Anda di halaman 1dari 11

Obat Anti Ansietas

Yoseph Renaldy Ndapa


11-2014-259

PEMBIMBING :
dr.Dharmawan Ardhi sp.KJ

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT dr.SOEHARTO HEERDJAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA

PERIODE 2 MEI 4 JUNI 2016

Pendahuluan
Gangguan cemas merupakan gangguan yang paling sering ditemui dalam masalah
psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi faktor faktor biopsikososial, termasuk
kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi tertentu, stres atau trauma yang
menimbulkan sindrom klinis yang bermakna.
Studi menunjukan bahwa gangguan ini meningkatkan morbiditas, penggunaan
pelayanan kesehatan, dan hendaya fungsional. Pemahaman neuroanatomi dan biologi
molekuler ansietas menjanjikan pengertian baru mengenai etiologi dan terapi yang lebih
spesifik (dengan demikian lebih efektif) di masa mendatang. Selama 15 tahun terakhir, dokter
psikiatrik di Amerika melihat gangguan kecemasan bergerak menjauhi pengertian yang
didasarkan pada rumusan psikodinamika dari neurosis. Hasilnya adalah bahwa kata
neurosis dikeluarkan dari tatanama resmi, dan pembagian antara gangguan kecemasan telah
dibuat atas dasar kriteria klinis yang sah dan dapat dipercaya.1
Jika memeriksa pasien dengan gangguan cemas, terapis harus mampu
membedakan antara jenis kecemasan normal dan patologis. Pada tingkat praktis, kecemasan
patologis dibedakan dari kecemasan normal oleh penilaian pasien, keluarganya, temantemannya dan terapis bahwa pada kenyataannya terdapat kecemasan patologis. Penilaian
tersebut didasarkan pada laporan keadaan internal pasien, perilakunya dan kemampuan
pasien untuk berfungsi sebagaimana mestinya. Seorang pasien dengan kecemasan patologis
memerlukan pemeriksaan neuropsikiatrik yang menyeluruh dan suatu rencana pengobatan
yang disusun secara individual. Klinisi harus menyadari bahwa kecemasan mungkin
merupakan komponen dari banyak kondisi medis dan gangguan mental lainnya, khususnya
gangguan depresif.2
Pengertian Cemas
Cemas merupakan ekspresi yang dapat terjadi pada semua orang. Ekspresi tersebut
sering bersifat panjang, tidak menyenangkan, terdapat rasa ketakutan yang tidak jelas, dan
sering disertai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di
2

dada, rasa tidak nyaman di perut termasuk bagian ulu hati, dan rasa gelisah. Hal tersebut
ditunjukan dengan berbagai sikap, misalnya tidak dapat duduk tenang. Gejalagejala yang
terjadi selama berlangsungnya cemas cenderung bervariasi pada setiap orang. 1 Gangguan
kecemasan dapat menyebabkan manifestasi yang berhubungan dengan efek viseral dan
motorik, yaitu diare, nyeri kepala, hiperhidrosis hiperrefleksia, hipertensi, palpitasi, midriasis,
kegelisahan, syncope, takikardi, perasaan gatal pada ekstremitas, tremor, rasa tidak nyaman di
perut, dan gangguan urinalisis (frekuensi, hesitansi, urgensi).2
Episode cemas yang ringan merupakan pengealaman hidup yang biasa dan tidak
memerlukan pengobatan. Tetapi jika gejala cemas cukup berat, kronis, mengganggu aktivitas
sehari-hari, perlu diobati dengan obat anticemas (disebut ansiolitik atau transquilizer minor).
Obat Anti-Cemas
Obat anti-cemas disebut juga ansiolitik atau obat penenang, diberikan untuk
mengatasi gejala-gejala kecemasan. Obat anti-cemas memiliki efek mengendurkan otot-otot,
mengurangi ketegangan, membantu tidur dan mengurangi kecemasan. Karena semua obat
antiansietas menyebabkan sedasi, obat yang sama dalam klinik sering berguna sebagai
ansiolitik dan hipnotik (menyebabkan tidur)
Klasifikasi Obat Anti Cemas
Obat anti cemas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan benzodiazepine,
dan golongan non benzodiazepin yang meliputi antihistamin, barbiturate, dan buspirone.3
1.Benzodiazepine
Benzodiazepin adalah sekelompok obat golongan psikotropika yang mempunyai
efek antiansietas atau dikenal sebagai minor tranquilizer, dan psikoleptika. Benzodiazepin
memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi
otot melalui medula spinalis, dan amnesia retrograde.
Benzodiazepin dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1940-an dengan
derivat pertama kali yang dipasarkan adalah klordiazepoksid (semula dinamakan
methaminodiazepokside) pada tahun 1960, kemudian dilakukan biotransformasi menjadi
diazepam (1963), nitrazepam (1965), oksazepam (1966), medazepam (1971), lorazepam
(1972), klorazepat (1973), flurazepam (1974), temazepam (1977), triazolam dan clobazam
(1979), ketazolam (1980), lormetazepam (1981), flunirazepam, bromazepam, prazepam
(1982), dan alprazolam (1983).
3

