Portofolio Kad
Portofolio Kad
Kasus 1
Topik: Ketoacidosis Diabeticum (KAD)
Tanggal (kasus) : 5 September
Presenter
2016
Tangal presentasi : 27 September
2016
DTM&H, KGEH
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Neonatus Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Deskripsi:
Tinjauan pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Ny. E, 26 tahun datang dengan keluhan nafas sesak sejak pagi sekitar pukul 09.00 WIB
Tujuan:
Mengetahui penegakkan diagnosis, faktor resiko, dan tata laksana KAD
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset
Kasus
Audit
Cara
Diskusi
Presentasi dan
Email
Pos
membahas:
diskusi
Data pasien:
Nama: Ny. E
Nama RS: RS TK.IV Dr. Bratanata
Usia: 26 tahun
No registrasi: 214468
Terdaftar sejak:
5 September 2016
Riwayat DM tipe I
Alwi I, Salim S, Syam, A. Panduan Praktik Klinis : Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2015.p.109-14.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis KAD
2. Patofisiologi KAD
3. Penatalaksanaan KAD
4. Edukasi tentang perjalanan penyakit KAD
Subyektif
Pasien Ny. E 26 tahun datang ke IGD RS TK IV Dr. Bratanata dengan
keluhan nafas sesak sejak pagi pukul 09.00 WIB. Pasien juga mengeluh demam yang
tidak terlalu tinggi, nyeri ulu hati dan muntah-muntah tiap makan sebanyak 10 kali.
Obyektif
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5 : 15
Tanda vital
TD
: 104/56 mmHg
Nadi
RR
: 28 x/menit
Suhu : 37.60C
SpO2 : 97%
Berat badan
: 38 kg
IMT
Kepala
: normocephal
Mata
Bibir
: sianosis (-)
Leher
Thoraks
-
Paru
a) Inspeksi
b) Perkusi
c) Auskultasi
Jantung
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
Abdomen :
a) Inspeksi
: Cembung
b) Auskultasi
c) Palpasi
d) Perkusi
Ektremitas : Akral hangat, oedem tungkai (-/-), Sianosis -/-, CRT < 2 detik +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu metode stick
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana sebagai KAD sesuai protap KAD
Inf NaCL
jam I : 2 L
jam II : 1 L
jam III : L
jam IV : L
Selanjutnya bila
Inf. NaCL 500 cc + Insulin 60 IU + Meylon I fls + KCL 1 fls dalam NaCL 500 cc
(microdrip) 20 gtt/m
Inj. Ondancentron 2x1 amp
Inj. Pantoprazole 1 vial
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin (5 September 2016)
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Hasil
12.3
36.8
23.1
Nilai rujukan
11-16
40-45
4-11
Satuan
g/dl
%
Ribu/ul
4
Trombosit
Eritrosit
MCV/MCH/MCH
C
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Differential
Basofil
Eosinofil
Limfosit
Monosit
Neutrofil
Laju Endap Darah
212
4.04
150-450
4.5-6
Ribu/ul
Juta/ul
91.9
30.6
33.6
11.8
80-100
26.0-34.0
32.0-36.0
11-16
Fl
Pg
g/dl
%
0-1
1
6
0.5-5
20-40
%
%
4
89
18
2-8
40-70
< 15
%
%
mm/jam
Hasil
313
212
474
6.7
43.5
0.7
19
23
156
6.5
3.4
0.32
0.31
0.63
13
8.4
3.1
72.9
Nilai rujukan
70 105
0 245
0-200
2.3-6.1
0.6-1
5-31
5-31
42-98
6.5-8.8
3.5-5.2
0.00-0.30
0.20-0.70
0.10-1.20
0-38
8.6-10.3
2.7-7.2
10.0 - 50.0
Satuan
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
IU/L
IU/L
IU/L
g/dl
g/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
U/L
mg/dl
g/dl
mg/dl
Hasil
Kuning Muda
Jernih
1.030
6.0
+
+
-
Normal
Kuning Muda
Jernih
1.003-1.030
5-8
-
1-2
0-1
Uric Acid 0-1
0-1/ Lpb
-
Assessment
Definisi 2,3
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama
disebabkan oleh defsiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan Hiperosmolar
Hyperglycemia State (HHS) adalah 2 komplikasi akut metabolik diabetes mellitus
yang paling serius dan mengancam nyawa. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi pada
Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 dan 2, meskipun KAD lebih sering dijumpai pada DM
tipe 1. KAD mungkin merupakan manifestasi awal dari DM tipe 1 atau mungkin
merupakan akibat dari peningkatan kebutuhan insulin pada DM tipe 1 pada keadaan
infeksi, trauma, infark miokard, atau kelainan lainnya
Patofisiologi 2
KAD ditandai oleh adanya hiperglikemia, asidosis metabolik, dan
peningkatan konsentrasi keton yang beredar dalam sirkulasi. Ketoasidosis merupakan
akibat dari kekurangan atau inefekti tas insulin yang terjadi bersamaan dengan
peningkatan hormon kontraregulator (glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth
hormon).
