IDENTIFIKASI KORBAN
IDENTIFIKASI KORBAN SECARA OF
Pemeriksaan dental forensik :
Analisis dental record
Pengumpulan data dental: ante mortem dan post mortem
Radiografi forensik
Fotografi forensik
Superimposition
Gigi merupakan salah satu sarana identifikasi yang dapat dipercaya khususnya
bila rekaman data gigi dan roentgen foto gigi semasa hidup disimpan secara
baik dan benar.
Informasi yang dapat diperoleh dari gigi :
Umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, cirri-ciri khas, dan bentuk wajah / raut
muka korban.
4. Fotografi Forensik
Fotografi forensik adalah seni menghasilkan reproduksi yang akurat dari TKP
atau lokasi kecelakaan untuk kepentingan pengadilan atau untuk membantu
dalam penyelidikan. Ini adalah bagian dari proses pengumpulan bukti.
Fotografer forensik harus mampu menghasilkan rekaman visual yang permanen
dari adegan kecelakaan dan kejahatan yang digunakan sebagai bukti di
pengadilan. Mereka juga harus mampu menghasilkan rekaman terperinci dari
semua bukti yang tersedia di lokasi, termasuk ikhtisar foto serta gambar akurat,
bekas sidik jari, jejak kaki, percikan darah, lubang peluru, dan bukti-bukti unik
lainnya di tempat kejadian.
Fotografi merupakan metode yang paling signifikan dalam memberikan bukti
fisik dari bentuk luka pada kulit. Kebutuhan dari bentuk luka pada kulit harus
akurat, dan akan digunakan oleh dokter gigi, pathologist, law enforcement, dan
sistem legal.
5. Superimposition
Ayah
Anak
O, B
O, A
AB
A, B
O, A
O, A, B
AB
A, B, AB
O, B
AB
A, B, AB
AB
AB
AB
Bila pada hasil pemeriksaan secara serologis seseorang mempunyai relasi golongan
darah ganda misalnya golongan darah O dengan B, O dengan A, atau A dan B,
maka hanya ada empat kepastian kemungkinan. Apabila golongan darah aglutinasi
positif maka rhesusnya positif pula, sedangkan apabila aglutinasi negative maka
rhesus faktornya negative.
Cara membuat sediaan ulas dari saliva, yaitu:
Kapas steril/cotton bud dibasahi dengan aqua destilata
Kapas yang telah basah dicelupkan dalam saline solution
Kapas tersebut diulas setengah rotasi bolak-balik di sekitar gigitan atau saliva
yang terdapat di KTP setelah dilakukan pembersihan dengan kuas halus dari
debu yang melekat
Sediaan dibuat 2 kali sehingga terdapat 2 sediaan ulas yang masing-masing 2
atau 3 kali diputar di sekitar saliva
Masukkan sediaan ke dalam test tube dengan di tengah penutup tabung tanpa
kontaminasi dari dinding tabung
Tangkai sediaan ulas dicekatkan pada penutup tabung kemudiaan dimasukkan
ke dalam kotak atau amplop khusus
Lalu dikirim ke laboratorium serologis
Pada kotak amplop dituliskan data-data yaitu tanggal poembuatan sediaan ulas,
tempat pembuatan, kode sediaan ulas dengan urutan tim identifikasi, nama
anggota tim identifikasi yang membuat
Komunikasi dengan laboratorium untuk hasilnya, dan akan diketahui golongan
darah dari analisa air liur
Saliva washing pada pelaku
Apabila pelaku menggigit korban sebelum terjadi pembunuhan atau terjadi aksi
lidah dan bibir pada korban maka dengan mudah di sekitar gigitan tersebut pada
korban dibuat sediaan ulas dengan prosedur seperti di atas. Apabila pelaku
tertangkap maka untuk membuat sediaan ulas harus seizing dari pelaku tersebut
dengan formulir yang baku internasional dengan catatan pemeriksaan tidaklah
memberatkan pelaku. Sediaan ulas yang diperolah dari pelaku dikirim ke
laboratorium maka akan ditemukan golongan darah, untuk pemeriksaan silang
harus diambil sediaan ulas keluarga kandung pelaku.
