ULUM HADIST
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ayat dan Hadist Ekonomi
dari Dosen Pengampu Fajar Fandi Atmaja Lc., M.S.I.
Disusun Oleh:
Dwi Pratiwi Nur Indah Sari
Maria Martiani
14423173
14423177
14423
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah menolang hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-nya, mungkin penulis tidak akan
sanggup menyelesaikan makalah dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Tafsir Ayat dan Hadist Ekonomi, dengan judul ULUM HADIST.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat hambatan, dan rintangan.
Alhamdulillah berkat bantuan, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak, Makalah ini
dapat diselesaikan tepat waktu.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula penulisan Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mengharapkan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan
selanjutnya. Mudah mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis secara khusus dan
pembaca secara umum.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB III
PENUTUP
13
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian ilmu hadits, sejarah perkembangan ilmu hadits, serta cabangcabangnya Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan.
Sumber dari pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli. Sumber yang
bersifat naqli ini merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus, maupun masalah dunia
pada umumnya. Sumber yang sangat otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah AlQuran dan Hadits Rasulullah SAW. Allah telah menganugerahkan kepada para
pendahulu yang selalu menjaga Al-Quran dan hadits Nabi SAW. Mereka adalah
orang-orang jujur, amanah, dan memegang janji. Sebagian diantara mereka
mencurahkan perhatiannya terhadap Al-Quran dan ilmunya yaitu para mufassir, dan
sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga hadits Nabi dan ilmunya,
mereka adalah para ahli hadits. Salah satu bentuk nyata para ahli hadits ialah dengan
lahirnya istilah U l u m u l
bidang ilmu yang penting di dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami
hadits-hadits Nabi SAW.
Secara garis besar ilmu hadits dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadits Riwayah
dan ilmu hadits Dirayah. Jika ilmu hadits Riwayah membahas materi hadits yang
menjadi kandungan makna, maka ilmu hadits Dirayah mengambil pembahasan
mengenai kaidah-kaidahnya, baik yang berhubungah dengan sanad atau matan hadits.
Kedua pengetahuan tersebut sama-sama penting. Sebab dengan ilmu yang pertama,
setiap muslim yang ingin mengikuti jejak laku dan teladan Rasulullah , harus
menguasai ilmu tersebut. Sementara itu dengan menguasai ilmu yang kedua, setiap
muslim dan siapapun yang mempelajari dengan baik akan mendapatkan informasi
yang akurat dan akuntabel tentang hadits Nabi/ Rasulullah saw. Di bawah ini akan
dibahas tentang pengertian ulum hadits dan macam macam ulum hadits.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Ulum Hadits?
2. Apa macam macam dari ulum Hadist?
BAB II
4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulum Hadits
Ilmu hadits yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul Hadits
mengandung dua kata yaitu Ulum dan al- Hadits kata ulum dalam bahasa Arab
adalah bentuk jamak dari ilm yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadits menurut
bahasa mengandung berbagai makna diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan,
sesuatu yang sedikit dan banyak. Sedangkan menurut istilah Ulama Hadits adalah
apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan,
sifat atau sirah beliau baik sebelum kenabian atau sesudahnya. Sedangkan menurut
ahli ushul fiqh, hadits adalah perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW setelah kenabian. Adapun sebelum kenabian tidak dianggap
sebagai hadits, karena yang dimaksud dengan hadits adalah mengerjaka napa yang
menjadi konsekuensinya, dan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang
terjadi setelah kenabian. Adapun gabungan kata ulum dan al-Hadits ini melahirkan
istilah yang selanjutnya dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu Ulumul Hadits
yang memiliki pengertian ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits
Nabi SAW.
Pada mulanya, ilmu hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masingmasing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadits Nabi SAW dan para perawinya
seperti Ilmu al-Hadits al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al- Asmawa al-Kuna, dan lainlain. Penulisan ilmu-ilmu hadits secara parsial dilakukan, khususnya oleh para ulama
abad ke-3H. Misalnya Yahya ibn Main (234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal,
Muhammad ibn Saad (230H/844M) menulis Al-Tabaqat, Ahmad ibn Hanbal
(241H/855M) menulis Al-Ilal dan Al-Nasikh wal Mansukh, serta banyak lagi yang
lainnya. Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan Ulumul
Hadits, karena masing-masing membicarakan tentang Hadits dan para perawinya.
