Anda di halaman 1dari 21

PERCOBAAN VOLTAMETER (L2)

NI KETUT RIZKITHA DEVI


1413100003
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan Voltameter yang bertujuan untuk menentukan
keseksamaan dari penunjukkan jarum ampermeter dengan menggunakan voltameter
tembaga. Dalam percobaan ini menggunakan prinsip elektrolisis dimana dibutuhkan arus
yang digunakan untuk mengendapkan larutan elektrolit yang mana terdapat katoda dan
anoda. Terdapat hanya satu variasi dalam percobaan ini yaitu variasi terhadap katoda
yang digunakan yaitu katoda 1 dan katoda 2. Proses elektrolisis dalam percobaan ini
dilakukan selama 5 menit. Sehingga dalam percobaan ini akan didapatkan endapan pada
katoda. Percobaan ini menggunakan larutan CuSO4 dan elektrode tembaga. Elektrode
tembaga merupakan elektrode non inert dan pada percobaan ini menggunakan 3 buah
elektrode dimana 1 elektrode sebagai katoda dan 2 elektrode lainnya sebagai anoda.
Selama proses elektrolisis, didapatkan nilai arus pada ampermeter dan data data yang
berupa massa endapan, waktu dan ekuivalen elektrokimia yang digunakan untuk
menghitung arus pada proses elektrolisis dengan menggunakan Hukum Faraday II. Dari
percobaan ini didapatkan hasil bahwa arus yang ditunjukkan ampermeter pada saat
percobaan dengan katoda 1 adalah 0,15 Ampere sedangkan arus yang didapatkan dari
perhitungan katoda 1 adalah 0,337734 Ampere. Dan arus yang ditunjukkan ampermeter
pada percobaan dengan katoda 2 adalah 0,15 Ampere sedangkan arus yang didapatkan
dari perhitungan adalah 0,236406 Ampere.
Kata Kunci : Elektrolisis, Hukum Faraday, Anoda-Katoda, Arus Listrik

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Permasalahan..................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
DASAR TEORI.......................................................................................................2
2.1 Hantaran Listrik..............................................................................................2
2.2 Voltameter.......................................................................................................2
2.3 Sel Elektrokimia.............................................................................................3
2.4 Hukum Faraday..............................................................................................3
2.4.1 Hukum Faraday I.....................................................................................3
2.4.2 Hukum Faraday II....................................................................................4
2.5 Anoda - Katoda CuSO4...................................................................................5
2.6 Reaksi pada Elektroda....................................................................................5
2.7 Daya Hantar Larutan Elektrolit......................................................................6
2.8 Hukum Ohm...................................................................................................6
2.9 Jenis Penghantar (Konduktor)........................................................................6
2.10 Elektrolisis....................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................8
METODOLOGI PERCOBAAN..............................................................................8

3.1 Peralatan dan Bahan.......................................................................................8


3.2 Langkah Kerja................................................................................................8
BAB IV....................................................................................................................9
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN...............................................................9
4.1 Analisa Data...................................................................................................9
4.2 Perhitungan.....................................................................................................9
4.2.1 Perhitungan Arus pada Voltameter dengan Menggunakan Katoda 1......9
4.2.2 Perhitungan Arus pada Voltameter dengan Menggunakan Katoda 2....10
4.3 Pembahasan..................................................................................................11
BAB V....................................................................................................................15
KESIMPULAN......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi kimia terutama reaksi oksidasi reduksi dapat terjadi di berbagai
sistem kimia. Sebagai contoh adalah pembentukan karat pada besi, aksi cairan
pemutih pada noda dan penyepuhan. Penyepuhan merupakan salah satu contoh
reaksi elektrokimia terutama elektrolisis.Karenadalam proses penyepuhan
dibutuhkan sumber listrik untuk mengendapan larutan emas atau perak untuk
melapisi logam emas atau perak. Dalam hal ini energi listrik diubah menjadi
energi kimia. Pada proses penyepuhan, terjadi reaksi redoks (reduksi oksidasi).
Larutan emas atau perak akan mengalami ionisasi. Penggunaan elektroda juga
dibutuhkan dalam proses ini.
Pada proses penyepuhan, elektroda yang digunakan harus sama dengan
larutan yang mengalami ionisasi. Besar arus yang dialirkan kepada larutan melalui
elektroda akan berpengaruh terhadap massa endapan yang diperoleh. Dari hal ini
juga akan diketahui waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan massa endapan
yang sesuai dengan keinginan. Biasanya dalam proses ini, digunakan alat untuk
mengukur massa endapan yang telah diperoleh yang biasa disebut dengan
voltameter. Oleh sebab itu, dilakukan percobaan voltameter dengan menggunakan
voltameter tembaga.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dari percobaan ini adalah bagaimana menentukan
keseksamaan dari penunjukan jarum ampermeter dengan menggunakan
voltameter tembaga.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan keseksamaan dari
penunjukan jarum ampermeter dengan menggunakan voltameter tembaga.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Hantaran Listrik


Perpindahan elektron dari potensial negatif yang lebih tinggi ke yang lebih
rendah mengakibatkan terjadinya aliran listrik yang melalui suatu konduktor.
Akan tetapi mekanisme hantarannya tidak sama untuk semua konduktor.
Misalnya, konduktor listrik seperti zat padat, logam cair dan garam padat tertentu,
hantaran listriknya dilakukan oleh perpindahan langsung elektron elektron
melalui penghantar karena pengaruh tegangan atau potensial yang digunaka.
Untuk konduktor elektrolit seperti larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit
lemah, garam cair, hantaran listriknya dilakukan oleh perpindahan ion ion
positif maupun negatif ke arah elektrode. Hal ini melibatkan perpindahan listrik
dari elektrode ke elektrode lainnya dan juga perpindahan zat dari suatu bagian
konduktor ke bagian lainnya. Arus yang mengalir dalam konduktor elektrolit,
selalu disertai dengan perubahan kimia pada elektrode yang sangat karakteristik
dan spesifik untuk zat zat yang bergabung dengan konduktor dan elektrode.
Perbedaan antara konduktor elektrolit dan konduktor listrik adalah jika suhu naik,
maka konduktor elektrolit selalu turun sedangkan konduktor listrik naik(Narkanti,
1985).
2.2 Voltameter
Voltameter adalah sebuah instrumen yang berfungsi untuk menghitunng
besar dari listrik. Voltameter sering disebut juga coulometer. Satuan internasional
yang digunakan untuk voltameter adalah coloumb. Voltameter sering digunakan
untuk menghitung besarnya potensial dari sebuah sel atau biasa disebut E sel dari
sebuah zat yang diendapkan atau massa endapan. Biasanya voltameter digunakan
untuk menghitung besarnya Esel Tembaga atau massa endapan tembaga(Frank,
2005).

2.3 Sel Elektrokimia


Sel elektrokimia terdiri dari 2 elektrode dimana elektrode ini terbuat dari
konduktor logam. Kedua elektrode ini kemudian dicelupkan kedalam larutan
elektrolit yang kemudian akan menghantarkan listrik. Dalam sel elektrokimia,
terjadi reaksi oksidasi dan reduksi. Elektrode yang merupakan tempat terjadinya
reaksi reduksi disebut katoda dan elektroda tempat terjadinya reaksi oksidasi
adalah anoda. Sel elektrokimia dibagi menjadi 2 yaitu sel Galvani dan sel
Elektrolisis. Sel Galvani adalah sel elektrokimia yang mengubah energi kimia
menjadi energi listrik dimana reaksinya berjalan dengan spontan tanpa bantuan
listrik. Sel elektrolisis adalah sel yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia dimana perubahan energi ini membutuhkan sumber listrik. Dalam sel
elektrokimia, elektron akan melewati kawat penghantar dan mengalir dari katoda
menuju anoda. Terjadi reaksi setengah sel pada katoda dan anoda(Oxtoby, 2008).
2.4 Hukum Faraday
Faraday menemukan bahwa pada reaksi kimia yang terjadi selama
elektrolisa, pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi
reduksi. Faraday merumuskan hal ini dalam Hukum Faraday I dan Hukum
Faraday II
2.4.1 Hukum Faraday I
Hukum Faraday I merumuskan bahwa massa suatu zat yang terlibat dalam
reaksi pada elektroda berbanding langsung dengan jumlah muatan listrik yang
melalui larutan. Hukum ini digunakan pada elektrolisa leburan maupun larutan
elektrolit dan tidak bergantung kepada suhu, tekanan atau jenis dari pelarut
sepanjang jenis pelarut ini melakukan ionisasi kepada zat terlarut. Dari hukum in
dapat dihitung jumlah muatan listrik yang diperlukan untuk mengendapkan satu
berat equvalen zat.
Q=G

