Anda di halaman 1dari 24

Pendahuluan

Sebagai manusia yang masih hidup, tentunya satu hal yang selalu kita lakukan adalah
bernapas. Bernapas atau respirasi adalah suatu proses pertukaran udara yang memungkinkan
tubuh kita memperoleh oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel dan mengelurakan
karbon dioksida yang merupakan hasil metabolisme. Proses pernapasan melibatkan banyak
proses yang rumit, yang meliputi proses secara biokomia dan fisologi serta didukung struktur
pernapasan yang baik. Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih mendetail apa saja
faktor-faktor dan hal-hal terjadi saat proses pernapasan berlangsung.
Isi
Anatomi sistem pernapasan.
Anatomi komponen sistem pernapasan memungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan
pertukaran gas pernapasan . Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya
pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh. Untuk memahami homeostatis dalam semua
sistem organ tubuh diperlukan pemahaman tentang hubungan antara struktur sistem
pernapasan dan fungsinya.
Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasi struktural dari bagian-bagian
sistem tetapi juga pada inter-relasi dari komponennya dengan sistem tubuh yang lain,
termasuk sistem pernapasan, sirkulasi, muskular, dan imun.

A.Saluran napas atas

1.Hidung
Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk dan keluar
sistem pernapasan melalui hidung, yang terbentuk dari dua tlang hidung dan beberapa
kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal
yang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya.1,2
Lapisan mukosa hidung adalah epitel bersilia, dengan sel goblet yang menghasilkan lendir.
Udara yang melewati rongga hidung dihangatkan dan dilembabkan. Bakteri dan partikel
polusi udara akan terjebak dalam lendir, silia pada lapisan mukosa secara kontinu menyapu
lendir ke arah faring. Sebagian besar lendir ini pada akhirnya akan tertelan, dan setiap bakteri
yang ada akan dihancurkan oleh asam hidroklorida dalam getah lambung. 1,2
Rongga nasal berhubungan dengan beberapa rongga lain yang terdapat dalam tulang
tengkorak, yaitu sinus paranasal yang fungsinya adalah untuk meringkan tulang tengkorak
dan memberikan resonansi suara. Sebagian besar sinus rudimenter atau tidak ada sejak
kelahiran. Sinus membesar semenjak erupsi gigi permanen dan sesudah pubertas, yang secara
nyata mengubah ukuran dan bentuk wajah. Rongga ini berhubungan dengan rongga nasal
2

melalui saluran kecil yang juga dilapisi oleh membran mukosa. Karena saluran ini sempit,
maka ia juga mudah tersumba selama poses inflamasi dan infeksi. Lendir dan cairan lainnya
menjadi terperangkap dan menumpuk dalam sinus yang tersumbat, menimbulkan tekanan
yang terasa sangat nyeri. Kondisi ini disebut sinusitis. Sinus paranasalis terdiri atas sinus
frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis dan sinus maxillaris. 1,2
a). Sinus frontalis
Letak kedua sinus frontalis disebelh posterior terhadap arcus superciliaris, antara tubula
externa dan tubula interna os frontale. Umumnya sinus ini terproyeksi pada daerah berbentuk
segitiga dengan titik-titik sudut yang dibentuk oleh nasion (lekuk di garis tengah pada
pangkal hidung), sebuah titik 3 cm di atas nasion dan batas lateral 1/3 bagian medial margo
supraorbitalis. Biasanya sekat pemisah kedua sinus ini menyimpang dari garis tengah.
Tonjolan arcus superciliaris bukan sebagai penunjuk keberadaan atau ukuran sinus frontalis
ini. Ke arah posterior mungkin sinus ini meluas sampai os sphenoidale. Sinus ini bermuara ke
bagian anterior meatus nasi medius sisi yang sama, lewat infundibulum ethmoidales atau
ductus frontonasal yang melintasi bagian anterior labyrinth ethmoid. Sinus ini berkembang
baik pada usia 7 dan 8 tahun, mencapai ukuran yang sempurna sesudah pubertas, terutama
pada laki-laki. Pendaharan disuplai oleh cabang-cabang arteri ophthalmica, yakni arteri
supraorbitalis dan arteri ethmoidalis anterior. Darah balik bermuara ke dalam

vena

anastomotik pada incisura supraorbitalis yang menghubungkan vena-vena supraorbitalis dan


ophthalamica superior. Persarafannya adalah nervus supraorbitalis, sedangkan getah
beningnya menuju Nnll. submandibularis.3
b). Sinus ethmoidalis
Tersusun sebagai rongga-rongga kecil tak beraturan, sehingga disebut juga cellulae
ethmoidales. Rongga-rongga kecil ini berdinding tipis di dalam labyrinth ossis ethmoidalis,
disempurnakan oleh tulang-tulang frontale, maxilla, lacrimale, sphenoidale dan palatinum.
Pada masing-masing sisi hidung jumlah rongga kecil ini bervariasi dari tiga rongga besar
sampai 18 rongga kecil. Cellulae ini masing-masing membentuk kelompok-kelompok
anterior, medius dan posterior. Masing-masing kelompok ini tidak berbatas tegas.3
Kelompok anterior (sinus infundibular) bermuara ke dalam infundibulum ethmoidale atau
ductus frontonasalis. Mungkin satu rongga kecil sinus ini terletak pada agger nasi, sementara
sebagian besar kelompok ini menyentuh sinus frontalis. Kelompok medius (sinus bullar)
3

