Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TAFSIR AYAT DAN HADIST EKONOMI

ULUM HADIST
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ayat dan Hadist Ekonomi
dari Dosen Pengampu Fajar Fandi Atmaja Lc., M.S.I.

Disusun Oleh:
Dwi Pratiwi Nur Indah Sari
Maria Martiani

14423173
14423177

Ahmad Yusuf Haidar

14423

PRODI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah menolang hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-nya, mungkin penulis tidak akan
sanggup menyelesaikan makalah dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Tafsir Ayat dan Hadist Ekonomi, dengan judul ULUM HADIST.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat hambatan, dan rintangan.
Alhamdulillah berkat bantuan, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak, Makalah ini
dapat diselesaikan tepat waktu.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula penulisan Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mengharapkan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan
selanjutnya. Mudah mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis secara khusus dan
pembaca secara umum.

Yogyakarta, September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

1
1

BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pengertian Ulum Hadits


3
Macam Macam Hadits
3
Matan Rawi Sanad
5
Muttawatir Hasan Dhaif ............................................................................................7
Muttafaqun Alaihi .....................................................................................................11
Kutub As- Sittah ........................................................................................................12

BAB III
PENUTUP

13

Kesimpulan

13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian ilmu hadits, sejarah perkembangan ilmu hadits, serta cabangcabangnya Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan.
Sumber dari pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli. Sumber yang
bersifat naqli ini merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus, maupun masalah dunia
pada umumnya. Sumber yang sangat otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah AlQuran dan Hadits Rasulullah SAW. Allah telah menganugerahkan kepada para
pendahulu yang selalu menjaga Al-Quran dan hadits Nabi SAW. Mereka adalah
orang-orang jujur, amanah, dan memegang janji. Sebagian diantara mereka
mencurahkan perhatiannya terhadap Al-Quran dan ilmunya yaitu para mufassir, dan
sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga hadits Nabi dan ilmunya,
mereka adalah para ahli hadits. Salah satu bentuk nyata para ahli hadits ialah dengan
lahirnya istilah U l u m u l

H a d i t s (Ilmu Hadits) yang merupakan salah satu

bidang ilmu yang penting di dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami
hadits-hadits Nabi SAW.
Secara garis besar ilmu hadits dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadits Riwayah
dan ilmu hadits Dirayah. Jika ilmu hadits Riwayah membahas materi hadits yang
menjadi kandungan makna, maka ilmu hadits Dirayah mengambil pembahasan
mengenai kaidah-kaidahnya, baik yang berhubungah dengan sanad atau matan hadits.
Kedua pengetahuan tersebut sama-sama penting. Sebab dengan ilmu yang pertama,
setiap muslim yang ingin mengikuti jejak laku dan teladan Rasulullah , harus
menguasai ilmu tersebut. Sementara itu dengan menguasai ilmu yang kedua, setiap
muslim dan siapapun yang mempelajari dengan baik akan mendapatkan informasi
yang akurat dan akuntabel tentang hadits Nabi/ Rasulullah saw. Di bawah ini akan
dibahas tentang pengertian ulum hadits dan macam macam ulum hadits.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Ulum Hadits?
2. Apa macam macam dari ulum Hadist?

