PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, perasaan tidak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting
diketahui agar dapat dibedakan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di
masyarakat umum kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan
secara bergantian. Pasien sering kesulitan untuk menjelaskan perasaannya dan
dalam menganamnesa pasien vertigo harus dibedakan dengan bentuk lain dizzines,
yaitu pingsan, kepala terasa ringan, hipotensi postural, dan klaustrofobia.
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan. Berbagai macam defenisi
vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai
sekarang banyak dipakai adalah teori yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun
1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di
sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan keseimbangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2. 1 Anatomi
A. Otak
Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput meninges
terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan araknoid, dan lapisan
piameter.
1)
Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan
bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak.
Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula
spinalis.
2)
Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri
dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut
dengan
ruang
subaraknoid
dan
memiliki
cairan
yang
disebut
cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis
dari guncangan.
3)
Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan
melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah.
Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
Otak dibagi menjadi 3 bagian besar : serebrum, serebellum dan batang otak.
Semua berada dalam satu bagian struktur tubuh yang disebut tengkorak, yang
melindungi otak dan cedera.
2
1)
Serebrum
Cerebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Pada cerebrum terletak
pusat 2 saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik juga
mengatur proses penalaran intelegensia dan ingatan.
a)
Empat lobus
(1)
Frontalis (lobus terbesar), terletak pada fossa anterior. Area ini mengontrol
sensasi baru. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan
letak bagian tubuhnya.
(3)
Serebellum
Terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh dura meter yang menyerupai
atap tenda, yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum.
Fungsi serebellum yaitu:
(1)
Mengatur
otot-otot
postural
tubuh.
Serebellum
mengkoordinasi
bawah sadar.
B. Batang otak
Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medula spinalis dan kebagiab
rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat otak yang lebih tinggi.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons
3
yaitu
talamus,
hipotalamus
(4)
Saraf kranial
Olfaktorius
II
Optikus
Komponen Fungsi
Sensorik
Penciuman
Sensorik
Penglihatan
Mengangkat kelopak mata atas
III
IV
Okulomotorius
Troklearis
Motorik
Konstraksi
Sebagian
Motorik
pupil
besar
ekstraokular.
Gerakan mata ke bawah dan ke
dalam
Otot temporalis
Motorik
gerakan
dan
maseter
kepala,
mukusa
V
Trigeminus
mukosa
hidung
dan
mata,
rongga
Refleks
kornea
atau
refleks
Abdusens
Motorik
VII
Fasialis
Motorik
Otot-otot
wajah
dan
termasuk
ekspresi
otot
dahi,
Sensorik
Cabang
VIII vestibularis
Sensorik
Keseimbangan
Sensorik
pendengaran
vestibulokoklearis
Cabang koklearis
IX
Glosofaringeus
Motorik
Faring:
Motorik
Parotis: salivasi
Faring, laring:
menelan,
Faring,
Vagus
refleks
muntah
menelan,
Sensorik
laring:
menelan,
XI
Asesorius
Motorik
XII
Hipoglosus
Motorik
Pergerakan lidah
E. Sistem limbik
Sistem limbik berkaitan dengan:
(1)
laku individu.
(2)
(3)
Memfasilitasi
penyimpanan
suatu
memori
dan
menggali
kembali
F. TELINGA
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar.
1. Anatomi Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi
kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus
telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus
adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan
meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup
mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga
lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua
pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius
eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar
khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen
ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.
Tuba
eustachii
yang
lebarnya
sekitar
1mm
panjangnya
sekitar
35
mm,
10
2. 2 FISIOLOGI KESEIMBANGAN
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin), terlindung
oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah
telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan.
Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin membran terletak
dalam labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin tulang. Antara
labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa, sedang endolimfa terdapat di
dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi daripada cairan
perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam
perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semisirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss anterior (superior) dan kss posterior
(inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus.
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
11
karena
berjalan
dengan
kedua
tungkainya,
relatif
kurang
stabil
dibandingkan dengan makhluk lain yang berjalan dengan empat kaki, sehingga lebih
memerlukan informasi posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu diper-lukan
12
juga
informasi
gerakan
agar
dapat
terus
beradaptasi
dengan
perubahan
sekelilingnya.
Informasi tersebut diperoleh dari sistim keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis
semisirkularis sebagai reseptor, serta sistim vestibuler dan serebelum sebagai
pengolah infor-masinya; selain itu fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan
dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota tubuh.
