Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi Diare
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode
diare berat (Simatupang, 2004).
Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4
kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih
dari 3 kali (Simatupang, 2004).
2.1.2 Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002), diare
akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling
berhenti lebih dari 2 hari.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare
tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 25% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang
hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat,
apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% dari berat badan.
b. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan


kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan
metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut
(Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten
dan berlangsung 2 minggu lebih.
2.1.3 Epidemiologi Diare
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada
tahun 2000 adalah 301 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5
episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate
(CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Kejadian diare
pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan
secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang
sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi
dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003).
2.1.4 Penyebaran Kuman yang Menyebabkan Diare
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain:
a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi
yang tidak diberi ASI, risiko untuk menderita diare lebih besar daripada bayi yang
diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
b. Menggunakan botol susu
Penggunaan botol ini memudahkan penemaran oleh kuman, karena botol susu
susah dibersihkan.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar
dan kuman akan berkembang biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar

Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah.
Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau
apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar
Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu, tinja binatanga
dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2.1.5 Faktor Pejamu yang Meningkatkan Kerentanan terhadap Diare
Beberapa faktor pada pejamu dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun
ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi balita terhadap berbagai kuman
penyebab diare, seperti Shigella dan V. Cholera.
b. Kurang gizi
Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anakanak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.
c. Campak
Diare dan disentri terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan
kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefisiensi atau imunosupresi
Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus
(seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita
Autoimune Deficiensy Syndrome (AIDS). Pada anak imunosupresi berat, diare
dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung
lama.

e. Umur
Diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55%).
2.1.6 Faktor Lingkungan dan Perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penysihakit yang berbasis lingkungan.
Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua fiaktor
ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena teremar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare (Depkes RI, 2002).
2.2 Pendekatan Epidemiologi
2.2.1

Definisi Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari kata Yunani yaitu epi= atas, demos= rakyat, populasi
manusia, dan logos=ilmu. Secara keseluruhan epidemiologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu tentang masyarakat. Terkait dengan kesehatan masyarakat epidemiologi
didefinisikan sebagai suatu studi tentang distribusi, frekuensi, determinan ksesehatan
yang berkaitan dengan keadaan atau kejadian kesehatan dalam populasi tertentu.
Epidemiologi sebagai cabang dari ilmu Kesehatan Masyarakat, memiliki peran dalam
mempelajari permasalahan penyakit yang timbul dalam suatu kelompok, seberapa
sering masalah tersebut timbul, distribusinya dan kemudian menjelaskan apa saja
faktor-faktor dari masyarakat yang menyebabkan timbulnya permasalahan kesehatan
tersebut. Tujuan epidemiologi adalah mendapatkan, menginterpretasikan dan
menggunakan informasi-informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan mengurangi penyakit.
Dengan melihat definisi epidemiologi tersebut batasan dari epidemiologi
menunjuk pada permasalahan kesehatan dalam suatu kelompok masyarakat serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari batasan ini dapat dilihat tiga hal pokokdari
epidemiologi yakni:
1. Frekuensi masalah kesehatan
Menunjuk kepada besarnya masalah kesehatan pasa sekelompok manusia. Ada dua
hal pokok yang harus dilakukan untuk menentukan frekuensi masalah kesehatan

yaitu menemukan masalah kesehatan serta pengukuran atau masalah kesehatan


yang ditemukan tersebut.
2. Penyebaran masalah kesehatan
Menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut keadaan tertentu.
Dalam epidemiologi dibedakan menjadi tiga variabel yaitu:
a. Variabel manusia, yaitu karakter orang yang terkena masalah kesehatan.
Meliputi umur, jenis kelamin, kelas sosial, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan,
status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga, dan paritas.
b. Variabel tempat, yaitu karakter tempat dimana masalah kesehatan terjadi.
Meliputi tempat, kecamatan, kabupaten, propinsi, pantai, pedesaan, dan
perkotaan.
c. Variabel waktu, yaitu karakter waktu ketika masalah kesehatan terjadi. Meliputi
hari, bulan, tahun, dan musim.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Yang dimaksud disini adalah faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik
frekuensi, penyebaran ataupun yang menyebabkan munculnya masalah kesehatan
2.2.2

itu sendiri. (Azwar Azrul, 1999)


Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi merupakan

konsep

dasar

epidemiologiyang

memeberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan
dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga ini merupakan
gamabaran interaksi antara tiga faktor yakni host (penjamu), agent (faktor penyebab),
dan envirinment (lingkungan). Keterhubungan antara penjamu, agen, dan lingkungan
ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan pada
seorang individu yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan
segitiga inilah yang akan menimbulkan status sakit.
1. Faktor penjamu
Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan
antropoda, yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit.

Faktor penjamu yang berkaitan dengan kejadian penyakit dapat berupa: umur, jenis
kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh, dan status gizi.
2. Faktor agen
Agen adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agen ini adalah
sendiri, misalnya pada penyakit-pemyakit infeksi, sedangkan yang lain bisa terdiri
dari beberapa agen yang bekerja sama, misalnya pada penyakit kanker. Agen dapat
berupa unsur biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi, dan unsur fisika.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa
2.2.3

lingkungan fisik, biologis dan sosial.


Sembilan Pertanyaan Epidemiologi
Epidemiologi berkaitan langsung dengan penataan (manajemen) pelayanan
kesehatan yang bertindak sebagai dasar untuk penentuan keputusan atau kebijakan.
Sembilan pertanyaan epidemiologi meliputi:
A. Identifikasi masalah
P1: Apa masalah kesehatan yang terjadi?
Jenis masalah kesehatan yang diidentifikasi meliputi:
1. Penyakit
Keberadaan suatu penyakit sebagai suatu masalah epidemiologi:
a. Frekuensi, meliputi insiden dan prevalensi
b. Trend (kecenderungan), yaitu 3-5 periode waktu
c. Severity, yaitu berat ringannya penyakit
d. Posisi (ranking)
e. Preventability
2. Kematian
Besarnya angka kematian secara umum (misal CDR, AKB, AKI) maupun
angka kematian yang berhubungan dengan penyakit (misal CFR).
3. Kinerja
Keadaan kinerja suatu program berdasar nilai indikator kinerja, misal:
a.
Kinerja imunisasi, misalnya Desa UCI
b.
Kinerja penatalaksanaan penyakit TB, misalnya Error Rate dan CDR
4. Sistem
Menggunakan pendekatan sistem:
a. Input
b. Proses
c. Outuput
B. Besaran dan distribusi masalah
P2 : Seberapa banyak?
Besaran ukuran untuk menggambarkan karakteristik kelompok.
P3 : Kapan masalah tersebut muncul?

Menjelaskan waktu masalah kesehatan terjadi. Diukur dengan satuan waktu,


yaitu menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun sesuai kebutuhan untuk penyakit
sesuai masa inkubasi penyakit
P4 : Di mana permasalahan muncul?
Menggambarkan distribusi suatu masalah kesehatan berdasarkan hal-hal
khusus yang ada atau tidak pada suatu daerah, meliputi geografis, keadaan
penduduk dan pelayanan kesehatan
P5 : Siapa yang terkena?
Menggambarkan masalah kesehatan menurut ciri-ciri orang yang terkena
penyakit, misalnya:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Golongan etnis
4. Status perkawinan
5. pekerjaan
C. Analisis
P6 : Mengapa permasalahan ini muncul? Apa saja faktor utama yang terlibat?
D. Tindakan atau intervensi yang telah dilakukan
P7 : Tindakan apa yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah?
P8 : Hasil apa yang telah diperoleh dan apa kesulitan yang dialami?
P9 : Apa solusi alternatif yang harus dilakukan?
2.3 Metaplan
2.3.1

