Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Produksi asam sitrat dalam bioreaktor CSTR menggunakan Aspergillus niger telah
dilakukan. Medium propagasi untuk inokulum terdiri dari Gula pasir; Ekstrak tauge 20%
(b/v); (NH4)2SO4; KH2PO4. Medium fermentasi terdiri dari Gula pasir 15% (b/v);
(NH4)2SO4 0,6% (b/v); KH2PO4 0,3% (b/v); pH medium fermentasi 6,0. Kondisi selama
fermentasi, yaitu suhu : 291oC; Agitasi 150 rpm dan lama proses fermentasi selama 5 hari.
Produksi asam sitrat tertinggi terjadi pada hari ke 5 sebesar 9,024 g/l. Kadar glukosa
meningkat sampai hari ke 3 (208, 75 g/l) kemudian menurun sampai hari ke 5 (101 g/l).
Sedangkan konsentrasi biomassa tertinggi pada hari ke 3 (16,8079 g/l) dengan laju
pertumbuhan spesifik sebesar 0.165/hari. Koefisien Y x/s = 0.054 g biomassa/ g glukosa;
koefisien Y p/x = 0.91 g asam sitrat/ g biomassa, sedangkan koefisien Y p/s = 0,023 g asam
sitrat/ g glukosa.

PENDAHULUAN
Asam sitrat adalah asam organik yang secara alami terdapat pada buah-buahan seperti
jeruk, nenas dan pear. Asam sitrat pertama kali diekstraksi dan dikristalisasi dari buah jeruk,
sehingga asam sitrat hasil ektraksi dari buah-buahan ini dikenal sebagai asam sitrat alami.
Wehner (1893) pertama kali melaporkan produksi asam sitrat sebagai hasil sampingan
pada fermentasi produksi asam oksalat dengan menggunakan Penicillium glaucum. Tahun
1917, Currie juga melaporkan bahwa Aspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat pada
medium pH rendah dengan kadar gula tinggi. Sejak saat itu asam sitrat diproduksi secara
komersial dengan menggunakan kapang A. niger.
Dewasa ini telah diketahui banyak jenis kapang yang dapat menghasilkan asam sitrat,
seperti A. niger, A. awamori, A. fonsecaeus, A. luchuensis, A. wentii, A. saitoi, A. flavus, A.
clavatus, A. fumaricus, A. phoenicus, Mucor viriformis, Ustulina vulgaris dll. Selain kapang,
beberapa

bakteri

dan kamir juga dapat

memproduksi

asam sitrat,

diantaranya:

Brevibacterium, Corynebacterium, Arthrobacter dan Candida.


Kapang A. niger merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan banyak
digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan beberapa enzim
seperti pektinase dan amilase (Broekhuijsen et al., 1993; Okada, 1985). A. niger mampu
mensintesis asam sitrat dalam medium fermentasi ekstraseluler dengan konsentrasi yang
cukup tinggi, jika dibiakkan dalam media yang kadar garamnya rendah dan mengandung gula
sebagai sumber karbon (Hang et al., 1977; Ji et al., 1992).
Asam sitrat (C6H8O7) banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan,
minuman, dan obat-obatan. Kurang lebih 60% dari total produksi asam sitrat digunakan dalam
industri makanan, dan 30% digunakan dalam industri farmasi, sedangkan sisanya digunakan
dalam industri pemacu rasa, pengawet, pencegah rusaknya rasa dan aroma, sebagai
antioksidan, pengatur pH dan sebagai pemberi kesan rasa dingin. Dalam industri makanan dan
kembang gula, asam sitrat digunakan sebgai pemacu rasa, penginversi sukrosa, penghasil
warna gelap dan penghelat ion logam. Dalam industri farmasi asam sitrat digunakan sebgai
pelarut dan pembangkit aroma, sedangkan pada industri kosmetik digunakan sebagai
antioksidan (Bizri & Wahem, 1994).
Proses fermentasi asam sitrat dapat dilakukan dengan sistem terendam, fermentasi
kultur permukaan. Fermentasi kultur terendam dibagi dua yaitu dilakukan pada fermentor
berpengaduk dan pada air lift fermentor. Sedangkan pada fermentasi kultur permukaan dapat