Hasil analisa negative
Apabila hasil analisa air liur diperoleh hasil yang tidak diharapkan maka terdapat
beberapa kemungkinan, yaitu:
Saliva dari pelaku bukan golongan secretor
Saliva telah mongering mungkin sediaan ulas kurang mengandung air liur
Sediaan ulas terkontaminasi sebelum dilakukan analisa
Kemungkinan kegagalan prosedur laboratories
Analisa laboratoris dengan metode absorpsi-ellusi dari jaringan pulpa gigi dibuat
sebagai berikut:
Gigi yang masih terdapat jaringan pulpa diambil sebagai bahan
Gigi tersebut ditumbuk dalam lubung besi sehingga hancur menjadi bubuk
Bubuk gigi tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang terbagi menjadi 3
tabung
Kemudian ke dalam masing-masing tabung dimasukkan Antisera:
ke tabung I
ke tabung II
ke tabung III
Ketiga tabung tersebut dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan suhu 5
derajat Celcius selama 24 jam sehari semalam.
Kemudian dicuci dengan saline solution sebanyak 7 kali
Larutan saline dibuang dari tabung tetapi endapan tidak dibuang
Ketiga tabung diteteskan aquades sebanyak 2 tetes dengan pipet
Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan dalam suhu 56 derajat Celcius
selama 12 menit
Tabung-tabung tersebut kemudian diangkat dari tungku pemanas
Kemudian ke dalam ketiga tabung tersebut dimasukkan sel indikator A, B dan O
dengan konsentrasi 3-5%
Kemudian ketiga tabung tersebut disentrifuge dengan alat pemutar agar terjadi
penggumpalan (aglutinasi)
Pada tabung yang terlihat penggumpalan merupakan identifikasi golongan
darah hasil analisis laboratoris tersebut. Apabila hasil tersebut sebagai berikut:
Dikatakan positif apabila jelas terlihat dengan visual terjadinya aglutinasi
Apabila hasilnya meragukan maka penggumpalan tidak jelas
Hasilnya dikatakan negatif bila tidak terjadi aglutinasi
Reaksi Negatif
Reaksi negatif atau tidak terjadi aglutinasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Tidak cukupnya antisera yang diberikan ke dalam tabung dibandingkan dengan
antigen yang ada dalan bubuk gigi pada tabung.
Pengaruh saliva atau pemansan yang tidak tepat baik waktu maupun derajat
kepanasan
Pengaruh kelembapan udara dalam reaksi Antigen dengan Antisera selama
penyimpanan
Pengenceran yang salah di dalam tiap tabung
Kurang tepat atau kurang teliti secara visual adanya aglutinasi
Apabila bubuk gigi tidak terdapat anti-H atau anti-Hnya negatif maka gigi
tersebut tidak terdapat antigen dengan demikian tidak terjadi reaksi antara
antigen dengan antisera.
Eritrosit dapat diperiksa atau diketahui dengan sediaan pulpa gigi hanya 131
hari sejak kematian.
1. Ras
Ada tiga ras besar di dunia yaitu ras Kaukasoid, Mongoloid, dan Negroid.
Ras tidak berhubungan dengan warna kulit. Ras Kaukasoid mencakup penduduk
lokal dari daratan Eropa, Afrika Utara, Asia Barat (Middle East), Asia Tengah, dan
Asia Selatan.
Sedangkan yang termasuk ke dalam ras Negroid adalah orang-orang yang memiliki
nenek moyang Afrika Hitam (Black African ancestry) yaitu penduduk lokal dari
Afrika Tengah dan Afrika Selatan.
Caucasoid skull drawings (left from Bass 1986:84, right from France
2003:239).
Negroid skull drawings (left from Bass 1986:85, right from France
2003:238).
Mongoloid skull drawings (left from Bass 1986:86, right from France
2003:240).
Gambar perbandingan outline tulang tengkorak kepala anterior dan lateral ras
Kaukasoid (kiri), ras Negroid (tengah), dan ras Mongoloid (kanan).
Namun untuk membedakan secara fenotip, pria dan wanita dapat dibedakan
melalui karakteristiknya, baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku, yang
dapat diamati, yang diatur oleh genotip dan lingkungan serta interaksi keduanya.
