Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan-penjelasan tentang proses


mengapa dan bagaimana dari suatu topik yang berhubungan dengan fenomenafenomena alam maupun sosial yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Semua fenomena tersebut memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki proses.
Semua fenomena tersebut tidak hanya kita rasakan dan nikmati saja, tapi juga harus
kita pelajari mengapa dan bagaimana fenomena tersebut bisa terjadi.
Baca juga pembahasan teks cerita sejarah

Ciri-Ciri Teks Eksplanasi


Suatu teks dikatakan sebagai teks eksplanasi jika memenuhi beberapa ciri berikut ini:
1. Informasi-informasi yang termuat didalamnya berdasarkan fakta.
2. Hal yang dibahas yaitu suatu fenomena yang bersifat keilmuan atau
berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
3. Sifatnya informatif dan tidak berusaha untuk memengaruhi pembaca untuk
percaya terhadap hal yang dibahas.
4. Terdiri dari pernyataan umum, urutan sebab akibat, dan interpretasi.

Struktur Teks Eksplanasi yang Benar

Berikut struktur dari teks eksplanasi yang benar dan sesuai dengan urutan yang pas,
sebagai berikut:
1. Pernyataan Umum (General Statement), merupakan bagian pertama dari
teks eksplanasi yang isinya mengenai penyampaian topik atau permasalahan
yang akan dibahas. Bagian ini berisi gambaran mengenai apa dan mengapa
fenomena tersebut bisa terjadi. Penulisan dari pernyataan umum ini harus
menarik agar pembaca mau membaca teks eksplanasi tersebut hingga selesai.
2. Deretan Penjelas, merupakan bagian yang sering juga disebut sebagai urutan
sebab akibat dari suatu fenomena. Pada bagian ini, terdapat penjelasan yang
detail dari suatu fenomena yang dibahas secara mendalam dan berdasarkan
urutan waktu.
3. Interpretasi, merupakan bagian akhir atau penutup dari teks eksplanasi yang
berisi inti sari atau kesimpulan dari topik atau proses yang dibahas.

Contoh Teks Eksplanasi


Setelah sobat semua paham mengenai pengertian, ciri-ciri dan struktur dari teks
ekplanasi, selanjutnya saya akan berbagi satu contoh dari teks tersebut agar
pemahaman kita menjadi lebih mendalam lagi.
Nah saya akan memberikan satu contoh yaitu teks eksplanasi banjir, berikut
kutipannya:

Teks Eksplanasi Banjir


Proses terjadinya banjir
Kita tahu bahwa di Indonesia sering sekali terjadi fenomena alam yaitu banjir,
terutama pada saat musim penghujan. Banjir disebut sebagai bencana alam karena
fenomena alam ini sangat merugikan sekali bagi masyarakat. banjir sendiri dapat
diartikan sebagai kurangnya atau tidak cukupnya kapasitas sungai, danau, drainase
atau aliran air lainnya untu menampung debit air yang jumlahnya sangat banyak.
Karena itu, air akan meluap dan akan memasuki lingkungan sekitarnya.
Umumnya masyarakat yang tinggal di kota yang padat akan menempati tempat yang
seharusnya tidak ditinggali, salah satunya yaitu bantaran sungai. Karena banyak yang
tinggal disana mengakibatkan kapasitas dari sungai itu sendiri akan berkurang,
ditambah dengan perilaku membuang sampah sembarangan semakin memperburuk
keadaan. Akibatnya juga akan berdampak pada masyarakat itu sendiri yaitu
lingkungannya akan terendam banjir.
Ada dua faktor yang memicu terjadinya bencana banjir, yaitu faktor alam dan faktor
sosial. Faktor alam yaitu banjir yang disebabkan karena faktor alam. Alam akan