menggunakan media cair maupun media padat. Fermentasi sistem terendam lebih sulit
dilakukan dibandingkan prosedur permukaan, tetapi dapat dilakukan secara curah, proses
curah terumpani, atau sinambung. Fermentasi curah digunakan untuk substrat glukosa, dan
curah terumpani lebih layak diterapkan untuk untuk tetes tebu. Biakan sinambung mempunyai
produktivitas yang lebih tinggi (Mangunwidjaja & Suryani, 1994).
Produksi asam sitrat pada proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah jenis media, pH media, waktu fermentasi, suhu, aerasi, dan
mikroorganisme yang digunakan. Faktor yang paling menentukan adalah media tumbuh
(substrat) dan mikroorganisme yang digunakan (Friedrich et al., 1994).
Pada umumnya hasil samping pertanian dan perkebunan seperti jerami padi, onggok,
bagas, dan kulit kakao masih mengandung lignoselulosa. Limbah ini masih mengandung pati,
protein, lemak, dan senyawa kimia lainnya. Dengan teknologi fermentasi, hasil samping ini
dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk lain yang berguna seperti pangan, pakan
ternak, pelarut organik, asam-asam organik seperti asam sitrat dan lain-lain (Judoamidjojo et
al., 1989).
TUJUAN
Percobaan bertujuan untuk mempelajari produksi asam sitrat pada proses fermentasi
menggunakan A. niger dan merancang reaktor yang tepat.
METODOLOGI
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini:
1. Mikroorganisme : Aspergillus niger berumur 5 hari.
2. Medium propagasi untuk inokulum terdiri dari:
a. Gula pasir 15 gram
b. Ekstrak tauge 20% (b/v) 11 ml
c. (NH4)2SO4 450 mg
d. KH2PO4 225 mg
Semuanya bahan kemudian dilarutkan dalam 100 ml akuades, pH 6,0
3. Medium fermentasi terdiri dari:
a. Gula pasir 15% (b/v)
b. (NH4)2SO4 0,6% (b/v)
c. KH2PO4 0,3% (b/v)
d. pH medium fermentasi 6,0

4. Kondisi fermentasi :
a. Suhu : 291oC
b. Agitasi 150 rpm
c. Lama 5 hari
Alat yang digunakan adalah
1. Spektrofotometer
2. Tabung reaksi
3. Gelas ukur
4. Timbangan
5. Vortex
6. Erlenmeyer
7. Labu ukur
8. Pipet
9. Kertas Ph
10. Shaker
11. Autoklaf
12. Kertas saring
13. Oven
14. Alat titrasi dan alat vakum.
Prosedur kerja:
1. Membuat media propagasi dengan komposisi yang sudah ditentukan. Namun, gula
dipisahkan dari bahan lainnya. Lalu semua bahan disterilisasi pada suhu 121oC selama 15
menit dan dinginkan.
2. Melakukan inokulasi dengan suspensi spora A.niger sebanyak 2% (v/v). Selanjutnya hasil
inokulasi pada media propagasi yang telah diinkubasi ini disebut inokulum.
3. Kemudian lakukan inkubasi pada incubator goyang pada suhu 291oC (suhu kamar)
selama 24 jam.
4. Bioreaktor tangki pengaduk (CSTR) yang akan digunakan juga dilakukan sterilisasi.
5. Membuat media fermentasi dengan komposisi yang telah ditentukan dalam Erlenmeyer
1000 ml dengan melarutkan 900 ml media dan inokulum 100 ml. Namun gula dan bahan
lainnya dpisahkan. Kemudian disterilisasi pada suhu 121oC, 15 menit dan dinginkan.
6. Kemudian melakukan inokulasi inokulum.