Sistim tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di
susunan saraf pusat
13
2.3 DEFINISI
Vertigo adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan sensasi seseorang
bahwa lingkungan di sekitar dirinya bergerak atau berputar. Dalam pengertian
lainnya vertigo merupakan suatu halusinasi gerakan. Sensasi dari pergerakan ini
disebut vertigo subjektif sedangkan persepsi pergerakan pada objek di
sekelilingnya disebut vertigo objektif. Vertigo seringkali berhubungan dengan
kelainan di otak atau di telinga dalam.
2.4 ETIOLOGI
Penyebab vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :
FISIOLOGIS :
1.Mabuk
gerakan
PATOLOG
IS
2.Mabuk
angkasa
3.Vertigo
VESTIBUL
ERR
14
VESTIBUL
ERR
PERIFER :
SENTRAL :
A. LABIRIN
1.INFARK
1.BPPV
2.PERDARAHAN
2.MENIERE
3.TUMOR OTAK
3.OTOTOXIK
4.EPILEPSI
4.LABRINGITIS
5.RADANG
OTAK
5.TRAUMA
KAPITIS
SYNCOPE
1.ARITMIA
JANTUNG
DISEQUILIBRIU
M
1.PARKINSON
2.VASOVAGAL
SYNCOPE
2.KEL.SEREBEL
UM
3.HIPOGLIKEMI
3.KEL. MATA
PSIKOGENIK
1.ANSIETAS
2.HIPERVEN
TILASI
3.DEPRESI
B. N.
VESTIBULARIS
1.NEURONITIS
VESTIBULARIS
2.RAMSAY
Vertigo dapat timbul pada lesi atau gangguan fungsi labirin, nervus vestibularis,
batang otak atau lobus temporalis.
1. Vertigo labirin.
Fungsi labirin dapat terganggu pada trauma, iskemia, peradangan, keracunan dan
lain-lain.
1. Vertigo Barany.
Yaitu vertigo yang timbul pada perubahan tertentu sikap kepala. Keluhan ini biasanya
timbul pada usia pertengahan. Gangguan ini dapat timbul setelah trauma kepala.
Pada vertigo barany bila penderita dari sikap duduk dibaringkan dengan kepala
ditengadahkan
nistagmus yang baru timbul setelah periode laten selama 2-20 detik. Lama
berlangsungnya nistagmus kurang dari 1 menit. Tes ini disebut tes Nylen-Barany.
15
Dengan pengulangan tes ini, nistagmus tidak timbul lagi. Vertigo yang timbul dapat
hebat.
2. Vertigo trauma kapitis.
Vertigo akut yang timbul pada trauma kapitis disebabkan memar labirin unilateral.
Gejala-gejala
lain
yang
menyertainya
adalah
nausea,
vomiting,
gangguan
16
dihentikan. Keluhan segera akan berkurang tetapi untuk hilang sama sekali dapat
memaka waktu berbulan-bulan.
2. Vertigo nervus vestibularis
1. Nevritis vestibularis.
Penyebab neuritis vestibularis belum diketahui. Gejala-gejala yang timbul ialah
vertigo yang mendadak dan berat disertai nausea dan vomiting. Nistagmus spontan
dijumpai dengan fase cepat kearah telinga yang sehat. Fungsi nervus VIII yang
terkena berkurang. Mungkin dijumpai tinitus atau perasaan penuh dalam telinga.
Pendengaran tetap baik. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri.
2. Neurinoma nervus vestibularis.
Pada neurinoma nervus VIII biasanya keluhan penderita bukan perasaan memutar
tetapi gangguan keseimbangan disertai menurunnya daya mendengar. Kemudian
timbul gejala-gejala neurologis lain, kelumpuhan nervus fasialis, ataksia dan lain-lain.
3. Gangguan batang otak
Iskemia batang otak. Pada gangguan aliran darah dalam arteri vertebralis basalis
sering dijumpai vertigo. Gejala-gejala lain yang ditemukan ialah disartria, ataksia,
hemiparesis, diplopia dan lain-lain. Tes Nylen-Brany pada gangguan batang otak
menunjukan hal-hal sebagai berikut : nistagmus posisi timbul langsung, lamanya
lebih dari 1 menit, timbul pada setiap kali tes dilakukan, arah nistagmus dapat
berubah, vertigo yang timbul pada tes ini tidak berat atau tidak jelas.
2.5 KLASIFIKASI
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular
yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran
vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
17
VERTIGO VESTIBULAR
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
VERTIGO PERIFER
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
VERTIGO SENTRAL
18
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan
mengalami hal-hal seperti:
1.
penglihatan ganda
2.
sukar menelan
3.
4.
