Draft Laporan Anaerob
Draft Laporan Anaerob
DRAFT LAPORAN
: Anaerobik
DOSEN PEMBIMBING
Praktikum
Penyerahan Draft
: 13 September 2016
: 13 September 2016
Oleh :
Kelompok
: V (lima)
Nama
Kelas
141411019
3. Nadya Rimadanti
141411020
4. Novita Deni
141411021
: 3A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dengan
segala aktivitas dan kegiatan yang dilakukan, maka jumlah limbah yang dihasilkan pun
sebanding dengan peningkatan tersebut. Dari berbagai aktivitas tersebut manusia dapat
menghasilkan limbah padat, gas dan khususnya limbah cair. Pada umumnya limbah cair yang
dihasilkan dari berbagai macam sektor, baik rumah tangga (domestik), industri, pertokoan
dan lain sebagainya langsung dibuang ke badan air. Akan tetapi, kondisi lingkungan
untuk saat ini tidak mendukung hal tersebut. Karena limbah cair yang dihasilkan
mengandung bahan yang tidak dapat diuraikan oleh lingkungan. Sehingga perlu dilakukan
proses pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah cair tersebut dibuang ke badan air
hingga tercapai baku mutu yang telah ditetapkan.
Proses pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai
kebutuhan dan kandungan yang ada dalam limbah cair itu sendiri. Salah satu proses
pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan proses
Proses ini dilakukan untuk
mengolah
limbah
cair
pengolahan secara
yang
mempunyai
anaerobik.
konsentrasi
kandungan organik (Chemical Oxygen Demand / COD) yang tinggi, yaitu lebih dari 2000
mg/L. Selain itu proses anaerob ini juga mempunyai keunggulan diantaranya adalah
menghasilkan biogas (CH4) sebagai produknya. Biogas yang dihasilkan ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energy untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin
meningkat. Sedangkan kendala dalam melakukan proses anaerob diantaranya yaitu pada
proses pertumbuhan mikroorganisme yang lambat, sehingga membutuhkan waktu start-up
yang lebih lama juga.
1.2 Tujuan
a. Menentukan konsentrasi kandungan organik (COD) influen,efluen reaktor 1 dan 2
b. Menentukan kandungan Mixed liquor volatile Suspended Solid (MLVSS) yang
mewakili kandungan mikroorganisme dalam reaktor
c. Menghitung efensiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan
bahan organik dalam reaktor terhadap kandungan bahan organik mula-mula
d. Menentukan total gas yang terbentuk pada reaktor
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Air Limbah Secara An Aerobik
Pengolahan air limbah secara anaerobik merupakan pengolahan air limbah
dengan mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen ke dalam proses pengolahan.
Pengolahan air limbah secara anaerobik bertujuan untuk merombak bahan organik dalam
air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu
pada proses pengolahan secara anaerobik akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan
CO2. Proses ini dapat diaplikasikan untuk air limbah organik dengan beban bahan
organik (COD) yang tinggi (Anonim, 2014).
Pada proses pengolahan secara biologi anaerob terjadi empat (4) tahapan proses yang
terlibat diantaranya :
1. Proses hydrolysis, suatu proses yang memecah molekul organik kompleks menjadi
molekul organik yang sederhana.
2. Proses acidogenesis, suatu proses yang mengubah molekul organik sederhana menjadi
asam lemak.
3. Proses acetogenesis, suatu proses yang mengubah asam lemak menjadi asam asetat
dan terbentuk gas-gas seperti gas H2, CO2, NH4 dan S.
4. Proses methanogenesis, suatu proses yang mengubah asam asetat dan gas-gas yang
dihasilkan pada proses acetogenesis menjadi gas CH4 dan CO2.
Keempat proses tersebut terjadi secara berurutan, dengan gambaran seperti berikut:
Volatile Fatty
Acids
Acetic Acid
CH4+CO2
3.
Pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti
CH4, CO2 dan NH3, gas-gas ini akan memberikan tekanan pada tangki yang
dapat mengakibatkan pecahnya tangki digester akibat tekanan gas. Dalam
rangka mengatasi tekanan gas-gas tersebut, maka dibutuhkan pengeluaran gasgas tersebut secara kontinyu
4. Air limbah yang telah diolah, dialirkan kedalam tangki clarifier yang bertujuan
untuk
memisahkan
antara
air
limbah
hasil
pengolahan
dengan
mikroorganismenya, air limbah hasil pengolahan mengalir secara over flow dari
bagian atas tangki clarifier sedangkan mikroorganisme yang mengendap pada
tangki clarifier dipompa dan dialirkan kembali kedalam tangki digester.
