Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lidah adalah bagian dan tubuh yang terletak di rongga mulut. Lidah ini terdiri
atas otot tetapi tidak ada tulang di dalamnya. Dia mampu bergerak sendiri, tidak
seperti lengan atau tungkai yang ada tulangnya. Lidah merupakan salah satu dan
panca indera. Berfungsi sebagai alat untuk mengecap, dan juga untuk berbicara.
Lidah ini erat sekali kaitannya dengan organ tubuh bagian dalam. Oleh karena organ
bagian dalam sulit dilihat dan diperiksa dan luar, maka dengan memeriksa lidah
dapat juga membantu menegakkan diagnosis yang tepat. Hal ini dimungkinkan
karena energi vital berada serta bergerak pula di seluruh bagian lidah. Gerakan
prima ini sesuai dengan keadaan organ di bagian dalam tubuh.
Perubahan warna, penebalan atau penipisan bagian tertentu dan lidah
menunjukkan adanya kelainan atau gangguan pada organ tertentu dalam tubuh. Jika
dilihat dan segi bentuk, maka ujung lidah merupakan cerminan keadaan di tubuh
bagian atas. Bagian tengah dan pangkal lidah sebagai refleksi tubuh bagian yang
lebih di bawahnya. Oleh sebab itu, perubahan yang terjadi pada ujung lidah pada
umumnya menunjukkan adanya gangguan pada organ tubuh bagian atas, terutama
di daerah dada. Makin ke belakang, pada pangkal lidah menandakan adanya
gangguan pada organ.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan dalam makalah ini adalah bagaimana mengetahui dan memahami


pemeriksaan fisik pada fungsi pengecap?

1.3

Tujuan

Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan


memahami tentang pemeriksaan fisik pada fungsi pengecap.
Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui struktur anatomi dan fungsi lidah sebagai indra pengecap
2. Untuk mengetahui penyebab jika lidah sebagai indra pengecap mengalami
gangguan.
3. Untuk mengetahui tes yang dilakukan untuk persepsi pengecapan
4. Untuk dapat melakukan pemeriksaan fisik pada fungsi pengecap dengan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indera Pengecap

Sel reseptor pengecap terletak dalam taste bud, yaitu kelompok sel berbentuk
sferis yang tersusun seperti segmen-segmen dalam buah jeruk. Pada permukaannya,
taste bud memiliki sebuah pori yang kedalamnya menjulur mikrovilisel reseptor.
Taste bud mempunyai penampakan yang serupa dimanapun organ tersebut berada.
Berbeda dengan sistem olfaktrius, sel reseptornya bukan neuron primer.
Sebaliknya, serabut saraf aferen gustatorius berhubungan secara individual dengan
sel reseptor pengecap.
Indra pengecap dimediasi oleh nervus facialis, glosofaringeus dan vagus. Sistem
gustatorius terdiri atas sedikitnya lima populasi reseptor. Taste bud terletak dalam
papila

foliatadi

sepanjang

margo

lateralis

lingua,

dalm

papila

fungi

formis diseluruh dorsum lingua, dalam papila sircumvalata pada bagian sambungan
antara dorsum lingua dan basis lingua, dan di dalam palatum, epiglotis, laring serta
esofagus. Cabang korda timpani dan nervus fasialis menerima impuls pengecap dari
dari dua per tiga anterior lidah. Bagian sepertiga posterior lidah dinervasi oleh
cabang lingualis nervus glosofaringeus. Serabut aferen dari palatum berjalan
bersama nervus potresus superfisialis mayor ke dalam ganglian genaikulatum dan
3