7. Pengambilan sample dilakukan setiap hari selama 5 hari.


8. Pada setiap pengamatan, yang diamati adalah sebagai berikut :

pH : dilakukan dengan mengukur pH cairan fermentasi dengan pH meter

Biomassa : dilakukan dengan menyaring cairan fermentasi pada kertas saring


yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Biomassa dihitung sebagai
bobot residu kering hasil penyaringan per ml cairan kultivasi

Gula sisa : dilakukan dengan metoda DNS. Memasukkan 1 ml sampel ke


dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan pereaksi DNS sebanyak 3 ml.
Lalu larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit, kemudian
didinginkan pada suhu kamar. Blanko dibuat dengan mengganti sampel dengan
1 ml akuades. Lalu mengukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 550 nm. Kurva standar dibuat untuk pengukuran gula
dengan metode DNS. Hasil mengukuran diplotkan pada kurva standar
sehingga dapat diketahui kadar gula sisa.

Total asam : Pengukuran asam organik dilakukan dengan metode titrasi.


Mengambil 10 ml sampel kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N yang
telah distandarisasi. Titrasi dilakukan dengan bantuan indicator PP. Titrasi
dihentikan bila telah terbentuk warna merah muda. Penentuan kadar total asam
organik tertitrasi adalah :

Total Asam=

Volume NaOH + Normalitas NaOH x 192


mg/ ml
10 ml sampel

HASIL

Produksi asam sitrat meningkat selama proses fermentasi dan maksimum sebesar

9,024 g/l pada hari ke 5. Kadar glukosa meningkat sampai hari ke 3 (208, 75 g/l) kemudian
menurun sampai hari ke 5 (101 g/l). Sedangkan konsentrasi biomassa tertinggi pada hari ke 3
(16,8079 g/l) (Tabel 1 & Gambar 1) dengan laju pertumbuhan spesifik sebesar 0.165/hari
(Gambar 2). Koefisien Y x/s = 0.054 g biomassa/ g glukosa, nilai ini menunjukkan bahwa dalam 1
gram glukosa terbentuk 0,054 g biomassa. Koefisien Y p/x = 0.91 g asam sitrat/ g biomassa, nilai
ini menunjukkan bahwa dalam 1 gram biomassa terbentuk 0,91 g asam sitrat. Koefisien Y p/s =
0,023 g asam sitrat/ g glukosa, nilai ini menjunjukkan bahwa dalam 1 g glukosa terbentuk 0,023
asam sitrat (Gambar 3-5).

2
pH
0
1
2
3
4
5

4,5
2
2
2
2
2

Tabel 1. Data pengamatan selama proses fermentasi hari kebiomassa


(g/l)
6,37
11,50
15,46
16,81
15,98
16,41

glukosa
(g/l)
57,25
151,75
158,5
208,75
160,75
101

asam sitrat
(g/l)
0
2,496
4,608
5,952
6,912
9,024

ln biomassa
1,851649
2,442197
2,738107
2,821851
2,771427
2,797633

PEMBAHASAN
pH medium
pH medium dalam proses fermentasi sangat penting. Pada proses awal fermentasi
diketahui bahwa pH medium sebesar 4,5 kemudian menurun pada hari ke 2 sampai ke 5 sebesar
2,0 (Gambar 6). Pada awal fermentasi merupakan awal saat spora mulai terbentuk untuk memulai
germinasi. Sedangkan selama proses fermentasi untuk produksi asam sitrat diperlukan pH 2. pH
yang rendah akan mengurangi resiko kontaminasi pada saat fermentasi oleh mikroorganisme lain.
pH yang rendah juga menghambat produksi dari asam organik yang tidak diinginkan (misalnya
asam glukonat, asam oksalat) dan hal ini membuat perbaikan asam sitrat dari media cair.
Pengambilan amonia dalam proses germminasi spora menyebabkan dilepaskannya proton pada
pH rendah setelah fase germinasi terbentuk. Menurut Papagianni (1995), meningkatnya pH
menjadi 4,5 selama fase produksi akan menurunkan hasil asam sitrat sampai 80%.
pH pada media juga mempengaruhhi produksi asam sitrat dari A. niger karena beberapa
enzim yang berperan dalam siklus TCA sensitif terhadap pH. pH yang rendah selama fermentasi
untuk produksi asam sitrat yang optimal diperlukan pH sekitar 2. Jika kondisi tersebut tidak
diperoleh hasil produksi akan berkurang (Mattey, 1992). Papagianni (1995) & Papagianni et al.
(1999) melaporkan bahwa pH mempengaruhi morfologi dan produktivitas asam sitrat dari A.
niger dari hasil data kuantitatif. Morfologi dengan agregat yang kecil dan filament yang pendek
berkaitan dengan meningkatnya produksi asam sitrat pada pH sekitar 2,0 0,2. Pada pH 1,6
morfologi akan berkembang abnormal (bulbous hyphae) dan produksi asam sitrat akan menurun
secara drastis. Pada pH 3,0 agregat mempunyai bentuk perimeter yang lebh panjang dan terbentuk
asam oksalat.