bermuara ke dalam meatus nasi medius, pada cranial bulla ethmoidalis. Kelompok posterior
bermuara dalam meatus nasi superior, kadang-kadang ada rongga yang bermuara ke dalam
sinus sphenoidalis. Kelompok ini sangat dekat dengan canalis opticus dan N. Opticus.
Cellulae ethmoidales berkembang pada usia 6-8 tahun dan sesudah pubertas.3
Pendarahan disuplai oleh Aa. Ethmoidales anterior dan posterior serta A. Sphenopalatina.
Pembuluh baliknya lewat vena-vena yang senama dengan arteri. Getah bening, pada
kelompok anterior dan medius menuju Nnll. Submandibularis, kelompok posterior menunu
Nnll. Retropharyngeal. Persarafan oleh Nn. Ethmoidalis anterior dan posterior serta cabang
orbital ganglion pterygopalatinum.3
c). Sinus sphenoidalis
Kedua sinus ini terletak di sebelah posterior terhadap bagian atas rongga hidung, di dalam
corpus ossis sphenoidalis, bermuara ke dalam recessus spheno-ethmoidalis. Di sebelah
cranial berbatasan dengan chiasma opticum dan hypophysis cerebri dan sisinya berbatasan
dengan A.carotis interna dan sinus cavernosus. Mungkin rigi-rigi tulang yang dihasilkan oleh
canalis caroticus dan canalis pterygoideus, yang masing-masing berada pada dinding lateral
dan lantainya, berproyeksi ke dalam sinus ini. Sinus ini berkembang sesudah pubertas.
Pendarahan disuplai oleh A. Ethmoidalis posterior dan cabang pharyngeal A. Maxillaris
interna. Persarafannya oleh N. Ethmoidalis posterior dan cabang orbital ganglion
pterygopalatinum.3
d). Sinus maxillaris
Sebagian besar sinus ini menempati tulang maxilla. Berbentuk pyramid, berbatasan dengan
dinding lateral rongga hidung. Puncaknya meluas ke dalam processus zygomaticus ossis
maxillae, atap berbatasan dengan batas orbita, seringkali atap ini berigi akibat canalis
infraorbitalis yang ada di atasnya, laintainya berbatasan dengan processus alveolaris ossis
maxillae dan biasanya lebih rendah dari lantai rongga hidung. Ke dalam laintai ini
berproyeksi elevasi berbentuk kerucut yang sesuai dengan akar-akar gogi molar satu dan dua.
Kadangkala juga berproyeksi akar gigi geligi premolar satu, dua, molar tiga dan caninus.
Sinus ini bermuara ke dalam bagian terendah hiatus semilunaris. Pendarahan disuplai oleh A.
Facialis, A. Palatina major, A. Infraorbitalis yang merupakan lanjutan A. Maxillaris interna
dan Aa. Alveolaris superior anterior dan posterior cabang A. Maxillaris interna. Persarafannya
oleh N. Infraorbitalis dan Nn. alveolaris superior anterior, medius dan posterior. Ktiga saraf
4

alveolaris ini juga membawa persarafan sensorik gigi geligi rahang atas, dengan demikian
nyeri pada sinus maxillaris dapat juga dirasakan pula seperti nyeri yang timbul pada gigi
rahang atas, begitu pula sebaliknya (nyeri rujukan).3
2.Pharynx
Pharynx atau tenggorokan adalah tuba muscular yang terletak di posterior rongga nasal dan
oral dan di anterior vertebra cervical. Secara deskriptif, pharynx dapat dibagi menjadi tiga
segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lainnya, nasofaring, orofaring, dan laringo
faring. Bagian paling atas (superior) adalah naso faring, yang terletak di belkang rongga
nasal. Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba auditorius,
yang memanjang ke telinga tengah. Adenoid dan tonsil faringeal terletak pada dinding
posterior nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung makrofag. Nasofaring adalah
saluran yang hanya dilalui udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui baik oleh udara
maupun makanan, namun tidak untuk keduanya pada saat yang bersamaan. Bagian faring
yang dapat kita lihat ketika kita bercermin dengan mulut terbuka lebar adalah orofaring,
terletak di belakang mulut, mukosa orofaring adalah epitel skuamosa bertingkat dilanjutkan
dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut. Pada dinding lateralnya terdapat tonsil
palatina yang disebut juga nodulus limfe. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah,
membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen yang
masuk ke dalam mukosa. Laringofaring merupakan bagian paling inferior dari laring.
Laringofaring membuka ke arah anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam
esofagus. Kontraksi dinding muscular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari
reflek menelan. 1,2

Lapisan otot pharynx (tunica muscularis) terdiri atas


a). M. constrictor yang dibedakan menjadi M. constrictor pharyngis inferior : merupakan otot
yang paling tebal dari antara ketiga otot lingkar pharynx, terdiri atas dua bagian otot kecil,
yakni M. cricopharyngeus yang berfungsi sebagai sphincter dan thyreopharyngeus yang
berfungsi pendorong makanan ke esofagus. M. constrictor pharyngis medius: terdiri atas dua
bagian otot kecil, yakni yang sebelah anterior melekat pada cornu minus ossis hyoidea dan
bagian bawah lig. stylohyodeum sebagai M. chondropharyngeus dan melekat pada tepi atas
cornu majus ossis hyoidei sebagai M. ceratopharyngeus. M. constrictor pharyngis superior:
merupakan lembaran otot yang lebih tipis. Di sebelah anterior otot ini melekat pada hamulus
pterygoideus, raphe pterigomandibularis, ujung dorsal linea mylohyoidea ossis mandibulae
dan sisi radix linguae. Tempat-tempat perlekatan ini membagi M. constrictor pharyngis
superior

menjadi

otot-otot

yang

lebih

kecil,

yakni;

pterygopharyngeus,

M.

buccopharyngeus, M. mylopharyngeus dan M. glossopharyngeus. Di sisi sebelah dalam M


constrictor pharyngis superior ini terdapat M. palatopharyngeus yang kapsula tonsila
palatina.3
b). M. stylopharyngeus yang berpangkal pada sisi medial proc. stylodeus, turun sepanjang sisi
pharynx dan melintas antara Mm. Constrictores pharyngis superior dan medius. Fungsi otot
ini adalah untuk elevasi pharynxx sewaktu menelan dan berbicara.3
c). M. salpingopharyngeus yang berpangkal pada bagian inferior torus tubarius cartilaginis
tuba auditivae, melintas ke bawah dan bercampur dengan M. palatopharyngeus. Fungsinya
untuk elevasi bagain lateral atas dinding pharynx.3