menghasilkan hujan deras yang terjadi dalam waktu yang cukup lama, akibatnya,
daerah-daerah seperti sungai, danau dan daerah penampung lainnya akan meluap
karena tidak bisa menampung kapasitas air yang masuk kedalamnya. Setelah itu, air
akan meluber ke daerah sekitarnya termasuk ke pemukiman warga sekitar. Selain itu,
ada juga banjir lahar dingin yang disebabkan karena erupsi gunung berapi.
Faktor kedua yaitu faktor sosial. Faktor sosial ini sering sekali menjadi penyebab
terjadinya banjir akhir-akhir ini. Hal ini terjadi karena kebiasaan manusia yang
merusak alam. Yang paling terlihat adalah perilaku masyarakat yang sering
membuang sampah sembarangan termasuk di sungai. Selain itu, membangun di
daerah resapan juga mengakibatkan terjadinya bencana banjir.
Mendangkalnya permukaan sungai dan hilangnya daerah resapan mengakibatkan
semua proses yang seharusnya terjadi dengan baik akan kacau, seperti misalnya
sungai yang menyempit karena banyaknya tumpukan sampah mengakibatkab daya
tampung dari sungai menjadi sedikit dan juga hilangnya daerah resapan akan
membuat air hujan akan sulit untuk masuk kedalam tanah, akibatnya semua air
tersebut akan masuk ke pemukiman warga dan terjadilah bencana banjir.
Berdasarkan pemaparan diatas, kita bisa menarik kesimpulan, bahwasanya bencana
banjir tidak semata-mata karena faktor alam saja, tetapi masih ada faktor sosial yang
mana manusialah yang menjadi pelakunya. Untuk itu, jangan hanya menyalahkan
alam saja, tetapi juga kita harus mengoreksi diri kita masing-masing yang sebenarnya
kitalah yang menyebabkan bencana banjir itu terjadi.
KONJUNGSI EKSTERNAL

Konjungsi eksternal adalah konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi


benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks.
Konjungsi eksternal mempunyai 4 kategori makna, yaitu:
1. Penambahan (contoh: dan, atau),
2. Perbandingan (contoh: tetapi, sementara),
3. Waktu (contoh: setelah, sebelum, sejak, ketika),
4. Sebab-akibat (contoh: sehingga, karena, sebab, jika, walaupun,
meskipun).

Konjungsi internal paling sering digunakan di dalam teks eskposisi, teks diskusi, atau
teks eksplorasi. Hal ini terjadi karena ketiga genre teks tersebut secara utuh
merupakan ekspresi pengungkapan gagasan dengan argumentasi.

KONJUNGSI INTERNAL

Konjungsi internal adalah konjungsi yang menghubungkan argumen atau ide yang
terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.
Konjungsi internal juga dibagi ke dalam 4 kategori makna, antara lain:
1. Penambahan (contoh: selain itu, di samping itu, lebih lanjut),
2. Perbandingan (contoh: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di
sisi lain),
3. Waktu (contoh: pertama, kedua ., kemudian, lalu, berikutnya),
4. Sebab-akibat (contoh: akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya).

Konjungsi eksternal lebih banyak digunakan pada teks laporan, teks deskripsi, teks
eksplanasi, rekon, dan prosedur. Hal ini terjadi karena kelima genre teks tersebut
merupakan pengungkapan deksripsi peristiwa dan kualitas.
Konjungsi eksternal dan konjungsi internal
Konjungsi eksternal adalah konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi
benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks.
Konjungsi eksternal mempunyai empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh:
dan, atau), perbandingan (contoh: tetapi, sementara), waktu (contoh: setelah,
sebelum, sejak, ketika), dan sebab-akibat (contoh: sehingga, karena, sebab, jika,
walaupun, meskipun).
Konjungsi internal adalah konjungsi yang menghubungkan argument atau ide yang
terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa. Konjungsi internal
juga dapat dibagi ke dalam empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: selain
itu, di samping itu, lebih lanjut), perbandingan (contoh: akan tetapi, sebaliknya,
sementara itu, di sisi lain), waktu (contoh: pertama, kedua, kemudian, lalu,
berikutnya), dan sebab-akibat (contoh: akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya).
Di dalam teks penggunaan konjungsi eksternal dan internal sering berhubungan
dengan genre (jenis teks) yang digunakan. Konjungsi internal paling sering digunakan
di dalam genre eksposisi, diskusi, atau eksplorasi. Hal ini terjadu karena ketiga genre

tersebut secara utuh merupakan ekspresi pengungkapan gagasan dengan argumentasi.