BAB II
4

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulum Hadits
Ilmu hadits yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul Hadits
mengandung dua kata yaitu Ulum dan al- Hadits kata ulum dalam bahasa Arab
adalah bentuk jamak dari ilm yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadits menurut
bahasa mengandung berbagai makna diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan,
sesuatu yang sedikit dan banyak. Sedangkan menurut istilah Ulama Hadits adalah
apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan,
sifat atau sirah beliau baik sebelum kenabian atau sesudahnya. Sedangkan menurut
ahli ushul fiqh, hadits adalah perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW setelah kenabian. Adapun sebelum kenabian tidak dianggap
sebagai hadits, karena yang dimaksud dengan hadits adalah mengerjaka napa yang
menjadi konsekuensinya, dan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang
terjadi setelah kenabian. Adapun gabungan kata ulum dan al-Hadits ini melahirkan
istilah yang selanjutnya dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu Ulumul Hadits
yang memiliki pengertian ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits
Nabi SAW.
Pada mulanya, ilmu hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masingmasing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadits Nabi SAW dan para perawinya
seperti Ilmu al-Hadits al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al- Asmawa al-Kuna, dan lainlain. Penulisan ilmu-ilmu hadits secara parsial dilakukan, khususnya oleh para ulama
abad ke-3H. Misalnya Yahya ibn Main (234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal,
Muhammad ibn Saad (230H/844M) menulis Al-Tabaqat, Ahmad ibn Hanbal
(241H/855M) menulis Al-Ilal dan Al-Nasikh wal Mansukh, serta banyak lagi yang
lainnya. Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan Ulumul
Hadits, karena masing-masing membicarakan tentang Hadits dan para perawinya.
Akan tetapi pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan
dan dijadikan satu, serta selanjutnya dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang
berdiri sendiri. Terhadap ilmu yang sudahdigabungkan dan menjadi satu kesatuan
tersebut tetap dipergunakan nama Ulumul Hadis,sebagaimana halnya sebelum
disatukan. Jadi penggunaan lafadz jamak Ulumul Hadits setelah keadaannya menjadi
satu adalah mengandung makna mufrad atau tunggal, yaitu Ilmu Hadis, karena telah
terjadi perubahan makna lafadz tersebut dari maknanya yang pertama (beberapa ilmu

yang terpisah) menjadi nama dari suatu disiplin ilmu yang khusus yang nama lainnya
adalah Musthalahul Hadits.
B. Macam macam Hadits
Secara umum, ulama Hadits membagi ilmu Hadits ke dalam dua
bagian, yaitu ilmu Hadits Riwayah dan ilmu Hadits Diroyah.
1) Ilmu Hadits Riwayah
Ilmu hadits Riwayah adalah ilmu yang mengandung pembicaraan
tentang

penukilan

sabda-sabda

Nabi,

perbuatan-perbuatan

beliau, hal-hal yang beliau benarkan atau sifat-sifat beliau


sendiri,

secara

detail

dan

dapat

dipertanggungjawabkan.1 Menurut Ulama Hadits, ilmu hadits


Riwayah adalah ilmu yang membicarakan perihal cara-cara
meriwayatkan apa yang disandarkan kepada Nabi SAW (baik
berupa perkataan,

perbuatan, taqrir, keadaan, pribadi dan

akhlak beliau) secara cermat dan mendalam.


Ada tiga pendapat Ulama mengenai pengertian ilmu hadits
Riwayah. Ulama-ulama tersebut diantaranya Ibn al-Afkani, Ajjaj
al-Khathib, dan Zhafar Ahmad ibn Lathif al-Utsmani al-Tahanawi.
Berikut penjabarannya :
a) Ibn Al-Akfani. Sebagaimana yang dikutip oleh Al-Suyuti, ilmu
hadits Riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan
(periwayatan)

perkataan

Nabi

dan

perbuatannya,

pencatatannya, serta penguraian lafadz-lafadznya.


b) Ajjaj al-Khatib. Ilmu hadits Riwayah yaitu ilmu yang membahas
tentang

pemindahan (periwayatan) segala sesuatu yang

disandarkan kepada Nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan,


taqrir (ketetapan atau pengakuan), sifat jasmaniah, atau
tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti dan terperinci.
c) Zhafar Ahmad ibn Lathif al-Utsmani al-Tahanawi. Menurut
beliau di dalam Qawa`id fi `Ulum al-Hadits, ilmu hadits
Riwayah
perkataan,
1

ialah

ilmu

yang

perbuatan,

dan

dapat

keadaan

Syaikh Manna Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU HADITS, 2005, Jakarta, hal. 73

diketahui

dengannya

Rasulullah

serta

periwayatan, pemeliharaan dan penulisan atau pembukuan


Hadits

Nabi

SAW

serta

periwayatan,

pencatatan,

dan

penguraian lafadz-lafadznya.
Sedangkan menurut Kitab Musthalah Hadits, ilmu hadits Riwayah
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perkataan, perbuatan,
taqrir (sikap diam) dan sifat-sifat Nabi SAW.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ilmu hadits
Riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara
periwayatan, pemeliharaan dan penulisan atau pembukuan hadits
Nabi SAW. Ilmu hadits Riwayah dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
Hadits Qauli, ialah perkataan Nabi SAW. Nabi Muhammad SAW
bersabda :
Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung pada niatnya
Biasanya menggunakan Qaala atau Yaquulu.

