Anda di halaman 1dari 16

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/ Tanggal Ujian/ Presentasi Kasus :
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT : RUMAH SAKIT JIWA PROV. JAWA BARAT, CISARUA

Nama

: Priscilla Natalie

NIM
Dr. Pembimbing / Penguji

: 112015394
: dr. Lenny Irawati Yohosua, SpKJ

NOMOR REKAM MEDIS

: 061449

Nama Pasien

: Tn AS

Nama Dokter yang merawat

: dr. Zesty Virgiandita

Masuk RS pada tanggal

: 09-05-2016

Rujukan/datang sendiri/keluarga

: Datang diantar keluarga

Riwayat perawatan

: Tidak ada

I.

IDENTITAS PASIEN

Tanda Tangan

Nama
Tempat & tanggal lahir
Jenis kelamin
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Alamat

: Tn. AS
: Bandung, 20 Oktober 1997
: Laki-laki
: Sunda
: Islam
: Tamat SMP
: Kuli bangunan
: Belum menikah
: Kp. Dangdeur RT/RW 03/09, Kelurahan Rancakole,
Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung

II.

RIWAYAT PSIKIATRIK
Alloanamnesis diambil pada tanggal 7 Juni 2016 jam 17.45 WIB dengan Ayah kandung
pasien dan dapat dipercaya.
A. KELUHAN UTAMA
Keluyuran dan menantang orang lain untuk berkelahi.
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
1 bulan SMRS pasien mengkonsumsi Komix yang berlebih karena ajakan temantemannya sehingga membuat pasien menjadi sering marah-marah tanpa sebab yang
jelas tetapi tidak sampai merusak barang dan memukul orang lain (agresivitas
verbal). 2 minggu SMRS bicara pasien mulai tidak nyambung jika diajak bicara
(inkoheren), sering keluyuran malam-malam (foriomania), dan menantang orang
lain untuk berkelahi (agresivitas verbal). 1 hari SMRS pasien menantang orang lain
berkelahi sehingga pasien ditonjok di bagian wajah yang membuat keluarga pasien
mulai khawatir akan terjadi hal yang sama lagi dan akhirnya keluarga pasien
membawa pasien ke RSJ. Ini adalah pertama kalinya pasien dibawa ke RSJ. Sebelum
pasien sering mengkonsumsi Komix berlebih, pasien tidak pernah mengalami hal
seperti ini. Pasien juga tidak memiliki keluhan atau gangguan medik lainnya.
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki gangguan serupa dengan pasien atau riwayat
gangguan jiwa. Kekerasan dalam keluarga, masalah dalam keluarga, dan masalah
dengan lingkungan sosial maupun pekerjaan pasien disangkal. Pasien memiliki
kebiasaan merokok dan minum alkohol.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan psikiatrik
Tidak ada.

2. Riwayat gangguan medik


Tidak ada.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien merokok dan mengkonsumsi alkohol. Tetapi pasien tidak menggunakan
obat-obatan terlarang.
4. Riwayat gangguan sebelumnya (dalam grafik)

Mei 2016

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat perkembangan fisik
:
Tidak ada riwayat perkembangan fisik pasien yang terganggu.
2. Riwayat perkembangan kepribadian
a. Masa kanak-kanak
:
Pasien lahir normal di rumah dengan bantuan bidan. Pasien langsung
menangis setelah lahir. Pasien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Pasien
merupakan anak yang penurut dan sopan terhadap kedua orangtuanya. Pasien
anak yang aktif dan pandai bergaul, sehingga pasien memiliki banyak teman.
Pasien merupakan anak yang tidak mudah tersinggung. Dan pasien tidak
pernah membuat masalah di sekolah maupun di kalangan sosialnya.
b. Masa remaja
:
Pasien merupakan remaja yang baik. Pasien tidak pernah melawan
orangtuanya, penurut, dan sopan. Pasien tidak pernah menggunakan obatobatan terlarang tetapi pasien sering diajak teman-temannya untuk mencoba
minuman beralkohol. Pasien pandai bersosialisasi dan bergaul, sehingga
mempunyai banyak teman dan pasien sering menghabiskan waktu dengan
teman-temannya.
3. Riwayat pendidikan

Pasien hanya melanjutkan sekolahnya sampai tamat SMP dengan alasan orangtua
pasien tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah pasien ke tingkat
berikutnya. Selama pasien sekolah, pasien tidak mengalami kesulitan dalam
pelajarannya, pasien bisa mengikuti pelajaran dengan baik, dan pasien tidak
pernah terlambat naik ke tingkat berikutnya.
4. Riwayat pekerjaan
:
Saat ini pasien tidak bekerja. Tetapi sebelumnya pasien bekerja sebagai kuli
bangunan.
5. Kehidupan beragama
Pasien taat beribadah.
6. Kehidupan sosial dan perkawinan
Pasien belum menikah.

