Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kwalitas sumberdaya
manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat
kehidupan bangsa telah di laksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi
dari keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila
gerakan berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, di
khawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarrti.
Pendapat Malthus-yang
mengemukakan bahwa pertumbuhan dan
kemampuan mengembangkan sumberdaya alam laksana deret hitung, sedangkan
pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deretukur, sehingga pada satu
titik sumberdaya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah
menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga,
memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.
Keluarga sebagai unite terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
normal keluarga kecil bahagia dan sejahterah (NKKBS) yang berorentasi pada
caturwarga atau zero population growth (pertumbuhan seimbang)

gerakan

keluarga berencana nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan
mansyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran
dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima hampir semua metode medis
teknis keluarga berencana yang dicanangkan oleh pemerintah.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah keluarga berencana (KB)?
2. Bagaimana perkembangan KB di Indonesia
3. Apa pengertian KB?
4. Apa tujuan umum KB?
5. Apa sasaran program KB?
6. Apa visi dan misi program KB?
7. Bagaimana ruang lingkup program KB?
8. Bagaimana strategi, pendekatan, dan caraoperasional program pelayanan
KB?
9. Apa dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
10. Bagiamana peran tenaga kesehatan dalam program KB?
11. Apalangkah-langkah konseling KB?
12. Apa saja macam-macam KB?

13. Apa ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan?


14. Bagaimana penapisan KB?
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah keluarga berencana (KB)?
2. Untuk mengetahui perkembangan KB di Indonesia?
3. Untuk mengetahui pengertian KB?
4. Untuk mengetahui tujuan umum KB?
5. Untuk mengetahui sasaran program KB?
6. Untuk mengetahui visi dan misi program KB
7. Untuk mengetahui ruang lingkup program KB?
8. Untuk mengetahui strategi, pendekatan, dan cara operasional program
pelayanan KB?
9. Untuk mengetahui dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
10. Untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam program KB?
11. Untuk mengetahuilangkah-langkah konseling KB?
12. Untuk mengetahui macam-macam KB?
13. Untuk mengetahui ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan?
14. Untuk mengetahui Penapisan KB?
1.4. MANFAAT
a. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam makalah ini adalah untuk menambah
pengalaman dan wawasan dalam penulisan makalah, serta sebagai masukan
pengetahuan tentang Keluarga berencana.
b. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dalam makalah ini adalah mengembangkan
c.

teori tentang Keluarga berencana.


Metode
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode:
1. Studi pustaka dengan mencari buku buku yang berhubungan dengan
KB dan KB sederhana
2. Pencarian data melalui internet
3. Proses penulisan makalah
4. Penyuntingan dan pengetikan

BAB II
PEMBAHASAN

1.

SEJARAH KELUARGA BERENCANA (KB)


Gerakan keluarga berecana atau KB yang kita kenal sekarang ini dipelopori
oleh beberapa tokoh, baik dalam maupun luar negeri.Pada awal abad ke 19 di
Inggris upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh
perhatian pada masalah kesehatan ibu.Maria Stopes (1880-1950) menganjurkan
pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris.Di Amerika serikat di
kenal Margareth Sanger (1883-1996) dengan program Birth Controlnya yang
merupakan pelopor kelompok keluarga berencana modern.Pada 1917 didirikan
National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan Konferensi
Nasional Amerika tentang pengontrolan Kehamilan dengan Margareth Sanger
sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasikan Konferensi Internasional di
New York yang menghasilkan pembentukan International Federation Of Birth
Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth Sanger menyelenggarakan
Konferensi Populasi Dunia di Janewa yang melahirkan International Woman For
Scientific Study On Population dan International Medical Group For the
Investigation Of Contraception. Pada 1948 Margareth Sanger ikut mempelopori
pembentukan Komite International Keluarga Berencana yang dalam Konferensi di
NewDelhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood
Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Ramaran dari India
sebagai pimpinannya.Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpuan keluarga
berencana di seluruh dunia termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Sebelum PKBI didirikan di Indonesia sudah banyak usaha-usaha untuk
membatasi kelahiran secara individual. Diantara pelopor Keluarga Berencana itu
adalah Dr. Sulianti Saroso dari Yogyakarta, pada 1952 beliau menganjurkan para
ibu untuk membatasi kelahiran mengingat angka kematian bayi yang cukup tinggi.
Banyak tantangan yang dihadapi oleh Dr.Sulianti Saroso antara lain gabungan
organisasi wanita Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah waktu itu.
Di Jakarta, perintisan dimulai di Bagian Kebidanan dan Kandungan
FKUI/RSUP (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh tokoh-tokoh
seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanifa Wiknjosastro,

Dr. Koens.Martiono, Dr.R.Soeharto, dan Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan


Keluarga Berencana dilakukan secara diam-diam di poliklinik kebidanan
FKUI/RSUP. Setelah mengadakan hubungan dengan IPPF serta mendapatkan
dukungan dari para pelopor keluarga berencana setempat, pada 20 Desember 1957
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) resmi berdiri, dengan Dr. R.
Soeharto sebagai ketua. Dalam kepengurusan PKBI, dilibatkan pola tokoh-tokoh
non medis seperti Nani Suwondo, SH., Ny. Sjamsuridjam, dan lain-lain.PKBI
memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha yaitu
mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan,
memberi nasehat perkawinan.Kegiatan pelayanan dan penerangan masih dilakukan
secara terbatas, hal ini mengingat masih banyaknya kesulitan dan hambatan
terutama KUHP pasal 283 yang melarang menyebarluaskan gagasan KB.
Pada Januari 1967 diadakan simposium kontrasepsi di Bandung dan dengan
demikian berita mengenai kontrasepsi diikuti oleh masyarakat luas melalui media
massa. Pada Februari 1967 diadakan konggres PKBI pertama yang antara lain agar
keluarga berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan. Pernyataan
PKBI sangat tepat pada waktunya, karena pada 1967 ini Presiden Soeharto
menandatangani Deklarasi kependudukan Sedunia bersama 30 kepala negara
lainnya. Pada bulan April 1967 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sidikin menganggap
sudah waktunya kegiatan KB dijalankan secara resmi di Jakarta dengan
menyelenggarakan proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta.
Berdirinya LKBN pada November 1968 yang dalam menjalankan tugasnya
diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan
kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.
Selanjutnya peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perkembangan keluarga
berencana di Indonesia adalah masuknya program KB itu ke dalam repelita I dan
berdirinya Badan Koordinasi Keluarga Berenca (BKKBN) melalui keputusan
Presiden RI nomer 8 tahun 1970, menggantikan LKBN. Struktur BKKBN yang
merupakan Badan Koordinasi dan bukan merupakan bagian dari departemen
kesehatan memberikan keuntungan tersendiri.Struktur ini memungkinkan program
melepaskan diri dari pendekatan klinis yang jangkauannya terbatas.Wadah ini
memungkinkan pula peranan para pakar non medis dalam menyukseskan program
KB di Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan. Organisasi BKKBN terus

dikembangkan dan disempurnakan melalui konggres Presiden RI no.33 tahun 1972,


no.38 tahun 1978, dan no.1983.
(Sulistyawati, 2011)
2.

PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI INDONESIA


Program KB mengalami perkembangan pesat, baik ditinjau dari sudut
tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya
terhadap pencegahan kelahiran. Pada zaman PKBI tahun 1950an dan 1960an,
tujuan KB yang utama adalah menjarangkan kelahiran, upaya ini dikaitkan dengan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak; juga diusahakan agar pasangan suami
istri yang mandul mendapatkan keturunan yang diinginkan. Namun masalah
pembatasan kelahiran dan pemecahan masalah kependudukan tidak pernah
disinggung.Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh LKBN melalui logo
KB dimana dicantumkan 4 anak, 2 laki laki dan 2 perempuan.
Pada masa ini banyak dibahas hubungan antara agama dengan KB.Pesannya
adalah, bahwa semua agama di Indonesia dapat menerima upaya KB.Di dalam
PELITA 1 (1969/70-1973/74) KB disatukan dengan kesehatan.Target demografis
juga cukup sederhana, yaitu mencapai jumlah akseptor sebanyak 3 juta dalam 5
tahun, sehingga diharapkan tercegah 600.000 700.000 kelahiran.Program ini
dikhususkan untuk Pulau Jawa dan Bali yang padat penduduknya.
Dengan berdirinya BKKBN pada 1970 berarti badan itulah yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita I. Pada Pelita II program KB
sudah berdiri sendiri.Malah pada Pelita III dan IV jangkauan dan kaitannya sedah
lebih luas lagi sehingga program tersebut di dalam buku Repelita berada di bawah
judul Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong pemerintah untuk
meluaskan program ke 10 propinsi lainnya di luar Jawa dan Bali pada Pelita II,
yang dikenal sebagai Luar Jawa Bali I. Pada Pelita III program diperluas ke seluruh
Indonesia. Kelompok propinsi terakhir ini dinamakan Luar Jawa Bali II.
Awalnya BKKBN mencanangkan cukup tiga anak atau Pancawarga, maka
kemudian digunakan cukup dua anak atau Caturwarga.Sejak Pelita III dampak
demografis dari program KB sangat memprihatinkan.Target penurunan tingkat
kelahiran kasar sebanyak 50%, yakni dari 44 pada 1971 menjadi 22 pada
2000.Dipercepat 10 tahun menjadi 1990.Perubahan ini dilakukan pada 1980.Dalam
rangka intensifikasi program BKKBN menciptakan strategi dinamakan Panca
Karya.
5

Sejak Pelita V program KB nasional berubah menjadi gerakan KB


Nasional.Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan
mengajak

segenap

potensi

masyarakat

untuk

berpartisipasi

aktif

dalam

melembagakan dan membudayakan (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu


sumber daya manusia Indonesia.Hasil sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan
bahwa Gerakan KB Nasional telah berhasil merampungkan landasan pembentukan
NKKBS.Langkah besar yang perlu dibangun selanjutnya adalah pembangunan
Keluarga Kecil Sejahtera.
Tujuan Gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran Gerakan
KB Nasional ialah (1) Pasangan Usia Subur (PUS), dengan prioritas PUS muda
dengan paritas rendah, (2) Generasi muda dan purna PUS, (3) Pelaksana dan
pengelola KB, (4) Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju pertumbuhan
penduduk tinggi dan wilayah khusus seperti sentra industri, pemukiman padat,
daerah kumuh, daerah pantai, dan daerah terpencil.
(Sulistyawati, 2011)

3.