Definisi Metaplan
Metaplan adalah kegiatan diskusi untuk menggali ide atau pendapat
masyarakat tentang suatu masalah

secara individu dan membangun komitmen

pendapat atas hasil individu sebagai keputusan kelompok secara bertahap. Metaplan
sebagai metode atau teknik fasilitasi dengan menggunakan media kartu berbagai
warna untuk mengumpulkan, mendiskusikan, dan mengembangkan gagasan atau
pendapat, serta menyepakati berbagai hal.
Metaplan adalah sistem pengumpulan ide atau pendapat dari sekelompok
orang yang saling bekerjasama. Metode ini dimulai oleh Eberhard Schnelle di
Hamburg. Moderator yang sangat berpengalaman mampu mengatasi komplesitas
2.3.2

pemecahan masalah dan inovasi suatu organisasi.


Kegiatan Metaplan
Kelompok Kegiatan metaplan terdiri dari 5 orang, meliputi 1 fasilitator, 1 co
fasilitator, 2 orang notulis, dan penanggung jawab dokumentasi.
Tugas dalam kegiatan metaplan:
5. Fasilitator

Memimpin diskusi sebanyak 8-12 orang. Tanpa ceramah, hanya melakukan


resume.
6. Co fasilitator
Membantu fasilitator untuk mempersiapkan tempat, alat tulis, kertas dan selotip.
7. Notulis pertama
Mencatat kegiatan diskusi metaplan.
8. Notulis kedua
Mencatat kegiatan termasuk tentang penjelasan metaplan untuk laporan metaplan

2.3.3

dan membawa untuk walking seminar.


9. Bagian dokumentasi
Bertanggungjawab terhadap dokumentasi foto dan seluruh data metaplan.
Prosedur Metaplan
1. Persiapan kelompok,
Meliputi pembagian kerja dan penjabaran konsep menjadi pertanyaan diskusi
2. Pengenalan problema kepada peserta metaplan.
3. Menggali pendapat peserta.
Pendapat peserta secara bebas ditulis pada kertas bentuk segi empat (meta) sesuai
dengan tujuan metaplan. Tujuan metaplan dapat hanya untuk kebenaran masalah,
menggali akar masalah atau mencari solusi masalah dari pendapat peserta. Dalam
curah pendapat (brain storming) adalah penting dimana setiap ide bebas
disampaikan tanpa diadili kebenaran atau kesalahan. Kemudian semua kartu
dikumpulkan dan ditempel pada papan tulis yang dialasi dengan kertas coklat.
4. Pengelompokan pendapat
Saat itu ide mulai diproses. Kartu disusun sesuai kategori dan hasilnya
menunjukkan temuan baru yang tidak disadari oleh satu orang. Diskusikan setiap
jawaban untuk membangun komitmen antar peserta.

Apabila terdapat suatu

jawaban yang berbeda atau berlawanan kembalikan solusinya kepada peserta,


apakah jawaban tersebut masuk salah satu kategori atau masuk kategori baru atau
dibuang dari jawaban.
5. Mengatur alur pikir dalam tahapan metaplan Diskusikan setiap langkah untuk
2.3.4

membangun komitmen antar peserta.


Keunggulan Metaplan
1. Mampu menggali pendapat individu. Hak individu sama dalam mengemukakan
pendapat tanpa takut karena memakai media tulisan tanpa nama.
2. Mampu membangun kesepakatan tanpa bentrok kepentingan.
3. Peserta tidak homogen.
4. Merupakan media pembelajaran dewasa.
5. Perbandingan keunggulan metaplan dibanding dengan fokus grup diskusi (FGD)
adalah : fasilitator dalam FGD harus mampu mendengarkan suara kecil atau yang
pelan yang biasanya disuarakan oleh seorang yang merasa ragu atau direndahkan
kedudukan atau kemampuannya dibanding peserta lain. Sedangkan metaplan