d). M. palatopharyngeus yang berada dalam lipatan mukosa arcus palatopharyngeus, di sisi
sebelah dalam M. constrictor pharyngis superior, melintas ke arah lateral dan caudal di
sebelah dorsal tonsila palatina. M palatopharyngeus ini melekat pada bagian belakang
palatum durum dan aspek superior aponeurosis palatinum. Fungsi otot ini adalah menarik
pharynx ke ats, depan dan medial, yakni memperpendek pharynx sewaktu menelan, juga
mendekatkan kedua arcus palatopharyngeus. 3
Pendarahan pada pharynx berasal dari A. pharyngea ascendens, A. palatina ascendens dan
ramus tonsillaris cabang A. facialis, A. Palatina major dan A. canalis pterygoidea cabang A.
lingualis. Pembuluh-pembuluh balik membentuk sebuah plexus pterygoideus dan ke arah
bawah bermuara ke dalam V. jugularis interna dan V. facialis. 3
Persarafan pharynx berasal dari plexus pharyngeus. Plexus ini dibentuk oleh rami pharyngei
N. glossopharyngeus, N. vagus, dan serabut-serabut postganglioner dari ganglion cervicale
superius. Unsur motorik utama adalah pars cranialis N. accessorius, yang melintasi cabangcabang N. vagus, mempersarafi semua otot pharynx dan palatum, kecuali M. stylopharyngeus
dan M. constrictor pharyngis superior yang dipersarafi oleh N. glossopharyngeus. M.
constrictor pharyngis superior dipersarafi lewat ramus externus N. laryngeus superior dan N.
recurrens. Saraf-saraf sensorik utama pharynx adalah N. glossopharyngeus dan N. vagus,
sebagian besar mukosa nasopharynx dipersarafi oleh N. maxillaris lewat ganglion
pterygopalatinum, mukosa palatum molle dan tonsila palatina dipersarafi oleh Nn. palatina
minores lewat ganglion pterygopalatinum dan N. glossopharyngeus.3
3. Laring

Laring disebut juga dengan voice box dibentuk oleh epitelium-lined yang berhubungan
dengan faring (di atas) dan trakea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang belakang
(vertebra) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring. Fungsi utama
laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing
dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas Cartilago thyreoidea,
merupakan tulang rawan larynx terbesar, terdiri atas dua lamina persegi empat yang tepi
anteriornya menyatu ke arah inferior, membentuk sebuah sudut yang menonjol, yang dikenal
sebagai prominentia laryngea. Cartilagi cricoidea, terbentuk semu cincin stempel, membentuk
bagian inferior dinding larynx. Arcusnya yang letak di sebelah ventral, teraba di sebelah
prominentia laryngea, yang terpisah darinya oleh lekukan yang berisi conus elasticus yang
elastik. Masing-masing sisi cartilago cricoidea, di batas antara lamina dan arcus, bersendi
dengan cornu inferius cartilago thyreoidea. Tepi inferior cartilago cricoidea bergabung
dengan cincin pertama tulang rawan trakea melalui ligamentum cricotracheale. Pada sisi
ventral dan lateral tepi superiornya, melekat membrana cricothyreoidea dan M.
Cricoarytaenoideus lateralis. Di sebelah posterior, tepi superior lamina bersendi dengan basis
cartilago arytaenoidea. Cartilago arytaenoidea, letak di bagian belakang larynx, sebelah
superolateral lamina cartilago cricoidea. Berbentuk pyramid dengan tiga permukaan, dua
processus, sebuah basis dan apex. Permukaan posterior tertutup M.arytaenoideus transversus.
Permukaan anterolateral mempunyai dua lekukan, pada lekukan yang atas melekat lig.
Ventriculare, lekukan bawah melekat M. vocalis dan M. Cricoarytaenoideus lateralis.
Permukaan medial cartilago ini membatasi sisi lateral bagian intercartilaginea rima glottidis.
8

Cartilago corniculatum, letak sebelah posterior, dalam plica aryepiglottica. Bersandar pada
apex cartilago arytaenoidea. Cartilago cuneiform, masing-masing berada dalam plica
aryepiglottica, di sebelah anterior terhadap cartilago corniculatum. Epiglottis, merupakan
tulang rawan berbentuk daun, di sebelah dorsal lidah dan corpus ossis hyoidea, di ventral
aditus laryngis, . Katup kartilago akan menutup saat proses pernapasan dan membuka selama
menelan.1-2

Ikat-ikat dan selaput larynx dikelompokkan menjadi 2 bagian, yakni ikat-ikat dan selaput
ekstrinsik yang menghubungkan larynx dengan struktur sekitarnya. Di dalamnya terdapat
membrana thyreohyoidea menghubungkan tepi cranial cartilago thyreoidea dengan tepi
superior permukaan posterior corpus dan cornu majus assis hyoidei. Di garis tengah, selaput
ini menebal, sebagai lig. Thyreoihyoideum medium, bagian lateral selaput ini ditembus oleh
pembuluh darah laryngea superior dan R. Internus N laryngeus superior. Lig.
Thyreohyoideum laterale membentuk batas posterior membrana thyreohyoide ini. Selain itu
juga terdapat 2 ligamen, yaitu Lig hyo-epiglotticum menghubungkan permukaan anterior
epiglottis dengan tepi atas corpus ossis hyoidei. Lig. Cricotracheale mempersatukan batas
bawah cartilago cricoidea dengan tulang rawan cincin pertama trachea. Sedangkan ikat-ikat
dan selaput intrisnsik menghubungkan antar struktur pada larynx. Di dalmnya terdapat
membrana fibroelastika larynx, lig. ventriculare, membrana cricothyreoidea, lig. vocale, lig.
thyreo-epiglotticum.3

Cavum larynx membentang dari aditus laryngis sampai tepi bawah cartilago cricoidea.
Cavum laryngis ini terbagi oleh dua pasangan lipatan mukosa yang berproyeksi ke arah
medial

dari kedua sisi lateralnya. Pasangan lipatan mukosa bagian atas menutupi lig.