Kedua hal tersebut mengakibatkan perubahan produksi dan pengeluaran
glukosa dan meningkatkan lipolisis dan produksi benda keton. Hiperglikemia terjadi
akibat peningkatan produksi glukosa hepar dan ginjal (glukoneogenesis dan
glikogenolisis) dan penurunan utilisasi glukosa pada jaringan perifer. Peningkatan
glukoneogenesis akibat dari tingginya kadar substrat nonkarbohidrat (alanin, laktat,
dan gliserol pada hepar, dan glutamin pada ginjal) dan dari peningkatan aktivitas
enzim glukoneogenik (fosfoenol piruvat karboksilase/ PEPCK, fruktose 1,6 bifosfat,
dan piruvat karboksilase). Peningkatan produksi glukosa hepar menunjukkan
patogenesis utama yang bertanggung jawab terhadap keadaan hiperglikemia pada
pasien dengan KAD.
Selanjutnya,
keadaan
hiperglikemia
dan
kadar
keton
yang
tinggi
pada sintesis asam lemak bebas. Malonyl Co A menghambat camitine palmitoyltransferase I (CPT I), enzim untuk transesterifikasi dari fatty acyl Co A menjadi fatty
acyl camitine, yang mengakibatkan oksidasi asam lemak menjadi benda keton. CPT I
diperlukan untuk perpindahan asam lemak bebas ke mitokondria tempat dimana asam
lemak teroksidasi. Peningkatan aktivitas fatty acyl Co A dan CPT I pada KAD
mengakibatkan peningkatan ketongenesis.
Faktor Pencetus 1,2
Terdapat sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kalinya. Pada pasien KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya faktor pencetus, sementara 20% lainnya tidak diketahui faktor
pencetusnya. Faktor pencetus tersering dari KAD adalah infeksi, dan diperkirakan
sebagai pencetus lebih dari 50% kasus KAD. Pada infeksi akan terjadi peningkatan
sekresi kortisol dan glukagon sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang
bermakna. Faktor lainnya adalah cerebrovascular
accident,
alcohol
abuse,
KAD berulang. Faktor yang memunculkan kelalaian penggunaan insulin pada pasien
muda diantaranya ketakutan untuk peningkatan berat badan dengan perbaikan kontrol
metabolik,ketakutan terjadinya hipoglikemia, dan stres akibat penyakit kronik.4,6,7
Namun demikian, seringkali faktor pencetus KAD tidak ditemukan dan ini dapat
mencapai 20 " 30% dari semua kasus KAD, akan tetapi hal ini tidak mengurangi
dampak yang ditimbulkan akibat KAD itu sendiri.
Diagnosis KAD 1,2
Langkah pertama yang harus diambil pada pasien KAD terdiri dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti terutama memperhatikan patensi jalan napas,
status mental, status ginjal dan kardiovaskular, dan status hidrasi. Langkah-langkah
ini harus dapat menentukan jenis pemeriksaan laboratorium yang harus segera
dilakukan, sehingga penatalaksanaan dapat segera dimulai tanpa adanya penundaan.
Meskipun gejala DM yang tidak terkontrol mungkin tampak dalam beberapa hari,
perubahan metabolik yang khas untuk KAD biasanya tampak dalam jangka waktu
pendek (< 24 jam). Umumnya penampakan seluruh gejala dapat tampak atau
berkembang lebih akut dan pasien dapat tampak menjadi KAD tanpa gejala atau
tanda KAD sebelumnya. Gambaran klinis klasik termasuk riwayat poliuria,
polidipsia, dan polifagia, penurunan berat badan, muntah, sakit perut, dehidrasi,
lemah, clouding of sensoria, dan akhirnya koma. Pemeriksaan klinis termasuk turgor
kulit yang menurun, respirasi Kussmaul, takikardia, hipotensi, perubahan status
mental, syok, dan koma. Lebih dari 25% pasien KAD menjadi muntah-muntah yang
tampak seperti kopi. Perhatian lebih harus diberikan untuk pasien dengan hipotermia
karena menunjukkan prognosis yang lebih buruk. Demikian pula pasien dengan
abdominal pain, karena gejala ini dapat merupakan akibat atau sebuah indikasi dari
pencetusnya, khususnya pada pasien muda. Evaluasi lebih lanjut diperlukan jika
gejala ini tidak membaik dengan koreksi dehidrasi dan asidosis metabolik.
Penatalaksanaan 2,3
Penatalaksanaan
KAD
bersifat
multifaktorial
sehingga
memerlukan
pendekatan terstruktur oleh dokter dan paramedis yang bertugas. Terdapat banyak
sekali pedoman penatalaksanaan KAD pada literatur kedokteran, dan hendaknya
semua itu tidak diikuti secara ketat sekali dan disesuaikan dengan kondisi penderita.
Dalam menatalaksana penderita KAD setiap rumah sakit hendaknya memiliki
pedoman atau disebut sebagai integrated
care
10
1. Terapi cairan
Prioritas utama pada penatalaksanaan KAD adalah terapi cairan. Terapi
insulin hanya efektif jika cairan diberikan pada tahap awal terapi dan hanya dengan
terapi cairan saja akan membuat kadar gula darah menjadi lebih rendah. Studi
menunjukkan bahwa selama empat jam pertama, lebih dari 80% penurunan kadar
gula darah disebabkan oleh rehidrasi. Oleh karena itu, hal penting pertama yang harus
dipahami adalah penentuan defisit cairan yang terjadi. Beratnya kekurangan cairan
yang terjadi dipengaruhi oleh durasi hiperglikemia yang terjadi, fungsi ginjal, dan
intake cairan penderita. Hal ini bisa diperkirakan dengan pemeriksaan klinis atau
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Fluid deficit = (0,6 X berat badan dalam kg) X (corrected Na/140)
Corrected Na = Na + (kadar gula darah-5)/3,5
Rumus lain yang dapat dipakai untuk menentukan derajat dehidrasi adalah dengan
menghitung osmolalitas serum total dan corrected serum sodium concentration.