:
:

E. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :
: Kakek

: Nenek

: Ayah

: Ibu

: Kakak laki-laki

OS

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG


Pasien tinggal bersama orangtuanya. Kedua kakak laki-laki pasien sudah berkeluarga.
Penghasilan keluarga pasien cukup untuk makan sehari-hari tetapi kurang untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan melanjutkan sekolah pasien. Ekonomi keluarga
pasien menengah ke bawah. Keadaan pasien yang suka keluyuran keluar rumah

malam-malam, marah-marah tanpa sebab yang jelas, bicara tidak nyambung, dan
sering menantang orang lain untuk berkelahi hingga pasien ditonjok oleh orang lain
membuat keluarga pasien khawatir akan keadaan pasien. Keluarga tidak ingin pasien
mengalami hal yang sama dan ingin pasien bisa sembuh seperti semula sehingga
pasien dibawa ke RSJ. Saat ini pasien sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat untuk mendapatkan penanganan yang tepat supaya kondisi pasien bisa
berangsur-angsur membaik.
III.

STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Saat ditemui di Ruang Rawat Inap Garuda, terlihat postur tubuh pasien ideal, kulit
sawo matang, muka yang terlihat lebih tua dari usianya, pasien menggunakan
kaos merah dan celana 7/8 berwarna hijau, rambut rapi, kuku terawat, terlihat ada
tattoo pada tangan pasien, dan pasien tampak curiga.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik
: tidak tampak terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara
: pasien terlihat sedang mengetuk-ngetuk pintu

kamarnya sendiri dan memanggil saya untuk dikeluarkan dari kamar.


Selama wawancara
: pasien kooperatif, kontak mata normal, mood

hipertim, verbal lancar, koheren, volume suara keras.


Sesudah wawancara
: pasien tidur.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif dan tampak curiga
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara
: lancar, koheren, volume suara keras, menjawab
saat ditanya
b. Gangguan berbicara
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood)
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus
b. Stabilisasi
c. Kedalaman
d. Skala diferensiasi
e. Keserasian
f. Pengendalian impuls

: tidak ada
: hipertim
: tenang
: stabil
: dalam
: luas
: appropriate
: baik

g. Ekspresi
h. Dramatisasi
i. Empati

: wajar
: tidak ada acting emotional
: tidak dapat dirabarasakan

C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi
: auditorik dan visual (mendengar bisikan untuk
menantang orang lain berkelahi dan melihat bayangan putih sekelibat)
b. Ilusi
: disangkal
c. Depersonalisasi
: disangkal
d. Derealisasi
: disangkal
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan
: tamat SMP
2. Pengetahuan umum
: sesuai dengan taraf pendidikan
3. Kecerdasan
: sesuai dengan taraf pendidikan
4. Konsentrasi
: tidak terganggu
5. Orientasi
a. Waktu
: pasien bisa identifikasi perkiraan waktu dengan benar
b. Tempat
: pasien tahu di mana dia sedang berada
c. Orang
: pasien tahu siapa pemeriksa dan perannya apa
d. Situasi
: pasien tahu situasi saat itu
6. Daya ingat
a. Tingkat
Jangka panjang : tidak terganggu
Jangka pendek
: tidak terganggu
Segera
: tidak terganggu
b. Gangguan
: tidak ada
7. Pikiran abstraktif
: tidak terganggu
8. Visuospatial
: tidak terganggu
9. Bakat kreatif
: tidak jelas
10. Kemampuan menolong diri sendiri : tidak terganggu
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Produktivitas
: berpikir cepat
Kontinuitas
: logis
Hendaya bahasa
: tidak ada
2. Isi pikir
Preokupasi dalam pikiran
: tidak ada
Waham
: curiga (pasien curiga pada saya karena

takut digigit)
Obsesi
Fobia
Gagasan rujukan

: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

Gagasan pengaruh

: tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS
Pasien bisa mengendalikan impuls dengan baik.
G. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial
: tidak terganggu
b. Uji daya nilai
: tidak terganggu
c. Daya nilai reabilitas : tidak terganggu
H. TILIKAN
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan tahu penyebabnya, tetapi tidak
diaplikasikan dalam perilaku praktisnya, sesuai dengan tilikan 5.
I. RELIABILITAS
Pasien dapat dipercaya.
IV.