Proses pengolahan dengan metode Anaerobic digestion dapat dioperasikan dengan
multi-stage process yaitu dua (2) atau empat (4) tahapan tergantung pada hasil
pengolahan yang akan dicapai dan besarnya bahan organic dalam air limbah
Gambar 4. pengolahan air limbah secara biologi anaerob dengan model pertumbuhan
mikroorganisme melekat
Operasional instalasi pengolahan air limbah secara biologi anaerob dengan model
pertumbuhan mikroorganisme melekat seperti berikut :
1. Pembiakan
mikroorganisme
dalam
media
trickling
fliter,
pembiakan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam operasional pengolahan air limbah
secara biologi anaerob ini adalah :
1. Laju alir air limbah masuk, laju alir air limbah yang masuk perlu dilakukan
pengendalian agar waktu kontak antara air limbah dan mikroorganisme terpenuhi,
laju alir air limbah yang terlalu besar dapat mengakibatkan lepasnya
mikroorganisme yang telah melekat pada media porous
2. Bahan media porous, bahan media yang dipergunakan harus porous agar
mikroorganisme dapat melekat dengan kuat dan tidak mudah lepas akibat aliran air
limbah
3. Penyusunan media porous, penyusunan media porous akan mempengaruhi waktu
kontak antara air limbah dan mikroorganisme. Media porous disusun sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan waktu kontak yang agak lama.
pengolahan anaerob adalah efisiensi yang tinggi, mudah dalam konstruksi dan
pengoperasiannya, membutuhkan lahan/ruang yang tidak luas, membutuhkan
energi yang sidikit, menghasilkan lumpur yang sedikit, membutuhkan nutrien
dan kimia yang sedikit. Sedangkan kekurangan dari pada pengolahan anaerob:
penyisihan kandungan nutrient dan patogen yang rendah, membutuhkan waktu
yang lama untuk start-up, menimbulkan bau (Metcalf and Eddy, 2003).
2.2 MLVSS
Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS) adalah kandungan organic
meter yang terdapat dalam MLSS. Didapat dari pemanasan MLSS pada suhu 600 0C,
benda volatile (menguap) disebut MLVSS dimana mengandung bentuk mikrobial
organik, baik itu mikroorganisme yang hidup maupun yang sudah mati (Nelson dan
Lawrence,1980).
2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi
bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis
(biodegradable) maupun yang sukar didekomposisi secara biologis (non biodegradable).
Oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan untuk
mengoksidasi air sampel. Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain
pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktunya
dibandingkan dengan analisis BOD. COD umumnya lebih besar dari BOD, karena
jumlah senyawa kimia yang bisa dioksidasi secara kimiawi lebih besar dibandingkan
oksidasi secara biologis (Achmad, 2004). Keberadaan bahan organik dapat berasal dari
alam ataupun dari aktivitas rumah tangga dan industri, misalnya pabrik bubur kertas
(pulp), pabrik kertas, dan industri makanan. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi
tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat- zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut didalam air .
Mencari nilai COD :
COD
BEOksigen pengenceran
( mgL )= ( ab) ml N FAS 1000
mLsampel
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat
Nama Alat
Labu Erlenmeyer 250 mL
Corong gelas
Cawan Porselen
Desikator
Neraca Analitis
Oven
Furnace
Hach COD Digester
Tabung Hach
Buret, klem dan statif
Jumlah
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
Bahan
Nama bahan
Glukosa
NH4HCO3
KH2PO4
NaHCO3
K2HPO4
Trace Metal Solution A
MgSO4.7H2O
Trace Metal Solution B
FeCl3
CaCl2
KCl
CoCl2
NiCl2
FAS
Indikator Ferroin
Kertas saring
Kalium Bikromat
Asam sulfat pekat
Jumlah
2,0 g/L
0,15 g/L
0,15 g/L
0,5 g/L
0,5 g/L
1 mL
5,0 g/L
1 mL
5,0 g/L
5,0 g/L
5,0 g/L
1,0 g/L
1,0 g/L
2-3 tetes
10 mL
20 mL
Tahap Percobaan
Aklimatisasi mikroba dilakukan dengan cara memberikan umpan
pada laju alir yang rendah ( 0.3 L/detik). Laju dinaikan sebesar 0.2
L/detik hingga mencapai 1.5 L/detik.
Total gas yang terbentuk pada reactor 1 dan 2 dicatat setelah proses
berjalan
1 minggu
Penentuan
COD
Sampeluntuk mengetahui efisiensi pembentukan gas.
Penentuan COD
2,5 mL sampel dimasukan ke dalam tabung Hach
Penentuan MLVSS
Cawan pijar dipanaskan pada suhu 600oC dan panaskan kertas saring
pada suhu 105 oC masing-masing selama 1 jam
Cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan ditimbang hingga
diperoleh berat konstan (c gram).
B
B
Efluen dari reactor 1 sebagai umpan reactor 2. Atur laju alir umpan
reactor 1 sebesar 2,5-3,5 L/detik dan reactor 2 pada 1-1.5 L/detik.
Pengaruh Suhu
Percoban ini kelanjutan dari Pengaruh 2 pengolahan. Suhu reactor
diajga pada 35oC dan amati volume gas yang terbentuk dan penurunan
COD yang terjadi serta pH pada masing-masing reactor.
Laju alir umpan diatur pada 1,5 L/detik, hari berikutnya dinaikan
sebesar 0,5 L/detik pada interval waktu 2-3 hari dan amati penurunan
penyisihan COD.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
2004.
http://eprints.ung.ac.id/3397/5/2013-1-13201-811409074-bab226072013033948.pdf. [11 September 2016]
Aonim. 2014. https://www.academia.edu/9231251/Anaerobik [11 September 2016]
Metcalf and Eddy, 2003. Metcalf & Eddy.1991.Waste Engineering. Treatment. Disposal and
Reuse.3rd ed.,pp 378-429, Mc Graw Hill Book Co.Singapore.
Ketut.
2012.
Pengolahan
Air
Limbah
secara
http://www.academia.edu/2012/04/pengolahan-air-limbah-secara
[11 September 2016]
Biologi
Anaerob.
biologi_10.html.