ventriclare dan membentuk plica vestibularis (pita suara palsu), celah antara kedua plica
ventricularis ini disebut rima vestibuli. Pasangan lipatan mukosa bagian bawah menutupi lig.
Vocale dan membentuk plica vocalis (pita suara sejati), yang berkaitan dengan pembentukan
suara. Bagian-bagian cavum laryngis adalah vestibulum laryngis (daerah supraglottis) berada
antara aditus laryngis dengan plica ventricularis. Bagian tengah rongga larynx (daerah glottis)
membentang dari rima vestibuli sampai rima glottidis, merupakan bagain rongga larynx. Sisi
ruang tengah ini terbuka/ meluas ke arah lateral, lewat celah antara plica ventricularis dan
plica vocalis, ke dalam sinus laryngis (ventriculus laryngis morgagni), yakni sebuah recessus
yang naik di sebelah lateral plica ventricularis. Bagian bawah cavum laryngis disebut daerah
infraglottis, membentang mulai dari plica vocalis menuju tepi bawah cartilago cricoidea. 3
Otot larynx dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni otot ekstrinsik yang terdiri dari m.
sternothyreoideus ( menarik larynx ke bawah), m. thyreohyoideus (menarik larynx ke atas),
m. constrictor pharyngis inferior. Otot intrinsik terdiri atas m. cricothyroideus, m.
cricoarytenoideus posterior, m. cricoarytenoideus lateral, m. arytenoideus transversus, m.
arytenoideus obliqus, m. aryepiglotticus, m. Thyreoarytenoideus.3
Pendarahan utama larynx berasal dari cabang-cabang A. thyreoidea superior dan A.
thyreoidea inferior. Nadi-nadi ini disertai oleh venanya. V. thyreoidea superior bermuara ke
dalam V. jugularis interna dan V. thyreoidea inferior bermuara ke dalam V. brachiocephalica
sinistra. Persarafan berasal dari cabang-cabang internus dan eksternus N. laryngeus superior,
N. recurrens dan saraf simpatis. Mungkin seluruh ramus internus N. laryngeus superior
merupakan saraf sensorik dan otonom.3
B.Saluran pernapasan bawah
1.Trakea
Pipa udara atau trakea merupakan saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 1013 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. Trakea terletak di depan esofagus dan saat palpasi terasa
sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher. Trakea memanjang dari
laring ke arah bawah ke dalam rongga thorax tempatnya terbagi menjadi bronchi kanan dan
kiri. Dinding trachea disangga oleh cincin-cincin cartilago, otot polos, dan serat elastik.
10

Cincicn cartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang seperti huruf C yang
banyaknya sekitar 16-20 buah. Ujung terbuka dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan
jaringan ikat, memungkinkan pelebaran esofagus ketika makanan ditelan. Cincin cartilago
yang memberikan bentuk kaku pada trachea, mencegah agar tidak kolaps dan menutup jalan
udara. Trachea diperdarahi oleh A. thyreoidea inferior, sementara ujung thoracalnya didarahi
oleh cabang Aa. Bronchiales yang naik untuk beranastomosis dengan A. thyreoidea inferior
tersebut. Vena-vena yang membawa darah dari trachea berakhir di plexus thyreoidea inferior.
Persarafan berasal dari cabang-cabang tracheal N. vagi, Nn. recurrens, dan truncus
sympaticus.1-2
2. Bronchial dan alveoli
Ujung distal tracheal membagi menjadi bronchi primer kanan dan kiri yang terletak di dalam
rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing bronchus primer sedikit memanjang dari
trachea ke arah paru-paru membentuk cabang menjadi bronchus sekunder, meski
perpanjangan ini tidak simetris, cabang bronchus kiri mempunyai sudut yang lebih tajam
dibandingkan dengan cabang bronchus kanan. Sebagai akibat dari perbedaan anatomi ini
adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup biasanya akan tersangkut pada bronchus
kanan. Pada dinding bronchiolus tidak terdapat cartilago. Fungsi percabangan bronchial
untuk memberikan saluran bagi udara trachea dan alveoli. Sangat penting artinya untuk
menjaga agar jalan udara ini terttap terbuka dan bersih. Unit fungsi paru atau alveoli
berjumlah sekitar 300-500 juta di dalam paru-paru pada rata-rata orang dewasa. Fungsinya
adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran
darah. Jumlah alveoli yang sangat banyak memberikan area permukaan yang sangat luar
sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas ini. Struktur aveoli sangat efisien untuk
mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus terdiri atas ruang udara mikroskopik yang
dikelilingi oleh dinding yang tipis, yang memisahkan satu alveolus dengan alveolus lainnya,
dan dari kapiler di dekatnya. Dinding ini terdiri atas satu lapis epitel sub squamosa. Di antara
sel epitel terdapat sel-sel khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid yang disebut
surfaktan. Surfaktan normalnya melapisi permukaan dalam dinding alveolar, bersamaan
dengan selapis tipis cairan encer. Cairan ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan
alveolar tetap lembab, yang penting untuk terjadinya difusi gas melalui alveolar. Air dalam
cairan ini mengeluarkan tenaga atraktif yang kuat disebut tekanan permukaan, yang
menyebabkan dinding alveolar tertarik dan kolaps ketika udara meninggalkan bilik alveolar
selama ekspirasi. Surfaktan melawan tekanan ini, dengan memungkinkan alveoli
11

mengembang kembali dengan cepat setelah ekspirasi. Tanpa surfaktan, tekanan permukaan
akan menjadi demikian besar sehingga membutuhkan upaya muscular yang sangat besar
untuk mengembangkan kembali alveoli. 1-2

3. Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan disekeliling serta
dilindungi oleh iga. Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma. Pada permukaan
tengah dari setiap paru terdapat hilus, yaitu tempat bronchus primer dan masuknya arteri serta
vena pulmonari ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran
yang membentuk pohin bronchial, jutaan alveoli dan jaringan-jaringan kapilernya, dan
jaringan ikat. Sebagai organ fingsi paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara
udara atmosfer dan udara dalam aliran darah.1-2
Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian pertama disebut lobus.
Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri yang hanay terdiri dari dua lobus.
Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Setiap lobus dipasok oleh cabang utama
percabangan bronchial dan diselaputi oleh jaringan ikat.1-2
Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai
segmen. Setiap segemn terdiri atas banyak lobulus, yang masing-masing mempunyai
bronchiale, arteriole, venula dan pembuluh limfatik. Dua lapis membran serosa mengelilingi
setiap paru dan disebut sebagai pleura. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi
12

dinsing dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi
paru dan dengan kuat melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleura ini mengandung
cairan yang dihasilkan oleh sel-sel serosa di dalam pleura. Cairan pelura melicinkan
permukaan kedua membran pleura untuk mengurangi gesekan ketika paru-aru mengembang
dan berkontraksi selama bernapas. Jika cairan yang dihasilakn berkurang atau membran
pleura membengkak, akan terjadi suaru kondisi yang disebut pleurasi dan terasa sangat nyeri
karena membran pleural saling bergesekan satu sama lain ketika bernapas.