V.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tensi
4. Nadi
5. Suhu badan
6. Frekuensi pernapasan
7. Bentuk tubuh
8. Sistem kardiovaskuler
9. Sistem respiratorius
10. Sistem gastro-intestinal
11. Sistem musculo-sceletal
12. Sistem urogenital

: baik
: compos mentis
: 100/70 mmHg
: 82x/menit
: 36,5oC
: 20x/menit
: ideal
: tidak ada gangguan
: tidak ada gangguan
: tidak ada gangguan
: tidak ada gangguan
: tidak ada gangguan

B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial
2. Gejala rangsang meningeal
3. Mata
4. Pupil
5. Ofthalmoscopy
6. Motorik
7. Sensibilitas
8. Sistim saraf vegetatif
9. Fungsi luhur
10. Gangguan khusus

: dalam batas normal


: negatif
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: isokor
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: tidak terganggu
: tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG

No.
1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.

Experti
se

VI.

Pemeriksaan
Hasil
Hematologi
Hb
15,9
Leukosit
7.900
Hematokrit
49
Trombosit
355.000
Kimia Klinik
Glukosa
Sewaktu
86
SGOT
16
SGPT
26
Ureum
28,4
Creatinin
1

Satuan
g/dl
/ul
%
/ul

mg/dl
U/l
U/l
mg/dl
mg/dl

Dalam Batas
Normal

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien Tn. AS dengan usia 18 tahun datang diantar keluargnya dengan keluhan keluyuran
malam-malam (foriomania) dan menantang orang lain berkelahi (agresivitas verbal). 1
bulan SMRS pasien mengkonsumsi Komix yang berlebih karena ajakan teman-temannya
sehingga membuat pasien menjadi sering marah-marah tanpa sebab yang jelas tetapi
tidak sampai merusak barang dan memukul orang lain (agresivitas verbal). Pasien juga
sering mendengar suara bisikan dan melihat bayangan putih sekelibat (halusinasi
auditorik dan visual). Pasien mengatakan isi suara bisikannya tidak jelas, kadang
perempuan dan kadang laki-laki. 2 minggu SMRS pasien sering keluyuran malam-malam
dan menantang orang lain untuk berkelahi. Pasien mengaku ia menantang orang lain
berkelahi karena mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk berkelahi dan
menonjok orang lain. 1 hari SMRS pasien menantang orang lain berkelahi sehingga
pasien ditonjok di bagian wajah. Ini adalah pertama kalinya pasien dibawa ke RSJ.
Sebelum pasien sering mengkonsumsi Komix berlebih, pasien tidak pernah mengalami
hal seperti ini. Pasien juga tidak memiliki keluhan atau gangguan medik lainnya. Pasien
mengatakan kakaknya yang ke-2 juga memiliki gangguan serupa dengan pasien tetapi
tidak dirawat seperti pasien. Kekerasan dalam keluarga, masalah dalam keluarga, dan
masalah dengan lingkungan sosial maupun pekerjaan pasien disangkal. Pasien memiliki

kebiasaan merokok dan minum alkohol. Namun, selama 1 bulan pasien berada di RSJ,
pasien tidak pernah lagi mendengar suara bisikan ataupun melihat bayangan putih
(perbaikan gejala selama 1 bulan pasien berada di RSJ).
VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
: Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini termasuk
gangguan jiwa karena adanya :
1. Gangguan jiwa, atas dasar adanya gangguan pada pikiran, perasaan, dan perilaku
yang menimbulkan penderitaan (distress) dan menyebabkan gangguan dalam
kehidupan sehari-harinya (hendaya).
2. Gangguan jiwa ini termasuk Gangguan Mental Non Organik karena tidak
ditemukannya gangguan kesadaran, gangguan kognitif, gangguan fungsi intelektual,
gangguan daya ingat, dan kelainan faktor organik spesifik.
3. Menurut PPDGJ-III, Gangguan Mental Non Organik ini termasuk golongan psikosis
karena adanya halusinasi (auditorik dan visual) serta waham (curiga).
4. Menurut PPDGJ-III, Gangguan Mental Non Organik ini termasuk F19.50 Gangguan
Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multiple dan Penggunaan Zat
Psikoaktif Lainnya dengan Lir-Skizofrenia (Schizophrenic-like) :
a. Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat
psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari
keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset lambat.
b. Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola
gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan
dan kepribadian pengguna zat. Pasien mengalami gejala halusinasi (auditorik dan
visual) dan waham (curiga) setelah mengkonsumsi Dextrometorfan yang
terkandung dalam obat Komix.
Differential Diagnosis
F20.0 Skizofrenia Paranoid
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
b. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol :
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah (halusinasi
-