Hadits Fili, ialah perbuatan Nabi. Misalnya Nabi Muhammad SAW


bersembahyang sebelum dhuhur 4 rokaat dan sesudahnya 4

rokaat. Biasanya memakai kaana


Hadits Taqriri, ialah ketidak ingkaran Nabi pada perkataan atau
perbuatan shahabat. Misalnya hadits : Saya melihat Rasulullah
SAW menutupi saya dan saya melihat pada orang orang
habasyah yang sedang bermain dimasjid (Nabi tidak melarang

dan tidak menyuruh.


Hadits Shifati, ialah

sifat-sifat

Nabi.

Diantara

sifat

mulai

Rasulullah ialah beliau adalah manusia yang memiliki sifat


penyabar yang sangat luar biasa.
Objek kajian Ilmu Hadits Riwayah adalah Hadits Nabi SAW dari
segi periwayatannya dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup:
Cara periwayatan Hadits, baik dari segi cara penerimaan dan
demikian juga cara

penyampaiannya dari seorang perawi

kepada perawi yang lainnya;


Cara pemeliharaan Hadits, yaitu dalam bentuk penghafalan,
penulisan dan pembukuannya.
Sedangkan tujuan dan urgensi ilmu ini adalah pemeliharaan
terhadap Hadits Nabi SAW agar tidak lenyap dan sia-sia, serta

terhindar

dari

kekeliruan

dan

kesalahan

dalam

proses

periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya.


2) Ilmu Hadits Diroyah
Ilmu hadits dirayah yaitu satu ilmu yang mempunyai beberapa
kaidah (patokan), yang dengan kaidah-kaidah itu dapat diketahui
keadaan perawi (sanad) dan diriwayatkan (marwiy) dari segi
diterima atau ditolaknya.2 Para ulama memberikan definisi yang
bervariasi terhadap Ilmu Hadits Dirayah ini. Akan tetapi, apabila
dicermati definisi-definisi yang mereka kemukakan, terdapat titik
persamaan diantara satu dan yang lainnya, terutama dari segi
sasaran kajian dan pokok bahasannya. Beberapa ulama yang
mendefinisikan ilmu hadits Diroyah adalah sebagai berikut:
a) Ibn al-Afkani. Ilmu hadits Diroyah adalah ilmu yang bertujuan
untuk mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macammacam, dan hokum hukumnya, keadaan para perawi, syaratsyarat mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengannya.
b) Imam al-Suyuti. Ilmu hadits

Diroyah

adalah

kegiatan

periwayatan sunnah (Hadits) dan penyandarannya kepada


orang yang meriwayatkannya dengan kalimat tahdits, yaitu
perkataan

seorang

perawi

haddatsana

fulan,

(telah

menceritakan kepada kami si fulan), atau ikhbar, seperti


perkataannya akhbarana fulan,(telah mengabarkan kepada
kami si fulan).
c) M. `Ajjaj al-Khatib. Ilmu hadits Dirayah adalah kumpulan
kaidah-kaidah
keadaan

rawi

dan

masalah-masalah

(orang

yang

untuk

meriwayatkan

mengetahui
hadits)

dan

marwi (segala sesuatu yang diriwayatkan) dari segi diterima


atau ditolaknya.
Menurut kitab Musthalah Hadits, ilmu hadits Diroyah
adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah untuk
mempelajari hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan
2 Ibid
8

menyampaikan hadits dan sifat-sifat perawinya. Oleh karena


itu yang menjadi objek kajian ilmu ini adalah keadaan matan,
sanad dan rawi hadits.
C. Matan, Rawi dan Sanad
Matan
dari segi bahasa,matan berarti membelah, mengeluarkan. Sedangkan matan menurut
istilah ilmu hadis, yaitu sebagai berikut.

perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw yang disebut
sesudah habis disebutkan sanadnya.
Contoh:
dari Muhammad yang diterima dari abu salamah yang diterima dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullahsaw bersabda : saandainya tidak akan memberatkan terhadap
umatmu, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) niscaya aku
melakukan shalat.(HR. Turmuzi).
Rawi
Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa
yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya
ruwah dan perbuatannya menyampaikan hadist tersebut dinamakan me-rawi
(meriwayat)-kan hadist
Contoh:
.