1-2

Pleura parietalis dinamai sesuai dengan bagian-bagian dinding yang diliputinya, dengan
demikian pleura parietalis dibedakan atas pleura costovertebralis, pleura diaphargmatica,
pleura cervicalis dan pleura mediastinal. Pru-paru tidak mengisi cavum pleura dengan
sempurna. Ini menimbulkan recessus disepanjang garis lipatan plera, dimana lapisan-lapisan
pleura parietalis menjadi saling berhadapan dan terpisah. Pada inspirasi dangkal, tepi inferior
paru tidak mencapai refleksi baru (batas recessus) tersebut. Biasanya ekspansi paru ke dalam
ruang-ruang ini hanya terjadi sewaktu inspirasi paksaan. Dikenal dua recessus, yakni recessus
costomediastinalis dan recessus costodiaphragmatica.3
Pleura parietalis memperoleh darah dari Aa. Intercostales, A. pericardiacopherica, dan A.
musculophrenica. Dua pembuluh darah terakhir ini berasal dari A. thoracica interna. Venavenanya bergabung dengan vena-vena sistemik pada dinding dada. Persarafannya berasal dari
Nn. intercostales dan N.phrenicus. Pleura viseralis memperoleh darah dari pembuluhpembuluh bronchialis. Pembuluh-pembuluh limfatiknya bergabung dengan pembuluh getah
bening paru. Persarafannya disuplai oleh saraf-saraf otonom.3
Jika cavum pleurae berhubungan dengan udara luar, udara akan memasuki cavum pleurae
yang disebut dengan pneumothorax, yaitu rongga pleura menjadi rongga yang nyata dan
akibatnya paru mengalami atelectasis/kolaps. 3
Pembuluh nadi dextra lebih panjang daripada yang sinistra, melintas horizontal menyeberangi
mediastinum dan memiliki posisi sebagai berikut. Di sebelah anterior dan sedikit inferior
terhadap bifurcatio tracheae dan sebelah anterior terhadap bronchus principalis dextra. Di
sebelah posterior terhadap aorta ascendens, V. cava superior, dan V. pulmonalis dextra atas.
A. pulmonalis sinistra terletak di sebelah anterior terhadap aorta descendens dan sebelah
posterior terhadap V. pulmonalis superior kiri. Dari paru-paru, V. pulmonalis superior dan V.
pulmonalis inferior masing-masing paru membawa darah beroksigen menuju atrium cordis
sinistrum. Dari kapiler-kapiler pulmonal, darah balik berkumpul dalam cabang-cabang yang
13

lebih besar tanpa disertai cabang-cabang arteri pulmonalis dan bronchi. Cabang-cabang
tersebut berhubungan bebas dan membentuk pembuluh balik yang lebih besar. 3
Lewat plexus pulmonalis anterior dan posterior yang dibentuk oleh cabang-cabang truncus
sympaticus segmen Thoracal 1-3 atau 4 dan parasimpatik N. Vagus. Plexus pulmonlis
anterior jauh lebih kecil dari pada plexus pulmonalis posterior. Serabut-serabut saraf yang
keluar dari plexus ini menyertai pipa-pipa bronchus dan pembuluh darah, membawa serabut
viseral eferen dan serabut visereal aferen menuju atau dari pleura viseralis dan strukturstruktur lain jaringan paru. 3
4. Thorax
Rongga thorax terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut
mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastinum, yang secara
sempurna memisahkannya dari rongga pleura kanan, dimana terletak paru kanan, dan dari
rongga pleura kanan, dimana terletak paru kanan, dan dari rongga pleura kiri, yang
merupakan tempat dari paru kiri. Satu-satunya organ dalam rongga thorax yang tidak terletak
di dalam mediastinum adalah paru-paru. Thorax mempunyai peranan penting dalam
pernapasan. Karena bentuk elips dari tulamg rusuk dan sudut perlekatannya ke tulang
belakang, thorax menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika
dikempiskan. Bahkan perubahan yang lebih besar lagi terjadi ketika diafragma berkontraksi
dan relaksasi. Saat diafragma berkontraksi, difragma akan mendatar keluar dan dengan
demikian menarik dasar rongga thorax ke arah bawah sehingga memperbesar volume thorax.
Ketika diafragma rileks, diafragma kembali ke bentuk awalnya yang seperti kubah sehingga
memperkecil volume rongga thorax. Perubahan dalam ukuran thorax inilah yang
memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.2
Fisiologi sistem pernapasan
Situasi faal paru seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi, distribusi,
perfusi, serta hubungan antara ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut dalam keadaan
santai menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri (PO 2 dan PaCO2) yang normal. Yang
dimaksud keadaan santai adalah keadaan jantung dan paru tanpa beban kerja yang berat.
Tekanan parsial gas darah dalam arteri yang normal adalah PaO 2 96 mmHg dan PaCO2 sekitar
40 mmHg. Tekanan parsial ini diupayakn dipertahankan tanpa memandang kebutuhan O 2

14

yang berbeda-beda, yaitu saat tidur kebutuhan O2 100 mL/menit dibandingkan dengan saat
ada beban kerja, yaitu 2000-3000 mL/menit.4
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu
pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida. Respirasi eksternal adalah proses
pertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses
pertukaran CO2 dan O2 antara darah sirkulasi dan sel jaringan.4
Pertukaran gas memerlukan empat proses yang mempunyai ketergantungan satu sama lain,
yakni proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi, proses yang
berkaitan dengan volume darah di apru dan distribusi aliran darah, proses yang berkaitan
dengan difusi O2 dan CO2, proses yang berkaitan dengan regulasi pernapasan.4
Istilah ventilasi menyangkut volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari hidung atau
mulut pada proses bernapas. Ventilasi permenit adalah vomune udara yang keluar dari paru
dalam satu menit diukur dalam liter. Rumus yang digunakan untuk menghitung volume per
menit adalah: VE=VT.f, dengan VE sebagai volume per menit, VT sebagai volume udara masuk
dan keluar selama satu kali bernapas, f sebagai frekuensi napas per menit. Sedangkan
ventilasi alveolar adalah volume udara inspirasi yang dapat mencapai alveoli dan dapat
mengalami pertukaran gas dengan darah. Ventilasi percuma adalah volume udara inspirasi
yang tidak mengalami pertukaran gas dengan darah. Rumus yang digunakan adalah:
VE=VD.VA, dengan VD sebagai ventilasi percuma dan VA sebagai ventilasi alveolar.4
Setelah proses ventilasi, udara yang telah memasuki saluran udara didistribusikan ke seluruh
paru, kemudian masuk ke dalam alveoli. Udara volume tidal (volume udara yang masuk dan
kemudian keluar pada sekali bernapas) yang besarnya kira-kira 500 mL, dibagi menjadi
volume kecil-kecil sebanyak alveoli yang ada, yaitu kira-kira 300 juta alveoli. Udara ini tidak
terbagi rata ke semua alveoli. Udara pertama yang terhirup, masuk ke puncak paru, kemudian
disusul oleh udara di belakangnya, masuk basis paru. Distribusi yang tidak merata ini
mengakibatkan nilai ventilasi di puncak paru lebih besar dibandingkan nilai ventilasi di basis
paru. Ditribusi volume udara yang diinspirasi dinytakan sebagai fungsi langsung resistance
(R) serta compliance (C) yang disebut sebagai RC time constant. Pada keadaan normal, dua
buah alveoli yang berdekatan akan mendapat distribusi yang sama sebab nilai R dan C nya
sama. Pada keadaan tidak normal, nilai R dan nilai C etiap regio dapat tidak sama. Pada
bronchiolus yang menyempit, nilai R nya lebih tinggi dibandingkan pada keadaan normal