Akan tetapi pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan
dan dijadikan satu, serta selanjutnya dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang
berdiri sendiri. Terhadap ilmu yang sudahdigabungkan dan menjadi satu kesatuan
tersebut tetap dipergunakan nama Ulumul Hadis,sebagaimana halnya sebelum
disatukan. Jadi penggunaan lafadz jamak Ulumul Hadits setelah keadaannya menjadi
satu adalah mengandung makna mufrad atau tunggal, yaitu Ilmu Hadis, karena telah
terjadi perubahan makna lafadz tersebut dari maknanya yang pertama (beberapa ilmu
yang terpisah) menjadi nama dari suatu disiplin ilmu yang khusus yang nama lainnya
adalah Musthalahul Hadits.
B. Macam macam Hadits
Secara umum, ulama Hadits membagi ilmu Hadits ke dalam dua
bagian, yaitu ilmu Hadits Riwayah dan ilmu Hadits Diroyah.
1) Ilmu Hadits Riwayah
Ilmu hadits Riwayah adalah ilmu yang mengandung pembicaraan
tentang
penukilan
sabda-sabda
Nabi,
perbuatan-perbuatan
secara
detail
dan
dapat
perkataan
Nabi
dan
perbuatannya,
ialah
ilmu
yang
perbuatan,
dan
dapat
keadaan
Syaikh Manna Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU HADITS, 2005, Jakarta, hal. 73
diketahui
dengannya
Rasulullah
serta
Nabi
SAW
serta
periwayatan,
pencatatan,
dan
penguraian lafadz-lafadznya.
Sedangkan menurut Kitab Musthalah Hadits, ilmu hadits Riwayah
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perkataan, perbuatan,
taqrir (sikap diam) dan sifat-sifat Nabi SAW.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ilmu hadits
Riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara
periwayatan, pemeliharaan dan penulisan atau pembukuan hadits
Nabi SAW. Ilmu hadits Riwayah dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
Hadits Qauli, ialah perkataan Nabi SAW. Nabi Muhammad SAW
bersabda :
Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung pada niatnya
Biasanya menggunakan Qaala atau Yaquulu.
sifat-sifat
Nabi.
Diantara
sifat
mulai
terhindar
dari
kekeliruan
dan
kesalahan
dalam
proses
Diroyah
adalah
kegiatan
seorang
perawi
haddatsana
fulan,
(telah
rawi
dan
masalah-masalah
(orang
yang
untuk
meriwayatkan
mengetahui
hadits)
dan
perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw yang disebut
sesudah habis disebutkan sanadnya.
Contoh:
dari Muhammad yang diterima dari abu salamah yang diterima dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullahsaw bersabda : saandainya tidak akan memberatkan terhadap
umatmu, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) niscaya aku
melakukan shalat.(HR. Turmuzi).
Rawi
Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa
yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya
ruwah dan perbuatannya menyampaikan hadist tersebut dinamakan me-rawi
(meriwayat)-kan hadist
Contoh:
.
Warta
dari
umul
mukminin,aisyah
ra,
ujurnya:rasulallah
saw
telah
kepada Nabi Muhammad saw, misalkan hadist yang diwirayatkan oleh bukhori
berikut.
): : :
; %; :
(
telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin al-musannah,ujarnya:abdulwahhab as-saqafi telah menyebarkan kepada ku, ujarnya:telah bercerita kepadaku
ayyub atas pemberitahuan abi kilabah dari anas dari Nabi Muhammad saw,
sabdanya:tiga perkara, yang barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh
kelezatan iman. Yakni:1) Allah dan rasulnya hendaknya lebih dicintai daripada
selainnya. 2)kecintaannya kepada seseorang, tak lain karena Allah semata-mata dan
3) keenggananmya kembali kepada kekufuran, seperti keengganannya dicampakkan
ke neraka.
D. Mutawatir, Hasan dan Dhaif
Mutawatir
Mutawatir (b. Arab: , mutawtir) ialah kata serapan bahasa Arab yang bermaksud
"diturunkan
daripada
pengajian Ulum
seorang
ke
seorang".