Sintesis asam sitrat


Dari gambar 1, diperlihatkan bahwa konsentrasi asam sitrat meningkat seiring lamanya
waktu fermentasi. Konsentrasi tertinggi diperoleh pada hari ke-5 sebesar 9,024 g/l.
Asam sitrat merupakan senyawa antara pada siklus kreb (siklus asam trikarboksilat). Lintasan
reaksi katabolik yang mendahului pembentukan asam sitrat ini diantaranya adalah lintasan
glikolisis dan lintasan Entner-Doudoroff yang menyediakan senyawa antara asam piruvat yang
merupakan senyawa kunci dalam metabolisme sel. Sebagian besar (80%) dari glukosa diubah
menjadi piruvat melalui lintasan glikolisis. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi dan berikatan
dengan koenzim-A membentuk asetil-CoA dan selanjutnya masuk kedalam siklus krebs untuk
bergabung dengan oksaloasetat membentuk asam sitrat. Piruvat juga bisa langsung masuk ke
siklus krebs dengan bantuan enzim piruvat karboksilase yang mengubah piruvat menjadi
oksaloasetat.

Gambar 7. Skema reaksi metabolik dalam produksi asam sitrat


(Sumber: Pagianni, 2007)
Mekanisme pembentukan asam sitrat dapat dilihat pada gambar 7. Langkah pertama dari siklus
tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat.
Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam
siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah "mengantar"
asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar dari siklus.
Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air sehingga
terbentuk asam isositrat. Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H +, yang
kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO 2 dan membentuk
asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu, asam a-ketoglutarat kembali
melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi dengan melepaskan satu ion H + yang kembali
mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu, asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu koA dan membentuk suksinil ko-A.
Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga
terbentuk asam suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat
menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat
anorganik menjadi satu molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan
melepaskan dua ion H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH 2, dan
terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan
menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu asam fumarat
berubah menjadi asam malat. Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan
satu ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat
kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil ko-A dan
kembali menjalani siklus Krebs.
Pada A. niger, fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi oksaloasetat (tanpa
melalui piruvat) oleh enzim fosfoenol piruvat karboksilase. Reaksi tersebut membutuhkan ATP
sebagai sumber energi, Mg 2+, atau Mn2+, dan K+, atau NH4+. Judoamidjojo dan Darwis (1992)
menyatakan bahwa apabila sumber karbon bukan glukosa, misalnya asam asetat, atau senyawa
alifatik berantai panjang (C9 C23), maka isositrat liase akan terinduksi sehingga isositrat diubah
menjadi glioksilat, selanjutnya glioksilat diubah menjadi malat oleh sintetase. Bila glukosa
ditambahkan siklus tersebut akan terhambat.
Pada pembentukan asam sitrat dalam proses fermentasi dibatasi oleh ketersediaan
beberapa unsur kelumit (P, Mn, Zn). Peranan ion logam dalam proses ini belum diketahui secara