auditorik yang isinya menyuruh pasien untuk menantang orang lain berkelahi).
Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol (halusinasi visual yaitu
pasien melihat bayangan putih sekelibat).

Waham dapat berupa hampir setiap jenis (waham curiga).

Aksis II

: Pasien tidak memiliki gangguan kepribadian yang khas dan retardasi


mental.

Aksis III

: Pasien tidak memiliki gangguan kondisi medik umum.

Aksis IV

: Pasien tidak memiliki stressor yang menjadi penyebab.

Aksis V

: Skala GAF 90-81. Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak
lebih dari masalah harian biasa.

VIII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: F19.50 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multiple
dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya dengan Lir-Skizofrenia
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

IX.

(Schizophrenic-like)
: tidak ada diagnosa
: tidak ada diagnosa
: tidak ada stressor penyebab
: Skala GAF 90-81

PROGNOSIS

Prognosis Baik
Berhenti mengkonsumsi

Prognosis Buruk

Dextrometorfan
Minum obat dengan rutin dan

Masih mengkonsumsi Dextrometorfan

teratur
Dukungan dari keluarga dan

Tidak rutin dan teratur minum obat


Tidak mendapat dukungan kuat dari keluarga dan

lingkungan sosial
Kontrol rutin

lingkungan sosial
Kontrol tidak rutin

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

X.

DAFTAR PROBLEM
Organobiologik
Psikologik/psikiatrik

XI.

: tidak ada gangguan.


: halusinasi auditorik dan visual, waham curiga, agresivitas

verbal, hiperaktif, tilikan derajat 5.


Sosial/keluarga
: tidak ada stressor yang menjadi penyebab.

TERAPI
1. Psikofarmaka
R/ Risperidon 2 mg tab No. VII
S 1 dd tab 1
-------------------------------------------- (sign)
2. Psikoterapi Suportif
- Psikoventilasi : pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahannya,
apa yang menjadi kekhawatiran pasien kepada therapist, sehingga therapist dapat
memberikan problem solving yang baik dan mengetahui antisipasi pasien dari
-

faktor-faktor pencetus.
Persuasi
: membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu kontrol dan

minum obat dengan rutin.


Sugesti
: membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat

sembuh.
Desensitisasi : pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di lingkungan kerja

untuk meningkatkan kepercayaan diri.


3. Edukasi Keluarga : hanya perlu ditekankan kepada keluarga pasien untuk
memahamkan kepada keluarga bahwa kerja sama mereka sangat dibutuhkan untuk
memastikan kepatuhan kontrol dan minum obat. Keluarga dianjurkan mengawasi
pasien saat minum obat dan memastikan pasien meminum obat dengan rutin di
rumah. Juga diberi pengertian kepada keluarga tetap menghargai pasien seperti orang
sehat dan membesarkan hati pasien, memberi pertimbangan-pertimbangan rasional
terhadap berbagai keinginannya.
4. Edukasi Masyarakat
: penting dilakukan edukasi kepada masyarakat khususnya
di sekitar pasien tinggal, untuk mensosialisasikan pengertian penyakit jiwa yang
sebenarnya. Diharapkan masyarakat akan mengerti sehingga dapat memperlakukan
pasien selayaknya manusia yang berhak untuk dihargai.
XII.

LAMPIRAN FOLLOW UP

Hari/tgl/j
am

Tanya Jawab

Manifestasi

T:
J:
T:
J:
T:
J:
T:

Halloo. Gimana kabarnya hari ini? Baik?


Halloo juga, dok. Baik dong.
Perasaannya hari ini gimana nih?
Yaa sekarang mah seneng atuh.
Udah liat dokter
Emang tadinya gimana?
Ga apa-apa sih, biasa aja.
Hari ini ada dengar bisikan ga?

J:
T:

Ngga, dok.
Kalo liat bayangan putih?

J:

Ngga juga, dok.