PENGERTIAN KB
Keluarga Berencana adalah suatu evaluasi alami gaya hidup jontemporer
yang berorientasi pada upaya untuk menciptakan kesejahteraan (Bobak, 2004)
Keluarga Berencana menurut WHO adalah tindaksn yang memakai
individu atau pasangan suami istri untuk :
a. Mendapatkan obyek-obyek tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak di inginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur interval di antara kehamilan
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.(Hanafi,2004)
Keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran,

pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk


mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN,2004)

4.

TUJUAN PROGRAM KB
Tujuan umum KB adalah membentuk keluaga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara jasmani maupun secara rohani termasuk di dalamnya pola
hidup yang sesuai dengan standar kehidupan keluarga yang layak.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan teori
pembangunan menurut Alex Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa
pembangunan bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi juga
membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi pada
masa sekarang dan masa depan, memiliki kesanggupan untuk merencanakan, dan
percaya bahwa manusia dapat mengubah alam, bukan sebaliknya (Sulistyawati,
2011).

Menurut Hartanto, 2004:30-31 tujuan program KB yaitu:


Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu

dihayati NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera).


Tujuan Khusus
Penurunan angka kelahiran yang bermakna, guna mencapai tujuan
tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk
mencapai sasaran

5.

SASARAN PROGRAM KB
Sasaran program KB tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 (Sulistyawati, 2011) sebagai berikut:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.

3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)
menjadi 6%.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
program KB Nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka penggarapan program
nasional keluarga berencana diarahkan pada dua bentuk sasaran yakni:
Sasaran Langsung yaitu para pasangan usia subur (PUS) agar mereka
menjadi peserta Keluarga Berencana Lestari sehingga memberikan efek langsung
pada penurunan fertilitas.
Sasaran Tidak Langsung yaitu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat
(wanita dan pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap
proses pembentukan sistem nilai di kalangan masyarakat yang dapat mendukung
usaha pelembagaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
6.

VISI DAN MISI KELUARGA BERENCANA(KB)


a. Visi
"Penduduk Tumbuh Seimbang, Terwujudnya Keluarga BErkualitas melalui,
Pemberdayaan Masyarakat dan Kesetaraan Gender."
b.
Misi
1. Mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang.
2. Meningkatkan pengembangan kelembagaan dan partisipasi masyarakat.
3. Meningkatkan perandan kontribusi perempuan dalam aspek pembangunan

7.

RUANG LINGKUP PROGRAM KB


Menurut Sulistyawati (2011) Ruang lingkup program KB mencakup sebagai
berikut:
1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.Adapun manfaat
yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.

a. Tercegahnya kehamilan berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu


pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan
organ reproduksinya.
b. Meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat
yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
2. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut:
a. Memperbaiki kesehatan fisik.
b. Mengurangi beban ekonomi yang ditanggungnya.
3. Seluruh keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang
tuanya.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
8.

Keluarga berencana
Kesehatan reproduksi remaja
Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
Keserasian kebijakan kependudukan
Pengolahan SDM apparatus
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas apparatus negara

STRATEGI,

PENDEKATAN,

DAN

CARA

OPERASIONAL

PROGRAM PELAYANAN KB
Menurut Sulistyawati (2011) dalam hal pelayanan kontrasepsi, diambil
kebijakan sebagai berikut:
1. Perluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara menyediakan sarana
yang bermutu dalam jumlah yang mencukupi dan merata.
2. Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman medis.
3. Pelembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh masyarakat

dan

pelembagaan keluarga kecil sejahtera.