semua pendapat dapat ditangkap oleh fasilitator melalui media tulis tanpa
memberikan identitats penulis.
6. Dapat dipakai untuk menggali solusi permasalahan bukan hanya bidang kesehatan.
7. Dapat dipakai untuk kelompok usia mulai 8 tahun
2.4 Nominal Group Technique (NGT)
2.4.1 Definisi Nominal Group Technique
Nominal Group Technique (NGT) adalah salah satu quality tools yang
bermanfaat dalam mengambil keputusan terbaik. Nominal Group Technique (NGT)
merupakan proses pencarian solusi sebuah masalah yang meliputi proses identifikasi,
pencarian solusi umum, dan penetapan keputusan. Dalam quality management,
metode ini dapat digunakan untuk berbagai hal, mulai dari mencari solusi
permasalahan, hingga memilih ide pengembangan produk baru. Sehingga, nantinya
prioritas masalah inilah yang akan ditindaklanjuti dengan rencana intervensi.
Nominal Group Technique (NGT) adalah suatu metode untuk mencapai
konsensus dalam suatu kelompok, dengan cara mengumpulkan ide-ide dari tiap
peserta, yang kemudian memberikan voting dan ranking terhadap ide-ide yang mereka
pilih. Ide yang dipilih adalah yang paling banyak skor-nya, yang berarti merupakan
konsensus bersama. Metode ini dapat menjadi alternatif brainstorming, hanya saja
konsensus dapat tercapai lebih cepat.
2.4.2 Langkah-langkah Nominal Group Technique (NGT)
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007) menjelaskan bahwa langkah-langkah
dalam melakukan Nominal Group Technique (NGT) sebagai berikut:
1. Nominal Group Activity (Silent Generation of Ideas in writing)
Peserta diminta untuk menuliskan masalah pada from Nominal Group Technique
(NGT) dengan tanpa suara. Masalah boleh ditulis sebanyak-banyaknya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ketua atau moderator antara lain:
a. Peserta diminta memikirkan kembali apa yang telah selesai ditulis.
b. Menggunakan sanksi bagi mereka yang berbicara atau mengacaukan jalannya
proses.
c. Peserta yang telah selesai menulis tidak diperkenankan mempengaruhi peserta
yang lain.
2. Recorded Round Robin Procedur (Round Robin Listing Of Ideas On Flip Chart)
Ketua atau moderator akan menuliskan semua ide dari form pada sebuah flip
chart (tanpa formnya dikumpulkan). Setiap peserta diminta untuk menyampaikan
atau membacakan ide yang telah ditulis pada form NGT, untuk ditulis pada kertas
flip chart. Sebaiknya setiap peserta menyampaikan satu ide saja dulu, agar
memberikan kesempatan pada peserta yang lain. Bagi peserta yang mendapat
kesempatan menyampaikan ide, tetapi ide yang ingin disampaikan sudah