dari sana lewat nervus fasialis ke dalam batang otak. Cabang internal nervus
laringeus superior yang berasal dari nervus vagus mengandung serabut saraf aferen
pengecap dari pengecap dari laring yang mencangkup daerah epilotis dan esofagus.
Hubungan sentral nervus tersebut berakhir dalam batang otak pada nukleus
traktus solitarius. Serabut korda timpani dan saraf pentrosal superfisialis mayor
berjalan ke bagian sefalik dari nukleus. Serabut gustatorik glosofaringeal berjalan
ke bagian tengah, dan serabut saraf laringeal superior berjalan ke bagiann kaudal
dari nukleus. Jalur sentral traktus solitarius memantul kenuklei ke parabrakialis.
Satu naik ke penyiaran gustatorik pada talamus dorsal, sinapsis dan berlanjut ke
korteks insula. Juga terdapat tanda jalur langsung dari nuklei parabrakialis ke
korteks. (penciuman da rasa tampaknya bersifat unik di antara sistem sensori
dimana paling sedikit beberapa serabut melalui talamus). Jalur lain dari nuklei
parabrakialis berjalan ke proensefalon ventral, termasuk hipotalamus lateral,
substansia innominata, nukleus sentral amigdala, dan stria terminalis.
Zat yang memberika impuls pengecap (tanstan) mencapai sel reseptor lewat pori
pengecap. Ada empat atau rasa, yaitu: manis, asam, asin dan pahit.

Serabut saraf aferen gustatorius secara individual harus selalu responsif terhadap
sejumlah zat kimia yang berlainan. Pola respon dari akson aferen gustatorik dapat
di kelompokkan menjadi kelas berdasarkan stimulus kimia yang menghasilkan
respon menghasilkan respom terbesar. Contohnya untuk neuron respon terbaik-

sukrosa, stimulus terbaik edua hampir selalu natrium klorida. Kenyataan bahwa
serabut aferen gustatorik individual memberikan respon terhadap sejumlah besar
kimia yang berbeda menimbulkan teori pola serabut menyilangdari sandi
gustatorik, sedangkan analisis stimulus-terbaik menimbulkan konsep aferen yang
di beri label. Ini tampaknya diberi serabut yang diberi label penting untuk
menetapkan kualitas keseluruhan tetapi serabut menyilang di dalam kategori
stimulus terbaik, dan mungkin diantara kategori, diperlukan untuk membedakan
bahan kimia untuk kualitas. Contohnya rasa manis oleh neuron terbaik sukrosa
tetapi perbedaan terbaik sukrosa dan frukosa mungkin diperlukan untuk
perbandingan aktivitas relatif diantara neuron terbaik sukrosa, terbaik garam, dan
terbaik kinin. Seperti dengan penciuman dan sistem sensori lainnya, intensitas
tampaknya disandikan oleh kuantitas aktivitas neural. Kelompok reseptor rasa
sekarang ini telah diionisasi.

2.2 Gangguan Pengecap

Gangguan indera pengecap di sebabkan oleh keadaan yang mengganggu


pencapaian tastants pada sel reseptor dalam taste bud (gangguan transportasi), yang
menimbulkan cedera sel reseptor (gangguan sensorik), atau merusak serabut saraf
aferen gustatorius serta lintasan saraf sentral gustatorius (gangguan neuron).
Gangguan transportasi gustatorius terjadi akibat xerostomia yang disebabkan
oleh banyak hal, termasuk sinrome sjogren, intoksikasi logam berat dan kolonisasi
bakteri pada pori pengecap. Milieu salivarius reseptor terbukti merupakan faktor
penting untuk berbagai penyebab gangguan gustatorius.
Gangguan sensori gustatorius disebabkan oleh kelainan inflamasi dan
degenerasi dalam kavum oris;oleh penggunaan sejumlah besar obat, khususnya
jenis-jenis obat yang mengganggu pergantian sel seperti obat antityroid serta
antineoplastik; oleh terapi radiasi pada kavum oris serta faring; infeksi virus;
kelainan endokrin; neoplasma; dan proses penuaan.
Gangguan neuron gustatorius terjadi pada neuplasma, trauma dan pembedahan
yang mengenai serabut saraf aferen gustatorius. Taste bud akan berdegenerasi kalau