Golongan Benzodiazepin menggantikan penggunaan golongan Barbiturat yang


mulai ditinggalkan karena lebih efektif dan aman. Keunggulan benzodiazepine dari
barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah,
margin dosis aman yang lebar, dan tidak menginduksi enzim mikrosom di hati.Benzodiazepin
telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan
sedasi pada pasien dalam monitorng anestesi.
Benzodiazepin merupakan golongan obat anti cemas yang sering digunakan. Obat
ini telah menggantikan barbiturat dan meprobamat dalam pengobatan cemas karena lebih
efektif dan aman. Obat-obatan yang termasuk golongan benzodiazepine adalah sebagai
berikut :

Alprazolam
Klordiazepoksid
Klonazepam
Klorazepat
Diazepam
Lorazepam
Quazepam
Midazolam
Estazolam
Flurazepam
Temazepam
Triazolam

Ansiolitik

Hipnotik

Penggolongan Benzodiazepin
Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
yaitu short acting, long acting, ultra short acting.
1)

Long acting.
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit

aktif (sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi
oksazepam yang dikonjugasi menjadi glukoronida tak aktif.
2)

Short acting
Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu

kerjanya tidak diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak
terakumulasi pada penggunaan berulang.
3)

Ultra short acting


Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek

abstinensia lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini. Selain sisa metabolit aktif
4

menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap reseptor juga sangant
menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan.2
a.Cara Kerja
Pengikatan GABA (Asam Gama Aminobutirat) ke reseptornya pada membran sel
akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang
masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang
letup dan meniadakan pembentukan kerja-potensial. Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik
dan berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat dengan reseptor GABA.
Reseptor benzodiazepin terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan neuron
GABA. Pengikatan benzodiazepin memacu afinitas reseptor GABA untuk neurotransmiter
yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering terbuka. Keadaan
tersebut akan memicu hiperpolarisasi dan menghambat letupan neuron.
b.Efek
Benzodiazepin bukan antipsikotik atau analgetik. Semua benzodiazepin
memperlihatkan efek berikut :
Menurunkan Ansietas
1.Pada dosis rendah, benzodiazepin bersifat ansiolitik. Diperkirakan dengan menghambat
secara selektif saluran neuron pada sistem limbik otak.
2.Bersifat sedatif dan hipnotik
Semua benzodiazepin yang digunakan untuk mengobati cemas juga mempunyai
efek sedatif. Pada dosis yang lebih tinggi, benzodiazepin tertentu dapat menyebabkan
hipnosis (tidur yang terjadi secara artifisial)
3.Antikonvulsan
Beberapa benzodiazepin bersifat antikonvulsan dan digunakan untuk pengobatan
epilepsi dan gangguan kejang lainnya.
4.Pelemas Otot
Benzodiazepin melemaskan otot skelet yang spastik. Barangkali dengan cara
meningkatkan inhibisi presinaptik dalam sumsum tulang.3
c.Penggunaan dalam terapi
1.Gangguan cemas
Benzodiazepin digunakan untuk pengobatan ansietas yang menyertai depresi dan
skizofren. Obat-obat ini tidak boleh digunakan untuk stres normal dalam kehidupan seharihari, tetapi hanya untuk cemas yang lebih hebat karena mempunyai potensi adiksi.obat yang
5