menyeluruh. Nilai pH optimum sekitar 1,7 2,0. Jika pH lebih tinggi (alkalis) menyebabkan
pembentukan asam asam oksalat dan glukonat dalam jumlah banyak. Karenanya pengendalian
kondisi proses secara cermat merupakan prasyarat untuk mempertahankan keteraturan metabolik
dan mendukung pembentukan asam sitrat yang lebih banyak. Kondisi yang sesuai tersebut
memungkinkan stimulasi glikolisis untuk penyediaan aliran karbon yang tidak terbatas ke dalam
metabolisme antara. Akumulasi sitrat selanjutnya tergantung pada pemasokan oksaloasetat
(Mangunwidjaja & Suryani 1994).
Mangunwidjaja & Suryani (1994) juga menjelaskan bahwa kekurangan mangan akan
menurunkan aktivitas enzim dalam siklus asam trikarboksilat yang diikuti oleh penurunan
anabolisme. Gangguan metabolisme ini menyebabkan perbedaan tingkat ion amonium
intraselluler yang dapat membantu menghilangkan penghambatan enzim fosfofruktose oleh sitrat.
Mangan juga terlibat dalam biokimia permukaan sel dan morfologi hifa. Kebutuhan oksigen yang
tinggi memungkinkan reoksidasi sitoplasma NADH tanpa pembentukan ATP dan melibatkan
suatu cabang respirasi alternatif yang berbeda dari rantai respirasi normal.
Sumber karbon dalam proses fermentasi
Pada proses fermentasi ini, sumber gula yang digunakan adalah sukrosa. Sukrosa akan
dipecah menjadi fruktosa dan glukosa. Dari hasil pengamatan (Gambar 6), diketahui bahwa kadar
glukosa meningkat sampai hari ke-3, baru kemudian menurun sampai hari ke-5. Sel akan
memasukkan fruktosa dan glukosa ini dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme hidrolisis
invertase sukrosa (Boddy et al., 1993; Rubio & Maldonado, 1995). Menurut Kubicek dan Rohr
(1989) sukrosa baik untuk dijadikan sebagai sumber glukosa oleh A. niger karena memiliki ikatan
intervase mycelium ekstraselular yang kuat dan aktif pada pH rendah sehingga hidrolisis sukrosa
relatif lebih cepat. Gupta et al. (1976), Hossain et al. (1984) dan Xu et al. (1989) melaporkan
keunggulan penggunaan sukrosa dari pada glukosa dan fruktosa pada proses fermentasi asam
sitrat.
Aerasi
Industri produsen asam sitrat sejak lama tengah mengetahui bahwa variasi dalam laju
aerasi memiliki efek buruk bagi perolehan produksi. Jika laju aerasi tertalu tinggi (contohnya
kondisi yang biasa terjadi pada skala laboratorium), tekanan parsial dari CO 2 terlarut dalam
medium dapat menjadi rendah. Karbondioksida penting sebagai substrat bagi enzim piruvat
karboksilase yang memulihkan kembali cadangan oksaloasetat yang menjadi substrat sitrat
sintase. Co2 yang memadai dihasilkan dari reaksi piruvat dekarboksilase untuk mencukupu

kebutuhan stoikiometrik dari reaksi piruvat karboksilase, akan tetapi aerasi yang berlebihan
berakibat pada hilangnya CO2 (Papagianni, 2007).
McIntyre & McNeil (1997) dalam Papagianni (2007) menunjukkan bahwa kadar CO 2
yang meningkat dalam gas yang disemburkan memiliki efek buruk terhadap konsentrasi sitrat
akhir dan konsentrasi biomassa akhir. Efek oksigen terlarut telah banyak dipelajari secara
terperinci. Tekanan oksigen terlarut (DOT) yang menurun bahkan dalam rentang waktu yang
pendek dapat menyebabkan perubahan ireversibel dalam produksi asam sitrat (Kubicek et al.,
1980). A. niger diketahui menggunakan dua jalur respirasi yang berbeda dalam produksi asam
sitrat. Sintesis asam sitrat bergantung pada jalur sensitive sianida selama fase akhir fermentasi.
Baik pertumbuhan maupun awal produksi asam sitrat bergantung pada respirasi yang sensitif
terhadap asam salisilhidroksamat (SHAM = salicylhydroxyamic acid). Bypass sensitive SHAM
dihasilkan di akhir tropofase, dan komponen ubiquinol oksidase alternatif dari ini telah
ditemukan.
Keberadaan dari bypass-bypass ini dan arti pentingnya terhadap produksi asam sitrat
bukanah hal yang terjadi bersamaan. Produksi ATP pada tingkat substrat melalui glikolisis
kemungkinan mencukupi kebutuhan energy sel dan hanya ada sedikit kebutuhan akan ATP yang
lebiih banyak untuk dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif NADH. Konsentrasi ATP internal
yang tinggi memiliki efek penghambatan bagi enzim-enzim glikolisis, sehingga, enzim oksidase
alternatif untuk mendaur kembali NADH untuk glikolisis selanjutnya tampaknya menjadi
komponen ensial untuk mempertahankan aliran yang tinggi melalui jalur glikolisis.
Rancangan Bioreaktor CSTR untuk Produksi Asam Sitrat