Dalam hal strategi pelayanan kontrasepsi dibantu pokok-pokok sebagai
berikut:
9

1. Menggunakan pola pelayanan kontrasepsi rasional sebagai pola pelayanan


kontrasepsi kepada masyarakat, berdasarkan kurun reproduksi sehat.
2. Pada usia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan dengan
menggunakan pil KB, AKDR, kontrasepsi suntik, susuk kondom, atau
intravagina. Pada usia 20-30 tahun dianjurkan untuk menjarangkan
kehamilan. Cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah AKDR, implant,
kontrasepsi suntik, pil mini, pil KB, kondom atau intravagina. Sesudah usia30
tahun atau pada fase pengakhiran kesuburan, dianjurkan memakai kontrasepsi
mantap, AKDR, kontrasepsi suntik, pil KB, kondom, atau intravagina.
3. Menyediakan sarana dan alat kontrasepsi yang bermutu dalam jumlah yang
cukup dan merata.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi.
Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kontrasepsi maupun dalam mengelola pelayanan kontrasepsi. Terdapat beberapa
sumber informasi, antar lain:
1. Media Massa
Media massa merupakan suatu sumber informasi dalam kehidupan
moderen. Media yang dimaksudkan media cetak dan media elektronik.
Menurut penelitian oleh Achmad Rois (1991), media massa seperti
radio, televisi, surat kabar secara teoritis dapat mempengaruhi keikutsertaan
dalam KB.
2. Petugas Lapangan KB
Pelaksanaan program KB Nasional di tingkat lapangan tidak terlepas
dari peranan Petugas Lapangan Keluarga Berencana atau Penyuluh Keluarga
Berencana (PLKB/PKB).PLKB atau PKB merupakan pegawai negeri sipil
atau non pegawai negeri sipil yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan
KB. Tugas dan fungsi dasar PLKB/PKB meliputi sepuluh langkah, yaitu
pendekatan tokoh formal, pendataan dan pemetaan, pendekatan tokoh
informal, pembentukan kesepakatan, penegasan kesepakatan, penerangan dan
motivasi, peneladanan atau pembentukan grup pelopor, pelayanan KB,
pembinaan peserta, pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Zuhriyah, 2012).
3. Lingkungan
Informasi tentang KB bisa diperoleh dari lingkungan tempat tinggal.
Interaksi antar sesama ibu usia subur dalam sebuah lingkungan dapat
membantu seseorang untuk mengetahui tentang program KB.

10

Menurut Sulistyawati (2011), untuk mencapai sukses yang diharapkan,


maka ditempuh strategi 3 dimensi, yaitu sebagai berikut:
1. Perluasan jangkauan.
Semua jajaran pembangunan diajak berperan serta dalam ikut
menangani program KB dan mengajak semua PUS yang potensial untuk
menjadi akseptor KB.Istri pegawai negeri, ABRI, dan pemimpin masyarakat
diajak menjadi pelopor yang dapat diandalkan agar masyarakat mengikuti
dengan senang hati dan penuh kebanggaan.
2. Pembinaan.
Organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak
berperan serta mendalami lebih terperinci tentang apa yang terjadi, dan
diberikan

kepercayaan

untuk

ikut

menangani

program

KB

dalam

lingkungannya sendiri, menjadi petugas sukarela, dan mulai dikenalkan


mengenai program-program pos KB, posyandu, pembianaan anak-anak, dan
sebagainya.
3. Pelembagaan dan pembudayaan.
Tahapan awal KB mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu
tingkat kesadaran dimana melaksanakan program KB bukan karena faktor
eksternal di mana berdasarkan ajakan pihak luar melainkan atas kesadaran
dan keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan Panca Karya yang
mempertajam sasaran dan memperjelas target, yaitu pasangan usia muda
dengan paritas rendah, PUS dengan jumlah anak yang cukup, dan generasi
muda. Dengan penajaman pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan
wilayah tersebut, maka program KB tidak lagi menunggu sasarannya, tetapi
lebih bersikap aktif.
9.

DAMPAK

PROGRAM

KB

TERHADAP

PENCEGAHAN

KELAHIRAN
Menurut Sulistyawati (2011) Program KB bertujuan untuk memenuhi
permintaan pelayanan KB dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi
yang berkualitas, serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan

11

meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil


berkualitas.

Sasaran utama kinerja program KB adalah sebagai berikut:


1.

Menurunnya PUS yang ingin melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak

2.
3.

terlayani (unmeet need) menjadi sekitar 6,5%.


Meningkatnya partisipasi suami dalam melaksanakan KB menjadi sekitar 8%.
Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per perempuan.
Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan ketika

mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika mereka melakukan dan
mendorong kesehatan mereka.
10.

PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PROGRAM KB


Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada
masyarakat adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
Kegiatan KB merupakan salah satu komponen dari pelayanan kesehatan
reproduksi esensial (PKRE) yang dapat dilaksanakan di tiap tingkat
pelayanansesuai dengan kewenangannya. Pelayanan di tingkat puskesmas adalah
konseling KB, pelayanan KB sesuai kemampuan, pertolongan pertama
komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek samping KB, rujukan
pelayanan KB dan pembinaan pelayanan KB di tingkat desa. Pelayanan KB
berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu

dalam

merencanakan

kehamilan

sehingga

diharapkan

dapat

berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat


fertilitas (kesuburan) bagi wanita usia subur yang telah cukup memiliki anak (2
anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin
mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan)
kehamilan. Program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori wanita usia
subur dengan 4 terlalu yaitu terlalu muda, tua, sering dan banyak (Uliyah,
2010).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB.Dari aspek kualitas perlu
12

diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan metode KB,
sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan.Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
11. LANGKAH-LANGKAH KONSELING KB
Menurut Prawirohardjo (2011), dalam

memberikan konseling,

khususnya bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah
yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU
tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.
Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:
1. SA: Sapa dan Salam kepada kliensecara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya.Yakinkan klien untuk membangun rasa
percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat dipeolehnya.
2. T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman KB dan KR, tujuan, kepentingan, harapan,
serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi
yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba
tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami.
Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat
membantunya.
3. U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan
pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan J alternatif
kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai
risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
4. TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

13

5. J: Jelaskan secara lengkap kepada klien bagaimana menggunakan


kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsi, apabila
diperlukan perlihatkan alat kontrasepsinya.
6. U: Perlunya kunjungan Ulang. Diskusikan dan buat kontrak dengan klien
untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi apabila
dibutuhkan.
12.

