursalam, & Utami (2013) bahwa pelaksanaan deteksi
dini dapat dilakukan oleh siapapun yang telah terampil dan mampu
melaksanakan, seperti tenaga profesional (dokter, psikolog, perawat, dan

69

tenaga kesehatan), kader, bahkan orang tua atau anggota keluarganya


dapat diajarkan cara melakukan deteksi tumbuh kembang. Upaya
deteksi ini dapat dilakukan ditempat pelayanan kesehatan, posyandu,
sekolah, atau lingkungan rumah tangga.
Deteksi dini tumbuh kembang, alat atau instrument yang
digunakan yaitu menggunakan skrining KPSP berdasarkan umur balita.
Tes skrining pada anak dapat diketahui adanya kelainan sehingga dapat
diramalkan keadaan tumbuh kembang anak dikemudian hari. Skrining
awal deteksi dini tumbuh kembang dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan yang berada di Puskesmas atau di lapangan dengan
menggunakan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi
Tumbuh Kembang Anak. Selanjutnya dapat pula dilakukan orang tua
atas informasi yang diberikan pada orang tua.
2. Perilaku ibu dalam kunjungan deteksi dini tumbuh kembang balita
di Desa Batujajar Timur Kecamatan Batujajar
Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa dari 65
responden, sebagian besar memiliki perilaku kurang baik dalam
kunjungan deteksi dini tumbuh kembang balita di Desa Batujajar Timur
Kecamatan Batujajar sebanyak 36 orang (60%). Perilaku yang buruk ini
menunjukkan bahwa orang tua yang jarang melakukan deteksi dini
tumbuh kembang balita secara rutin berdasarkan umur. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang baik serta sikap yang
negatif, sebagaimana hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
ibu memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 58,5%, sementara itu
terdapat pula ibu yang memiliki sikap yang negatif sebanyak 44,6%.

70

Oleh sebab itu penelitian ini sesuai dengan teori yang


dikemukakan oleh LW Green (1991) bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikapnya sebagai faktor predisposisi.
Demikian juga dengan pendapat Mubarak dkk (2012) yang menyatakan
bahwa pengetahuan seseorang sebagai salah satu faktor dominan yang
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.
Sementara itu Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pada
hakikatnya yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua
tindakan atau aktifitas pada individu itu sendiri, yang mempunyai
bentangan luas antara lain seperti, berbicara, berjalan, bekerja, makan,
menulis, dan sebagainya. Kesimpulan dari uraian tersebut bahwa yang
dimaksud perilaku manusia ialah semua segala aktivitas yang dilakukan
manusia, baik yang diamati atau tidak diamati oleh pihak luar.
Selanjutnya

perilaku

kesehatan

diartikan

sebagai

suatu

respon

seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit


atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan sekitar.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sakbaniyah, Herawati, dan
Mustika (2014) yang berjudul hubungan pengetahuan ibu balita dengan
kepatuhan kunjungan balita ke posyandu di Desa Suberejo menyebutkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan
kunjungan balita ke posyandu (nilai p-value = 0,000 dan nilai r = 0,645).
3. Hubungan pengetahuan dengan perilaku dalam kunjungan deteksi
dini tumbuh kembang balita di Desa Batujajar Timur Kecamatan
Batujajar

71

Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa dari 29


resonden yang memiliki pengetahuan kurang baik sebagian besar
memiliki perilaku kurang baik dalam kunjungan deteksi dini tumbuh
kembang sebanyak 22 orang (75,9%), sedangkan dari 36 resonden yang
memiliki pengetahuan baik sebagian besar memiliki perilaku baik
sebanyak 22 orang (61,1%). Hasil analisis menunjukkan nilai P=0,006 (
< 0,05) sehingga Ho ditolak, artinya terdapat hubungan pengetahuan ibu
dengan perilaku dalam kunjungan deteksi dini tumbuh kembang Balita di
Desa Batujajar Timur Kecamatan Batujajar.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sudarti dan
Fauziah (2014) tenatang Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang tumbuh kembang dengan perkembangan kognitif balita 1-3
tahun di Posyandu Jinten yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan orang tua dengan perkembangan kognigtif
balita 1-3 tahun di Posyandu Jinten.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kuesioner menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu yang baik sebagian besar mengenai faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang dan kebutuhan dasar tumbuh kembang
balita.