Salah satu cara identifikasi jenis kelamin manusia pada pemeriksaan forensik,
khususnya forensik dental, dilakukan melalui pemeriksaan gigi-geligi, tulang
rahang, dan antropologi ragawi. Identifikasi jenis kelamin melalui gigi-geligi dapat
dilakukan pada berbagai kondisi mayat, misal: terbakar, tenggelam, dll (masih ada
jaringan ikatnya). Sedangkan identifikasi jenis kelamin melalui tulang rahang dan
antropologi ragawi akan sangat akurat apabila mayat korban telah menjadi
tengkorak, misal: korban ditemukan bertahun-tahun dari waktu kejadian,
identifikasi bongkar kubur, dll (sudah tidak ada jaringan ikatnya).
a. Identifikasi Jenis Kelamin melalui Gigi-geligi
Menurut Cottone and Baker (1982), identifikasi jenis kelamin melalui gigi-geligi
antara prian dan wanita dapat disimpulkan sebagai berikut:
Gigi-geligi
Outline bentuk gigi
Lapisan email dan dentin
Bentuk lengkung gigi
Ukuran
cervico-incisal,
Wanita
Relatif lebih kecil
Relatif lebih tipis
Cenderung oval
Lebih kecil
Pria
Relatif lebih besar
Relatif lebih tebal
Tapered
Lebih besar
bawah
Outline incisive pertama
Lebih bulat
Lebih persegi
atas
Lengkung gigi
mesio-distal
caninus
b. I
d
e
n
t
i
f
i
k
a
s
i
1.2
Identifikasi Lengkung Rahang Bawah
Pria:
Relatif jarak mesio-distal gigi-geligi lebih besar sehingga lengkung rahangnya
lebih besar
Wanita:
Relatif jarak mesio-distal gigi-geligi lebih besar sehingga lengkung rahangnya
lebih besar
1.3
bidang
horizontal
lebih
panjang
Pria
Wanita
Tengkorak
Ukuran keseluruhan
Supra orbital ridge
Besar
Agak rata
Kecil
Menonjol
Processus mastoideus
Regio
dan
foramen
Sedang ke besar
Kasar
dan
sedikit
sedang
Kecil ke sedang
Lebih halus dan kecil
occipitalis
Eminentia frontalis
Eminentia parentalis
Tulang orbita
besar
Kecil
Kecil
Segiempat
Besar
Besar
Bundar dengan tepi
Tulang ubun-ubun
Tulang pipi
tepi bulat
Landai, sedikit bulat
Tebal, lengkung ke
lateral
dengan
<
tajam
Bentuk vertical
Halus, cekung
ke
Ketiga hal tersebut di atas dituangkan dalam suatu diagram yang disebut dengan
Incremental Line. Penelusuran penggunaan diagram ini dengan menarik garis
vertikal dari tanda mahkota (segitiga hitam) = Huruf Cr, dari tanda segiempat
kosong sebagai akar = Huruf R. Perkiraan ini terdapat standar deviasi yang
dimaksud waktu penyimpangan dengan plus 1 (+1) dan plus 2 (+2) atau minus 1 (1) dan minus 2 (-2). Artinya perkiraan bisa lebih cepat dengan tanda plus (+),
perkiraan bisa lebih lambat dengan tanda minus (-). Tanda 1 berarti 1 tahun, tanda
2 berarti 2 tahun.
bahwa ditemukannya kalsifikasi yang merata pada jaringan atap pulpa gigigeligi atap permanen sebagai reaksi traumatik oklusi.
d. The Thickness Of Cementum Around The Root
Dengan bertambahnya usia maka akan bertambahnya tebal jaringan
cementum pada akar gigi. Pembentukan ini oleh karena perlekatan seratserat periodontal dengan aposisi yang terus menerus dari gigi tsb selama
hidup merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi.
e. Transluecency Of The Root
Bertambahnya usia terjadilah proses kristalisasi dari bahan-bahan mineral
akar gigi hingga jaringan dentin pada akar gigi berangsur-angsur mulai dari
akar gigi ke arah cervikal menjadi transparan. Translusensi dentin ini dimulai
pada dekade ketiga dari tebal tubular dentin 5 milimicron sehingga pada
usia 50 tahun tebal tubular dentin hanya 2 micron hingga pada usia 70 tahun
tebal tubular dentin tinggal 1 micron.
f. Root Resorption
Resorpsi akar gigi tetap akibat tekanan fisiologis dengan bertambahnya
umur. Mili demi mili diukur olehnya dalam penentuan umur akibat
penggunaan gigi.