15

sedangkan pada alveoli yang kaku nilai R nya juga meninggi. Alveoli yang nilai R dan C nya
tinggi mendapat distribusi udara yang lebih kecil sehingga underventilated. 4
Yang dimaksud dengan perfusi adalah sirkulasi darah di dalam pembuluh kapiler paru.
Rangkaian pembuluh darah di paru sangat padat, terdapat kira-kira 6 milyar kapiker yang
mengelilingi 3 juta alveoli di kedua paru, sehingga terdapat 2000 kapiler untuk satu alveolus.
Aliran darah di dalam paru mempunyai tekanan lebih rendah (15 mmHg) jika dibandingkan
dengan tekanan darah sistemik yang ada saat diastole 80 mmHg, tekanan di kapiler paru kirakira 1/5 nya. Dalam keadaan istirahat, ketika cardiac output 6 liter per menit, hanya 25% dari
pembuluh darah paru yang dialiri oleh darah. Sirkulasi darah di dalam paru mendapat
tahanan, terutama tahanan pada jala kapiler paru. Saat ada kenaikan cardiac output, sirkulasi
paru dapat mengakomodasi tanpa terjadinya perubahan di tekanan di arteri pulmonalis.
Distribusi aliran darah di paru tidak sama rata. Karena rendahnya tekanan darah di kapiler
paru, aliran darah di paru sangat terpengaruh oleh gravitasi bumi sehingga perfusi di bagian
dasar paru lebih besar dibandingkan perfusi di bagian apex. 4
Secara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang
konsentrasi molekulnya lebih tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa
difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Peristiwa difusi yang
terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi
membran kapiler alveolar, kemudain melintasi plasma darah, selanjutnya menembus dinding
sel darah merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan
hemoglobin. Membran kapiler alveolus sangat tipis sehingga molekul oksigen tidak
mengelami kesulitan untuk menembusnya. Peristiwa difusi lain di dalam paru adalah
perpindahan molekul korbondioksida dari darah ke udara alveolus. Oksigen dan
karbondioksida menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi.
Bearti molekul kedua gas tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif. Faktor-faktor yang
menentukan kecepatan difusi gas melalui membran paru paru adalah semakin besar
perbedaan tekanan pada membran maka semakin cepat kecepatan difusi, semakin besar area
membran paru-paru maka semakin kuantitas gas yang daapt berdifusi melewati membran
dalam waktu tertentu, semakin tipis membran maka semakin cepat difusi gas melalui
membran tersebut ke bagian yang berlawanan, koefisein difusi secara langsung betbanding
lurus terhadap kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran paru dan berbanding
terbalik terhadap ukuran molekul. Molekul kecil berdifusi lebih cepat daripada ukuran gas
besar yang kurang dapat larut.4
16

Pergerakan udara, yaitu dari atmosfer masuk ke dalam paru, kemudian keluar lagi, terusmenerus demikian tidak pernah berhenti selama hidup, memerlukan suatu mekanisme yang
menyerupai pompa. Mekanisme pompa dilakukan oleh otot pernapasan termasuk diafragma
dan dinding dada yang menyebabkan perubahan volume rongga dada. Berbeda dengan otot
jantung yang mempunyai irama kontraksi sendiri, otot pernapasan memerlukan dorongan
agar berkontraksi melalui pengaturan ventilasi. Pengaturan ventilasi (peningkatan atau
pengurangan

ventilasi)

untuk

memenuhi

kebutuhan

metabolik

dilakukan

dengan

mengupayakan keseimbangan antara volume tidal dan frekuensi pernapasan. Pengaturan ini
dilakukan melalui tiga komponen sistem pengontrol pernapasan, yaitu pusat kontrol
pernapasan, efektor pernapasan, dan sensor pernapasan. Sel saraf pengontrol pernapasan telah
berpencar di beberapa level, yaitu di batang otak (pons dan medulla oblangata) serta di
korteks. Sentrum pernapasan yang terdapat pada medulla oblongata berperan untuk
pernapasan spontan (involuntary). Sentrum pernapasan yang terdapat pada pons berupa
apneustic center dan pnemotaxic center. Apeneustic center bekerja melalui mekanisme
penghambatan inspirasi sedangkan pneumotaxic center mengatu pola pernapasan berdasarkan
stimuli hipoksia, stimuli hiperkapnia, dan stimuli inflasi paru. Sentrum pernapasan yang
terdapat di korteks berperan untuk pernapasan voluntary disebut sebagai behaviour-related
control of breathing. Pusat pernapasan yang disebut terakhir ini penting untuk mengatur
pernapasan selagi bicara, menyanyi, dan mengeden. Transmisi implus dari pusat pernapasan
17