Pada

umumnya

anak

memiliki

pola

pertumbuhan

dan

perkembangan yang normal, dan ini merupakan hasil interaksi banyak


faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.
Faktor-faktor

tersebut

yaitu

menurut

Adriana

(2013)

diantaranya yaitu faktor Internal yang meliputi Ras atau etnik atau

72

bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, dan kelainan kromosom,


sedangkan faktor eksternal meliputi faktor Prenatal (gizi, mekanis,
toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan Imunologi, anoksia
embrio, dan psikologi Ibu), faktor komplikasi persalinan pada bayi
(seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otak) dan faktor Pascapersalinan (seperti gizi, penyakit kronis atau
kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin,
sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan.
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa semakin baik
pengetahuan ibu tentang deteksi dini tumbuh kembang maka akan
semakin baik pula perilaku kunjungan deteksi dini tumbuh kembang
balita.
4. Hubungan sikap ibu dengan perilaku dalam kunjungan deteksi dini
tumbuh kembang balita di Desa Batujajar Timur Kecamatan
Batujajar
Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa dari 29
resonden yang memiliki sikap negatif sebagian besar memiliki perilaku
kurang baik dalam kunjungan deteksi dini tumbuh kembang sebanyak 22
orang (75,9%), sedangkan dari 36 resonden yang memiliki sikap positif
sebagian besar memiliki perilaku baik sebanyak 22 orang (61,1%). Hasil
analisis menunjukkan nilai p=0,006 ( <0,05) sehingga Ho ditolak, artinya
terdapat hubungan sikap ibu dengan perilaku dalam kunjungan deteksi
dini tumbuh kembang Balita di Desa Batujajar Timur Kecamatan
Batujajar.

73

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap ibu terhadap


deteksi dini balita berpengaruh pada perilaku ibu dalam melakukan
kunjungan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan balitanya,
dengan kata lain semakin positif sikap ibu maka akan semakin rajin
dalam melakukan kunjungan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Palasari dan Purnomo (2012)
yang berjudul keterampilan ibu dalam deteksi dini tumbuh kembang
terhadap tumbuh kembang balita yang ditunjukan oleh hasil uji statistik
Mann-Whitney pada tingkat kemaknaan 0,05 di dapatkan p = 0,003
dimana p < maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan
antara keterampilan ibu tentang deteksi dini tumbuh kembang terhadap
tumbuh kembang balita di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis
Kediri.
Seorang ibu harus memiliki kepekaan terhadap deteksi dini
adanya kelainan tuumbuh kembang yang terjadi pda balitanya. Hal ini
dilakukan karena menurut Soetjiningsih (2015), masa pranatal mulai dari
saat konsepsi sampai lahir. Pada masa ini, terjadi tumbuh kembang yang
sangat pesat. Sel telur yang telah dibuahi mengalami diferensiasi yang
berlangsung cepat hingga terbentuk organorgan tubuh yang berfungsi
sesuai dengan tugasnya, hanya perlu waktu 9 bulan di dalam
kandungan. Masa embrio berlangsung sejak konsepsi sampai umur
kehamilan 8 minggu (ada yang mengatakan sampai 12 minggu). Pada
masa ini mulai terbentuk organorgan tubuh dan sangat peka terhadap
lingkungan. Pada masa fetus dini, terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia yang sempurna, dan organorgan tubuh

74

yang telah terbentuk mulai berfungsi. Pada masa fetus lanjut,


pertumbuhan berlangsung pesat dan berkembang fungsi organorgan
tubuh.
Balita

yang

mengalami

gangguan

pertumbuhan

dan

perkembangan akan ditunjukkan melalui beberapa ciri, seperti pada


balita yang mengalami gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan
pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal.
Pemantauan berat badan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dapat
dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Bila grafik
berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau
kelainan hormonal, sementara itu apabila grafik berat badan di bawah normal
kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau
kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang
penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
(Adriana, 2013).

Sementara itu pada proses tahapan perkembangannya, seorang


anak membutuhkan bermacammacam stimulasi. Menurut Soetjiningsih
(2015), stimulasi yang diberikan pada anak harus proporsional, baik
dalam kualitas maupun kuantitas, dan sesuai dengan tingkat maturitas
saraf anak. Stimulasi sebaiknya dilakukan terhadap semua aspek
perkembangan anak, tidak hanya dalam bidang intelektual, melainkan
juga emosional dan moralspiritual. Diharapkan pada waktu dewasa
kelak, selain mempunyai kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, juga
mempunyai kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan moralspiritual
(SQ) yang tinggi. Oleh sebab itu untuk lebih mengoptimalkan tumbuh
kembang balita dibutuhkan adanya stimulasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai