Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEJAHATAN PENCURIAN DALAM TINDAK PIDANA TERTENTU


Disusun oleh :
Mey Lina

( 2101140242 )

Hotking Kristian Manalu

( 2101140230 )

Sukiman Nahampun

( 2101140295 )

Bobby Patrya Ginting

( 2101140254 )

Heida Gita Kartika

( 2101140343 )

Sulistyo Triwibowo

( 2101140359 )

Muhammad Nurdiansyah Daulay

( 2101140240 )

Ina Budiharti

( 2101140305 )

Lutfia Al Muharimah

( 2101140346 )

Kelompok
Kelas
Mata Kuliah
Dosen

:
:
:
:

3
Kimia 64
Tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP
Bapak Alam Setia Zain, SH, MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG KARNO
2015

KEJAHATAN PENCURIAN

I.

PENDAHULUAN

Pencurian telah menjadi peristiwa yang melegenda sepanjang sejarah manusia,


usianya sudah super renta setara dengan usia manusia sejak pertama diciptakan
oleh Tuhan Yang Maha Esa, lintasan sejarah itu merentang dari era pra purbakala
melampaui berbagai hikayat rumpun bangsa-bangsa sampai ke era milenium ultra
modern, masa dimana kita sedang berada.

Dalam era kekinian yang serba hedonis materialistic, pencurian telah mengalami
ekspansi, modifikasi bahkan diversifikasi bersimbiosis dengan tuntutan jaman; dalam
bentuk, rupa, cara maupun modus operandinya. Demikian hebatnya simbiosis
tersebut, sehingga pencurian yang notabene adalah suatu kejahatan, kini bahkan
menjadi profesi yang menghidupi kehidupan manusia bahkan suatu komunitas.

Pencurian dengan diversifikasi apapun tetaplah merupakan kejahatan, karena


pengalihan dan atau perubahan dan atau pemindahan bahkan penghilangan atas
hak orang lain kepada pihak lain yang tidak berhak tanpa ijin dan atau persetujuan
yang berhak adalah pengingkaran atas kedaulatan setiap manusia yang harus
dihormati sebagai tolak ukur peradaban antar manusia.

Spektrum pencurian sesungguhnya tidak hanya sebatas pengalihan dan atau


perubahan dan atau pemindahan dan atau penghilangan barang atau harta benda
yang kasat mata, lebih dari pada itu adalah pencurian hak hidup, pencurian hak
intelektual, bahkan pencurian kedaulatan atas suatu bangsa. Oleh karena itu
pencurian harus tetap dikategorikan sebagai kejahatan yang berdampak luas, masif
dan sistemik yang pada gilirannya dapat merusak, meruntuhkan
menghancurkan harmoni peradaban kehidupan manusia.

II.

PEMBAHASAN

bahkan

A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata curi adalah mengambil
milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyisembunyi. Sedangkan arti pencurian proses, cara, perbuatan.

Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan


dalam Pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk
pokoknya yang berbunyi : Barang siapa mengambil suatu benda yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama
5 Tahun atau denda paling banyak Rp.900,- (Sembilan ratus rupiah).

Untuk lebih jelasnya, apabila dirinci rumusan itu terdiri dari unsur-unsur objektif
( perbuatan mengambil, objeknya suatu benda, dan unsur keadaan yang
melekat pada benda untuk dimiliki secara sebagian ataupun seluruhnya milik
orang lain) dan unsur-unsur subjektif (adanya maksud yang ditujukan untuk
memiliki, dan dengan melawan hukum ).

B. Klasifikasi Delik

Perbuatan yang memenuhi unsur pokok pencurian dapat terbagi dalam


beberapa jenis delik :
1) Delik Percobaan : delik yang merupakan suatu kehendak untuk melakukan
suatu kejahatan tertentu yang telah di wujudkan di dalam suatu permulaan
pelaksanaan, akan tetapi ternyata tidak terselesaikan bukan karena kemauan
si pelaku.
- Penjatuhan sangsi : dikurangi hukumannya 1/3 dari hukuman pokok.
2) Delik Selesai : delik yang terdiri atas kelakuan untuk berbuat atau tidak
berbuat dan delik telah selesai ketika dilakukan.
- Penjatuhan sangsi : sesuai dengan ancaman pidana yang termuat dalam
KUHP.

3) Delik Berlanjut : delik yang terdiri atas melangsungkan atau membiarkan


suatu keadaan yang terlarang, walaupun keadaan itu pada mulanya
ditimbulkan untuk sekali perbuatan.
- Penjatuhan sangsi : ditambah hukumannya 1/3 dari hukuman yang
ditentukan di dalam pasal KUHP.
4) Delik Gabungan : delik dimana seseorang yang dalam kenyataan
sebenarnya telah melakukan dua / lebih perbuatan pidana yang tidak ada
hubungannya satu sama lain dan yang masing-masing merupakan Tindak
Pidana, sehingga oleh karena itu secara hukumpun ia dipandang telah
melanggar dua / lebih aturan hukum pidana yang ada.
- Penjatuhan sangsi : ditambah hukumannya 1/3 dari hukuman yang
ditentukan di dalam pasal KUHP.

Tindak pidana pencurian diatur dalam KUHP Buku II, Bab XXII, Pasal 362 s/d
pasal 367. Untuk Pasal 362 memberi pengertian tentang pencurian, pada Pasal
363 mengatur tentang jenis pencurian dan pencurian dengan pemberatan, Pasal
364 mengatur tentang pencurian ringan, Pasal 365 mengatur tentang pencurian
dengan kekerasan, pasal 367 mengatur tentang pencurian dalam keluarga.

Beberapa jenis tindak pidana pencurian adalah sebagai berikut :


1) Percobaan Pencurian ( Pasal 362 KUHP juncto pasal 53 KUHP )
Percobaan itu sendiri diatur dalam ketentuan Pasal 53 ayat (1) KUHP
disebutkan sebagai berikut :
Percobaan untuk melakukan kejahatan terancam hukuman, bila maksud si
pembuat sudah nyata dengan dimulainya perbuatan itu dan perbuatan itu
tidak jadi sampai selesai hanyalah lantaran hal yang tidak bergantung dari
kemauannya sendiri.
Dari pengertian pasal di atas, unsur dari percobaan itu mencakup dalam 3
(tiga) hal, yaitu:
a) Adanya niat untuk melakukan perbuatan tersebut;
b) Perbuatan tersebut sudah dilakukan/terlaksana (adanya permulaan
perbuatan);
c) Perbuatan tersebut tidak terselesaikan bukan karena kemauan si pelaku.

Untuk ancaman pidana dalam ketentuan Pasal 53 ayat (2) KUHP,


disebutkan sebagai berikut :
Maksimum hukuman utama, yang diadakan bagi kejahatan
dikurangkan dengan sepertiganya, dalam hal percobaan.

Untuk pencurian itu sendiri, dalam ketentuan Pasal 362 KUHP,


disebutkan sebagai berikut :
Barang siapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau
sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan
memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena
pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-

Artinya dalam hal ini pidana maksimum yang dapat dijatuhkan ialah 1/3
dari jumlah maksimum Pidana pokok, yaitu maksimum 1/3 dari 5 tahun.
2) Pencurian Biasa (Pasal 362 KUHP) ;
Adalah tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok / yang paling
sederhana, tanpa ada unsur yang bersifat memberatkan. Atau juga
dapat dikatakan sebagai tindak pidana umum dimana pelaku seorang
diri mencuri di siang hari.
Ketentuan umum mengenai perumusan pengertian pencurian terdapat
dalam pasal 362 KUHP : Barang siapa mengambil sesuatu barang,
yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain,
dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak,
dihukum, karena pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya
lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-
Unsur unsur Pencurian dengan demikian adalah :
a) Perbuatan mengambil
Mengambil untuk dikuasainya, maksudnya waktu pencuri mengambil
barang

itu,

barang

tersebut

belum

ada

dalam

kekuasaannya.

Pengambilan (pencurian) itu sudah dapat dikatakan selesai, apabila


barang tersebut sudah pindah tempat.
b) Yang diambil harus sesuatu barang
Sesuatu barang atau segala sesuatu yang berwujud termasuk pula
binatang (manusia tidak masuk). Barang tersebut tidak perlu mempunyai
harga ekonomis.

c) Barang itu harus, seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain.


d) Pengambilan itu harus dilakukan dengan sengaja dan dengan maksud
untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum (melawan hak).
3) Pencurian dengan pemberatan atau pencurian dengan kualifikasi ( diatur
dalam Pasal 363 KUHP ) :
Adalah tindak pidana dalam bentuk pokok yang ditambah dengan adanya
unsur pemberatan (pencurian biasa yang disertai dengan keadaan-keadaan
khusus), sehingga ancaman pidananya menjadi lebih berat. Atau juga dapat
dikatakan Pencurian Biasa ( Pasal 362 ) disertai dengan salah satu keadaan
sebagai berikut :
- Pasal 363, ayat :
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun :
1e) Bila barang yang dicuri adalah hewan ternak
Yang dimaksud hewan ternak diterangkan dalam pasal 101 KUHP
yaitu semua macam binatang yang memamah biak (kerbau, sapi,
kambing dan lain sebagainya),binatang yang berkuku satu (kuda,
keledai) dan babi.
2e) Bila pencurian itu dilakukan pada waktu ada kejadian macam
malapetaka ( kebakaran, letusan banjir, gempa bumi atau gempa
laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan
kereta api, huru-hara, pemberontakan atau perang ) , karena pada
waktu semacam itu orang - orang semua ribut dan barang - barang
dalam keadaan tidak terjaga.
3e) Apabila pencurian itu dilakukan pada waktu malam, dalam rumah
atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh
orang yang ada disitu tanpa setahu atau bertentangan dengan
kehendak yang berhak;
Malam : waktu antara matahari terbenam dan terbit (lihat pasal 98).
Rumah : Tempat yang dipergunakan untuk berdiam siang-malam.
Pekarangan tertutup : suatu pekarangan yang sekelilingnya ada
tanda-tanda batas yang kelihatan nyata seperti selokan, pagar
bambu, pagar hidup, pagar kawat, dsb.

Disini pencuri itu harus betul-betul masuk kedalam rumah, dsb dan
melakukan pencurian disitu.
4e) Apabila pencurian itu, dilakukan dua orang atau lebih dengan
bersama-sama. Dua orang atau lebih itu semua harus bertindak
sebagai pembuat atau turut melakukan ( pasal 55 ).
5e) Apabila dalam pencurian itu, pencuri masuk ketempat kejahatan
atau mencapai barang yang dicurinya dengan jalan membongkar,
memecah, atau memanjat atau dengan memakai kunci palsu,
perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam No. 3e disertai dengan salah
satu tersebut dalam No. 4e dan 5e, maka dikenakan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
4) Pencurian Ringan ( Pasal 364 KUHP);
Adalah Pencurian yang nilai barang yang dicuri tidak lebih dari dua setengah
juta rupiah (setara Rp. 250 tahun 1946 KUHP).
Kejahatan Pencurian Ringan oleh pembentuk undang-undang diatur dalam
pasal 364 KUHP, yang rumusannya sebagai berikut :
Yang dinamakan Pencurian Ringan adalah perbuatan yang diterangkan
dalam Pasal 362, dan Pasal 363 ayat (1) ke-4, begitupun perbuatan yang
diterangkan dalam Pasal 363 ayat (1) ke-5, apabila tidak dilakukan dalam
sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya,
jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah,
dikenai karena pencurian ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga
bulan atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah.
5) Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP);
Adalah pencurian yang didahului dengan tindak kekerasan sebagaimana
diatur di dalam Pasal 365 KUHP, yang rumusannya sebagai berikut :
(1)

Dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun, dihukum


pencurian yang didahului, serta diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau
memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan (terpergok)
supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya yang
turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang
yang dicuri itu tetap ada ditangannya.

(2) Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun, dijatuhkan:


1e) Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam suatu
rumah atau pekarangan yang tertutup, yang ada dirumahnya atau di
jalan umum atau didalam suatu kereta api atau trem yang sedang
berjalan.
2e) Jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau
lebih.
3e) Sitersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan jalan
membongkar atau memanjat, atau dengan jalan memakai kunci
palsu, atau perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu.
4e) Jika perbuatan itu mengakibatkan ada orang mendapat luka berat.
(3) Hukuman selama-lamanya lima belas tahun dijatuhkan jika karna
perbuatan itu ada orang mati.
(4) Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, jika perbuatan
itu menjadikan ada orang mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh
dua orang bersama-sama atau lebih dan disertai pula oleh hal dalam No.
1e dan 3e.

Pencurian dengan kekerasan pada dasarnya identik dengan modus


pencurian lainnya, perbedaannya terletak pada klasifikasi kekerasan atau
ancaman kekerasan yang melekat pada perbuatan pencurian. Unsur ini
merupakan unsur pokok yang penting dalam pencurian dengan kekerasan.
Kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut harus ditujukan kepada orang
dan bukan barang.
6) Pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP)
Pasal 367 KUHP mengatur mengenai tindak pidana pencurian yang terjadi di
dalam keluarga antara suami-istri. Istilah keluarga di dalam hukum
perkawinan termasuk juga anak kandung, anak angkat dari suami-istri
tersebut.
Pencurian dalam keluarga adalah termasuk jenis pencurian dengan
peringanan yang diatur dalam pasal 367 KUHP.
Menurut ketentuan pasal 367 ayat 1 KUHP menyatakan: tidak dapat dituntut
apabila pencurian itu dilakukan oleh suami atau istri yang belum bercerai. Ini

berarti bahwa apabila seorang suami mencuri harta dari istrinya tidak dapat
dilakukan penuntutan.
- Adapun alasannya adalah untuk menjaga agar hubungan suami istri
tersebut tidak terganggu dan menimbulkan perceraian. Disamping itu
adalah sulit untuk membuktikan bahwa barang yang dicuri itu adalah
merupakan harta milik suami atau harta istri.
Begitu pula sebaliknya, Pasal 367 ayat 2 KUHP menyatakan: pencurian itu
baru dapat dilakukan penuntutan apabila telah ada pengaduan (delik aduan)
dari salah satu pihak. Jadi apabila tidak ada pengaduan dari si korban maka
tidak dapat dilakukan penuntutan.
Delik Aduan adalah delik yang hanya bisa diproses/yang penuntutannya
hanya bisa dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak yang terkena atau
yang dirugikan / korban. Dengan demikian, apabila tidak ada pengaduan,
terhadap tindak pidana tersebut tidak boleh dilakukan penuntutan.
Delik aduan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
a) Delik Aduan Absolut : delik yang mempersyaratkan secara absolut adanya
pengaduan untuk penuntutannya.
b) Delik Aduan Relatif : Pada prinsipnya jenis tindak pidana ini bukanlah
merupakan jenis tindak pidana aduan. Jadi dasarnya tindak pidana aduan
relatif merupakan tindak pidana laporan ( tindak pidana biasa ) yang
karena dilakukan dalam lingkungan keluarga, kemudian menjadi tindak
pidana aduan.
Pasal 367 KUHP :
(1) Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam bab ini adalah suami (isteri) dari orang yang terkena kejahatan itu,
yang tidak bercerai meja makan dan tempat tidur atau bercerai harta
benda, maka pembuat atau pembantu itu tidak dapat dituntut hukuman;
(2) Jika ia suaminya (isterinya) yang sudah diceraikan meja makan tempat
tidur atau harta benda, atau sanak atau keluarga orang itu karena kawin,
baik dalam keturunan yang lurus, maupun keturunan yang menyimpang
dalam derajat yang kedua, maka bagi ia sendiri hanya dapat dilakukan
penuntutan kalau ada pengaduan dari orang yang dikenakan kejahatan
itu.

(3) Jika menurut menurut adat istiadat keturunan ibu, kekuasaan bapak
dilakukan oleh orang lain dari bapak kandungnya, maka ketentuan dalam
ayat kedua, berlaku juga bagi orang itu.

C. Kasus Posisi

Terdakwa SUPANGAT alias JOE bersama dengan saksi DEDEN ERIK MATEA
TOLU alias DEDEN alias FAJAR dan saksi ADI SUPRIYANTO alias ADI
bertempat di rumah kost saksi ADI SUPRIYANTO di Pedongkelan Jakarta Timur
merencanakan untuk melakukan kejahatan terhadap penumpang bis kota.
Selanjutnya pada hari Senin tanggal 5 Agustus 2013 sekira jam 14.30 WIB
terdakwa dan teman-temannya naik bus MAYASARI BHAKTI P-07 Jurusan Pulo
Gadung-Grogol dan kemudian berbagi tugas yaitu terdakwa SUPANGAT
menutup pintu belakang, saksi ADI SUPRIYANTO yang meminta uang kepada
para penumpang dan saksi DEDEN ERIK MATEA TOLU menutup pintu depan
bus. Kemudian saat bus melintasi POM Bensin Galur Senen Jakarta Pusat saksi
ADI SUPRIYANTO mendekati korban MARJUKI yang duduk di bangku deretan
sebelah kanan bus dan kemudian mengatakan "Guwa minta duit 50 ribu buat
makan" dan kemudian dijawab korban Ya ntar saya kasih" dan kemudian saksi
mengatakan

"Ya

udah

jangan

lama".

Selanjutnya

korban

MARJUKI

mengeluarkan uang yang berada di dompetnya sebesar Rp.50.000,- dan


kemudian oleh saksi ADI SUPRIYANTO minta korban untuk menambah
Rp.50.000,- lagi dan dituruti oleh korban. Bahwa pada saat korban MARJUKI
memberikan tambahan Rp.50.000,- saksi meiihat di dalam dompet milik korban
masih banyak uang lalu saksi merampas dompet tersebut sehingga terjadi tariktarikan dengan korban sehingga dompet tersebut jatuh ke jalan karena posisi
dekat dengan pintu depan. Kemudian korban MARJUKI berusaha bangkit dari
bangku tempat duduknya namun dengan tidak diduga saksi ADI SUPRIYANTO
langsung mengeluarkan pisau lipat warna hitam dari celananya dan kemudian
menusuk paha sebelah kiri korban sebanyak 2 kali. Setelah itu kemudian
terdakwa SUPANGAT, saksi DEDEN ERIK MATEA TOLU dan saksi ADI
SUPRIYANTO turun dari bus dan melarikan diri ke arah POM Bensin Tanah
Tinggi dan pisau lipat yang digunakan untuk menusuk korban MARJUKI dibuang

di dekat POM bensin tersebut, sedangkan korban MARJUKI langsung dilarikan


ke RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo. Kemudian uang yang berada di
dompet milik korban MARJUKI sebesar Rp.500.000,- dibagi bertiga masingmasing sebesar Rp. 150.000,- sedangkan sisanya sebesar Rp.50.000,digunakan untuk makan bertiga.
Peran terdakwa SUPANGAT menutup pintu belakang, saksi ADI SUPRIYANTO
yang meminta uang kepada korban MARJUKI dan menusuk paha korban
MARJUKI dengan pisau lipat dan saksi DEDEN ERIK MATEA TOLU menutup
pintu depan bus.
Akibat perbuatan saksi ADI SUPRIYANTO tersebut akhirnya korban MARJUKI
meninggal

dunia

sesuai

dengan

VISUM

ET

REPERTUM

No.354/VER/754.08.13/VIII/2013 tertanggal Jakarta 26 Agustus 2013 yang


ditandatangani oleh dr. Zulhasmar Syamsu, Spf.SH dokter pada RSUP Nasional
Dr.Cipto Mangukusumo dengan kesimpulan :
Pada pemeriksaan mayat an. MARJUKI ditemukan luka terbuka pada paha kiri,
kekerasan tajam serta luka lecet pada jari telunjuk tangan kanan akibat
kekerasan tumpul. Sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan
pemeriksaan bedah mayat ;

Terdakwa ditahan di Rumah Tahanan Negara Klas I Salemba Jakarta Pusat,


sejak tanggal 12 Nopember 2013.

1. Dakwaan
Dari Jaksa Penuntut Umum tanggal 8 Januari 2014 NO.REG.PERKARA :
PDM-08/JKTPS/01/2014 terhadap terdakwa yang pada pokoknya sebagai
berikut :
a) Bahwa terdakwa SUPANGAT bersama dengan saksi DEDEN ERIK
MATEA TOLU dan saksi ADI SUPRIYANTO ( kedua saksi sebagai
terdakwa dalam berkas terpisah ) pada hari Senin tanggal 05 Agustus
2013 sekira jam 16.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu di
Bulan Agustus 2013 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu di tahun
2013 bertempat di dalam bus MAYASARI BHAKTI P-07 Jurusan Pulo
Gadung-Grogol saat melintas di POM Bensin Galur Senen Jakarta Pusat
atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk di dalam

daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melakukan


pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk
mempersiapkan atau mempermudah pencurian atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau
peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri, jika
perbuatan tersebut dilakukan pada waktu malam hari dalam sebuah
rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum,
atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan, yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, jika
perbuatan mengakibatkan kematian;
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
menurut ketentuan Pasal 365 ayat 2 ke-I dan ke-2 dan ayat (3) KUHP ;
b) Bahwa terdakwa SUPANGAT bersama dengan saksi DEDEN ERIK
MATEA TOLU dan saksi ADI SUPRIYANTO ( keduanya sebagai terdakwa
dalam berkas terpisah ) pada waktu dan tempat sebagaimana dakwaan
PERTAMA diatas, dengan terang-terangan dan tenaga bersama
menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, jika kekerasan
mengakibatkan maut, yang sengaja memberi bantuan pada waktu
kejahatan dilakukan;
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
menurut ketentuan Pasal 170 ayat 1 KUHP Juncto Pasal 56 ayat (1)
KUHP ;
c) Bahwa terdakwa SUPANGAT bersama dengan saksi DEDEN ERIK
MATEA TOLU dan saksi ADI SUPRIYANTO ( keduanya sebagai terdakwa
dalam berkas terpisah ) pada waktu dan tempat sebagaimana dakwaan
PERTAMA diatas, melakukan penganiayaan yang mengakibatkan
mati, yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan
dilakukan.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
menurut ketentuan Pasal 351 ayat (3) KUHP Juncto Pasal 56 ayat (1)
KUHP ;

2. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum tanggal 19 Juni 2014 NO.REG.PERK :


PDM-08/JKTPS/01/2013 yang pada pokoknya menuntut supaya Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutus sebagai berikut :
a) Menyatakan Terdakwa SUPANGAT alias JOE bersalah melakukan tindak
pidana pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk
mempersiapkan atau mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap
tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya
atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri jika perbuatan tersebut
dilakukan pada waktu malam hari dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau
trem yang sedang berjalan, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan bersekutu, jika perbuatan mengakibatkan kematian sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (2) ke-1 dan ke-2 dan
ayat (3) KUHP dalam dakwaan Kesatu ;
b) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa SUPANGAT alias JOE dengan
pidana penjara selama 15 ( lima belas ) tahun penjara dipotong selama
Terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap
ditahan ;
c) Menetapkan agar Terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp.2000,( dua ribu rupiah ) ;

3. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 30 Juni 2014


No.303/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst. yang amarnya sebagai berikut :
a) Menyatakan bahwa Terdakwa SUPANGAT alias JOE telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pencurian
dengan kekerasan dalam keadaan memberatkan mengakibatkan matinya
orang ;
b) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa SUPANGAT alias JOE oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 12 ( dua belas ) tahun ;
c) Menetapkan bahwa masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari Pidana yang dijatuhkan ;
d) Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

e) Menetapkan supaya Para Terdakwa dibebani membayar biaya perkara


sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah) ;

4. Banding :
a) Berdasarkan Akte Permintaan Banding tanggal 8 Juli 2014, Panitera
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menerangkan bahwa pada tanggal 3
Juli 2014 Terdakwa melalui Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat telah
mengajukan permintaan banding atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat tanggal 30 Juni 2014 No. 303/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst. dan telah
diberitahukan kepada Penuntut Umum tanggal 10 Juli 2014 ;
b) Terdakwa telah mengajukan memori banding tertanggal 14 Juli 2014
melalui Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 23 Juli 2014 dan
telah diberitahukan kepada Penuntut Umum tanggal 24 Juli 2014 ;
c) Kepada Terdakwa telah diberitahukan untuk mempelajari berkas perkara
melalui surat Wakil Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tertanggal 5
Agustus 2014, untuk selama 7 (tujuh) hari berturut-turut terhitung mulai
tanggal 5 Agustus 2014 sampai 11 Agustus 2014 sebelum perkara
tersebut dikirim ke Pengadilan Tinggi Jakarta ;
d) Permintaan dan pemeriksaan dalam tingkat banding oleh Terdakwa telah
diajukan dalam tenggang waktu dan tata cara serta syarat-syarat yang
ditentukan dalam undang-undang, maka permintaan banding tersebut
secara formal dapat diterima ;
e) Majelis Hakim Pengadilan Tinggi setelah mempelajari dengan seksama
turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 30 Juni
2014

No.

303/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst.,

kedelapan/terakhir
mencantumkan

harus

diperbaiki

Undang-undang

RI

dan
No.

halaman

14

alinea

diubah,

oleh

karena

Tahun

1997

tentang

Psikotropika yang tidak ada kaitannya dengan pasal yang terbukti dan
pengulangan penulisan Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
KUHP, sehingga menjadi :
Memperhatikan pasal 365 ayat (2) ke-1 dan ke-2 dan ayat (3) KUHP,
Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP serta peraturan
perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan perkara ini ;

g) Terdakwa dalam memori bandingnya pada pokoknya mengemukakan


bahwa : mohon untuk dibebaskan dari segala tuntutan, berikut kalau
Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya dan
seringan-ringannya;
h) Pengadilan Tinggi setelah memperhatikan dengan seksama memori
banding dari Terdakwa ternyata hanya merupakan ulangan dari
pembelaannya dan tidak ada hal-hal yang baru dan hal itu semua telah
dipertimbangkan Hakim Tingkat Pertama dalam putusannya ;
i) Setelah Pengadilan Tinggi mempelajari berkas perkara, turunan resmi
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 30 Juni 2014 No.
303/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst. serta memori banding Terdakwa, Pengadilan
Tinggi sependapat dengan pertimbangan Hakim Tingkat Pertama dalam
putusannya bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan kepadanya
dalam dakwaan Pertama dan pertimbangan Hakim Tingkat Pertama
tersebut diambil alih dan dijadikan sebagai pertimbangan Pengadilan
Tinggi sendiri dalam memutus perkara ini dalam tingkat banding, kecuali
pidana yang dijatuhkan oleh Hakim Tingkat Pertama, menurut Pengadilan
Tinggi terlalu ringan sehingga adil apabila Terdakwa dipidana seperti
tersebut dalam amar putusan di bawah ini ;
j) Pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa tidak hanya membuat efek jera
dan mendidik Terdakwa sendiri, tetapi juga sebagai pedoman bagi
masyarakat lainnya agar tidak berbuat serupa dengan Terdakwa;
Bahwa perbuatan Terdakwa dan teman-temannya merupakan perbuatan
yang sadis dan kejam dilakukan di tempat publik/ramai di dalam bus
umum, dengan cara menusuk korban dengan pisau lipat, hingga korban
meninggal dunia ;
k) Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka putusan
Pengadilan

Negeri

Jakarta

Pusat

tanggal

30

Juni

2014

No.

303/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst. haruslah diperbaiki sekedar mengenai pidana


yang dijatuhkan kepada Terdakwa, sedangkan putusan selebihnya dapat
dikuatkan ;
l) Karena Terdakwa berada dalam tahanan, menurut ketentuan pasal 21 jo.
Pasal 27 ayat (1), (2), pasal 193 ayat (2) b KUHAP tidak ada alasan

Terdakwa dikeluarkan dari tahanan, karenanya Terdakwa diperintahkan


tetap berada dalam tahanan ;
m) Karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dipidana, maka kepadanya
dibebankan membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan ;
Mengingat Pasal 365 ayat (2) ke-1 dan ke-2 dan ayat (3) KUHP, Undangundang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP serta pasal-pasal perundangan
lainnya yang terkait ;