Istilah
Hadith. Kata
ini
digunakan
mutawatir
dalam
secara
bahasa,merupakan isim fail,dari kata at-tawatur,yang bermakna at-tatabu (berturutturut)3. Dalam hal ini.mutawatir mengandung pengertian yang bersifat kontinyu,baik
secara berturut maupun terus menerus tanpa ada hal yang menyela dan menghalangi
kontinuitas itu. Secara istilahi yang lengkap dikemukakan oleh Muhammad Ajjaj
Al-khatib:
"
"
Hadis yang diriwayatkan sejumlah periwayat yang menurut adat kebiasaan mustahil
mereka sepakat berdusta (tentang hadis yang diriwayatkan) dari sejumlah periwayat
dengan jumlah yang sepadan semenjak sanad yang pertama sampai sanad yang
terakhir dengan syarat jumlah itu tidak berkurang pada setiap tingkatan sanadnya.4
3 Mahmud At-Tahhan, Taysir Musthalah Al-Hadits (Surabaya:Syirkah Bungkul Indah,tth), hlm 19
10
Hadis Mutawatir, ialah hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya
berdusta atas Nabi Muhammad saw, sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang
dan disampaikan kepada banyak orang. Contohnya, "Barangsiapa berdusta atas
namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka. " (H.R Bukhari, Muslim, Ad
Darimi, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmizi,. Abu Ha'nifah, Tabrani, dan Hakim).
Adapun dari beberapa sumber redaksi yang lain mengatakan tentang pengertian
mutawatir:
""
Hadis yang didasarkan pada pancaindra (dilihat atau didengar) yang diberitakan
oleh segolongan orang yang mencapai jumlah banyak yang mustahil menurut tradisi
mereka sepakat berbohong
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hadis mutawatir merupakan
hadis shahih yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayat yang menurut logika dan
adat istiadat mustahil mereka sepakat berdusta. Atau dalam pengertian yang lain hadis
mutawatir ialah berita hadis yang bersifat indrawi (didengar atau dilihat) yang
diriwayatkan oleh orang banyak yang mencapai maksimal diseluruh tingkatan sanad
dan akal yang menghukumi mustahil menurut tradisi (adat) jumlah yang maksimal
berpijak untuk kebohongan. Dan adapun sandaran beritanya berdasarkan sesuatu yang
dapat di indra seperti disaksikan, didengar diraba,dicium atau dirasa.
Menurut para ulama hadis, hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh lebih dari seratus
orang sahabat Nabi dengan seratus sanad yang berlainan. Oleh sebab itu jumlah hadis
Mutawatir tidak banyak. Keseluruhan daripada ayat-ayat al-Quran adalah mutawatir,
manakala terdapat sebahagian hadis sahaja yang mutawatir. Hadis yang tidak
mencukupi syarat-syarat mutawatir dikenali sebagai Hadis Ahad.
Hadis Mutawatir terbagi dua:
1. Mutawatir Lafzi, yakni perkataan Nabi,
2. Mutawatir Amali, yakni perbuatan Nabi.
Hasan
4 Muhammad Ajjaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits, hlm 301
11
Secara bahasa, hasan berarti al-jaml, yaitu: indah. Hasan juga dapat juga berarti
sesuatu sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu. Sedangkan para ulama
berbeda pendapat dalam mendefinisikan hadis hasan karena melihat bahwa ia
meupakan pertengahan antara hadis shahih dan hadis dhaif, dan juga karena sebagian
ulama mendefinisikan sebagai salah satu bagiannya. Sebagian dari definisinya yaitu:
1. AlKhaththabi: hadis yang diketahui tempat keluarnya, dan telah masyhur arruwt/ (para periwayat) dalam sanadnya, dan kepadanya tempat berputar
kebanyakan hadis, dan yang diterima kebanyakan ulama, dan yang dipakai oleh
umumnya fuqah.
2. At-Tirmidzi: semua hadis yang diriwayatkan, dimana dalam sanadnya tidak ada
yang dituduh berdusta, serta tidak ada syadz (kejangalan), dan diriwatkan dari
selain jalan sepereti demikian, maka dia menurut kami adalah hadis hasan.
3. Ibnu Hajar: hadis ahad yang diriwayatkan oleh yang adil, sempurna ke-dhabithannya, bersanbung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz (janggal) maka dia
adalah hadis shahh li-dztihi, lalu jika ringan ke-dhabith-annya maka dia adalah
hadis hasan li-dztihi.
Kriteria hadis hasan sama dengan kriteria hadis shahih. Perbedaannya hanya terletak
pada sisi ke-dhabith-annya. yaitu hadis shahih lebih sempurna ke-dhabith-annya
dibandingkan dengan hadis hasan. Tetapi jika dibandingkan dengan ke-dhabith-an arrwiy (periwayat)
belum
seimbang,
ke-dhabith-anar-
12
tanpa
menyebutkan siapa shahabat yang melihat atau mendengar langsung dari Rasul.
Digolongkan sebagai hadis lemah karena dimungkinkan adanya Tabi'in lain yang
masuk dalam jalur riwayatnya (namun tidak disebutkan). Jika dapat dipastikan
perawi (periwayat) yang tidak disebutkan tersebut adalah seorang shahabat maka
tidak tergolong sebagai hadis lemah.