ke otot pernapasan berjalan melalui nervus frenicus yang menuju diafragma, nervus
intercostalis yang menginversi musculus intercostalis dan musculus abdominal, nervus
accesorius yang menuju musculus sternocleidomastoideus, serta nervus cervicalis yang
menuju ke musculus scalenus. Sensor pernapsan terdiri dari kemoreseptor sentral,
kemoreseptor parifer, reseptor sensoris di dinding dada, serta reseptor sensoris di dalam paru.
Kemoreseptor senytral yang terletak pada permukaan ventral medulla oblongata merespon
dengan cepat setiap peningkatan konsentrasi CO2 ataupun peningkatan konsentrasi ion
hidrogen dengan menambah ventilasi. Perlu ditekankan bahwa hipoksia tidak berperan
sebagai stimultan terhadap kemoreseptor sentral (pusat pernapasan), melainkan menekan
kemoreseptor ini. Sebaliknya, kemoreseptor parifer yang terletak di biforcatio arteri carotis
dan sepanjang arcus aorta diaktifkan oleh hipoksia dan oleh CO2 dan ion hidrogen. Pada
suasana normal, reseptor ini sangat peka dan menjaga Pa CO2 tetap konstan walaupun ada
perubahan produksi CO2. Sensor pernapasan juga peka terhadap penurunan tekanan darah
seperti yang didapati pada shock yang mengakibatkan terjadinya hiperventilasi.4-5
Selama bernapas normal dan tenang, otot-otot pernapasan bekerja selama inspirasi untuk
mengembangkan paru melawan gaya-gaya elastikuntuk mengatasi resistensi saluran napas,
sedangkan ekspirasi berlangsung pasif. Dalam keadaan normal, paru bersifat sangat
complience dan resistensi saluran napas rendah sehingga hanya sekitar 3% dari energi total
yang dikeluarkan oleh tubuh untuk pernapasan tenang. Kerja pernapasan dapat ditingkatkan
oleh oleh empat situasi berbeda, yaitu ketika compliance paru berkurang, ketika resistensi
saluran napas meningkat, ketika recoil elastik berkurang dan ketika terjadi peningkatan
kebutuhan akan ventilasi .5
Volume udara yang masuk dan keluar dari paru-paru dan yang tetap berada dalam paru-paru
mempunyai arti penting secara fisiologis. Gerakan masuk dan keluar udara ini harus
sedemikian normal sehingga pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi secara
adekuat antara udara alveolar dan darah kapiler pulmonal. Banyak faktor yang mempengaruhi
jumlah udara yang masuk dan keluar dari paru-paru. Kapasitas paru-paru bervariasi sesuai
dengan ukuran dan usia seseorang. Makin tinggi individu makin besar ukuran paru-parunya
jika dibandingkan dengan individu yang lebih pendek. Makin tua kapasitas paru kita jiga
menurun karena paru-paru kehilangan daya elastisitasnya dan otot-otot pernapasan kita
menjadi kurang efesien. Metode yang umum untuk memeriksa fungsi paru adalah dengan
mengukur volume pernapasan dalam kondisi yang berbeda dan hasilnya dibandingkan
dengan nilai rata-rata normal. Kapasitas dan volume paru dibedakan sebagai berikut:4-5
18

a). Volume tidal: jumlah udara yang terlibat dalam satu kali inhalasi dan ekshalasi normal.
Rata-rata volume tidal adalah 500 ml, tetapi banyak orang sering mempunyai volume tidal
yang lebih rendah karena napas cepat.
b). Minute respiratory volume (MRV): jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan dalam 1
menit. MRV dihitung dengan mengalikan volume tidal dengan jumlah pernapsan per menit
(rata0rata 12-20 kali/menit).
c). Inspiratory reserve: cadangan inspirasi adalah jumlah udara di luar volume tidal yang
dapat diambil dengan inhalasi sedalam mungkin, normalnya berkisar 2000-3000ml.
d). Expiratory reserve: cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara di luar volume tidal yang dapat
dikeluarkan dengan ekshalasi yamh paling kuat, normal berkisar 1000-1500 ml.
e). Vital capasity: jumlah dari volume tidal, cadangan inspirasi, dan cadangan ekspirasi.
Dengan kata lain kapasitas vital adalah jumlah udara yang terlibat dalam inhalasi paling
dalam diikuti ekhalasi paling kuat. Rata-rata kapasitas vital berkisar 3500-5000ml.
f). Residual volume: jumlah udara yang tetap berada di dalam paru-paru setelah ekshalasi
yang paling kuat, rata-rata sekitar 1000-1500 ml. Udara residu sangat penting untuk
memastikan bahwa selalu terdapat udara di dalam paru sehingga pertukaran gas-gas tetap
dapat terjadi, bahkan di antara saat bernapas.

19

Kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional mempunyai makna penting dalam
mendiagnosa kelainan paru. Kapasitas pernapasan (IC) adalah jumlah udara maksimal yang
masih dapat dihirup setelah ekspirasinormal: IC=TV+RV. Kapasitas residu fungsional adalah
jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal: FRC=ERV+RV. Jumlah
volume udara total yang dapat ditajan oleh paru disebut kapasitas paru total (TLC), yaitu
merupakan jumlah dari keempat volume paru: TLC=TV+IRV+ERV+RV.
Transport gas melalui darah
1. Transport oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma.6
a) Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan
satu molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (HbO 2) berwarna merah
tua. Ikatan ini tidak kuat dan reversibel. Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna
merah kebiruan.6
b) Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat berikatan dengan
sejumlah hemoglobin dalam darah.6
c) Kejenuhan oksigen adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada
d)

hemoglobin dan kapasitas oksigen.6


Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin adalah grafik yang memperlihatkan
persentase kejenuhan hemoglobin pada garis vertikal dan tekanan parsial oksigen
pada garis horizontal.6