bekerja panjang seperti diazepam digunakan untuk pasien dengan cemas yang memerlukan
pengobatan jangka lama. Efek anticemas benzodiazepin kurang menimbulkan toleransi
dibanding efek sedatif dan hipnotik.untuk gangguan panik digunakan alprazolam sebagai
terapi jangka pendek dan panjang, tetapi pada 30% penderita panik, menyebabkan gejala
putus obat.
2.Gangguan Otot
Diazepam digunakan untuk pengobatan spasme otot skelet seperti pada kaku otot
dan dalam mengobati spastik akibat gangguan degeneratif seperti pada multipel sklerosis dan
serebral palsi.
3.Kejang
Klonazepam berguna dalam mengobati epilepsi, sedangkan diazepam adalah obat
pilihan untuk menghilangkan kejang epileptik grand mal dan status epileptikus.
Klordiazepoksid, razepat, diazepam dan oksazepam digunakan untuk pengobatan akut putus
alkohol.
4.Gangguan Tidur
5.Tidak semua benzodiazepin digunakan sebagai obat tidur, meskipun semua mempunyai
efek sedatif dan penenang.
Tiga benzodiazepin yang paling banyak digunakan untuk gangguan tidur adalah
flurazepam yang bekerja lama, temazepam kerja menengah, dan triazolam kerja singkat.
a.Flurazepam
Benzodiazepin yang kerja panjang ini meningkatkan lama tidur. Flurazepam
mempunyai efek jangka panjang dan dapat menyebabkan insomnia rebound ringan. Untuk
pengobatan jangka panjang, efektifitasnya dapat bekerja selama 4 minggu. Flurazepam dan
metabolit aktifnya mempunyai waktu paruh sekitar 85 jam, yang dapat menyebabkan
mengantuk pada siang hari.
b.Temazepam
Obat ini berguna pada pasien yang sering bangun. Efek sedatif paling tinggi terjadi
2-3 jam setelah minum obat dan karenanya perlu diberikan beberapa jam sebelum tidur.
c.Triazolam
Benzodiazepin ini mempunyai masa kerja yang relatif singkat dan digunakan
untuk memacu tidur pada pasien dengan insomnia berulang. Temazepam digunakan untuk
insomnia dalam bentuk tidak dapat tidur nyenyak, triazolam efektif dalam mengobati idividu
yang mengalami kesulitan tidur.toleransi biasanya terjadi setelah beberapa hari dan waktu

putus obat sering menimbulkan insomnia ulangan. Dengan demikian obat ini bermanfaat bila
digunakan secara berkala bukan tiap hari.
Nama Obat
(Nama Dagang)
Alprazolam (XANAX)
Klordiazepoksid

Cara Pemberian

Dosis

Oral
Oral, intramuscular,

(LIBRIUM, DLL)
Klonazepam (KLONOPIN)
Korazepat (TRANXENE,

intravena
Oral
Oral

dll)
Diazepam (VALIUM, dll)
Estazoyam (PROZOM)
Flurazepam (DALMANE)
Halazepam (PAXIPAM)
Lorazepam (ATIVAN)

Oral, intramuscular,
intravena, rectal
Oral
Oral
Oral
Oral, intramuscular,

5,0 100,0 ; 1-3x/hari


3,75 20,00 ; 2-4x/hari
5 10 ; 3-4x/hari
1,0 2,0
15,0 30,0
-

2,0 4,0
intravena,
Midazolam (VERSED)
intramuscular, intravena
Oksazepam (SERAX)
oral
15,0 30,0 ; 3- 4x/hari
Quazepam (DORAL)
Oral
7,5 15,0
Temazepam (RESTORIL)
Oral
0,75 30,0
Triazolam (HALCION)
Oral
0,125 0,25
Tabel 1.Nama obat,cara pemberian dan dosis beberapa bensodiazepin1
d.Efek Samping
1.Mengantuk dan Bingung
Efek ini merupakan dua efek benzodiazepin ynag paling sering. Ataksia terjadi
pada dosis tinggi dan menghambat aktifitas yang memerlukan koordinasi motorik halus
seperti mengendarai mobil. Gangguan kognitif dapat terjadi setelah penggunaan obat ini.
Triazolam, sering menunjukan pengembangan toleransi yang cepat, insomnia dan ansietas
siang hari disertai amnesia dan bingung.
2.Perhatian
Perlu kewaspadaan jika menggunakan benzodiazepin untuk pasien yang mengalami
gangguan hati. Obat ini dapat memperkuat alkohol dan depresan SSP lain. Namun
benzodiazepin tidak berbahaya dibandingkan obat ansiolitik dan hipnotik lain.
2. Buspirone
merupakan contoh dari golongan azaspirodekandion yang potensial berguna dalam
pengobatan ansietas. Buspiron merupakan farmakodinamik yang berbeda dengan
benzodiazepin yaitu tidak memperlihatkan aktivitas GABA-ergik dan antikonvulsi, interaksi
7

dengan obat depresan susunan saraf pusat minimal. Buspiron merupakan antagonis selektif
reseptor serotin (5-HTIA ) potensi antagonis dopaminergiknya rendah, sehingga resiko
menimbulkan efek samping ekstrapiramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil.Onset kerja
buspirone lebih lambat dibandingkan benzodiazepine, dimana membutuhkan waktu 2-4
minggu untuk menunjukan adanya respon klinis.
b. Indikasi
Buspirone digunakan dalam terapi gangguan kecemasan umum.
c. Kontra Indikasi
Tidak dianjurkan untuk terapi putus benzodiazepine, alkohol, atau obat sedatif hipnotik.
d. Efek samping
Nyeri kepala, mual, dan insomnia.4
3.Antihistamin (Hydroxyzine)
a. Mekanisme kerja
Memiliki sifat penghambatan reseptor H1 dan aktivitas kolinergik antimuskarinik. Tidak
lebih unggul daripada benzodiazepine dan belum terbukti efektif sebagai ansiolitik jangka
panjang.
b. Indikasi
Digunakan untuk gangguan cemas.
c. Kontra Indikasi
Pada ibu hamil dan menyusui.
d. Efek samping
Sedasi, rasa pusing, hipotensi, agitasi, gangguan epigastrik, mual-muntah, diare,
dan konstipasi.4