5. Putusan

Pengadilan

Tinggi

Jakarta

tanggal

18

Agustus

2014

No. 218/Pid/2014/PT.DKI yang amarnya sebagai berikut :


Menerima permintaaan banding dari Terdakwa ;
Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 30 Juni
2014 No. 303/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst. sekedar mengenai pidana yang
dijatuhkan kepada Terdakwa, sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagai
berikut :
a) Menyatakan Terdakwa SUPANGAT alias JOE telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pencurian dengan
kekerasan dalam keadaan memberatkan mengakibatkan matinya orang ;
b) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 15 (lima belas) tahun ;
c) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
d) Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
e) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara untuk
kedua tingkat peradilan dan di tingkat banding sebesar Rp.2.500,- (dua
ribu lima ratus rupiah).

Unsur unsur yang terkandung dalam kasus tersebut :


a) Unsur Subyektif

: - Perbuatan dilakukan dengan sengaja


- Perbuatan dilakukan dengan perencanaan terlebih
dahulu

b) Unsur Obyektif

: - Mengambil Uang dengan kekerasan (merampas


dompet dan menusuk paha korban dengan pisau
lipat)
- Dilakukan di dalam Bus di jalan umum
- Menyebabkan kematian orang ( Marjuki )

Pihak pihak dalam kasus tersebut :


Korban : Marjuki
Pelaku

: Supangat alias Joe


* Profil pelaku :
Nama lengkap

: Supangat alias Joe

Tempat Lahir

: Madura

Umur/Tanggal Lahir : 29 Tahun/01 Februari 1984


Jenis Kelamin

: Laki-laki

Kebangsaan

: Indonesia

Tempat Tinggal

: Jalan Kayumanis VIII No. 10


RT.0012/004 Kelurahan Kayu Manis,
Kecamatan Matraman, Jakarta Timur

Pekerjaan
Saksi

: Tuna Karya

: - Deden Erik Matea Tolu alias Deden alias Fajar


- Adi Supriyanto alias Adi

III. KESIMPULAN
Pencurian yang telah melegenda sepanjang sejarah kehidupan manusia adalah
suatu fenomena yang tidak dapat diingkari. Keberadaan dan kecenderungannya
bahkan kian ekspansif dengan berbagai diversifikasinya. Namun demi harkat dan
martabat peradaban yang harus dipertahankan harmonisasinya dalam kehidupan
antar umat manusia, dan demi terjaganya tata nilai yang harus menopang
keberlangsungan kehidupan yang lebih baik, maka kejahatan pencurian harus
dicegah, dikurangi dan dihambat ekspansinya.

Upaya tersebut harus dilakukan sejak dini, melalui pendidikan moralitas dan budi
pekerti luhur sejak usia dini bahkan sejak sang usia dini itu mulai dirancang oleh
orang tuanya. Dilakukan secara konsisten di semua jenjang dan strata pendidikan
sampai pasca sarjana, sehingga dihasilkan manusia-manusia yang punya rasa malu
dan rasa bersalah dan rasa berdosa melakukan pencurian dalam bentuk apapun,
terlebih pencurian hak intelektual (intellectual property right).
Dalam tataran kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan, harus
dibangun sistem yang dapat meminimalisir peluang pencurian, terlebih pencurian
berjamaah dalam skala yang lebih luas seperti korupsi, yang mencuri hak rakyat dan
hak Negara. Sistem tersebut harus meliputi reward and punishment, yang memberi
penghormatan dan promosi bagi negarawan yang pantas diteladani, tetapi juga
memberi sangsi dan hukuman lebih keras yang menimbulkan efek jera.

IV. PENUTUP
Makalah ini disusun sebagai tugas wajib kelompok 3 Semester 3 mata kuliah Tindak
Pidana Tertentu di Dalam KUHP, dalam Prodi Fakultas Hukum Universitas Bung
Karno Jakarta tahun akademik 2015.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengkayaan intelektual dalam strata
akademis, namun juga sangat berharap dapat menjadi bahan analisis pada tataran
kehidupan kemasyarakatan yang lebih luas terhadap fenomena kejahatan pencurian
yang kian merajalela dengan modus dan model yang kian canggih.

Anda mungkin juga menyukai