Kurva berbentuk S karena kapasitas pengisian oksigen pada hemoglobin


(afinitas pengikatan oksigen) bertambah jika kejenuhan bertambah. Demikian
20

pula, jika pelepasan oksigennya (pelepasan oksigen terikat) meningkat,


kejenuhan oksigen darah pun meningkat. Hemoglobin dikatakan 97% jenuh
pada PO2 100 mmHg seperti yang terjadi pada udara alveolar.
Lereng kurva disosiasi ini menjadi tajam di antara tekanan 10-50 mmHg dan
mendatar di antara 70-100 mmHg. Dengan demikian, pada tingkat PO2 yang
tinggi, muatan besar hanya sedikit mempengaruhi kejenuhan hemoglobin,
seperti penurunan PO2 sampai 50 mmHg.
Jika PO2 turun samapai di bawah 50 mmHg, seperti yang terjadi dalam
jaringan tubuh, perubahan PO2 ini walaupun sangat sedikit dapat
mengakibatkan perubahan yang besar pada kejenuhan hemoglobin dan volume
oksigen yang dilepas.
Daerah arteri secara normal membawa 97% oksigen dari kapasitasnya untuk
melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, pernapasan dalam atau menghirup
oksigen murni tidak memberi peningkatan yang berarti pada kejenuhan
hemoglobin dengan oksigen. Menghirup oksigen murni dapat meningkatkan
penghantaran oksigen ke dalam jaringan karena volume oksigen terlarut dalam
plasma darah meningkat.
Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg dan hemoglobin masih 75%
jenuh, ini menunjukkan bahwa darah hanya melepas sekitar seperempat
muatan oksigennya saat melewati jaringan. Hal ini memberikan rentang
keamanan yang tinggi jika sewaktu-waktu pernapasan terganggu atau
kebutuhan oksigen jaringan meningkat.
e) Afinitas hemoglobin terhadap oksigen dan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin
dipengaruhi oleh PH, temperatur, dan konsentrasi 2,3-difosfogliserat.6
Hemoglobin dan PH. Peningkatan PCO 2 darah atau peningkatan asiditas
darah (penurunan PH dan peningkatan konsentrasi ion hidrogen) melemahkan
ikatan antara oksigen dan hemoglobin sehingga kurva bergerak ke kanan.
Terhadap tingkat PO2 manapun, peningkatan asiditas darah menyebabkan
hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen ke jaringan. Sel-sel yang
bermetabolisme aktif, seperti saat olahraga, melepaskan lebih banyak CO 2 dan
ion hidrogen. Efek peningkatan CO2 dan penurunan PH darah disebut efek
Bohr. Efek ini semakin besar pada tingkat PO 2 yang rendah, seperti yang
etrjadi dalam jaringan, dan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin
untuk penggunaannya.

21

Hemoglobin dan temperatur. Peningkatan temperatur yang terjadi dalam


visinitas sel-sel yang bermetabolisme aktif juga akan menggerakkan kurva ke
kanan dan meningkatkan penghantaran oksigen ke otot yang bergerak.
Hemoglobin dan DPG. Peningkatan konsentrasi 2,3-DPG, suatu metabolit
glikolisis yang ditemukan dalam sel darah merah akan menurunkan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen dan menggerakkan kurva disosiasi oksigenhemoglobin ke kanan. Konsentrasi 2,3-DPG perlahan meningkat saat kadar
oksigen secara kronik menurun, seperti pada anemia. Metabolit ini bereaksi
dengan hemoglobin dan mengurangi afinitasnya terhadap oksigen sehingga
semakin banyak oksigen yang tersedia untuk jaringan.
f.) P50 adalah ndeks yang tepat untuk pemindahan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin.
Sebenarnya PO2 lah yang menunjukan hemoglobin 50% jenuh dengan oksigen. Semakin
tinggi P50, semakin rendah afinitas hemoglobin terhadap oksigen.6
Transport karbon dioksida
Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui
cara-cara berikut ini:5-6
1. Sejumlah kecil karbon dioksida tetap terlarut dalam plasma.
2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalm sel darah merah, dimana 25% nya
bergabung dalm bentuk reversibel yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian
hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin.
3. Sebagian besar karbon diosida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam
plasma.
Karbon dioksida dalam sel darah merah berikatan dengan air untuk membentuk asam
karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh anhidrase karbonik.
Reaksi tersebut berlaku dua arah, bergantung konsentrasi senyawa. Jika konsentrasi
CO2 tinggi, seperti di dalam jaringan, reaksi berlangsung ke kanan sehingga lebih
banyak terbentuk ion hidrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentasi CO 2 nya
lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan karbon dioksida.
4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negatif yang terbentuk dalam sel darah
merah berdifusi ke dalam plasma dan hanya menyisakan ion bermuatan positif
berlebihan.5-6
Untuk mempertahankan netralisasi elektrokimia, ion bermuatan negatif lain yang
sebagian besar ion klorida, bergerak ke dalam sel darah merah untuk memulihkan
ekuilibrium ion. Inilah yang disebut sebgai pergeseran klorida.
22

Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki konsntrasi karbon
dioksida lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dalam darah arteri.
5. Ion hidrogen bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat,
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah untuk meminimasi perubahan
PH.
Pembahasan Skenario
Seorang laki-laki usia 20 tahun tengah menonton televisi ketika tiba-tiba merasa nyeri pada bahu,
sulit bernapas, dan lemas. Ayahnya segera membawa putranya ke UGD. Pemeriksaan radiologi
thorax memperlihatkan tanda pneumothorax.
Sebelum kita membahas lebih lanjut lagi, pertama-tama yang harus kita ketahui adalah pengertian
dari pneumothorax. Pneumothorax adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi
sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru. Jadi intinya bahwa di
rongga pleura terdapat udara yang seharusnya di rongga pleura tersebut pada keadaan yang normal
tidak terdapat udara. Akibatnya masuknya udara tersebut adalah jaringan paru terdesak . Udara
dapat memasuki rongga pleura melalui lubang pada dinding thorax atau dari paru-paru itu sendiri.
Gejala klinik yang timbul adalah nyeri dada mendadak . Pergeseran letak trakea, suara napas
bronchial pada sisi yang bersangkutan. Pada awalnya terdapat hipoksia akut yaitu jaringan
kekurangan oksigen, itulah yang menyebabkan pasien mengalami sesak napas juga. 7
Penutup
Pada mekanisme pernapasan proses yang terjadi adalah ventilasi, difusi, dan distribusi. Selain
proses-proses tersebut, mekanisme pernapasan juga dipengaruhi oleh otot-otot pernapasan, dinding
thorax, dan zat-zat kimia. Fungsi dari sistem pernapasan ini adalah untuk mengambil oksigen dari
atmosfer untuk kebutuhan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida darah
melalui alveoli. Tanpa adanya mekanisme pernapasan yang baik, tentunya akan menimbulkan
kelainan pada sistem pernapasan kita dan mengganggu aktivitas kita. Salah satu dari gangguan
sistem pernapasan tersebut adalah pneumothorax dimana rongga pleura yang dalam keadaan
normal seharusnya tidak berisi udara, tapi menjadi berisi udara. Akibatnya, jaringan paru menjadi
kolaps dan menyebabkan nyeri dada, sesak napas dan lemas.7
Daftar pustaka
1.

Asih N.G, Effendy C. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC; 2004.h.2-9.

23

2.

Somantri I. Keperawatan medical bedah sistem pernapasan. Jakarta: Salemba medika;

2007.h.4-10
3.
Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Balai penerbit fakultas kedokteran
4.
5.
6.
7.

universitas indonesia; 2007.h.9-53, 72-6.


Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.h.21-29.
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: EGC; 2014.h.497-540.
Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.273-6.
Tambayong J. Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2004.h.108.

24

Anda mungkin juga menyukai