Anda di halaman 1dari 3

2.

Safety Driving
a.
Pengertian
Safety Driving adalah mengemudi dengan keahlian dan pengalaman yang tinggi ditam
bah dengan sikap yang baik serta konsentrasi yang berkesinambungan.Sama halnya d
engan safety riding, safety driving juga mengacu pada keamanan saat berkendara d
i jalan raya, sehingga menekan jumlah kematian akibat kecelakaan. Safety driving
dikhususkan untuk para pengguna mobil, sedangkan safety riding dikhususkan untu
k pengguna motor. Safety driving dianggap sebagai metode aman berkendara di jala
n raya bagi para pemula.

Manfaat dari training safety driving yaitu:


1.
Meningkatkan kesadaran peserta akan pentingnya sopan santun berlalu-lint
as di jalan raya, khususnya yang mengendarai mobil roda empat.
2.
Mengetahui apa saja yang bisa menyebabkan kecelakaan lalu-lintas serta b
agaimana mencegahnya.
3.
Mengerti tata cara mengendarai kendaraan di jalan tol.
Apabila pengemudi sadar akan bahaya yang bisa terjadi sewaktu-waktu ketika penge
mudi sedang mengendarai mobil di jalan raya, maka kecelakaan dapat diminimalisir
. Kesadaran itulah yang harus dimiliki oleh setiap pengemudi.
Pengetahuan safety driving berkaitan dengan prinsip dasar dari safety driving ya
ng terdiri dari menguasai cara berkendara dengan baik, mengenali karakter berken
dara dengan baik di semua kondisi jalan, memahami rambu-rambu lalu lintas, memah
ami peraturan dan etika berlalu lintas serta mengutamakan keselamatan berkendara
baik keselamatan pengendara, penumpang maupun pengendara lain.
Tips Mengemudi dengan Safety driving :
1. Tidak perlu terlalu lama memanaskan mesin, cukup 1-2 menit saja. Kalau bahan
bakar
bisa lebih irit tentu jarang berlama-lama antre di SPBU.
2. Selalu gunakan sabuk pengaman. Pastikan karpet tidak mengganggu kerja pedal.
Tentukan posisi tubuh paling nyaman saat berendara.
3. Lakukan perpindahan gigi pada putaran mesin di antara 2.000
3.000 rpm. Gigi 1
-2 pada
15 kpj, 2-3 pada 35 kpj, 3-4 pada 50 kpj, 4-5 pada 70 kpj.
4. Hindari meletakkan kaki di pedal kopling atau rem, kebiasaan ini bisa mengaki
batkan
keausan komponen lebih cepat.
5. Mengemudi dengan santai tapi tetap waspada, hindari akselerasi dan pengereman
dengan agresif. Mengemudi "elegan" lebih cocok digunakan saat puasa.
6. Maksimalkan semua fitur kendaraan yang ada dengan cerdas dan cermat.
7. Sesuaikan AC dengan kondisi cuaca, gunakan seperlunya. Jangan mengarahkan ven
tilasi
AC ke kaca, embun yang dihasilkan bisa menghalangi pandangan.
8. Jaga jarak dengan kendaraan lain di sekitar. Untuk kecepatan 25 kpj jarak ama
n sekitar 3
meter, 50 kpj jarak 12 meter, 100 kpj jarak 50 meter, dan 150 kpj jarak 110
meter. Selain
untuk keamanan, jarak tersebut ideal untuk pengereman halus dan penghematan.
9. Berkendara di jalur yang benar, jangan menggunakan bahu jalan. Jangan mudah
terpancing emosi, percayalah dengan mengikuti seluruh peraturan lalu-lintas
mencerminkan pribadi yang dewasa. (http://otozones.blogspot.co.id/)
b.
Remaja Sebagai Pengguna Jalan
Remaja identik mengikuti hal-hal yang sedang menjadi tren saat ini. Mobil merupa
kan salah satu tren yang sedang digemari remaja, dengan ruangan dalam mobil yang
cukup nyaman digunakan ketika berkendara di jalanan, serta biaya mobil yang ter
bilang mahal, menuntut mereka untuk tampil menarik di depan teman-teman mereka.
Sehingga mereka lebih percaya diri apabila berangkat ke sekolah dengan menggunak
an mobil pribadi. Oleh karena itu, mereka harus memiliki SIM A. Untuk mendapatka

n SIM A tidak semudah membalikkan telapak tangan.