serabut saraf terpotong tetapi tetap normal apabila yang terpotong adalah serabut
sensorik aferen somatosensoriknya.
Manifestasi klinik dari sudut pandang psikologis, gangguan pada indra pengecap
dapat digolongkan menurut keluhan pasien atau menurut hasil pemeriksaansensorik
yang obyektif seperti ageusia total (ketidakmampuan untuk mengenali rasa manis
asin pahit serta masam); ageusia parsial (kemampuan untuk mengenali sebagian,
tetapi tidak seluruhnya, sensasi gustatorius kualitatif); ageusia spesifik (ketidak
mampuan untuk mengenali kualitas rasa pada zat tertentu); hipogausea total
(penurunan sensitivitas terhadap sebagian zat pencetus rasa (tastants)); hipogausea
parsial

(penurunan sensitivitas rasa terhadap pencetus rasa); dan disgeusia

(kelainan atau distorsi pada persepsi suatu zat encetus rasa atau persepsi suatu rasa
padahal tidak terdapat zat pencetus rasa). Kebingungan dalam menentukan rasa
masam dan pahit serung ditemukan, dan kadang-kadang dapat berupa
kesalahpahaman sematik. Namun demikian, kerap kali keadaan ini memiliki dasar
fisiologik atau patofisiologik.
Adalah mungkin untuk embedakan antara hilangnya pengetahuan rasa pada
pasien dengan hilangnya olfaktorius yang mengeluh hilangnya rasa seperti
penciuman dengan menanyakan jika merekan mampu merasakan rasa manis pada
soda, rasa asin pada keripik kentang, dan lain-lain.
Pasien yang mengeluh hilangnya rasa sebaiknya dievaluasi secara psikologis
untuk fungsi gustatorius selain memiliki olfaktorius.langkah pertama adalah
melakukan test rasa seluruh mulut diatas ambang untuk kualitas, intensitas, dan
persepsi kenyamanan dengan sukrosa, asam sitrat, kafein, dan natrium klorida.
Dalam kuantifikasi indera perasa, deteksi ambang diperoleh dengan menggunakan
pencairan terhadap kuadaran lidah atau dengan isapan seluruh mulut. Akhirnya
perkiraan besarnya diatas ambang mungkin digunakan untuk memperjelas keluhan
pasien. Test rasa listrik (elektrogustrometri) digunakan secara klinis untuk
mengidentifikasi defisit rasa padakuadran spesifik dari lidah.

2.3 Pemeriksaan fisik pada Fungsi Pengecap


Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.

Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut
papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1. Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus.
2. Papila cirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti
huruf V di belakang lidah.
3. Papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
Terdapat satu jenis papila yang tidak terdapat pada manusia, yakni papilla
folliata pada hewan pengerat. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang
ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap.
Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi
untuk menopang.

2.3.1 Pemeriksaan Kelenjar Saliva


a. Kelenjar saliva parotis

Pemeriksaan dilakukan dari arah depan .bagaian bawah daun telinga


akan terdorong keluar bila kelenjar membengkak. Lakukan palpasi pada
kelenjar untuk melihat adanya pembengkakan atau perabaan yang lunak.
Kelenjar terletak di distal ramus asendens mandibula. Kadang tampilan
kelenjar parotis yang lebih baiak diperoleh dari arah punggung pasien.

b. Kelenjar saliva submandibula

Palpasi bimanual. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah dari satu tangan
untuk pemeriksaan intraoral, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan
yang laindi luar mulut. Lakukan palpasi pada kelenjar saliva submandibula
di atas dan dibawah otot milohioideus. Jangan lupa untuk memeriksaa juga
duktus kelenjar untuk melihat adanya batu kelenjar saliva.