MACAM-MACAM KB
a. Metode sederhana
Metode sederhana tanpa alat ( Kontrasepsi Alamiah )
1. Metode kalender
2. Metode pantang berkala
3. Metode suhu basal
4. Metode lender servix
5. Metode simtomtermal
6. Coitus Interuptus
7. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode sederhana dengan alat
1. Metode barrier (Kondom) dan barrier intravagina (kondom untuk wanita)
2. Kimiawi (Spermiside)
b. Metode modern
Kontrsepsi hormonal
1. Pil (oral)
2. Suntik (injeksi)
3. Subkutis/ implant
4. Intra Uteri Device (IUD/ AKDR)
c. Metode Operasi
1. Tubektomi (Metode Operasi Wanita - MOW)
2. Vasektomi (Metode Operasi Pria - MOP)
(Sulistyawati, 2011)

13. CIRI- CIRI KONTRASEPSI YANG DIPERLUKAN


Untuk dapat mewujudkan pelaksanaan pola pelaksanaan keluarga tersebut
diatas dengan baik maka diperlukan penggunaan kontrasepsi yang rasional
( menurut ilmu kesehatan ) yang sifat-sifatnya sesuai dengan ciri-ciri setiap masa (
periode ) perencanaan keluarga tersebut.
Ciri-ciri kontrasepsi, yaitu :
1. MENUNDA KEHAMILAN
Fase untuk menunda kehamilan :
a) Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan
saat istrinya belum mencapai usia 20 tahun

14

b) Pada fase ini, kontrasepsi yang diperlukan adalah kontrasepsi dengan


pulihnya kesuburan tinggi, yaitu kembalinya kesuburan hingga 100%.
Hal ini penting karena pada fase ini, pasangan belum mempunyai anak.
c) Dibutuhkan efektifitas yang tinggi, contoh : PIL KB, IUD, IMPLAN,
SUNTIKAN, dan cara sederhana seperti KONDOM, KOITUS
INTERUPTUS,

KB

ALAMI,

DIAFRAGMA,

KONTRASEPSI

KIMIAWI
2. MENGATUR / MENJARANGKAN KEHAMILAN
Fasa mengatut / menjarangkan kehamilan : pada usia 20-35 tahun:
a) Kriteria kontrasepsi yang diperlukan :
Efektivitas tinggi
Efektivitas jenis kontrasepsi sangat penting dipelajari untuk
membantu klien dalam menentukan pilihan sesuai kondisi dirinya.
Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu diberi informasi:
1. efektivitas rlatif dari berbagai metode kontrasepsi yang
tersedia.
2. Efek negative kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan
dan resiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi
medis tertentu

Tingkat efektivitas metode kontrasepsi sesuai dengan jenisnya.

Tingkat Efektivitas
Sangat efektif

Metode Kontrasepsi
Implan,Vasektomi, Suntikan Kombinasi,
Suntikan

DMPA/NET-EN,

Tubektomi,

AKDR Cut-380A, Pil Progesteron (Laktasi)


Efektivitas dalam pemakaian biasa Metode amenore laktasi
Pil kontrasepsi kombinasi
sangat efektif nbila dipakai secara tepat
Pil progesterone (bukan masa laktasi)
dan konsisten
Efektif bila dipakai secara tepat dan Kondom pria
Senggama terputus
konsisten/ terus menerus
Diafragma + spermisida
KB alamiah
Kondom perempuan
Spermisida
Tidak efektif
Tanpa KB

15

Dikutip dari WHO, 2004 (Gambar tingkat efektivitas kontrasepsi)dalam (Sri


Rahayu, 2015)

Reversible tinggi karena pasangan masih mengharapkan anak

kembali.
Dapat digunakan 3-4 tahun sesuai jarak yang direncanakan
Tidak menghambat produksi asi untuk anak sebelumnya.
Pilihan kontrasepsi yang dapat digunakam, antara lain : iud, kb
suntik, pil mini, pil kb, dan implan.

3. MENGHENTIKAN / MENGAKHIRI KEHAMILAN


Fase menghentikan masa kesuburan : pada usia > 35 tahun
a) Sebaiknya keluarga minimal sudah memiliki 2 anak dan usia istri > 30
tahun, yang secara medis lebih baik untuk tidak mngalami kehamilan
kembali.
b) Diharuskan kesepakatan yang bulat antara pasangan suami dan istri
sebelum menentukan pilihan terhadap keputusan akan tindakan
kontrasepsi yang akan digunakan. Sebaiknya seluruh tindakanyang
diputuskan hrus sudah diketahui resikonya secara menyeluruh oleh sang
pasien.
c) Tindakan yang dapat dilakukan : STERILISASI ( vasektomi atau
tubektomi ), IUD, IMPLAN, SUNTIK KB, dan PIL KB.
14. PENAPISAN KB ( Sri Rahayu, 2015 )
Upaya untuk melakukan telaah dan kajian tentang kondisi kesehatan klien
dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan.
- Tujuan sesi
a. Mengetahui mekanisme kerja alat kontrasepsi dan pengaruhnya terhadap
fungsi normal tubuh
b. Menyelaraskan metode yang diinginkan dengan kondisi kesehatan klien.
c. Menentuka kondisi kesehatan klien yang paling memungkinkan untuk satu
metode terpilih atau berbagai alternatif yang ada
- Tujuan penapisan klien
a. Apakah ada masalah medik, kondisi biologik sebagai penyulit teknis, tidak
terpenuhinya syarat teknis- medik yng dapat menghalangi penggunaan
metode KB tertentu.
b. Apakah perlu dilakukan penilaian/pengelolahan lanjut terhadap masalah
-

medik yang ditemukan agar penggunaan kontrasepsi memungkinkan.