Skema bioreaktor tangki teraduk (stirred tank bioreactor = STR) yang digunakan untuk
kultivasi mikrobial pada Gambar 8 :

Gambar 8. Skema bioreaktor CSTR

Bahan Konstruksi Bioreaktor

Bioreaktor skala laboratorium dengan volume kurang dari 10 L terbuat dari gelas
Pyrex
Bioreaktor yang lebih besar terbuat dari stainless stell

Geometri Standar Bioreaktor Tangki Teraduk (CSTR)

Bentuk geometri hampir silindris atau mempunyai bentuk dasar melengkung untuk
membantu pencampuran (mixing) isi bioreaktor.
Mempunyai konstruksi berukuran (dimensi) standar (e.g. International Standards
Organization dan British Standards Institution) yang memperhitungkan keefektifan
pencampuran dan konsiderasi struktur.

Gambar 9. Geometri bioreaktor tangki teraduk


Keterangan :
Da : Diameter impeller (agitator);
Dt : diameter tangki;
Db : Diameter baffle
HL : Tinggi cairan dalam bioreaktor;

Ht : Tinggi bioreaktor
L : Lebar bilah Impeller;
W : Tinggi bilah Impeller
E : Jarak antara pertengahan bilah impeller
Tabel 2. Perbandingan geometri bioreaktor tangki teraduk

Volume Headspace

Suatu bioreaktor terbagi menjadi : volume kerja (working volume) dan volume head-

space.
Volume kerja : fraksi volume total yang dipakai media, mikroba dan gelembung gas
volume yg tersisa = head-space.

Gambar 10. Perbandingan Volume kerja dan volume head-space

Umumnya volume kerja : 70-80 % volume bioreaktor, tergantung busa yang terbentuk
Bila banyak busa yang terbentuk, maka dibutuhkan headspace lebih besar dan volume
kerja yang lebih kecil

Perlengkapan Dasar Bioreaktor Tangki Berpengaduk


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Sistem agitasi
Sistem pemasokan oksigen
Sistem Pengendalian Busa
Sistem Pengendalian Suhu
Sistem Pengendalian Ph
Lubang (port) pengambilan sampel
Sistem Pembersihan dan Sterilisasi
Saluran untuk mengumpulkan dan mengeluarkan isi bioreaktor
Sistem Agitasi

Fungsi Sistem agitasi:

Agar pencampuran merata meningkatkan laju perpindahan massa menembus


film pembatas cairan dan gelembung udara

Memberikan kondisi "shear" yang dibutuhkan untuk memecah gelembung udara

Luas permukaan pindah massa lebih besar

Sistem agitasi terdiri dari : agitator dan baffle.

Baffle digunakan untuk memecah aliran cairan dalam rangka meningkatkan turbulensi
dan efisiensi pencampuran. Jumlah impeller tergantung dari tinggi cairan dalam
bioreaktor. Tiap impeller terdiri dari 2-6 bilah (blade). Kebanyakan kultivasi mikroba
menggunakan Rushton turbine impeller.
Sistem Pengaliran Udara
Terdiri dari :
o Kompressor yang menekan udara masuk ke dalam bioreaktor
o Sistem sterilisasi udara masuk (inlet)
o Sparger udara

o Sistem sterilisasi udara keluar

Gambar 11. Sistem pengaliran udara pada CSTR

Sterilisasi Udara
o Sterilisasi udara masuk mencegah kontaminasi mikroba dari udara yang masuk ke
dalam bioreaktor
o Sterilisasi pada udara keluar mencegah kontaminasi udara terhadap mikroba dari
dalam bioreactor
Metode umum untuk sterilisasi adalah filtrasi :
o Bioreaktor kecil (volume kurang dari 5 L) menggunakan membran Teflonberbentuk
cakram (disk).
o Bioreaktor laboratorium skala besar (sampai 1000 L), digunakan "pleated membrane
filter"yang dilekatkan pada polypropylene cartridges luas permukaan untuk
filtrasi udara lebih besar, sehingga menurunkan tekanan yang dibutuhkan untuk
melewatkan udara melalui filter
Disain dan Operasi Agitator
Agitator diklasifikasikan mempunyai karakteristik radial dan axial
Aliran radial
aliran cairan mengikuti jari-jari tangki bioreaktor