4.Barbiturat (Phenobarbital)
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan
sedative. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturate
telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital
yang memiliki anti konvulsi yang masih sama banyak digunakan.

Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Asam barbiturate


(2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum dengan
asam malonat.
Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai
dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antisietas barbiturate berhubungan
dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu
20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai
mimpi yang mengganggu. Efek anastesi umumnya diperlihatkan oleh golongan tiobarbital
dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum. Untuk efek antikonvulsi umumnya diberikan
oleh barbiturate yang mengandung substitusi 5- fenil misalnya fenobarbital. Fase tidur REM
dipersingkat. Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar.
Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan 20%
ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya (raba, vibrasi dan sebagainya) tidak
dipengaruhi. Pada beberapa individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri,
barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan
dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan.1
a.Farmakokinetik
Barbiturat secarra oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus ke
dalam darah. Secra IV barbiturate digunakan untuk mengatasi status epilepsy dan
menginduksi serta mempertahankan anestesi umum. Barbiturate didistribusi secra luas dan
dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kalarutan dalam lemak.
Barbiturat yang mudah larut dalam lemak, misalnya thiopental dan metoheksital,
setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan
menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturate yang kurang
lipofilik misalnya aprobarbital dan fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna di dalam
hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak
mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital diekskresikan ke dalam urin dalam bentuk tidak
berubah sampai jumlah tertentu (20-30%) pada manusia.
Faktor yang mempengatuhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh
berbagai hal terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yang
mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang terjadi
hampir pada semua obat golongan barbiturat.
9

b.. Mekanisme kerja


Merupakan obat sedative-hipnotik yang meibatkan kompleks reseptor GABA,
reseptor benzodiazepine, dan reseptor ion klorida.
c. Indikasi
Digunakan untuk terapi insomnia dan sebagai pilihan obat alternatif selain
benzodiazepine atau buspirone.
d. Kontra Indikasi
Barbiturate tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturate, penyakit hati
atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan pada
penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari yang
terjadi pada penderita usia lanjut.Barbiturat juga tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan
wanita menyusui.
e. Efek samping
disforia paradoksikal, hiperaktivitas, dan disorganisasi kognitif. Efek samping
yang jarang adalah sindroma Steven Jhonshon, anemia megaloblastik, dan osteopeni.2
Nama Obat
Bentuk Sediaan
Dosis Dewasa (mg)
Amobarbital
Kapsul,tablet,injeksi,bubuk
30-50; 3x
Aprobarbital
Eliksir
40; 3x
Butabarbital
Kapsul,tablet,eliksir
15-30 ; 3-4x
Pentobarbital
Kapsul,eliksir,injeksi,supositoria 20 ; 3-4x
Sekobarbital
Kapsul,tablet,injeksi
30-50 ; 3-4x
Fenobarbital
Kapsul,tablet, eliksir,injeksi
15-40 ; 3x
Tabel 2.Nama obat,cara pemberian dan dosis beberapa barbiturat1

Kesimpulan
Anti ansietas digunakan untuk mengatasi gejala-gejala cemas. Terdapat empat
golongan anti ansietas yaitu benzodiazepine, antihistamin, barbiturate, dan buspirone,namun
yang paling sering digunakan adalah dari golongan benzodiazepine. Obat-obatan anti ansietas
dalam penggunaannya harus dengan pengawasan dokter karena daya kerjanya obat-obatan
jenis tersebut sangatlah keras dan menimbulkan kematian apabila terdapat penyalahgunaan.
Daftar Pustaka

10

1.Maslim R.Penggunaan klinis obat psikotropik.Edisi 2014. Jakarta : Balai Penerbit Ilmu
Kedokteran jiwa Universitas Atma Jaya. 2014.h. 41-5.
2.Harvey, Richard A., Pamela C. Champe. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta:
EGC.2013.h.121-22
3.Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.2010.h.53-4.
4.Syarif, Amir, Ari Estuningtyas, dkk. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.2007.h.87-8.

11

Anda mungkin juga menyukai