Identifikasi
korban
menggunakan gigi
melalui
gigi
berdasarkan
kebiasaan
Identifikasi
Korban
Menggunakan Gigi
Melalui
Gigi
Berdasarkan
Pekerjaan
Bagi mereka yang mempunyai pekerjaan dengan menggunakan gigi antara lain
tukang jahit, penata rambut/ pegawai salon, tukang kayu makan akan terlihat atrisi
permukaan oklusi sesuai dengan benda keras yang digunakan dalam pekerjaannya.
a. Misalnya tukang jahit akan menggigit jarum baik diameter kecil sampai
diameter besar
b. Bagi penata rambut makan akan terlihat pada gigi insisif sentral khususnya.
Suatu atrisi pada gigi atas dan bawah yang berbentuk rongga sesuai dengan
jepit rambut karena sebelum menata rambut tamunya, ia menggigit jepit rambut
beberapa buah pada gigi insisifnya, rongga tsb sesuai dengan jepit rambut yang
kecil maupun yang besar.
c. Bagi para pekerja bangunan khususnya yang dianggap sebagai tukang kayu
maka ia dalam melakukan pekerjaannya sebelum memaku kayu atau papan
maka ia akan menggigit paku pada gigi depannya. Maka gigi depan tsb akan
atrisi berbentuk bulat sesuai dengan paku yang digunakan, derajat atrisi bisa
kecil sampai besar sesuai dengan diameter paku. Tukang kayu ini biasanya
memaku kayu dengan menggunakan tangga pada bangunan tingkat satu atau
lebih sehingga ia membawa paku pada saku celana kiri dan kanan mungkin
seberat 1 kg atau lebih dan kemudian ia mengambil beberapa paku untuk digigit
sebelum digunakan untuk memaku papan atau kayu.
Gigitan ganda
Pola ovoid/eliptikal.
Suatu seri dari memar yang berbentuk huruf C yang menghadap satu sama
lain membentuk pola ovoid pada garis luarnya.
Tanda gigitan luka pada manusia banyak memiliki berbagai macam ciri-ciri
dan memperlihatkan berbagai macam variasi yang tergantung dari berbagai
faktor.
Bila ada bekas gigitan, maka perlu tindakan:
Dibuat foto close up, hitam putih dan dilengkapi dengan mistar ukur
Dibuat usapan disekitar luka bekas gigitan dengan kapas yang dibasahi
saline solution sebagai bahan pemeriksaan saliva.
Air liur golongan darah.
Kelas I : Pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisif dan kaninus
Kelas II : Pola gigtan seperti kelas I namun terlihat pola gigitan cusp bukal dan
lingual namun gigitannya masih sedikit
Kelas III : Derajat luka lebih parah dari kelas II, permukaan gigit insisif telah
menyatu akan tetapi dalamnya lebih parah
Kelas IV : Terdapat luka pada kulit dan otot dibawah kulit yang sedikit
terlepas/ rupture sehingga terlihat pola gigitan irreguler
Kelas V : Terlihat luka yang menyatu pola gigitan insisif, kaninus dan premolar
baik pada rahang atas maupun bawah
Kelas VI : Memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari rahang atas, rahang
bawah dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas seasuai dengan kekerasan
oklusi dan pembukaan mulut
Bitemark memiliki 4 derajat variasi, yaitu grade 1: hiperemia. Grade 2: cekungan
pada kulit berbentuk luka lecet. Grade 3: luka terbuka pada jaringan subkutan.
Grade 4: luka terbuka sampai hilangnya jaringan. Ukuran dari luka bekas gigitan
juga bervariasi, dapat dikarenakan ukuran gigi geligi dan lengkung gigi, juga besar
dari lipatan tubuh yang terkena gigitan.