Warta

dari

umul

mukminin,aisyah

ra,

ujurnya:rasulallah

saw

telah

bersabda:barang siapa yang mengada-adakan suatu yang bukan termasuk dalam


urusan (agama) ku, maka ia tertolak.
sanad
Sanad menurut bahasa berarti sandaran,yang dapat dipercayai atau dibuktikan.
Sedangkan menurut istilah, yakni jalan yang dapat menghubungkan matan hadist

kepada Nabi Muhammad saw, misalkan hadist yang diwirayatkan oleh bukhori
berikut.
): : :
; %; :
(

telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin al-musannah,ujarnya:abdulwahhab as-saqafi telah menyebarkan kepada ku, ujarnya:telah bercerita kepadaku
ayyub atas pemberitahuan abi kilabah dari anas dari Nabi Muhammad saw,
sabdanya:tiga perkara, yang barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh
kelezatan iman. Yakni:1) Allah dan rasulnya hendaknya lebih dicintai daripada
selainnya. 2)kecintaannya kepada seseorang, tak lain karena Allah semata-mata dan
3) keenggananmya kembali kepada kekufuran, seperti keengganannya dicampakkan
ke neraka.
D. Mutawatir, Hasan dan Dhaif
Mutawatir
Mutawatir (b. Arab: , mutawtir) ialah kata serapan bahasa Arab yang bermaksud
"diturunkan

daripada

pengajian Ulum

seorang

ke

seorang".

al-Quran dan Mustalah

Istilah

Hadith. Kata

ini

digunakan
mutawatir

dalam
secara

bahasa,merupakan isim fail,dari kata at-tawatur,yang bermakna at-tatabu (berturutturut)3. Dalam hal ini.mutawatir mengandung pengertian yang bersifat kontinyu,baik
secara berturut maupun terus menerus tanpa ada hal yang menyela dan menghalangi
kontinuitas itu. Secara istilahi yang lengkap dikemukakan oleh Muhammad Ajjaj
Al-khatib:
"
"
Hadis yang diriwayatkan sejumlah periwayat yang menurut adat kebiasaan mustahil
mereka sepakat berdusta (tentang hadis yang diriwayatkan) dari sejumlah periwayat
dengan jumlah yang sepadan semenjak sanad yang pertama sampai sanad yang
terakhir dengan syarat jumlah itu tidak berkurang pada setiap tingkatan sanadnya.4
3 Mahmud At-Tahhan, Taysir Musthalah Al-Hadits (Surabaya:Syirkah Bungkul Indah,tth), hlm 19
10

Hadis Mutawatir, ialah hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya
berdusta atas Nabi Muhammad saw, sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang
dan disampaikan kepada banyak orang. Contohnya, "Barangsiapa berdusta atas
namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka. " (H.R Bukhari, Muslim, Ad
Darimi, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmizi,. Abu Ha'nifah, Tabrani, dan Hakim).
Adapun dari beberapa sumber redaksi yang lain mengatakan tentang pengertian
mutawatir:
""
Hadis yang didasarkan pada pancaindra (dilihat atau didengar) yang diberitakan
oleh segolongan orang yang mencapai jumlah banyak yang mustahil menurut tradisi
mereka sepakat berbohong
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hadis mutawatir merupakan
hadis shahih yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayat yang menurut logika dan
adat istiadat mustahil mereka sepakat berdusta. Atau dalam pengertian yang lain hadis
mutawatir ialah berita hadis yang bersifat indrawi (didengar atau dilihat) yang
diriwayatkan oleh orang banyak yang mencapai maksimal diseluruh tingkatan sanad
dan akal yang menghukumi mustahil menurut tradisi (adat) jumlah yang maksimal
berpijak untuk kebohongan. Dan adapun sandaran beritanya berdasarkan sesuatu yang
dapat di indra seperti disaksikan, didengar diraba,dicium atau dirasa.
Menurut para ulama hadis, hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh lebih dari seratus
orang sahabat Nabi dengan seratus sanad yang berlainan. Oleh sebab itu jumlah hadis
Mutawatir tidak banyak. Keseluruhan daripada ayat-ayat al-Quran adalah mutawatir,
manakala terdapat sebahagian hadis sahaja yang mutawatir. Hadis yang tidak
mencukupi syarat-syarat mutawatir dikenali sebagai Hadis Ahad.
Hadis Mutawatir terbagi dua:
1. Mutawatir Lafzi, yakni perkataan Nabi,
2. Mutawatir Amali, yakni perbuatan Nabi.
Hasan
4 Muhammad Ajjaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits, hlm 301
11