Membuat SIM A memerlukan kesiapan dan kematangan dalam mengendarai mobil, karena
kedua hal itu akan diujikan dalam tes praktek, selain terdapat tes teori. Namun
, banyak remaja yang ingin mendapatkan SIM secara mudah tanpa melalui tes terseb
ut. Mereka bahkan memberi sogokkan kepada aparat yang bertugas di pembuatan SIM,
parahnya lagi aparat yang bersangkutan menerima sogokkan tersebut. Akibatnya ke
tidakmatangan remaja dalam berkendara menyebabkan kecelakaan lalu lintas terjadi
di mana-mana.
3.
Keselamatan di Jalan Raya
a.
Rambu Lalu Lintas
1.)
Pengertian
Rambu lalu lintas adalah perangkat yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat da
n/atau perpaduan diantaranya, dan digunakan sebagai peringatan, larangan, perint
ah atau penunjuk bagi pemakai jalan.
2.) Pembagian Rambu Lalu Lintas
Rambu terbagi menjadi 5 macam yaitu sebagai berikut:
1.
Rambu Peringatan
Rambu ini berisi peringatan bagi para pengguna jalan bahwa di depan ada kemungki
nan bahaya atau tempat berbahaya. Rambu ini didesain dengan dasar berwarna kunin
g dengan lambang atau tulisan berwarna hitam dan umumnya berbentuk belah ketupat
.
2.
Rambu Larangan
Rambu ini berisi larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pengguna jala
n (pengemudi). Rambu ini dirancang dengan latar putih dan warna lambang atau tul
isan merah atau hitam.
3.
Rambu Perintah
Rambu yang berisi tentang perintah yang harus dikerjakan pengguna jalan. Rambu p
erintah ini didesain dengan bentuk bundar berwarna biru dengan lambang berwarna
putih dan merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.
4.
Rambu Petunjuk.
Rambu yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu.
5.
Papan Tambahan
Papan tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang diperlukan untuk menyataka
n hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, jarak-jarak dan jenis kendaraan tert
entu ataupun perihal lainnya sebagai hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.
b.
Upaya Menekan Jumlah Kecelakaan di Jalan Raya
Kecelakaan memang terjadi tanpa pandang bulu, tetapi pengendara bisa mengantisip
asinya dengan mengambil tindakan jitu dalam berkendara, yaitu siap kendaraan dan
pengemudinya.Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang mengemukakan tentang met
ode penganggulangan kecelakaan.
a.
Metode Pre-Emptif
Metode pre-emptif sebagai upaya penangkalan di dalam menanggulangi kecelakaan la
lu lintas, pada dasarnya meliputi perekayasaan berbagai bidang yang berkaitan de
ngan masalah transportasi, yang dilaksanakan melalui koordinasi yang baik antar
instansi terkait, maka pengemudi akan lebih mampu mengantisipasi dan mengelimina
si secara dini dampak-dampak negative yang mungkin akan timbul.
Metode pre-emptif dalam menanggulangi kecelakaan lalu lintas secara arbitrasi da
pat diimplementasikan melalui tindakan terpadu di dalam:
1)
Perencanaan pengembangan kota.
2)
Perencanaan tata guna lahan.
3)
Perencanaan pengembangan transportasi.
4)
Perencanaan pengembangan angkutan umum.
5)
Perencanaan yang menyangkut komponen-komponen system lalu lintas.
b.
Metode Preventif
Metode preventif adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kec
elakaan lalu lintas, yang dalam bentuk konkretnya berupa kegiatan-kegiatan penga
turan lalu lintas, penjagaan tempat-tempat rawan, patrol, pengawalan dan lain se
bagainya.

Mengingat bahwa kecelakaan lalu lintas itu dapat terjadi karena faktor jalan, fa
ktor manusia dan faktor lingkungan secara simultan (dalam satu sistem, yaitu sis
tem lalu lintas) maka upaya-upaya pencegahannya pun dapat ditujukan kepada penga
turan komponen-komponen lalu lintas tersebut serta sistem lalu lintasnya sendiri
.
Secara garis besar, upaya-upaya tersebut diuraikan sebagai berikut:
1)
Upaya pengaturan faktor jalan
a)
Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intensitas dan kualita
s kecelakaan lalu lintas, maka dalam pembangunan setiap jaringan jalan harus dis
esuaikan dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalannya.
b)
Lebar jalan yang cukup, permukaan yang nyaman dan aman, rancangan yang
tepat untuk persimpangan dengan jarak pandang yang cukup aman, dilengkapi denga
n rambu-rambu, marka jalan dan tanda jalan yang cukup banyak dan cukup jelas dap
at dilihat (informatif), lampu penerangan jalan yang baik, serta koefisien gesek
an permukaan jalan yang sesuai dengan standar geometrik.
2)
Upaya pengaturan faktor kendaraan
a)
Faktor karakteristik kendaraan juga sering membawa dampak tingginya in
tensitas dan kualitas kecelakaan lalu lintas, kendaraan harus dirancang, dilengk
api dan dirawat sebaik-baiknya. Kecelakaan lalu lintas dapat dihindari apabila k
ondisi kendaraan prima (stabil).
b)
Kepakeman rem dan berfungsinya lampu-lampu adalah erat kaitannya denga
n perawatan. Karena itu perlu pemeriksaan rutin melalui pengujian berkala yang d
ilaksanakan tanpa ada toleransi.
3)
Upaya pengaturan faktor manusia
a)
Faktor pemakai jalan merupakan elemen yang paling krisis dalam sistem
lalu lintas, karena kesalahan pejalan itu sendiri yang pada umumnya lengah, keti
dakpatuhan pada peraturan dan mengabaikan sopan santun berlalu lintas.
b)
Metode yang diterapkan dalam meningkatkan unjuk kerja pengemudi adalah
dengan tes kesehatan fisik dan psikis dengan pendidikan dan latihan.
c)
Pendidikan dan latihan harus mencakup pelajaran tentang sopan santun be
rlalu lintas. Penelitian tentang penyebab kecelakaan adalah mereka yang berpendi
dikan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Fakta ini menunjukkan a
danya hubungan yang erat antara manusia dan tingkat pendidikan dengan kecelakaan
lalu lintas di jalan.
d)
Penegakkan hukum, pengawasan dan pemberian sanksi hukuman harus tetap dit
erapkan seefektif mungkin agar pemakai jalan selalu menaati peraturan.

Anda mungkin juga menyukai