.......................................................(2.1)

Q=it ........................................................(2.2)

Sehingga
G=it

.......................................................(2.3)
(Narkanti, 1985)

2.4.2 Hukum Faraday II


Hukum Faraday II menyatakan bahwa massa dari zat-zat yang berbeda
yang dihasilkan selama proses elektrolisa berbanding lurus dengan berat
equivalennya. Muatan listrik yang jumlahnya sama akan dihasilkan secara kimia,
berjumlah equivalen dari semua zat yang dihasilkan dalam proses. Dalam hal ini,
selama proses elektrolisa terjadi 96487 coulomb muatan listrik akan menghasilkan
satu berat equivalen zat lain. Untuk perhitungan, maka,
1 Faraday = 96500 coulomb ..............................(2.4)
Hukum Faraday dapat digunakan untuk menentukan jumlah muatan listrik
yang melalui suatu rangkaian oleh pengamatan pengamatan perubahan kimia
yang dihasilkan oleh arus yang sama dalam suatu sel elektrolisa yang sesuai.
G=

itM E
96500

..................................................(2.5)

dengan:
G = massa endapan yang diperoleh
i = arus listrik yang dialirkan
t = waktu yang dibutuhkan
ME = massa ekuivalen dimana massa molekul dibagi dengan jumlah elektron
yang mengalir
(Narkanti, 1985)

2.5 Anoda - Katoda CuSO4


Pada reaksi sel volta, reaksi yang berlangsung adalah spontan. Misalnya
dalam larutan CuSO4 dimasukkan plat tembaga dan pada larutan ZnSO4
dimasukkan plat seng.

Kemudian kedua elektroda yaitu tembaga dan seng

dihubungkan dengan voltmeter. Sehingga pada voltmeter akan muncul harga


potensial elektroda dari reaksi tersebut. Pada katoda terjadi reaksi:
Cu2+(aq) + 2e Cu (s) ...........................................(2.6)
Dan pada anoda terjadi reaksi:
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e ............................................(2.7)
Hal ini disebabkan karena Zn lebih mudah teroksidasi daripada Cu sehingga Zn
mengalami oksidasi dan Cu2+ pada larutan CuSO4 akan mengalami reduksi
sehingga pada elektroda tembaga akan didapatkan endapan tembaga. Dan
elektroda seng akan berkurang massanya karena mengalami oksidasi sehingga Zn
yang berasal dari elektroda akan mengalami oksidasi sehingga Zn2+ pada larutan
ZnSO4 akan bertambah. Dalam hal ini,electron yang ikut mengalami reaksi adalah
2 elektron. Dua elektron yang berasal dari oksidasi Zn akan mengalir dari anoda
menuju ke voltmeter dan selanjutnya akan menuju katoda (Ulfin, 2010).
2.6 Reaksi pada Elektroda
Terdapat dua jenis elektroda yaitu elektroda inert dan elektroda non inert.
Elektroda inert adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi sehingga dalam sel
elektrokimia yang mengalami reaksi adalah larutan elektrolit. Contoh elektroda
inert adalah karbon dan platina. Sedangkan elektroda non inert adalah elektroda
yang ikut dalam reaksi dimana elektroda ini akan mengalami reaksi redoks .
Contoh elektroda non inert adalah besi, tembaga, alumunium, emas, perak dan
seng. Jenis lektroda yang akan digunakan dalam reaksi akan menentukan reaksi
yang terjadi selama proses elektrokimia. Pada elektroda anoda terjadi reaksi
oksidsi dan pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi. Pemberian kutub pada
anoda dan katoda pada sel galvani dan elektrolisis akan berbeda. Reaksi yang

terjadi di katoda adalah reaksi reduksi. Jika pada katoda diletakkan unsur dari
golongan IA,IIA,IIIA, Alumunium dan Mangan tidak dapat tereduksi oleh air
sehingga yang mengalami reduksi adalah air. Dan untuk reaksi pada anoda, anion
sisa asam oksi seperti SO42-,NO3-, dan ClO4- tidak dapat teroksidasi dalam pelarut
air, dan sebagai gantinya air yang akan mengalami oksidasi (Riyanio, 2012).
2.7 Daya Hantar Larutan Elektrolit
Tahanan larutan elektrolit terhadap arus yang lewat dapat ditentukan
dengan Hukum Ohm. Daya hantar listrik berkebalikan dengan tahanan listrik
tersebut. Daya hantar dari satu volume larutan yang berisi satu berat ekuivalen
dari zat yang larut jika ditempatkan diantara dua elektroda yang pararel dengan
jarak 1 cm dan cukup luas berisi semua larutan (Narkanti, 1985).
2.8 Hukum Ohm
Kuat arus listrik yang mengalir dari suatu penghantar yaitu jumlah muatan
listrik yang mengalir tiap detik dimana kuat arus ini ditentukan oleh perbedaan
potensial yang melewati penghantar dan oleh tahanan yang diberikan oleh
penghantar kepada arus. Menurut Hukum Ohm, hubungan antara arus listrik, beda
potensial dan tahanan adalah
I=

E
R

...........................................................(2.8)

hal ini berarti kuat arus berbanding lurus dengan beda potensial dan berbanding
terbalik dengan tahanan (Sharma, 1994).
2.9 Jenis Penghantar (Konduktor)
Berdasarkan mekanisme aliran listrik melaui penghantar, maka penghantar
dapat dibedakan menjadi pengahantar elektronik dan penghantarelektrolitik.
Penghantar elektronik misalnya logam , logam lebur dan garam garam.
Sedangkan penghantar elektrolitik adalah elektrolit kuat, elektrolit lemah, garam
lebur dan garam padat. Beberapa hal yang memebedakan antara penghantar
elektronik dengan penghantar elektrolitik yaitu penghantar elektronik tahanan

jenisnya naik bila suhu naik, aliran listrik dibawa oleh elektron dan zatnya diam .
Zat diam dalam hal ini adalah atom atau ion ion yang menyusun penghantar
tidak terlibat dalam proses menghantarkan listrik dalam hal ini atom atau ion
ion mengalami vibrasi dalam posisi kesetimbangan. Sedangkan pada penghantar
elektronik, tahanan jenis akan turun apabila suhu naik. Aliran listriknya dibawa
oleh ion ion yang diikut oleh reaksi kimia. Dalam menghantarkan listrik terjadi
perpindahan elektron dengan perpindahan ion positif maupun ion negatif ke arah
elektrode (Narkanti, 1985).
2.10 Elektrolisis
Suatu reaksi elektrolisis akan terjadi jika listrik dilewatkan pada lelehan
senyawa ionik atau larutan lektrolit. Saat listrik mulai dialirkan, perubahan kimia
mulai terjadi. Pada elektroda positif yaitu anoda akan terjadi reaksi oksidasi saat
elektron ditarik oleh ion yang bermuatan negatif. Sumber arus searah mengalirkan
elektron elektron tersebut melalui rangkaian listrik eksternal menuju elektroda
negatif yaitu katoda. Di katoda terjadi reaksi reduksi saat elektron didorong ke ion
yang bermuatan positif. Sebagai contoh adalah elektrolisis lelehan NaCl dimana
ion Na+ akan menuju katoda dimana katoda adalah elektroda negatif dan
sebaliknya ion Cl- ditarik menuju anoda, elektroda positif. Katoda dan anoda ini
dihubungkan oleh ampermeter dan voltmeter dimana peralatan untuk elektrolisis
ini dihubungkan ke sumber tegangan.
Pada katoda akan terjadi reaksi:
Na+(l) + e Na(l) ................................................(2.9)
Pada anoda akan terjadi reaksi :
2Cl-(l) Cl2 (g) +2e ...........................................(2.10)
Penentuan apakah elektroda dikatakan sebagai anoda atau katoda tergantung
kepada apakah oksidasi atau reduksi yang terjadi disana (Ulfin, 2010).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 1 set
voltameter tembaga dengan perlengkapannya, 1 buah ampermeter, 1 set
timbangan analis, 1 buah tahanan geser, 1 buahadaptor, 1 buah stopwatch dan 1
buah tahanan variable 10 x 10 (Rv).