Di pihak lain, konjungsi eksternal banyak digunakan pada genre laporan, deskripsi,
eksplanasi, rekon, dan prosedur. Hal ini terjadi karena kelima genre itu merupakan
pengungkapan deskripsi peristiwa dan kualitas.
Verba Material
Pengertian Verba Material
Verba material merupakan kata kerja berimbuhan yang mengacu pada
tindakan fisik, ataupun perbuatan yang dilakukan secara fisik oleh
partisipan.

Contoh Verba Material (Kata dan Kalimat)


1. Melihat: Anwar melihat pesawat itu lepas landas di Bandara.
2. Memukul: Petinju itu memukul lawannya dengan pukulan yang sangat
keras.
3. Menulis: Arif menulis buku karangan nya selama kurang lebih 1 tahun.
4. Mengendarai: Usman mengendarai mobil barunya dengan sangat lihai
dan terlatih.
5. Menebang: Para penjahat itu menebang hutan secara liar tanpa
memperdulikan efeknya bagi ekosistem.

Verba Tingkah Laku


Pengertian Verba Tingkah Laku
Verba tingkah laku adalah verba (kata kerja) yang mengacu pada tindakan
yang dilakukan dengan ungkapan.

Contoh Verba Tingkah Laku (Kata dan Kalimat)


1. Merasa: Ani merasa bahwa dirinya telah melakukan hal yang benar.
2. Menolak: Budi menolak pemberian yang diberikan oleh teman
sekelasnya karena merasa gengsi.
3. Memahami: Syiva sangat memahami apa yang telah diajarkan guru itu
kepadanya.

4. Menikmati: Saya sangat menikmati apa yang telah disajikan pelayan itu
kepadaku.
5. Menerima: Wanita itu menerima lamaran dari pria yang sangat
dicintainya sedari kecil.
6. Yakin: Urif yakin sekali bahwa dirinya akan masuk perguruan tinggi
negeri.
Pengertian kata kerja material (verba material) :
adalah kata kerja yang menunjukan aktifitas fisik yang dapat dilihat
secara nyata contohnya menari,membaca, dan menulis. struktur kalimat
dari verba material adalah
Subjek(aktor) + Verba Material + objek(sasaran)
Contoh kalimat :
Ibu memasak nasi
Kata Ibu sebagai Subjek(aktor), memasak sebagai verba materialnya,
dan nasi adalah sebagai objek(sasaran).
Pengertian kata kerja relasional (verba relasional) :
verba relasional lebih menekankan pada verba atau kata kerja yang
berfungsi sebagai penghubung antara subjek dan pelengkap. kalimat
yang mengandung verba relasional harus memiliki pelengkap, jika tidak
maka kalimatnya akan terlihat rancu. struktur kalimat dari verba
relasional adalah
Subjek + Verba relasional + pelengkap
Contoh Kalimat :
Kakak merupakan anak tertua
Kakak sebagai Subjek, merupakan sebagai verba relasional, dan anak
tertua merupakan pelengkap yang harus ada.
Kalimat kompleks adalah kalimat yang tidak hanya memiliki satu pola
saja, melainkan memiliki lebih dari satu pola. Kalimat komplek biasa
disebut dengan kalimat majemuk. Jadi, kedua pola tersbeut dapat
dipisahkan dengan kata hubung , tanda koma, atau terkadang tanpa
menggunakan apapun. Perhatikan contoh kalimat kompleks serta cara
penyusunan kalimat kompleks berikut ini.
Pengertian dan contoh kalimat kompleks dan simpleks lengkap
Contoh kalimat kompleks
Contoh :
1. Ibu memasak nasi ketika ayah tidur.
S
P
O
Kj
S
P
2. Jono memangkas rumput itu karena dia memiliki gunting.
S
P
O
kj
S
P
O
3. Ayah memancing ikan sebelum ia pergi makan.