Meningkatkan kontak udara dan cairan kultivasi

Digunakan untuk kultur bakteri aerobik.

Gaya geser lebih besar yang efektif untuk memecah gelembung udara, tapi kurang
efisien & membutuhkan input energi lebih besar.

Menggunakan dua atau lebih bilah impeller yang dipasang secara vertikal

Gambar 12. Impeller untuk arah aksial


Aliran axial
aliran cairan searah sumbu tangki bioreaktor
o Lebih lemah, tapi pencampuran efisien dan digunakan untuk sel mikroba yang
sensitif terhadap gaya geser
o Lebih efektif mengangkat padatan dari dasar tangki.
o Impeler aliran axial digunakan untuk proses yang sensitif terhadap gaya geser,
seperti kultur sel hewan

Gambar 13. Impeller untuk arah radial

DAFTAR PUSTAKA
Bizri, N.J. dan A.L. Wahem. 1994. Citric Acid and Antimicrobials Affect Microbiological
Stability and Quality of Tomato Juice. J. of Food Science 59 (1) : 130-134
Boddy L.M., T. Berges, C. Barreau, M.H. Vainstain, M.J. Johnson dan D.J. Balance. 1993.
Purification and characterisation of an Aspergillus niger invertase and its DNA
sequence. Curr Genet 24: 606.
Broekhuijsen M.P, I.E. Mattern, R. Contreras, dan J.R. Kinghorn. 1993. Secretion of
Heterologons Protein by Aspergillus niger. J.Biotech. 31 : 135-145
Friedrich J., A. Cimerman, dan W. Steiner. 1994. Concomitant Biosynthesis of Aspergillus
niger Pectolytic Enzymes and Citric Acid on Sucrosa. J. Enzym and Microbial
Technology 16 : 703-710
Gupta J.K., L.G. Heding dan O.B. Jorgensen. 1976. Effect of sugars, hydrogen ion
concentration and ammonium nitrate on the formation of citric acid by Aspergillus
niger. ActaMicrobiol Acad Sci Hung 23: 637.
Hang Y.D, D.F. Splittstoessitr, R.E.E. Woodams, dan R.M. Sherman. 1977. Citric Acid
Fermentation of Brewery Waste. J. of Food Science. 42 (2) : 383-388
Hossain M., J.D. Brooks dan I.S. Maddox. 1984. The effect of the sugar source on citric acid
production by Aspergillus niger. Appl Microbiol Biotechnol 19: 3937.
Ji L.N., X.R. Zhao, dan H.Y. Yang. 1992. Effects of Trace Elements on Citric Acid Fermentation
by Aspergillus niger and Treatment of cane Molasses as Raw Material. J. Industriall
Microbiology 22(2) : 16-21
Judoamidjojo M, E.G. Sa'id, dan L. Hartoto. 1989. Biokonversi. PAU-BIOTEK. IPB. Bogor