2.3.2 Langkah langkah inspeksi pemeriksaan fungsi mulut


Mulut pasien sedikit terbuka, bibirnya di inspeksi warnanya, lesi dan
perdarahan. Perhatikan sudut mulut akan integritas hubungan mukosa.
1. Mulut pasien terbuka lebar, rongga mulutnya dinilai sinar yang
diarahkan kebelakang menuju tenggorokan. Perhatikan permukaan
dorsal lidah , palatum, durum dan palatum molle, serta permukaan
gingival medial.
2. Gunakan spatel lidah, periksa tipa kuadran mukosa bukal dan gingiva.
Perhatikan keadaan umum gigi. Apakah ada karies atau bukti lain adanya
perawatan gigi yang buruk ? apakah ada permukaan mukosa yang pecah?
Adakah eksudat ?
3. Dengan cahaya yang disorotkan ke pusat, minta pasien untuk
mengangkat lidahnya menuju atap mulut. Perhatikan warna dan
vaskulatur permukaan bawah mulut. Amati adanya ulkus atau lapisan
yang mengalami perubahan warna pada daerahini dan pada dasar mulut
yang terpajan.
4. Dengan cahaya yang disorot ke posterior, pasien diminta untuk bernapas
pendek atau mengatakanhaaaatdengan maksut untuk mengangkat
platum molle dan megkontraksikan otot orofaring.
Pengamatan selanjutnya yang dilakuakan :
Saraf kranialis

X- elevasi palatum : cabang saraf vagus yang

mempersarafi elevasi palatum molle. Minta pasien untuk mengucap


kan kata hat yang panjang dan keras; amati kesimetrisan elevasi
palatum.
Saraf kranialis XII- penjularan lidah : sepasang saraf hipoglosus
memungkinkan penjularan lidah kea rah anterior pada garis tengah.
Minta pasien untuk menjularkan lidahnya lurus keluar. Perhatikan
adanya deviasi lateral, juga adanya tremor atau ketidaksimetrisan
yang dapat terlihat.
5. Kenakan sarung tangan. Dengan tangan yang tidak dominan, pegang
lidah dengan kasa segi empat dan gerakkan lidah ke lateral untuk
mengamati permukaan lateralnya.

6. Permukaan dorsal lidah paling mudah diinspeksi dengan cara


menginstruksikan pada pasien untuk menjulurkan lidah ke arah kaudal
(dagu). Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara
memegang dengan tangan dilapisi kasa spon. Permukaan dorsal lidah
dilapisi dengan papila filiform yang seperti rambut. Tersebar diantara
papilla filiform adalah papilla fungiform yang berbentuk jamur, dan tiaptiapnya mengandung satu atau lebih kuncup rasa. Papilla circumvallata
terletak pada perbatasan dua-pertiga anterior lidah dengan sepertiga
posterior lidah. Papilla ini biasanya berjumlah 8-12 dan teratur pada pola
bentuk V. Atropi permukaan dorsal lidah dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Defisiensi nutrisi menurut sejarah telah dikaitkan dengan
atrofi permukaan dorsal lidah; manifestasi oral penyakit mukokutan juga
sering menjadi penyebab yang mendasari. Selain ketidaknyamanan,
kadang adanya perubahan sensasi rasa atau kehilangan persepsi rasa
sama sekali.
7. Sisi lateral lidah dapat diperiksa dengan cara menjepit lidah dengan kasa,
menarik lidah dan kemudian memutarnya ke lateral. Sisi lateral lidah
tidak dilapisi dengan sejumlah papila. Mukosa lateral lidah lebih
eritematus dan makin ke posterior, fisur-fisur vertikal makin jelas
terlihat. Sekumpulan jaringan berwarna dengan protuberansia dapat
ditemukan pada dasar lidah. Jaringan limfe accesori (tonsila lingualis)
adalah komponen dari cincin Waldeyer dan dapat membesar jika terjadi
infeksi ataupun inflamasi.
8. Permukaan

ventral

lidah

paling

mudah

diperiksan

dengan

menginstruksikan pasien menyentuh langit-langit mulut dengan


lidahnya. Pembuluh darah sublingual biasanya nampak jelas, terutama
pada individu yang lebih tua. Plica sublingualis yang berbentuk daun
pakis dapat diinspeksi dengan cara memanjangkan permukaan ventral
lidah. Dasar mulut, mirip dengan mukosa bukal, berwarna pink-salmon.
Muara glandula submandibular (ductus Wharton) tampak sebagai
sepasang papila pada midline pada sisi lateral frenulum lingualis.