kj

Keterangan
S : Subjek
P : Predikat
O : Objek
Kj : Konjungsi
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa dalam satu kalimat terdapat lebih
dari satu pola atau struktur kalimat. Ada dua jenis kalimat kompleks, yaitu
kalimat kompleks hipotatik dan kalimat kompleks paratatik.
1. Kalimat kompleks hipotatik
Kalimat kompleks hipotatik adalah kalimat yang memiliki dua struktur
atau pola kalimat yang kedudukannya tidak sama. Dengan kata lain,
kalimat hipotatik adalah gabungan dua kalimat yang dihubungkan dengan
kata konjungsi. Kata konjungsi yang digunakan dalam membuat kalimat
kompleks hipotatik adalah jikalau, sehingga, karena, sebelum, sehingga,
ketika, dan lain-lain. Untuk lebih jelas, perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
a. Ayah membaca buku ketika ibu memasak nasi.
S
P
O
Kj
S
P
O
b. Jikalau ayah mengijinkan, aku akan pergi ke pesta.
Kj
S
P
S
P
O
c. Jono memanjat pohon karena ia dikejar anjing.
S
P
O
Kj S
P
O
d. Ketika aku sampai di Jakarta, Dina menjemputku.
Kj
S
P
K
S
P
2. Kalimat kompleks paratatik.
Kalimat kompleks paratatik adalah kalimat yang memiliki dua struktur
atau pola kalimat yang kedudukannya sama. Kalimat ini sama dengan
kalimat majemuk bertingkat setara. Kalimat kompleks paratatik
dipisahkan oleh konjungsi. Kata konjungsi yang digunakan dalam kalimat
kompleks paratatik adalah dan, tetapi, sedangkan, atau dan lain-lain.
untuk lebih jelas, perhatikan contoh berikut ini.
Contoh :
a. Siska belajar dan mendengarkan musik di kamar.
S
P
Kj
P
O
K
b. Doni bingung memilih Siska atau Jelita.
S
P
O
Kj O
c. Ibu membeli daging sapi dan ayam tadi pagi.
S
P
O
Kj
O
K

d. Kakak membeli buku, pena, dan pensil di toko.


S
P
O
Kj O
K
e. Ibnu memanjat pohon kemudian memetik buahnya.
S
P
O
Kj
P
O
f. Dido menyapu lantai dan mengepelnya.
S
P
O
Kj
P
Kalimat simpleks yaitu kalimat yang hanya memiliki satu struktur atau
pola kalimat. Kalimat simpleks sama dengan kalimat tunggal. Pola yang
harus ada dalam kalimat ini minimal S-P, S-P-O-K, S-P-O, dan S-P-O-P-Kel.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
Contoh kalimat simpleks.
a. Juleha menangkis bola.
S
P
O
b. Rindu terjatuh dari pohon nangka.
S
P
O
c. Singa itu menerkam mangsanya dengan lahap.
S
P
O
K
d. Beruang itu terjepit di pintu kandang.
S
P
K
e. Supir itu menabrak warung karena rem blong.
S
P
O
K
f. Penembak itu menembak mati buruannya.
S
P
O
g. Pelukis itu menjual lukisannya kepada kolektor.
S
P
O
K
h. Guru mengajari muridnya berhitung.
S
P
O
K
i. Semut itu memakan gula yang berserakan.
S
P
O
K
j. Artis itu menyanyikan lagu Indonesia Raya.
S
P
O
k. Koruptor itu ditembak kepalanya oleh polisi.
S
P
O
K
l. Pencuri itu terjebak di gang buntu.
S
P
K
m. Pelawak itu tertabrak kereta tadi pagi.