Pokoknya selama di sini udah ga pernah lagi
dua-duanya.
Masih curiga ga nih sama saya?
Masih, dikit.
Curiganya kenapa lagi sih emang?
Kan saya ga ngapa-ngapain kamu dari
kemarin.

T:
J:
T:

J:
T:
J:
T:
J:
T:
J:
T:

J:

Yaa masih curiga aja gitu dok, takut digigit.


Kan situ mah dokter.
Udah makan belum?
Udah dong, dok.
Obatnya udah di minum juga?
Udah juga, dok.
Yaa udah bagus deh kalo gitu yah. Ada
keluhan lain ga?
Ngga dok, ga ada. Baik-baik aja udah.
Yaa udah. Istirahat lagi deh yaa.
Makasih yaa udah mau ngobrol sebentar.
Iyaa sama-sama, dok. Makasih juga udah
datengin saya.

LAMPIRAN AUTOANAMNESIS

Mood hipertim

Halusinasi
auditorik (-)
Halusinasi
visual (-)

Waham curiga
(+)

Autoanamnesis diambil pada hari Selasa tanggal 7 Juni 2016 jam 16.00 WIB bertempat di Ruang
Garuda.
D (Dokter)
P (Pasien)
D

: Hallo selamat sore. Saya dr. Cilla yaa. Ngobrol-ngobrol sebentar yuk. Boleh ga?

: Hallo juga, dok. Iyaa boleh dong. Saya juga mau cerita-cerita. (mood hipertim)

: Namanya siapa nih?

: Aan Sopyan. Tapi saya mah maunya di panggil Andri aja yah.

: Kenapa maunya dipanggil Andri? Emang Andri siapa?

: Yaa saya atuh. Kan namanya Aan, jadinya dipanggil Andri.

: Tapi saya maunya panggil Aan aja boleh ga?

: Yaa buat dokter boleh deh. Panggil Aan aja kalo gitu, dok.

: Aan umur berapa sekarang?

: 18 tahun. Dokter umurnya berapa?

: Saya 20 tahun, lebih tua dari Aan yah. Aan gimana kabarnya hari ini? Perasaannya
gimana?

: Baik aja dok kabarnya. Perasaan yaa biasa-biasa aja, dok. Saya mau pulang aja lah, dok.
Saya kangen sama Bapak sama Ibu. Udah sembuh kok.

: Emang Aan udah berapa lama di sini?

: 1 bulan, dok. Dari bulan Mei kemarin tuh saya udah di sini, tapi sebelumnya mah saya
ga di ruangan sini, saya di Merak tuh. (Pasien sudah 4x pindah ruangan)

: Ohh Aan udah dipindah ruangannya. Kenapa dipindah ruangannya?

: Ga tau, dok. Waktu saya di Merak mah Bapak saya suka nengokin saya tuh, sekarang
mah belum.

: Yang antar Aan ke sini siapa? Apa Aan nya datang sendiri yah?

: Ngga dok, saya dibawa Bapak saya ke sini.

: Aan tau ini tempat apa?

: Tau lah, dok. Ini RSJ Prov. Jabar kan? (orientasi tempat tepat)

: Iyaa betul. Berarti Aan tau dong kalo Aan lagi sakit?

: Tau, dok. Tapi saya ga tau sakitnya tuh apa sebenarnya.

: Alasan Bapak bawa Aan ke sini karena apa? Aan abis bikin kesalahan ga sama Bapak
atau sama Ibu atau sama orang lain gitu?

: Tau, dok. Saya suka nantangin orang berantem gitu. (agresivitas verbal)

: Loh, kenapa Aan suka nantangin orang berantem?

: Yaa ga apa-apa, pengen nantangin berantem aja.

: Aan suka dengar bisikan-bisikan gitu ga sih? Atau liat bayangan gitu?

: Iyaa, dok.

: Terus bisikannya ngomong apa emangnya sama Aan? Bayangannya kaya gimana?

: Yaa itu dok suruh saya ngajak orang berantem, nantangin orang berantem gitu
maksudnya. Suka suruh saya nonjokin tembok juga. Bayangan putih aja gitu sekelibat,
putih kaya cahaya lampu gitu, dok. (halusinasi auditorik dan visual)

: Bisikan sama bayangannya laki-laki atau perempuan tuh An?

: Bisikannya kaya suara perempuan gitu, dok. Bayangannya yaa ga jelas, cuma sekelibat
gitu.