Osmolalitas serum total = 2 X Na (mEq/l) + kadar glukosa darah (mg/dl)/18 +
BUN/2,8
Serum sodium concentration dapat dikoreksi dengan menambahkan 1,6 mEq/l tiap
kenaikan 100 mg/dl kadar gula darah di atas kadar gula 100 mg/dl. Nilai corrected
serum sodium concentration > 140 dan osmolalitas serum total > 330 mOsm/kg air
menunjukkan defisit cairan yang berat. Penentuan derajat dehidrasi dengan gejala
klinis seringkali sukar dikerjakan, namun demikian beberapa gejala klinis yang dapat
menolong untuk menentukan derajat dehidrasi adalah :
- 5%
- 10%
- > 10%
11
insulin dimulai
setelah diagnosis KAD ditegakkan dan pemberian cairan telah dimulai. Pemakaian
insulin akan menurunkan kadar hormon glukagon, sehingga menekan produksi benda
keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam
amino dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan. Sampai
tahun 1970-an penggunaan insulin umumnya secara bolus intravena, intramuskular,
ataupun subkutan. Jika tidak terdapat hipokalemia (K < 3,3 mEq/l), dapat diberikan
insulin regular 0,15 u/kg BB, diikuti dengan infus kontinu 0,1 u/kgBB/jam (5 -7
u/jam). Jika kadar kalium < 3,3 mEq/l, maka harus dikoreksi dahulu untuk mencegah
perburukan hipokalemia yang akan dapat mengakibatkan aritmia jantung. Insulin
dosis rendah biasanya menurunkan gula darah dengan kecepatan 50 -75 mg/dl/jam,
sama seperti pemberian insulin dosis lebih tinggi. Jika gula darah tidak menurun
sebesar 50 mg/dl dari nilai awal pada jam pertama, periksa status hidrasi pasien. Jika
status hidrasi mencukupi, infus insulin dapat dinaikkan 2 kali lipat setiap jam sampai
tercapai penurunan gula darah konstan antara 50 -75 mg/dl/jam.
Ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, turunkan infus insulin menjadi
0,05 -0,1 u/kgBB/jam (3- 6 u/jam), dan tambahkan infus dextrose 5 - 10%. Pada
13
KAD ringan, insulin regular dapat diberikan secara subkutan atau intramuskular
setiap jam dengan efektifitas yang sama dengan pemberian intravena pada kadar gula
darah yang rendah dan keton bodies yang rendah. Efektifitas pemberian insulin
dengan intramuskular dan subkutan adalah sama, namun injeksi subkutan lebih
mudah dan kurang menyakitkan pasien. Pasien dengan KAD ringan harus
mendapatkan priming dose insulin regular 0,4 -0,6 u/kgBB, setengah dosis sebagai
bolus dan setengah dosis dengan subkutan atau injeksi intramuskular. Selanjutnya
diberikan insulin subkutan atau intramuskular 0,1 u/kgBB/jam. Kriteria resolusi KAD
diantaranya adalah kadar gula darah < 200 mg/dl, serum bikarbonat 18 mEq/l, pH
vena > 7,3, dan anion gap 12 mEq/l. Saat ini, jika pasien NPO, lanjutkan insulin
intravena dan pemberian cairan dan ditambah dengan insulin regular subkutan sesuai
keperluan setiap 4 jam.
Pada pasien dewasa dapat diberikan 5 iu insulin tambahan setiap kenaikan
gula darah 50 mg/dl pada gula darah di atas 150 mg/dl dan dapat ditingkatkan 20 iu
untuk gula darah 300 mg/dl. Ketika pasien dapat makan, jadwal dosis multipel harus
dimulai dengan memakai kombinasi dosis short atau rapid acting
insulin dan
intermediate atau long acting insulin sesuai kebutuhan untuk mengontrol glukosa
darah.
Komplikasi 2
Tabel 2. Komplikasi akibat
penanganan KAD
15
Prognosis 3
Prognosis
Ad vitam
: Dubia ad malam
Ad functionam: Ad malam
Ad sanationam: Ad malam
Follow Up
16
Tanggal
6 September 2016
00.30
7 September 2016
09.30
Pasien tenang
Sakit DM tipe I
Kesadaran: E4M5V6
Kesadaran: E4M5V6
Kesadaran: E4M5V6
Keadaan
Tampak lemah
Tanda vital:
Tanda vital:
Tanda vital:
Nadi: 85 kali/menit
Suhu: 36.8 C
Suhu: 36 C
Suhu: 37 C
SpO2 : 99%
SpO2 : 99%
umum:
SpO2 : 98%
GD > 500
A
KAD
P
DM tipe I KAD
membaik
KAD, DM tipe I
Terapi teruskan
Protokol KAD
Lapor tiap ada hasil
3x 16 IU check
Lab
Inj. Cefotaxim 2x1
gr (ST)
Inj. Pantomex 2x1
11.00,
vial
Pulang, kontrol
Injeksi Novorapid
GD
jam
hasil
06.00,
16.00
bawa
kontrol
17
saat