Berdasarkan contoh-contoh kalimat di atas, dapat dilihat bahwa kalimat


simplek hanya terdiri dari satu pola atau struktur kalimat saja.
Perbedaan Kalimat Kompleks dan Simpleks
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
1. Singkong dan mantang disukai oleh masyarakat Indonesia.
2. Budi belajar dengan sangat giat karena dia tidak mau tinggal kelas.
3. Singkong dan mantang yang ditanam oleh petani itu memiliki ukuran
yang sangat besar.
4. Singkong yang besar itu digolongkan dalam kelas A dan mantang itu
juga berasal dari kelas yang sama.
Kalimat no 2 dan 4 merupakan kalimat kompleks karena memiliki dua
buah verba, yaitu belajar dan tidak mau, digolongkan da berasal.
Kalimat no 3 dan 4 merupakan kalimat simpleks karena memiliki satu
verba, yaitu disukai, dan memiliki. Sebaliknya, kata ditanam pada kalimat
no 3 merupakan pelengkap bukan predikat.
1.
KATA KERJA (VERBA)
Kata Kerja bisa diberikan kata tidak
Contoh :
1. Kepala Kantor Pertanahan tidak mengadakan rapat hari ni
2. Petugas loket itu tidak berada di tempat
Berdasarkan bentuk kata-nya, Verba dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu :
a.
Verba dasar, yaitu verba tanpa imbuhan, Contoh : pergi, hadir,
duduk, dsb.
b.
Verba dasar ditambah imbuhan, Contoh : menghadiri, menduduki,
membawa, berdiskusi, berbicara, dsb.
c.
Verba menduplikasi, Contoh : berjalan-jalan, membalik-balik,
membaca-baca, dsb.
d.
Verba majemuk, Contoh : Cuci mata, Naik Haji, dsb.
Selain itu, Verba juga bisa menjadi Verba Transitif atau Verba Intransitif.
a.
Verba Transitif : yaitu verba yang memerlukan objek.
Contoh :

verba monotransitif : Dia memeriksa berkas

verba ditrasitif : STPN menyelenggarakan pendidikan Program


Diploma I, program Diploma IV, dan pendidikan Profesi
b.
Verba Intransitif : yaitu verba yang tidak memerlukan objek.
Contoh :

Mahasiswa baru itu duduk di pendopo

Mahasiswa bermain sepakbola di lapangan

Sifat verba dalam kaitannya dengan kata lain dapat dikenali dengan
melihat fungsi dan jenisnya.
Melihat Fungsinya :
Contoh :

Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus.


(verba sebagai subjek)

Para mahasiswa sedang belajar membidik (verba sebagai objek)

Dia merasa bersalah (verba sebagai pelengkap)

Keluarga itu pergi berwisata (verba sebagai keterangan)


Melihat Jenisnya : (dalam hubungan verba-nomina)
a.
Verba aktif : Subjek sebagai sasaran pelaku
Contoh : Sekretaris itu mengetik laporan
b.
Verba pasif : Subjek sebagai sasaran atau penderita
Contoh : Pegawai yang rajin itu diberi penghargaan
2.
KATA BENDA (NOMINA)
Kata Benda dibedakan atas dasar bentuk dan kategorinya
Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan menjadi :

Nomina dasar, contoh : buku, kantor, berkas, kursi, dsb.

Nomina turunan, contoh :


- menggunakan awalan ke- , contoh : kekasih
- menggunakan awalan per- , contoh : pertanda
- menggunakan awalan pe- , contoh : penulis
- menggunakan awalan peng- , contoh : pengantar
- menggunakan akhiran -an , contoh : terbitan
- menggunakan awalan peng- dan akhiran -an , contoh :
pengumuman
- menggunakan awalan per- dan akhiran -an , contoh :
perundang-undangan
- menggunakan awalan ke- dan akhiran -an , contoh :
kedudukan
- dsb.
Berdasarkan kategorinya, nomina dibedakan menjadi :

Nomina bernyawa dan tak bernyawa


Contoh nomina bernyawa : manusia, kucing, sapi, dsb
Contoh nomina tak bernyawa : berkas, kantor, kunci, dsb

Nomina terbilang dan tak terbilang


Contoh nomina terbilang : empat buku, sepuluh lembar kertas, dsb
Contoh nomina tak terbilang : air, awan, tinta, dsb
Konjungsi adalah kata hubung yang menghubungkan dua buah unsur
kalimat atau lebih baik yang berupa frasa, maupun klausa. Salah satu
bentuk konjungsi adalah konjungi korelatif.
Apakah yang dimaksud dengan konjungsi korelatif tersebut?
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan unsur unsur
kalimat yang memiliki kedudukan setara atau sejajar.