Perencanaan keluarga dan penapisan klien

16

a. Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid


yang pertama ( menarche )
b. Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai berhentinya
haid ( menoupuse )
c. Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya resiko rendah untuk ibu dan anak
adalah 20-35 tahun.
d. Persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya
e. Jarak antara 2 kelahiran sebaiknya 2-4 tahun.
-

Penapisan klien
Tujuan utama penaisan klien sebelum pemberian suatu kontraseps adalah
untuk menentukan apakah ada :
a. Kehamilan
b. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
c. Masalah ( misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi ) yang membutuhkan
pengamatan dan pengelolahan lebih lanjut.
Untuk mempermudah dalam melakukan penapisan dapat menggunakan
table dibawah ini..
Tabel: Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Nonoperatif

Metode hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan


susuk
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih ?
Apakah menyusui dan < 6 minggu pasca persalinan (1,2)
Apakah mengalami perdarahan pervaginan bercak antara haid
setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata ?
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual?
Apakah pernah nyeri hebat pda betis, paha atau dada, atau tungkai
bengkak ( edema )?
Apakah pernah mengalami tekanan darah > 160 mmhg ( sistolik ),
90 mmhg ( diastolik )?
Apakah ada massa atau benjolan payudara?
Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan anti
kejang/epilepsi (3)
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin )
Apakah klien (pasangan) mempunyai pasangan lain?
Apakah pernah mengalami IMS ?
Apakah pernah mengalami kehamilan ektopik atau radang panggul ?
Apakah pernah mengalami haid banyak ( >1-2 pembalut setiap 4

17

Ya

Tidak

jam)?
Apakah pernah mengalami haid lama ( > 8 hari )?
Apakah pernah mengalami disminorea berat yang membutuhkan
analgetikadan atau istirahat baring ?
Apakah pernah mengalami perdarahan/ perdarahan berck antara
haid atau setelah senggama ?
Apakah pernah mengalami penyakit jantung vaskular atau kongital
1. Apakah klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan muda pil
kombinasi adalah metode pilihan akhir
2. Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA atau NET-ET) atau
susuk
3. Tidak cocok untuk suntikan progestin ( DMPA atau NET-ET)
- Bagaimana meyakini klien tidak dalam keadaan hamil, yaitu apabila :
a) Tidak senggama sejak haid terakhir
b) Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
c) Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
d) Didalam 4 minggu pasca persalinan
e) Dalam 7 pasca keguguran
f) Menyusui dan tidak haid ( MAL )
Pemeriksaan fisik jarang dibutuhkan, kecuali untuk menyingkirkan kehamilan
yang lebih dari 6-8 minggu.
-

Laboratorium
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji
kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitif, klien
dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.
Selain itu, dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat
pemakaianmetode kontrasepsi secara berlebihan secara berlebihan sehingga
mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi dari klien. Akibatnya, banyak
prmintaan pemeriksaan laboratorium yang sebenarnya tidak diperlukan ( misalnya
pemeriksaan kolerterol, fungsi hati, glukosa atau pap smear ).
Walaupun permintaan menjadi klien keluarga berencana

meningkat,

kemampuan pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium untuk


pemeriksaan yang diminta. Keadaan ini merupakan hambatan terhadap pemilihan
kontrasepsi dan pelaksanaan pelayanan. Karena itu agar klien dapat memperoleh

18

cara kontrasepsi yang terbaik sesuai dengan pemilihan, penilaian calon klien harus
dibatasi padaprosedur yang diperlukan untuk semua klien pada setiap tautan.
Jika semua keadaan diatas adalah ( tidak / negatif ) dn tidak dicurigai adanya
kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon
banyak yank ( ya / positif ), berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir
dibuat.
Catatan :
Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi diatas.
Namun, petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya.
Bila diperlukam, petugas dapat mengulangi pertanyaan dengan cara yang berbeda.
Juga perlu diperhatikan masalah sosial, budaya atau agama yang mungkin
berpengaruh terhadap respon klien tersebut (dan pasangannya )
Alasan untuk tidak melakukan pemeriksaan dalam atau (laboratorium)
kecuali untuk AKDR dan konrasepsi mantap, pada umumnya tidak diperlukan
pemeriksaan dalam atau laboratorium karena:
a. Sebagai besar klien berusia diantara 16-35 tahun dan sehat
b. Insidensi keganasan atau tumor genetalia jarang terjadi pada golongan usia
diatas
c. Kandungan hormon pada alat kontrasepsi masa kini, berkualitas baik dan efektif
pada dosis rendah sehingga jarang menimbulkan efek samping atau komplikasi
serius.
-