Gambar 3. 1 Gambar Rangkaian Alat Percobaan Voltameter

3.2 Langkah Kerja

10

Langkah langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah dihitung


arus maksimum dengan diukur luas permukaan katoda bila kepadatan arus 0,01
0,02 A/cm2 dengan cara mengukur luas permukaan katoda yang tercelup dikalikan
dua dan dikali dengan 0,02 A/cm2. Dibersihkan elektroda dengan kertas gosok
dan diukur massa katoda dengan timbangan analitis. Dibuat rangkaian seperti
pada Gambar 3.1 Gambar Rangkaian Alat Percobaan Voltameter. Digunakan i
dengan diatur Rv dan dicatat harga ampermeter. Dimasukkan katoda dan dua
anoda ke dalam larutan CuSO4. Diusahakan harga i tetap dengan diatur Rg.
Setelah 5 menit, diputus aliran listrik lalu dikeringkan katoda dengan
menggunakan pemanas dan ditimbang massa katoda setelah proses elektrolisis
dengan menggunakan neraca analitis. Dilakukan langkah langkah tersebut 3 kali
untuk katoda yang sama dan langkah langkah tersebut diulangi untuk katoda 2
dengan diulang 3 kali.

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


Tabel 4. 1 Data Massa Endapan pada Voltameter Menggunakan Katoda 1

Arus (Ampere)
0,15

Massa awal (g)


73,3
73,3
73,2

Massa akhir (g)


73,34
73,33
73,23

Waktu (detik)
300

Tabel 4. 2 Data Massa Endapan pada Voltameter Menggunakan Katoda 2

Arus (Ampere)
0,15

Massa awal (g)


76,0
77,3
77,3

Massa akhir (g)


76,02
77,32
77,33

Waktu (detik)
300

11

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Arus pada Voltameter dengan Menggunakan Katoda 1
Diketahui : a = 0,329 mg/C
Massa awal = 73,2 gram = 73200 mg
Massa akhir = 73,23 gram = 73230 mg
t = 300 detik
Ditanya : i = .......?
Jawab :
G = Massa akhir Massa awal
G = 73230 mg 73200 mg
G = 30 mg
i=

i=

G
at
30 mg
mg
0,329
x 300 detik
C

i = 0,303951 Ampere
Tabel 4. 3 Data Perhitungan Arus pada Voltameter dengan Menggunakan Katoda 1

a (mg/C)
0,329

t (detik)
300

Massa awal
(mg)
73300
73300
73200
Rata Rata

Massa akhir
(mg)
73340
73330
73230

G (mg)

i (Ampere)

40
30
30
33,3

0,405268
0,303951
0,303951
0,337734

12

4.2.2 Perhitungan Arus pada Voltameter dengan Menggunakan Katoda 2


Diketahui : a = 0,329 mg/C
Massa awal = 77,3 gram = 77300 mg
Massa akhir = 77,32 gram = 77320 mg
t = 300 detik
Ditanya : i = .......?
Jawab :
G = Massa akhir Massa awal
G = 77320 mg 77300 mg
G = 20 mg
i=

i=

G
at
2 0 mg
mg
0,329
x 300 detik
C

i = 0,202634 Ampere
Tabel 4. 4 Data Perhitungan Arus pada Voltameter dengan Menggunakan Katoda 2

a (mg/C)

t (detik)

0,329

300

Massa awal
(mg)
76000
77300
77330
Rata Rata

Massa akhir
(mg)
76020
77320
77330

G (mg)

i (Ampere)