: Sejak kapan sih Aan suka dengar bisikan & liat bayangan putih itu?

: Nahh itu dok saya mau cerita. Jadi saya kan suka minum Komix Dextro itu loh dok,
pokoknya sering lah saya minum Dextro itu. Nah abis minum Dextro itu kayanya mah
gara-gara keseringan yaa dok, ehh saya jadi kaya bukan saya gitu. Saya jadi sering dengar
bisikan yang suruh saya buat nantangin orang berantem & nonjokin tembok. Makanya

saya suka nyari ribut sama orang jadinya. Ini loh dok liat deh, muka saya sampe ditonjok
sama orang gara-gara saya ajakin berantem. Kalo malam mau tidur juga tuh suka dengar
suara-suaranya, tapi saya cuekin aja biar bisa tidur. (tilikan 5)
D

: Dari kapan Aan suka minumin Komix itu?

: Yaa 1 bulanan lah dari sebelum saya masuk sini.

: Sebelum Aan sering minum Komix Dextro itu, Aan kaya gini ga?

: Nggaaaa, dok. Nggaaa sama sekali. Sejak minumin Dextro aja saya jadi begini.
Sebelumnya mah ga pernah sama sekali.

: Selama 1 bulan itu Aan pernah ngamuk-ngamuk atau marah-marah ga jelas, keluyuran,
mukul Bapak Ibu atau orang lain gitu, rusakin barang, pernah ga Aan?

: Ngamuk sih ngga, dok. Cuma gampang marah aja gitu (agresivitas verbal). Kalo
keluyuran sih mungkin iya kali yah (foriomania). Tapi kalo sampe mukul mah ga pernah
sama sekali, apalagi mukul Bapak sama Ibu, ga lah dok. Rusakin barang juga nggaaa.

: Kok yang saya dengar nih, Aan mukul Bapak, makanya Aan dibawa ke sini. Benar ga
tuh Aan?

: Ihh kata siapa, dok? Saya mah ga pernah mukulin orangtua. Saya cuma nantangin orang
berantem aja. (agresivitas verbal)

: Kalo mukul orang lain atau temannya Aan gitu pernah ga?

: Ga sampe mukul, dok. Cuma nantangin aja gitu. Yang ada saya nih yang ditonjok. Ini
liat pipi saya.

: Selama 1 bulan Aan di sini, masih suka dengar bisikan & liat bayangan ga?

: Ohh udah ngga sama sekali, dok. Sebelum masuk sini aja sih kaya gitu. (halusinasi
auditorik dan visual tidak ada selama 1 bulan pasien dirawat di RSJ)

: Aan suka curigaan ga sih sama orang?

: Iyaa dok curigaan, itu juga sejak saya minum Dextro itu yah. Sebelumnya mah saya ga
pernah curigaan.

: Nah sekarang ini Aan lagi curiga ga sama saya?

: Iya curiga. Takut digigit saya. (waham curiga)

: Ngga lah Aan, ga akan digigit. Tenang aja. Aan ada keluhan sakit gitu ga?

: Ga ada, baik-baik aja saya ngerasanya.

: Jatuh pernah ga? Terus kepalanya kepentok.

: Dulu sih pernah waktu masih TK, kepala saya pernah dipatok ayam sampe bolong. Tapi
itu mah dulu pas masih kecil. Udah diobatin juga. Jadi sekarang mah ga kenapa-kenapa.

: Di keluarganya Aan ada yang kaya Aan gini ga?

: Ada itu kakak saya, tapi ga dirawat kaya saya. (Ayah pasien mengatakan tidak ada
yang mengalami hal serupa dengan pasien)

: Aan sekolahnya sampe kelas berapa?

: Sampe kelas 3 SMP aja. Abis bapak ga punya duit buat biayain sekolah Aan, jadi ga
lanjutin.

: Aan sendiri kerja ga?

: Sebelum masuk sini mah kerja di bangunan itu, jadi kuli bangunan.

: Terus enjoy ga sama kerjaannya? Ada masalah ga?

: Ga ada ahh, biasa-biasa aja, baik-baik aja. (stressor psikososial(-))

: Yaa udah Aan cerita-ceritanya udah dulu yah, dilanjut besok aja. Makasih ya Aan udah
mau cerita. Istirahat. Obatnya di minum terus yah biar cepat sembuh. Kan katanya mau
pulang.

: Iyaa dok, di minum terus kok obatnya. Makasih juga, dok.

Anda mungkin juga menyukai