Secara bahasa, hasan berarti al-jaml, yaitu: indah. Hasan juga dapat juga berarti
sesuatu sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu. Sedangkan para ulama
berbeda pendapat dalam mendefinisikan hadis hasan karena melihat bahwa ia
meupakan pertengahan antara hadis shahih dan hadis dhaif, dan juga karena sebagian
ulama mendefinisikan sebagai salah satu bagiannya. Sebagian dari definisinya yaitu:
1. AlKhaththabi: hadis yang diketahui tempat keluarnya, dan telah masyhur arruwt/ (para periwayat) dalam sanadnya, dan kepadanya tempat berputar
kebanyakan hadis, dan yang diterima kebanyakan ulama, dan yang dipakai oleh
umumnya fuqah.
2. At-Tirmidzi: semua hadis yang diriwayatkan, dimana dalam sanadnya tidak ada
yang dituduh berdusta, serta tidak ada syadz (kejangalan), dan diriwatkan dari
selain jalan sepereti demikian, maka dia menurut kami adalah hadis hasan.
3. Ibnu Hajar: hadis ahad yang diriwayatkan oleh yang adil, sempurna ke-dhabithannya, bersanbung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz (janggal) maka dia
adalah hadis shahh li-dztihi, lalu jika ringan ke-dhabith-annya maka dia adalah
hadis hasan li-dztihi.
Kriteria hadis hasan sama dengan kriteria hadis shahih. Perbedaannya hanya terletak
pada sisi ke-dhabith-annya. yaitu hadis shahih lebih sempurna ke-dhabith-annya
dibandingkan dengan hadis hasan. Tetapi jika dibandingkan dengan ke-dhabith-an arrwiy (periwayat)

hadis dhaif tentu

belum

seimbang,

ke-dhabith-anar-

rwiy (periwayat) hadis hasan lebih unggul.


2. Macam-Macam Hadis Hasan
Sebagaimana hadis shahih yang terbagi menjadi dua macam, hadis hasan pun terbagi
menjadi dua macam, yaitu hasan li-dztihi dan hasan li-ghairihi;a. Hasan Li Dztihi
Hadis hasan li-dztihi adalah hadis yang telah memenuhi persyaratan hadis hasan
yang telah ditentukan.
b. Hasan Li-Ghairihi Hadis hasan li-ghairihi ialah hadis hasan yang tidak memenuhi
persyaratan secara sempurna. Dengan kata lain, hadis tersebut pada dasarnya adalah
hadis dhaif, akan tetapi karena adanya sanad ataumatn(matan/teks) lain yang