2.3.3 langkah langkah palpasi adalah sebagai berikut :

1. Dengan jari pemeriksa yang bersarung tangan, lidah dipalpasi untuk


mengetahui adanya pembengkakan, ketidak teraturan atau nyeri tekan.
2. Pasien diminta untuk mengangkat lidahnya menuju atap mulut, dan dasar
mulut secara sistematik dipalpasi untuk mengetahui adanya massa atau
nyeri tekan.
3. Jari telunjuk menyusuri sepanjang gingival dan tepi palatum, mencari
adanya nyeri tekan yang sebelumnya tidak terdeteksi.

2.3.4 Tes untuk persepsi pengecapan

Siapkan beberapa larutan yang mewakili empat rasa utama (manis, asin,
asam, pahit). Larutan tersebut dapat mengandung : gula, garam meja, cuka,
kina. Minta pasien untuk menjalurkan lidahnya dan pegang ujung lidah
dengan menggunakan kasa steril. Teteskan larutan yang telah disiapkan tadi
pada tepi lateral dua pertiga anterior lidah. Minta pasien untuk
mengidentifikasi rasa yang diteteskan. Berikan pasien berkumur dengan
sebentar, kemudian lanjutkan dengan larutan berikutnya.

10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lidah adalah bagian dan tubuh yang terletak di rongga mulut. Lidah ini terdiri
atas otot tetapi tidak ada tulang di dalamnya. Dia mampu bergerak sendiri, tidak
seperti lengan atau tungkai yang ada tulangnya. Lidah merupakan salah satu dan
panca indera. Berfungsi sebagai alat untuk mengecap, dan juga untuk berbicara.
Lidah ini erat sekali kaitannya dengan organ tubuh bagian dalam.
Indra pengecap dimediasi oleh nervus facialis, glosofaringeus dan vagus. Sistem
gustatorius terdiri atas sedikitnya lima populasi reseptor. Taste bud terletak dalam
papila

foliatadi

sepanjang

margo

lateralis

lingua,

dalm

papila

fungi

formis diseluruh dorsum lingua, dalam papila sircumvalata pada bagian sambungan
antara dorsum lingua dan basis lingua, dan di dalam palatum, epiglotis, laring serta
esofagus.
Zat yang memberika impuls pengecap (tanstan) mencapai sel reseptor lewat pori
pengecap. Ada empat atau rasa, yaitu: manis, asam, asin dan pahit. Serabut saraf
aferen gustatorius secara individual harus selalu responsif terhadap sejumlah zat
kimia yang berlainan. Dari beberapa fungsi tersebut ada pemeriksaan pemeriksaan
yang dapat mengetahui berfungsi atau tidak berfungsinya indera pengecap.
3.2

Saran
Perawat hendaknya dapat mempraktekkan dan menguasai teknik dalam
pemeriksaan fisik sistem indera khususnya indra pengecapan, agar dapat
menentukan tindakan asuhan keperawatan secara efektif, dan selalu menganjurkan
kepada pasien supaya :
1. Selalu jaga kebersihan mulut karena mulut merupakan indera yang sangat
penting
2. dalam kehidupan, mulut selain berfungsi untuk berbicara juga sebagai indera
pengecap.

11

3. Jangan selalu makan makanan yang bersifat panas, karena dapat merusak indra
pengecap kita.
4. Makan makanlah yang seimbang agar mulut kita terlatih dan dapait merasakan
rasa manis,asin,masam, dan pahit dengan baik.

12

Anda mungkin juga menyukai