Judoamidjojo M., A.A. Darwis dan E.G. Sa'id. 1992. Teknologi Fermentasi. CV.Rajawali pers.
Jakarta
Kubicek C.P. dan M. Rhr. 1989. Citric acid fermentation. Crit Rev Biotechnol 4: 33173.
Mangunwidjaja D. dan A. Suryani. 1994. Teknologi Bioproses. Penebar Swadaya. Jakarta
Mattey M. 1992. The production of organic acids. Crit Rev Biotechnol 12:87132.
Okada, G. 1985. Purification and Properties of a Cellulase from Aspergillus niger. J. Biochem. 49
(5) : 1257-1265.
Papagianni M, M. Mattey, M. Berovic dan B. Kristiansen. 1999. Aspergillus niger morphology
and citric acid production in submerged batch fermentation: effects of culture pH,
phosphate and manganese levels. Food Technol Biotechnol 37:16571.
Papagianni M. 1995. Morphology and citric acid production of Aspergillus niger in submerged
culture. PhD Thesis, University of Strathclyde.
Papagianni M. 2007. Advances in citric acid fermentation by Aspergillus niger: Biochemical
aspects, membrane transport and modeling. Biotechnology Advances 25 (2007) 244263.
Rubio M.C. dan M.C. Maldonado. 1995. Purification and characterisation of invertase from
Aspergillus niger. Curr Microbiol 31:803.
Wehner. 1893 dalam Rusmana I. 2005. Petunjuk Praktikum Bioteknologi Mikrobia. FMIPA IPB.
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai

  • Destilasi Vakum
    Destilasi Vakum
    Dokumen4 halaman
    Destilasi Vakum
    Sonia Wulandari
    100% (1)
  • Hydrocyclone For Dewatering
    Hydrocyclone For Dewatering
    Dokumen5 halaman
    Hydrocyclone For Dewatering
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen11 halaman
    Bab Iv
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Komposisi Katalis
    Komposisi Katalis
    Dokumen13 halaman
    Komposisi Katalis
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Laporan Khusus
    Laporan Khusus
    Dokumen28 halaman
    Laporan Khusus
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Soal MTK Vivi 8
    Soal MTK Vivi 8
    Dokumen4 halaman
    Soal MTK Vivi 8
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Hydrocyclone For Dewatering
    Hydrocyclone For Dewatering
    Dokumen5 halaman
    Hydrocyclone For Dewatering
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Komposisi Katalis
    Komposisi Katalis
    Dokumen39 halaman
    Komposisi Katalis
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Laporan 5 New
    Laporan 5 New
    Dokumen44 halaman
    Laporan 5 New
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen7 halaman
    Bab 2
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Hydrocyclone For Dewatering
    Hydrocyclone For Dewatering
    Dokumen5 halaman
    Hydrocyclone For Dewatering
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Destilasi Vakum
    Destilasi Vakum
    Dokumen9 halaman
    Destilasi Vakum
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Glierol Tgs
    Glierol Tgs
    Dokumen23 halaman
    Glierol Tgs
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Analisis Ekonomi
    Analisis Ekonomi
    Dokumen12 halaman
    Analisis Ekonomi
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Soal MTK Vivi 7
    Soal MTK Vivi 7
    Dokumen4 halaman
    Soal MTK Vivi 7
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pap Desain Separator Dua Fasa
    Tugas Pap Desain Separator Dua Fasa
    Dokumen7 halaman
    Tugas Pap Desain Separator Dua Fasa
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Soal MTK Vivi 8
    Soal MTK Vivi 8
    Dokumen4 halaman
    Soal MTK Vivi 8
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Hydrocyclone For Dewatering
    Hydrocyclone For Dewatering
    Dokumen5 halaman
    Hydrocyclone For Dewatering
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pengpro Gherald
    Tugas Pengpro Gherald
    Dokumen4 halaman
    Tugas Pengpro Gherald
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Asam Nukleat Kelompok
    Asam Nukleat Kelompok
    Dokumen16 halaman
    Asam Nukleat Kelompok
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Bhaskoro Abdillah
    Belum ada peringkat
  • 09e00113 PDF
    09e00113 PDF
    Dokumen223 halaman
    09e00113 PDF
    dhika
    Belum ada peringkat
  • Analisis Ekonomi
    Analisis Ekonomi
    Dokumen12 halaman
    Analisis Ekonomi
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Fluidisasi
    Abstrak Fluidisasi
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Fluidisasi
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 TB
    Bab 2 TB
    Dokumen3 halaman
    Bab 2 TB
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat
  • Teori Fluida
    Teori Fluida
    Dokumen17 halaman
    Teori Fluida
    Ta In
    100% (1)
  • Tugas 2 Packing
    Tugas 2 Packing
    Dokumen11 halaman
    Tugas 2 Packing
    Nada Ibtihal Yumna
    Belum ada peringkat