Klien tidak hamil apabila :


a. Tidak senggama sejak haid terakhir
b. Sedang menggunakan alat kontrasepsi efektif secara baik dan benar
c. Dalam 7 hari pertama haid terakhir
d. Dalam 4 minggu pasca persalinan
e. Dalam 7 hari pasca keguguran.
f. Memberi ASI eksklusif dan belum haid

Bagaimana bila klien mungkin hamil :


a. Pemeriksaan bimanual hanya dapat mendeteksi kehamilan diatas 6 minggu
b. Uji kehamilan tidak selalu memberikan kepastian kecuali bila menggunakan
jenis yang sangat sensitif
c. Jika tersedia uji kehamilan, anjurkan memakai kondom hingga haid berikut
atau observasi kepastian hamil.

Penapisan Untuk Semua Metode

19

KBA,
Penelitian

MLA, atau
koitus

Barier/

Hormonal (KOK,

spermisi

KIK, PP, KIP atau

da

implant)

Kontap
AKDR

(pria
dan

Riwayat kes-

interuptus
Ya

Ya

Ya

ya

wanita)
Ya

repro
Riwayat

Tidak

Tidak

Tidak

tidak

Tidak

ISR/PMS
Pemeriksaan fisik
Wanita :
Kondisi umum

Tidak

Tidak

Tidak (b)

Tidak

Ya
Ya
Ya
Ya

Abdominal
Inspekulo
Bimanual
Pria :
Lipat paha
Penis
Testis& skrotum

Tidak
Tidak
Tidak

Tidak
Tidak
Ya (a)

Tidak (b)
Tidak (b,c)
Tidak (c)

(b)
ya
ya
Ya

Tidak
Tidak
Tidak

Tidak
Tidak
Tidak

Ya
Ya
Ya

Keterangan :
(a) : Perlu pertimbangkan diafragma
(b) : Bila hasil tilik semua negatif, tidak perlu pemeriksaan lanjut
(c) : Hanya perlu bila ada dugaan hamil dan uji kehamilan tak tersedia
-

Untuk AKDR
a. Riwayat hubungan seksual selain dengan pasangannya
b. PMS / STI lainnya pada 3 bulan kebelakang
c. Infeksi pelvik atau KET ( dalam 3 bulan terakhir )
d. Menometroragia
e. Haid berkepanjangan (> 8 hari )
f. Disminore berat ( perlu analgesik atau istirahat )
g. Metroragia atau pendarahan bercak setelah menggunakan kontrasepsi
h. Penyakit katup jantung simptomatik
Maka apabila terdapat tanda tanda seperti di atas klien tidak dapat
menggunakan AKDR yang mengandung progestin.

20

Penapisan klien KB suntik dan Pil


Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian metode suntik danpil adalah
untuk menentukan :
1. Adanya keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
2. Danya masalah yang membutuhkan perhatian khusus

Daftar Tilik Penapisan Klien Suntik Dan Pil


No
1.
2.

Keadaan klien
Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca persalinan

3.

(1,2)
Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid setelah

4.
5.
6.

senggama
Ikterus pada kulit atau mata
Nyeri kepala hebat / gangguan visual
Nyeri hebat pada betis, paha, dada, atau tungkak

7.

bengkak ( edema )
Tekanan darah diatas 150 mmHg (sistol) atau 90 mmHg

8.
9.

(dastolik)
Massa atau benjolan pada payudara
Sedang minum ( mengkonsumsi ) obat-obatan anti

Ya

Tidak

kejang / epilepsi (3)


Keterangan :
(1) : Apabila klien menyusui dari 6 minggu pasca persalinan maka pil kombinasi
adalah metode pilihan terakhit
(2) : Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan ( DPNA atau NET-ET)
(3) : Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-ET).
21

Jika semua jawaban diatas adalah ( TIDAK ) dan tidak dicurigai adanya
kehamilan dapat diteruskan dengan konseling khusus. Bila respon banyak yang (ya)
berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi
diatas. Namun, petugas harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya. Bila
diperlukan petugas dapat mengulang pertanyaan dengan cara yang berbeda. Juga perlu
diperhitungkan masalah sosial, budaya, atau agama yang mungkin berpengaruh
terhadap espon klien tersebut dan pasangannya)
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Bagaimana meyakini klien tidak dalam keadaan hamil, yaitu apabila :


Tidak senggama sejak haid terakhir
Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
Didalam 4 minggu pasca persalinan
Dalam 7 pasca keguguran
Menyusui dan tidak haid ( MAL )

Daftar Penapisan Klien Metode Operasi ( Tubektomi )