Mu'dhol: Hadis yang dalam sanadnya ada dua orang rawi atau lebih yang tidak
dicantumkan secara berurut.
13
Munqathi (terputus): Semua hadis yang sanadnya tidak bersambung tanpa melihat
letak dan keadaan putusnya sanad. Setiap hadis Mu'dhal adalah Munqathi, namun
tidak sebaliknya.
Mudallas: Seseorang yang meriwayatkan dari rawi fulan sementara hadis tersebut
tidak didengarnya langsung dari rawi fulan tersebut, namun ia tutupi hal ini
sehingga terkesan seolah ia mendengarnya langsung dari rawi fulan. Hadis
mudallas ada dua macam, yaitu Tadlis Isnad (menyembunyikan sanad) dan tadlis
Syuyukh (menyembunyikan personal).
Mu'an'an: Hadis yang dalam sanadnya menggunakan lafal fulan 'an fulan (riwayat
seseorang dari seseorang).
Mudhtharib (guncang): Hadis yang diriwayatkan melalui banyak jalur dan samasama kuat, masing-masingnya dengan lafal yang berlainan/bertentangan (serta
tidak bisa diambil jalan tengah).
Syadz (ganjil):
Hadis
yang
menyelisihi
Atau
didefinisikan
riwayat
sebagai
dari
hadis
orang-orang
yang
hanya
diriwayatkan melalui satu jalur namun perawinya tersebut kurang terpercaya jika ia
bersendiri dalam meriwayatkan hadis.
Munkar: Hadis yang diriwayatkan oleh perawi kategori lemah yang menyelisihi
periwayatan rawi-rawi yang tsiqah.
Matruk: Hadis yang didalam sanadnya ada perawi yang tertuduh berdusta.
Maudhu'(Hadis palsu): Hadis yang dipalsukan atas nama Nabi, didalam rawinya
ada rawi yang diketahui sering melakukan kedustaan dan pemalsuan.
Mudraj: Perkataan yang diucapkan oleh selain Nabi yang ditulis bergandengan
dengan Hadits Nabi. Sehingga dapat dikira sebagai bagian dari hadis. Umumnya
berasal dari perawi hadisnya, baik itu sahabat ataupun yang dibawahnya,
14
E. Muttafaqun Alaihi
Kata Muttafaq Alaihi biasanya kita jumpai ketika membaca hadits,
tepatnya pada akhir hadits (perawinya). Mungkin sebagian dari kita belum mengenal
apa yang dimaksud dengan kata Muttafaq alaihi tersebut. Hadits secara harfiah
berarti berbicara, perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah
hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits adalah apa yang diriwayatkan dari
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapannya (Arab: taqrr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah
diangkat sebagai Nabi (Arab: bitsah) dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti
hadits di sini semakna dengan sunnah.
Muttafaqun alaihi artinya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim dari shahabat yang sama, sebagai contoh di dalam bagan, jika ada
hadits yang diriwayatkan dari sahabat yang sama, misalnya: Hadits yang diriwayatkan
melalui jalur sanad Abu Hurairah, maka penulisan rawi hadits tersebut dapat
digunakan (HR. Muttafaqun Alaihi),
Sebagai contoh :Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, bahwasanya
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, (HR. Muttafaqun Alaihi)
Atau bisa juga digunakan HR. Bukhari-Muslim. Akan tetapi pakar hadits, lebih
banyak menggunakan istilah Muttafaqqun alaihi untuk hadits yang diriwayatkan dari
jalur shahabat nabi yang sama. Dan dengan dikatakan suatu hadits disebut
Muttafaqun Alaihi maka semua ulama sepakat menerima hadits tersebut.
F. Kutub as-Sittah
15
Kutubus Sittah (Arab: ) dalam Bahasa Indonesia berarti 'Enam Kitab', adalah
sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadits dalam
Islam. Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul
hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh para pemeluk
Islam dalam merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad.
Keenam kitab tersebut adalah:
Sunan an-Nasa'i atau disebut juga As-Sunan As-Sughra dihimpun oleh Imam
Nasa'i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu hadits yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul Hadits
mengandung dua kata yaitu Ulum dan al- Hadits kata ulum dalam bahasa Arab
adalah bentuk jamak dari ilm yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadits
16
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Manna Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU HADITS, 2005, Jakarta
Mahmud At-Tahhan, Taysir Musthalah Al-Hadits (Surabaya:Syirkah Bungkul
Indah,tth
Muhammad Ajjaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Dha%27if
https://id.wikipedia.org/wiki/Kutubus_Sittah
17
18