Berbagai Jenis Pola Gigitan Pada Manusia :
a. Pola gigitan heteroseksual : Hubungan intim antara pria dan wanita
Pola gigitan dengan aksi lidah dan bibir
Pola gigitan pada organ genital : istri/teman selingkuhnya cemburu buta
Pola gigitan pada sekitar organ genital : pelampiasan akibat cemburu buta
Pola gigitan pada organ mammae : luka pola gigitan biasanya yang dominan
adalah gigitan kaninus dan gigi seri hanya sedikat atau hanya memar
b. Pola gigitan pda penyiksaan anak : terjadi pada seluruh lokasi/ balita yang
dilakukan oleh ibunya sendiri. Disebabkan gangguan psikis ibunya terhadap
kenakalan/kerewelan anaknya
c. Pola gigitan child abuse : akibat faktor-faktor iri dan dengki dari teman
ibunya/tetangganya karena anak itu lebih pandai, lincah dan lain2. Lokasinya
biasanya di daerah punggung, bahu atas dan leher
d. Pola gigitan anjing : Akibat penyerangan peliharaan, bisa terjadi tanpa atau
dengan instruksi dari peliharannya.
Pola gigitan anjing : serangan atau atas perintah pawangnya atau induk
semangnya C/o : Polisi menjajarkan untuk mengejar tersangka
Pola gigita hewan pesisir pantai : Korban yang sudah meninggal beberapa
hari/beberapa minggu dan dibuang ke tepi pantai, akan digerogoti hewanhewan laut seperti kerang, tiram
Pola gigitan hewan peliharaan : karena hewan tsb tidak diberi makan dalam
beberapa waktu yang lama
e. Pola gigitan homoseksual/lesbian : Biasanya ada di sekitar organ genital yaitu
paha, leher dan lain2
f. Luka pada tubuh korban menyerupai pola gigitan : Pada mereka yang menderita
depresi berat sehingga ia nekad melakukan bunuh diri
Lip Prints (Sidik Bibir)
Cheiloscopy adalah teknik penyelidikan forensik yang berhubungan dengan
identifikasi manusia berdasarkan jejak bibir. Keunikan jejak bibir pada setiap
individu manusia dapat digunakan untuk membantu proses identifikasi korban dan
mendapatkan informasi kriminalistik tersangka kejahatan.
Pola Sidik Bibir
Pola sidik bibir tergantung dari posisi mulut, apakah mulut dalam keadaan terbuka
atau tertutup. Dalam keadaan tertutup, pola bibir/groove pada bibir terlihat jelas.
Sedang pada posisi mulut yang terbuka pola bibir tidak dapat terlihat jelas dan sulit
untuk diinterpretasikan.
Sidik bibir tidak dapat berubah, permanen dan sidik bibir memiliki klasifikasi. Pada
tahun 1967, Santos merupakan orang yang pertama kali mengklasifikasikan pola
bibir. Klasifikasi pola garis bibir dibagi menjadi 4, yaitu:
Garis lurus
Gari melengkung
Garis miring
Berbentuk sinus-line
Berdasarkan pola garis pada bibir tersebut,
mengklasifikasikan pola kerutan bibir yang meliputi:
Tsuchihashi
dan
Suzuki
Tipe I: Clear-cut groove run vertically across lip: groove vertical melintasi
seluruh bibir
Tipe V: Other patterns : pola lain yang tidak termasuk dalam Tipe I-V
Lip prints lebih dapat dipercaya dalam penentuan jenis kelamin daripada palatal
rugae pattern (sidik palatal). Menurut Vahanwala et.al., penentuan pola berdasarkan
banyaknya sifat garis pada bibir bawah bagian tengah. Deskripsi lip prints berkaitan
dengan penentuan jenis kelamin meliputi:
KESIMPULAN :
Bite mark atau jejas gigitan pada kulit adalah suatu pola dari cedera pada kulit yang
dihasilkan oleh gigi. Bite mark digunakan dapat untuk pemeriksaan suatu kasus
kejahatan misalkan pada kasus pembunuhan, kekerasan seksual, penyiksaan anak,
kekerasan dalam rumah tangga, dan penganiayaan.