20
20
30
23,3

0,202634
0,202634
0,303951
0,236406

13

4.3 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan Voltameter yang bertujuan untuk menetukan
keseksamaan dari penunjukan jarum ampermeter dengan menggunakan
voltameter tembaga. Pada percobaan ini menggunakan beberapa alat yang
menunjang percobaan ini yaitu voltameter tembaga dimana voltameter ini
merupakan elektroda yang digunakan untuk proses elektrolisis, ampermeter yang
digunakan untuk menunjukan arus listrik dalam percobaan, timbangan analis yang
digunakan untuk menimbang massa elektroda sebelum dan sesudah proses
elektrolisis, tahanan geser yang berfungsi untuk menstabilkan arus listrik yang
mengalir, adaptor merupakan sumber tegangan, tahanan variable yang digunakan
untuk menentukan arus listrik yang mengalir, stopwatch yang digunakan untuk
menghitung waktu dan pemanas yang digunakan untuk mengeringkan elektroda
yang telah dicelupkan ke dalam larutan CuSO4. Dan terdapat kertas gosok yang
digunakan untuk mengamplas katoda agar endapan endapan maupun kotoran
yang terdapat pada katoda hilang sehingga endapan yang nanti didapatkan dari
proses elektrolisis murni berasal dari elektrolisis larutan CuSO 4 dan penggunaan
kertas gosok ini dilakukan tiap kali selesai proses elektrolisis terjadi. Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah larutan CuSO 4 yang berfungsi sebagai
larutan elektrolit yang digunakan dalam proses elektrolisis.
Pada percobaan ini menggunakan prinsip elektrolisis dimana elektroda
yang digunakan dalam percobaan ini sebanyak 3 buah yaitu 1 katoda dan 2 anoda.
Proses elektrolisis ini menggunakan larutan CuSO4 dengan elektrode tembaga.
Elektrode tembaga adalah elektrode non inert sehingga elektrode ini ikut bereaksi.
Dalam hal ini larutan CuSO4 yang digunakan adalah larutan pekat. Hal ini terlihat
dari warna larutan yang biru pekat. Penggunaan 2 anoda dalam proses ini
bertujuan agar didapatkannya endapan yang semakin banyak. Pada proses
elektrolisis ini , pada katoda terjadi reaksi Cu2+(aq) + 2e Cu(s). Pada anoda terjadi
reaksi Cu(a) Cu2+(aq) +2e. Dari reaksi ini diketahui bahwa anoda tembaga akan
teroksidasi menjadi ion Cu2+ dimana ion ion tersebut akan semakin
memperbanyak ion ion Cu2+ yang terdapat dalam larutan CuSO4. Ion ion

14

tersebut kemudian akan menuju katoda karena katoda merupakan kutub negatif
dimana katoda adalah tempat reduksi sehingga ion ion tersebut direduksi
menjadi Cu dalam bentuk endapan. Yang kemudian dikeringkan diatas pemanas
dan kemudian ditimbang.
Percobaan tersebut diiulangi selama 3 kali untuk setiap katoda. Setiap
proses elektrolisis dilakukan dalam waktu 5 menit. Dari percobaan pertama
dengan menggunakan katoda 1 didapatkan data bahwa massa awal katoda adalah
73,3 gram. Setelah proses elektrolisis massa akhir katoda adalah 73,34 gram.
Pengulangan untuk katoda 1, katoda ditimbang dengan massa awal yaitu 73,3
gram dan setelah

proses elektrolisis massa katoda adalah 73,33 gram.

Pengulangan lagi untuk katoda 1, massa awal katoda adalah 73,2 gram dan massa
akhir katoda adalah 73,23 gram. Percobaan kedua menggunakan katoda 2
didapatkan data bahwa massa awal katoda adalah 76,0 gram dan massa akhir
setelah 76,02 gram. Untuk proses pengulangan, massa awal katoda adalah 77,3
gram dan massa akhir katoda setelah proses elektrolisi adalah 77,32 gram. Dan
pengulangan selanjutnya untuk katoda 2, massa awal katoda adalah 77,3 gram dan
massa akhir katoda setelah elektrolisis adalah 77,33 gram. Dari data tersebut
terlihat bahwa terdapat endapan pada katoda yang disebabkan oleh proses
elektrolisis.
Dari data tersebut didapatkan hasil bahwa endapan rata rata yang
terdapat pada katoda 1 adalah 33,3 mg dengan arus listrik rata - rata pada katoda 1
adalah 0,337734 Ampere. Sedangkan pada katoda 2 didapatkan hasil bahwa
endapan rata rata yang terdapat 23,3 mg dan arus listrik rata rata pada katoda 2
adalah 0,236406 Ampere. Nilai endapan didapatkan dari hasil pengurangan massa
katoda setelah dan sebelum proses elektrolisis. Nilai arus didapatkan dengan
menggunakan rumus yang terdapat pada dasar teori. Dari hasil tersebut tampak
bahwa katoda 1 memiliki endapan yang lebih besar daripada katoda 2. Sehingga
arus listrik pada katoda 1 lebih besar daripada katoda 2. Dan terlihat bahwa
semakin besar endapan maka semakin besar arus listriknya dan semakin sedikit
endapan maka semakin sedikit arus listriknya.