No

Keadaan klien

Dapat dilakukan pada

Dilakukan difasilitas

Keadaan umum

fasilitas rawat jalan


Keadaan umum baik,tidak ada

rujukan
Diabetes tidak terkontrol

(anamnesa dan

tanda-tanda penyakit

riwayat gangguan

pemeriksaan

jantung,paru atau ginjal

pembekuan darah, ada

fisik)

tanda-tanda penyakit

Keadaan

Tenang

jantung, paru atau ginjal


Cemas, takut

3
4
5

emosional
Tekanan darah
Berat badan
Riwayat operasi

< 160/100 mmHg


35-85 kg
Bekas secsio sesarea ( tanpa

160/100 mmHg
> 85 kg ; > 35 kg
Operasi abdomen

abdomen/

pelekatan )

lainnya, perlekatan atau

panggul

terdapat kelainan pada

Riwayat radang

pemeriksaan panggul
Pemeriksaan dalam ada

Pemeriksaan dalam normal

panggul, hamil

kelainan

ektopik,
22

apendisitis
Anemia

Hb 8g%

Hb <8 g%

Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Operasi ( Vasektomi )


Keadaan klien

Dapat dilakukan pada

Dilakukan di fasilitas

Keadaan umum

fasilitas rawat jalan


Keadaan umum baik, tidak

rujukan
Diabetes tidak terkontrol,

( anamnesis dan

ada tanda-tanda penyakit

riwayat gangguan

pemeriksaan fisik )

jantung, paru, atau ginjal

pembekuan darah, ada


tanda-tanda penyakit

Keadaan emosional
Tekanan darah
Infeksi atau kelainan

Tenang
<160/100 mmHg
Normal

jantung, patu atau ginjal


Cemas, takut
160/100 mmHg
Tanda-tanda infeksi atau

skrotum/inguinal
Anemia

Hb 8 g%

ada kelainan
Hb < 8 g %

Bagaimana meyakini bahwa klien tidak hamil


Klien tidak hamil apabila :
1. Tidak senggama sejak haid terakhir
2. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
3. Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
4. Dalam 7 hari pasca persalinan
5. Dalam 7 hari psca keguguran
6. Menyusui dan tidak haid ( lihat bawah )
Pemeriksaan fisik jarang dibutuhkan, kecuali untuk menyingkirkan
kehamilan yang lebih dari 6-8 minggu.
Laboratorium
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji
kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitif,
klien dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.

Amenorea laktasi sebagai andalan cara kontrasepsi


Metode amenorea laktasi ( MAL ) sangat efektif mencegah kehamilan
( pencegahan 98% jika dilaksanakan secara benar pada 6 bulan pertama
pascapersalinan; ekslusif ASI ( lebih dari 8x sehari ) ; pencegahan 93% jika
dilaksanakan sampai 12 bulan pascapersalinan ).

23

Pada perpanjangan masa menyusui petugas kesehatan dapat meyakinkan


bahwa wanita tersebut tidak akan hamil bila sampai 6 bulan pascapersalinan
melaksanakan MAL dengan baik.
Untuk klien yang akan memakai kontrasepsi jangka panjang (suntikan,
orpkant atau AKDR) dan sudah lebih 6 bulan pascapersalinan disarankan untuk
dilakukan pemeriksaan dalam guna menyingkirkan kehamilan.

Prosedur Penapisan Klien


Metode hormonal
KBA
Prosedur

atau
MAL

Penapisan

tidak

(pil kombinasi,

Metode

pil

barier

Tidak

reproduksi

AKDR

progestin/suntik/i

Kontap
wanita

mplan )
Ya (lihat daftar)

Ya (lihat

Ya

*1

daftar)

(lihat
daftar)

Seleksi ISR/IMS

tidak

Tidak

Tidak

24

Ya

*2
Ya

resiko tinggi
Pemeriksaan
Wanita umum
Abdomen
Pemeriksaan

tidak
-

Tidak
Tidak

Tidak *3
Tidak
Tidak
Tidak

Ya
ya
ya

Ya
Ya
Ya

Pemeriksaan

Ya

Tidak

ya

Ya

dalam
Pria (lipat paha,

Tidak

Ya

spekulum

penis, testis
skrotum)
1. Metode hormonal
2. Oklusi tba dan vasektomi
3. Bila ceklis penapisan benar semua (tidak) pemeriksaan tidak diperlukan

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Tujuan umum KB adalah membentuk keluaga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara jasmani maupun secara rohani termasuk di dalamnya pola
hidup yang sesuai dengan standar kehidupan keluarga yang layak.
Sasaran utama kinerja program KB adalah sebagai berikut:
4.

Menurunnya PUS yang ingin melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak

5.
6.

terlayani (unmeet need) menjadi sekitar 6,5%.


Meningkatnya partisipasi suami dalam melaksanakan KB menjadi sekitar 8%.
Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per perempuan.
25

3.2 SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arum, Dyah Novianti Setya, Sujiayantini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika
Bobak, J. 2004. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Ida, Ayu Sri Kusuma, Dewi Suryasaputra Manuaba. 2011. Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi.Jakarta EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2.
Jakarta: YBP-SP
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Salemba Medika
Suratun, dkk.2008. Pelayanan Keluarga Berencan dan Pelayanan Kontraspsi.Jakarta:
Trans Info Media
Rahayu, Sri.2015.Modul Kesehatan Reproduksi & KB. Jakarta: Australian AID

26

Anda mungkin juga menyukai