Sidik Bibir (Lip Prints) adalah garis dan fisur normal dalam bentuk kerutan-kerutan
dan groove pada zona transisi bibir manusia, antara mukosa labial dan kulit luar. Lip
prints atau sidik bibir dapat digunakan untuk membantu proses identifikasi korban
dan mendapatkan informasi kriminalistik tersangka kejahatan. Pemeriksaan lip
prints dikenal dengan nama cheiloscopy.
Palatal rugae adalah irregular, asimetris ridges dari membran mukosa yang meluas
ke lateral dari papila insisif dan bagian anterior palatal raphe. Palatal rugae
berfungsi untuk memfasilitasi transportasi makanan melalui rongga mulut,
mencegah hilangnya makanan dari mulut, dan berpartisipasi
dalam proses
pengunyahan. Selama ini sudah banyak penelitian mengenai palatal rugae untuk
berbagai penggunaan, dan telah terbukti bahwa palatal rugae dapat digunakan
untuk mengidentifikasi seseorang karena keunikan dan stabilitasnya di setiap
individu serta biayanya yang murah. Palatal rugae dianggap relevan untuk
identifikasi manusia karena kestabilannya dan setara dengan sidik jari, yang khas di
setiap individu.
Kekerasan pada anak (child abuse) merupakan perlakuan dari orang dewasa atau
anak yang usianya lebih tua dengan menggunakan kekuasaan atau otoritasnya,
terhadap anak yang tidak berdaya yang seharusnya berada di bawah tanggungjawab dan atau pengasuhnya, yang dapat menimbulkan penderitaan,
kesengsaraan, bahkan cacat.
Pengumpulan bukti bitemark dengan UNTUK KORBAN :
Pembuatan Foto Bitemark
Pengambilan Swab Saliva
Pembuatan Impresi Bitemark
Pengambilan Jaringan
Pembuatan foto bitemark :
Film berwarna dan hitam putih.
Foto orientasi umum
Foto close up dengan skala ABFO no 2
Foto serial
Pembuatan inpresi bitemark :
Membuat cetakan permukaan bitemark untuk dipelajari
Bahan :
Vinyl polysiloxane
Pengambilan jaringan :
Pada korban mati
Kulit dan jaringan lokasi bitemark dieksisi & diawetkan dengan formalin 10 %
5. Evaluasi Bitemark
Pengamatan sistematis : gross feature individual features
Bentuk, kelengkungan, garis tengah, jejas penyerta.
Individual teeth, missing teeth, rotation, mal alignment.
2. Evaluasi gigi tersangka
Gross features individual features
Evaluasi pola gigitan ( wax, styrofoam )
3. Teknik Perbandingan
Life size comparison superimposition
direct method
indirect method
Assisted comparison
DIRECT METHOD
Model gigi tersangka langsung diletakkan di atas foto, kemudian tepitepi dari bagian yang sama disatukan
Keuntungan : model dapat digerakkan untuk mengilustrasikan
dinamika gigitan dan menunjukkan adanya garukan.
INDIRECT METHOD
Model gigi tersangka
transparent overlay
foto bitemark
Overlay :
- Model acetate film
- Model foto ( sinar oblique ) acetate film
- Model fotokopi acetate film
- Modelwax bite bahan radioopaquex ray film
Assisted comparison
Prosedur : sederhana rumit
Perbandingan ukuran, kontur
Dilakukan jika bite mark tidak terlihat jelas
Bite mark dan model gigi tersangka dibandingkan dalam hal ukuran
(misal: membandingkan jarak antar titik-titik/sudut-sudut tertentu),
kontur sampai penampilan yang tampak pada komputer (misal :
memperjelas tepi bekas gigitan)
Teknik khusus
Xenoradiograph dan transiluminasi
Biopsi dan pemeriksaan histiologi
Fotografi ultraviolet
Proses evaluasi bitemark meliputi : pengumpulan bukti bitemark dari korban,
pengumpulan bukti dari tersangka, serta analisis bitemark
Pengumpulan bukti bitemark dari korban terdiri atas proses pebuatan foto
bitemark, pengambilan swab saliva, pembuatan impresi bitemark, dan
pengambilan jaringan.