12

menguatkannya (syahid atau tbi/mutbi), maka kedudukan hadis dhaiftersebut


naik derajatnya menjadi hadis hasan li-ghairih.
3. Kehujahan Hadis Hasan
Hadis hasan sebagai mana halnya hadis shahih, meskipun derajatnya dibawah hadis
shahih, adalah hadis yang dapat diterima dan dipergunakan sebagai dalil
atau hujjah dalam menetapkan suatu hukum atau dalam beramal. Para ulama hadis,
ulama ushul fiqih, dan fuqaha sepakat tentang ke-hujjah-an hadis hasan.
Dhaif
Pengertian hadis dhaif secara bahasa. Hadis dhaif berarti hadis yang lemah. Para
ulama memiliki dugaan kecil bahwa hadis tersebut berasal dari Rasulullah s.a.w..
Dugaan kuat mereka hadis tersebut tidak berasal dari Rasulullah s.a.w.. Adapun para
ulama memberikan batasan bagi hadis dhaif sebagai berikut: Hadis dhaif ialah
hadis yang tidak memuat/menghimpun sifat-sifat hadis shahih, dan tidak pula
menghimpun sifat-sifat hadis hasan.
Macam macam Hadits Dhaif:
Terdapat berbagai tingkatan derajat hadis lemah, mulai dari yang lemahnya ringan
hingga yang parah bahkan palsu. Ibnu Hibban telah membagi hadits dhaif menjadi 49
(empat puluh sembilan) jenis.[1] Diantara macam-macam tingkatan hadis yang
dikategorikan lemah, seperti:

Mursal: Hadis yang disebutkan oleh Tabi'in langsung dari Rasulullah

tanpa

menyebutkan siapa shahabat yang melihat atau mendengar langsung dari Rasul.
Digolongkan sebagai hadis lemah karena dimungkinkan adanya Tabi'in lain yang
masuk dalam jalur riwayatnya (namun tidak disebutkan). Jika dapat dipastikan
perawi (periwayat) yang tidak disebutkan tersebut adalah seorang shahabat maka
tidak tergolong sebagai hadis lemah.

Mu'dhol: Hadis yang dalam sanadnya ada dua orang rawi atau lebih yang tidak
dicantumkan secara berurut.

13

Munqathi (terputus): Semua hadis yang sanadnya tidak bersambung tanpa melihat
letak dan keadaan putusnya sanad. Setiap hadis Mu'dhal adalah Munqathi, namun
tidak sebaliknya.

Mudallas: Seseorang yang meriwayatkan dari rawi fulan sementara hadis tersebut
tidak didengarnya langsung dari rawi fulan tersebut, namun ia tutupi hal ini
sehingga terkesan seolah ia mendengarnya langsung dari rawi fulan. Hadis
mudallas ada dua macam, yaitu Tadlis Isnad (menyembunyikan sanad) dan tadlis
Syuyukh (menyembunyikan personal).

Mu'an'an: Hadis yang dalam sanadnya menggunakan lafal fulan 'an fulan (riwayat
seseorang dari seseorang).

Mudhtharib (guncang): Hadis yang diriwayatkan melalui banyak jalur dan samasama kuat, masing-masingnya dengan lafal yang berlainan/bertentangan (serta
tidak bisa diambil jalan tengah).

Syadz (ganjil):

Hadis

yang

menyelisihi

yang tsiqah (terpercaya).

Atau

didefinisikan

riwayat
sebagai

dari
hadis

orang-orang
yang

hanya

diriwayatkan melalui satu jalur namun perawinya tersebut kurang terpercaya jika ia
bersendiri dalam meriwayatkan hadis.

Munkar: Hadis yang diriwayatkan oleh perawi kategori lemah yang menyelisihi
periwayatan rawi-rawi yang tsiqah.

Matruk: Hadis yang didalam sanadnya ada perawi yang tertuduh berdusta.

Maudhu'(Hadis palsu): Hadis yang dipalsukan atas nama Nabi, didalam rawinya
ada rawi yang diketahui sering melakukan kedustaan dan pemalsuan.

Bathil: Sejenis Hadis palsu yang (jelas-jelas) menyelisihi prinsip-prinsip syariah.

Mudraj: Perkataan yang diucapkan oleh selain Nabi yang ditulis bergandengan
dengan Hadits Nabi. Sehingga dapat dikira sebagai bagian dari hadis. Umumnya
berasal dari perawi hadisnya, baik itu sahabat ataupun yang dibawahnya,

14

diucapkan untuk menafsirkan, menjelaskan atau melengkapi maksud kata tertentu


dalam lafal hadis.