15

Dari percobaan ini, arus yang ditunjukkan pada ampermeter untuk katoda
1 adalah 0,15 Ampere. Sedangkan arus yang didapatkan pada perhitungan untuk
katoda 1 adalah 0,337734 Ampere. Dari data ini terlihat bahwa arus pada
perhitungan 2 kali lebih besar daripada arus yang ditunjukkan pada ampermeter.
Hal ini disebabkan karena kapasitas untuk arus maksimum telah melebihi batas,
hal ini menyebabkan endapan yang dihasilkan lebih banyak dan hal ini
berpengaruh terhadap perhitungan arus. Untuk percobaan kedua, arus yang
ditunjukkan pada ampermeter untuk katoda 2 adalah 0,15 Ampere dan arus yang
didapatkan dari perhitungan untuk katoda 2 adalah 0,236406 Ampere. Arus
perhitungan lebih besar daripada arus pada ampermeter. Hal ini disebabkan karena
kapasitas untuk arus maksimum melebihi batas sehingga menghasilkan endapan
yang lebih besar dan berpengaruh terhadap arus perhitungan.
Arus yang ditunjukkan oleh ampermeter dan arus yang didapatkan pada
perhitungan tidak seksama. Dari kedua arus yang didapatkan, lebih akurat arus
yang didapatkan dari arus perhitungan karena arus dari perhitungan didapatkan
dari percobaan yang proses proses pada saat percobaan itu lebih meminimalisir
kesalahan dibandingkan dengan arus pada ampermeter. Pada percobaan dilakukan
beberapa proses yang dilakukan praktikan untuk mendapatkan data yang
digunakan untuk perhitungan arus sedangkan pada arus yang ditunjukkan
ampermeter proses dilakukan oleh alat secara langsung. Selain itu, arus pada
ampermeter penunjukkannya dimungkinkan tidak akurat karena kerja alat yang
tidak maksimal dalam menunjukkan nilai arus yang disebabkan alat rusak. Serta
ampermeter yang digunakan memiliki ketelitian 0,02 yang menyebabkan
penunjukkan pada ampermeter kurang akurat.

16

BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Arus yang ditunjukkan ampermeter pada saat percobaan dengan katoda 1


adalah 0,15 Ampere sedangkan arus yang didapatkan dari perhitungan katoda 1
adalah 0,337734 Ampere. Dan arus yang ditunjukkan ampermeter pada
percobaan dengan katoda 2 adalah 0,15 Ampere sedangkan arus yang
didapatkan dari perhitungan adalah 0,236406 Ampere. Hal ini menunjukkan
bahwa arus pada penunjukkan ampermeter dan arus perhitungan tidak seksama

dikarenakan arus pada penunjukkan ampermeter tidak akurat.


Semakin besar endapan yang didapatkan maka semakin besar juga arus
perhitungannya dan semakin kecil endapan yang didapatkan maka semakin
kecil arus perhitungannya, hal ini disebabkan karena endapan yang didapatkan
berbanding lurus dengan arus

17

DAFTAR PUSTAKA

Frank. 2005. Principles of Physics Chemistry. New Jersey: Hortcout Inc.


Narkanti. 1985. Kimia Fisika 1A. Surabaya: ITS Press.
Oxtoby, D. 2008. Principles of Modern Chemistry. USA: Thomson Higher
Education.
Riyanio. 2012. Konsep Inti Kimia Fisika. Yogyakarta: Adi Tama Bersama.
Sharma, K. 1994. Physical Chemistry. New Delhi: Vikas Publishing House.
Ulfin, I. 2010. Kimia Dasar. Surabaya: ITS Press.

18

Anda mungkin juga menyukai