Contoh contoh konjungsi korelatif

tidak hanya , tetapi juga


baik maupun
jangankan , pun
bukan hanya , melainkan juga
apa(kah) atau
sedemikian rupa sehingga
demikian sehingga
bukannya , melainkan
Entah.entah
Jenis Jenis Kata Depan
Ada beberapa macam kata depan apa bila diklasifikasikan berdasarkan
fungsi fungsinya di dalam kalimat. Berikut ini adalah jenis jenis kata
depan:
1. Kata depan sebagai penunjuk arah asal
Kata depan yang menyatakan arah asal yaitu dari.
Contoh :
Pamanku datang dari kampung halaman membawa oleh oleh untuk aku.
Anak baru itu datang dari Jakarta.
Retakan yang ada di tembok itu dimulai dari bawah hingga ke atas.
Acara itu berlangsung cukup lama dimulai dari pukul 08. 00 hingga pukul
10. 00 wib.
2. Kata depan sebagai penunjuk tempat keberadaan.
Kata kata depan yang menunjukan tempat keberadaan diantaranya
adalah pada, di, dalam, antara, dan atas.
Contoh :
Aku akan pergi bertamasya bersama ayah pada hari minggu.
Sakira sedang sakit dan dirawat di rumah sakit umum.
Shinta tiba tiba muntah dalam perjalanannya dari rumah ke sekolah.
Rumah Budi terletak antara rumah Dani dan rumah Diki.
Aku belum mengetahui dengan jelas atas keberadaannya di turnamen itu.
3. Kata depan sebagai penunjuk pelaku
Kata depan yang digunakan untuk menunjukan pelaku adalah oleh.
Contoh :
Bunga itu ditanama oleh Ibu di vas bunga.
Buku Arum dipinjam oleh Soni.
Aku dipanggil oleh bapak kepala sekolah di ruangannya.
4. Kata depan penunjuk arah tujuan
Kata depan yang digunakan untuk menunjukan arah tujuan diantaranya
adalah kepada, akan, ke, dan terhadap.
Contoh:
Ayah mengajakku pergi ke rumah nenek di Surabaya.
Bunga ini diberikan kepada Shinta oleh Dika melalui diriku.

Semua yang bernyawa pada akhirnya akan kembali ke asalnya.


Ayah sangat tidak menyukai terhadap rencana itu.
5. Kata depan penanda alat atau cara
Kata depan yang digunakan untuk menandakan alat atau cara,
diantaranya adalah dengan dan berkat.
Contoh :
Ayah memotong rumput di depan rumah dengan menggunakan gunting
besar.
Budi belajar dengan sangat serius agar naik kelas.
Semua yang terjadi ini berkat doa dan usaha diriku selama ini.
Kemenangan Budi ini diraih berkat kerja kerasnya.
Budi membuka botol minuman itu dengan alat pembuka botol.
6. Kata depan penunjuk suatu permasalahan
Kata depan yang digunakan untuk menunjukan suatu permasalahan
diantaranya adalah mengenai dan tentang.
Contoh :
Ibu bertanya kepadaku mengenai masalah yang tengah aku hadapi.
Rapat itu membahas mengenai rencana liburan yang akan datang.
Kamu harus mengklarifikasi mengenai gosip yang beredar ini.
Ibu guru menjelaskan kami pelajaran tentang cara hidup sehat.
Pembicaraan ini membahas tentang lomba 17 Agustus.
7. Kata depan penanda hubungan perbandingan
Kata depan yang digunakan untuk mendadakan hubungan perbandingan
adalah daripada.
Contoh :
Shinta lebih tinggi 2 cm daripada Sonia.
Jarak rumahku ke sekolah lebih jauh daripada rumah Budi.
Lebih baik datang terlambat daripada tidak sama sekali.
8. Kata depan penanda hubungan sebab akibat
Kata depan yang digunakan untuk menandai hubungan sebab akibat
adalah hingga dan sampai.
Contoh :
Kemarau tahun ini sangat panjang hingga menyebabkan kekeringan.
Shinta menangis hingga suranya menjadi serak.
Penjahat itu dipukuli oleh masyarakat sampai babak belur.
Api itu sangat besar membakar hutan sampai habis tidak tersisa.
9. Kata depan penunjuk tujuan atau maksud
Kata depan yang digunakan untuk menunjukan tujuan atau maksud
adalah untuk, buat, bagi,dan guna.
Contoh :
Ayah bekerja keras untuk menghidupi keluarga tercintanya.
Shanti membeli sepeda buat adiknya.
Bantuan ini dikhususkan bagi para korban bencana.
Rajin rajinlah menabung guna masa depan yang cerah.

Anda mungkin juga menyukai