disampaikan oleh peserta lain maka peserta tersebut dapat menyatakan PAS,
kemudian lanjutkan dengan peserta berikutnya.Hal ini diulang lagi pada peserta
pertama (jika masih punya ide yang belum tersampaikan) sampai semua ide telah
tertulis pada kertas flip chart.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketua atau moderator:
b. Pencatat tidak diperkenankan untuk mengklarifikasi, menambah, atau
mengurangi ide peserta.
c. Hindarkan diskusi setiap ide yang ditulis.
d. Peserta diperkenankan engacungkan tangan apabila ada duplikasi ide.
3. Discussion (Serial Discussion Of Ideas)
Tahap ini merupakan kesempatan bagi peserta untuk mendiskusikan ide-ide yang
telah ditulis pada kertas flip chart, dengan pedoman diskusi sebagai berikut:
a. Peserta diminta mendiskusikan ide-ide yang telah ditulis untuk mengklarifikasi
(minta penjelasan maksud dari ide). Ketua atau moderator meminta peserta
yang menyampaikan ide tersebut memberikan penjelasan tanpa ada
argumentasi.
b. Hindarkan penggabungan atau penghilangan salah satu ide.
c. Ide yang luas atau abstrak dirumuskan untuk menjadi lebih spesifik.
4. Voting Priority
a. Listing dan penentuan ranking
1. Setiap peserta diminta membuat daftar ide-ide yang paling penting dari
yang ada pada kertas
2. Kemudian kertas dikumpulkan, diserahkan pada pencatat dan dituliskan
pada kertas flip chart.
3. Hasil yang diharapkan adalah mempertajam fokus masalah, sehingga
mempermudah dalam penyusunan prioritas, jumlah ide yang perlu disusun
menurut urutan pentingnya masalah sudah dapat ditentukan atas dasar
kesepakatan bersama
b. Penetuan ranking kedua
1. Dari prioritas ide yang telah didapatkan, dapat dilanjutkan dengan meminta
peserta melakukan ranking ulang terhadap ketiga prioritas ide tersebut. ide
yang penting diberi nilai terendah (nilai 1) dan ide yang tidak penting
diberi nilai tertinggi (nilai 3), sesuai dengan jumlah ide yang akan disusun
menurut prioritasnya.
2. Kumpulkan hasinya, dan tulis pada kertas flip chart dan sajikan hasil akhir
NGT yang berupa urutan prioritas.
5. Diskusi Hasil (Discussion of Vote)
Mendiskusikan hasil prioritas yang telah dilakukan untuk mendapatkan komentar,
masukan untuk mencapai kesepakatan bersama. Apabila ada yang masih belum
puas maka tahap 4 bisa diulang kembali pada tahap 6. Apabila urutan prioritas

sudah disepakati, maka proses NGT selesai dan hasil kesepakatan tersebut menjadi
keputusan final.
6. Silent Rerank and Rate of Priorities
Tahap ini digunakan apabila hasil pada tahap 5 masih belum mendapatkan
kesepakatan. Urutan prioritas tahap ini adalah final.
2.4.3 Keuntungan Nominal Group Technique (NGT)
1. Banyak ide yang dihasilkan
2. Berguna untuk mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi solusi dan menetapkan
prioritas.
3. Mendorong semua orang untuk berkontribusi dan mencegah orang dari
mendominasi diskusi.
4. Menjadikan peserta adalah anggota yang sama dari kelompok.
5. Melibatkan setiap anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan.
6. Setiap orang yang berbeda menunjukkan berbagai perspektif dan prioritas yang
berbeda.
7. Gagasan tertulis mendorong komitmen para peserta mengambil bagian dalam aksi
yang direncanakan.
8. Membutuhkan hanya satu fasilitator terampil.
2.4.4 Kekurangan Nominal Group Technique (NGT)
1. Mengasumsikan setiap peserta bisa membaca dan menulis
2. Anggota kelompok harus membuat diri mereka tersedia untuk waktu yang
diperlukan.
3. Ide-ide dapat sakit informasi atau tidak praktis
4. Nominal Group Technique menjadi sukses mereka yang berwenang harus
menerima kesimpulan mereka atau mereka harus berpartisipasi dalam kegiatan itu
sendiri.

Daftar Pustaka:

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23245/4/Chapter%20II.pdf
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf
https://karyatulisilmiah.com/mengenal-epidemiologi/?upm_export=pdf
https://www.scribd.com/doc/186253657/PENDEKATAN-EPIDEMIOLOGI
http://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/6._bottom_up_planing_dan_metaplan.p
psx
www.hendrik.id/2015/04/nominal-group-technique-ngt.html
ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/2._ngt_ppt.pdf

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal Agama
    Soal Agama
    Dokumen1 halaman
    Soal Agama
    Fay'Sal Arri Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Vit D & K
    Vit D & K
    Dokumen5 halaman
    Vit D & K
    Fay'Sal Arri Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Akk Soal
    Akk Soal
    Dokumen2 halaman
    Akk Soal
    Fay'Sal Arri Wibowo
    Belum ada peringkat
  • AGAMA To Edit
    AGAMA To Edit
    Dokumen6 halaman
    AGAMA To Edit
    Fay'Sal Arri Wibowo
    Belum ada peringkat