E. Muttafaqun Alaihi
Kata Muttafaq Alaihi biasanya kita jumpai ketika membaca hadits,
tepatnya pada akhir hadits (perawinya). Mungkin sebagian dari kita belum mengenal
apa yang dimaksud dengan kata Muttafaq alaihi tersebut. Hadits secara harfiah
berarti berbicara, perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah
hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits adalah apa yang diriwayatkan dari
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapannya (Arab: taqrr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah
diangkat sebagai Nabi (Arab: bitsah) dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti
hadits di sini semakna dengan sunnah.
Muttafaqun alaihi artinya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim dari shahabat yang sama, sebagai contoh di dalam bagan, jika ada
hadits yang diriwayatkan dari sahabat yang sama, misalnya: Hadits yang diriwayatkan
melalui jalur sanad Abu Hurairah, maka penulisan rawi hadits tersebut dapat
digunakan (HR. Muttafaqun Alaihi),
Sebagai contoh :Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, bahwasanya
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, (HR. Muttafaqun Alaihi)
Atau bisa juga digunakan HR. Bukhari-Muslim. Akan tetapi pakar hadits, lebih
banyak menggunakan istilah Muttafaqqun alaihi untuk hadits yang diriwayatkan dari
jalur shahabat nabi yang sama. Dan dengan dikatakan suatu hadits disebut
Muttafaqun Alaihi maka semua ulama sepakat menerima hadits tersebut.
F. Kutub as-Sittah

15

Kutubus Sittah (Arab: ) dalam Bahasa Indonesia berarti 'Enam Kitab', adalah
sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadits dalam
Islam. Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul
hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh para pemeluk
Islam dalam merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad.
Keenam kitab tersebut adalah:

Shahih Bukhari dihimpun oleh Imam Bukhari

Shahih Muslim dihimpun oleh Imam Muslim

Sunan an-Nasa'i atau disebut juga As-Sunan As-Sughra dihimpun oleh Imam
Nasa'i

Sunan Abu Dawud dihimpun oleh Imam Abu Dawud

Sunan at-Tirmidzi dihimpun oleh Imam Tirmidzi

Sunan ibnu Majah dihimpun oleh Imam Ibnu Majah

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu hadits yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul Hadits
mengandung dua kata yaitu Ulum dan al- Hadits kata ulum dalam bahasa Arab
adalah bentuk jamak dari ilm yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadits
16

menurut bahasa mengandung berbagai makna diantaranya baru, sesuatu yang


dibicarakan, sesuatu yang sedikit dan banyak. ulama Hadits membagi ilmu
Hadits ke dalam dua bagian, yaitu ilmu Hadits Riwayah dan ilmu
Hadits Diroyah.
Adapun cabang dari ilmu hadits seperti, Matan dari segi bahasa,matan berarti
membelah, mengeluarkan. Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan
dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang
(gurunya). Sanad menurut bahasa berarti sandaran,yang dapat dipercayai atau
dibuktikan. Mutawatir (b. Arab: , mutawtir) ialah kata serapan bahasa
Arab yang bermaksud "diturunkan daripada seorang ke seorang". Hasan juga
dapat juga berarti sesuatu sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu.
hadis dhaif secara bahasa. Hadis dhaif berarti hadis yang lemah.
Kata Muttafaq Alaihi biasanya kita jumpai ketika membaca hadits,
tepatnya pada akhir hadits (perawinya). Muttafaqun alaihi artinya hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari shahabat yang sama.
Kutubus Sittah (Arab: ) dalam Bahasa Indonesia berarti 'Enam Kitab',
adalah sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab
induk Hadits dalam Islam. Shahih Bukhari dihimpun oleh Imam Bukhari ,Shahih
Muslim dihimpun oleh Imam Muslim, Sunan an-Nasa'i atau disebut juga AsSunan As-Sughra dihimpun oleh Imam Nasa'i, Sunan Abu Dawud dihimpun oleh
Imam Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi dihimpun oleh Imam Tirmidzi, Sunan ibnu
Majah dihimpun oleh Imam Ibnu Majah

DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Manna Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU HADITS, 2005, Jakarta
Mahmud At-Tahhan, Taysir Musthalah Al-Hadits (Surabaya:Syirkah Bungkul
Indah,tth
Muhammad Ajjaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits

https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Dha%27if
https://id.wikipedia.org/wiki/Kutubus_Sittah
17

18

Anda mungkin juga menyukai