5.
kesadaran terganggu
6.
7.
hilangnya koordinasi
8.
9.
misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik
adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo
yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut
vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi
19
Vertigo Vestibular
Sifat vertigo
rasa berputar
melayang, hilang
Serangan
episodik
Mual/muntah
Gangguan pendengaran
+/-
keseimbangan
kontinu
-
20
Gerakan pencetus
gerakan kepala
Situasi pencetus
Bangkitan vertigo
lebih mendadak
lebih lambat
Derajat vertigo
berat
ringan
+/-
++
muntah, keringat)
Gangguan pendengaran
(tinitus, tuli)
Tanda fokal otak
Jenis Vertigo
Disertai Keluhan
Tidak Disertai
Timbul Karena
Berdasarkan
Telinga
Keluhan Telinga
Perubahan Posisi
Vertigo
Penyakit Meniere,
paroksismal
basilaris, epilepsi,
positional vertigo
posterior, transient
(BPPV)
ischemic attack
lambung
Awitan Serangan
(TIA) arteri
vertebralis
21
Vertigo kronis
Hipotensi ortostatik,
meningitis
vertigo servikalis
sindroma paska
sklerosis, intoksikasi
Vertigo akut
Trauma labirin,
Neuronitis
herpes zoster
vestibularis,
otikus, labirinitis
ensefalitis
akuta, perdarahan
vestibularis, multipel
labirin
sklerosis
NO
Pandangan gelap
Penglihatan ganda
Sukar menelan
Jantung berdebar
Hilang keseimbangan
Kesadaran terganggu
22
Hilangnya koordinasi
10
11
Berkeringat
saraf
keseimbangan),
dan
labyrinthitis
(radang
di
bagian
dalam
pendengaran).
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak,khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
GEJALA
VERTIGO
VESTIBULER
TIPE PERIFER
1. Bangkitan vertigo.
2. Derajat vertigo.
Berat.
Ringan.
23
VERTIGO VESTIBULER
TIPE SENTRAL
++
2.6 PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan
apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul
vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai
reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau
ketidak-seimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga
timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau
sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang
berasal dari sensasi kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan
proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
24
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu
saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.(Gb.1)
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
NEURAL
STORE
Comparat
or
Unit
25
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori serotonin
(Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam
mem-pengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
Cermin Dunia Kedokt eran No. 144, 2004
Normal
motion sickness
PAR
PAR
SYM
adapted
SYM
PAR
SYM
ANAMNESA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
26
PEMERIKSAN FISIK
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada fungsi vestibular/
cerebral
1.
Uji Romberg
27
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali
lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada
mata tertutup.
2.
Tandem Gait
Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler perjalanannya
akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
3.
Tes Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
28
4.
5.
lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler
unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
PEMERIKSAAN NEUROOTOLOGI
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
29
1.
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya
vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau
sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode
laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang
bila
tes
diulang-ulang
beberapa
kali
(fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
30
31
2.
Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis
lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin
(30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi
5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan
di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan
directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus
yang sama di masing-masing telinga.
Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan
directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
2.8 PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan vertigo :
1.
Obati atau hilangkan penyebabnya
Mengobati atau menghilangkan penyebab dalam mengobati vertigo. Namun,
banyak penyebab vertigo tidak dapat diobati karena diluar pengetahuan yang ada
saat ini,atau telah irreversible pada saat penderita datang berobat, oleh karena itu
cara ini tidak selalu dapat diterapkan.
2.
Supresi sistem vestibular
Pada vertigo labirinitis, perasaan dizziness disebabkan oleh disproporsi aktivitas
antara 2 kelompok nukleus vestibuler. Pada lesi labirinitis destruktif akut, terjadi
ketidakseimbangan
impuls
antara
kelompok
nukleus
vestibuler
yang
Vertigo merupakan gejala yang sangat meresahkan, terutama bila disertai dengan
muntah-muntah dan terjadi secara random, pada saat-saat yang tidak diperkirakan.
Hanya sedikit pasien yang tidak mengalami reaksi emosional bila mengalami
vertigo yang berat dan episodik. Hal ini dapat memperberat gejala vertigo karena
makin terjadi ketidakseimbangan antara dua kelompok nukleus vestibularis.
Pasien-pasien ini membutuhkan penjelasan mengenai penyebab dan prognosis
gejala yang dialaminya. Sebagai tambahan, pemberian transquilizer rigan
sementara waktu untuk supresi reaksi emosional mungkin dibutuhkan. Namun
penting pula diingat cukup untuk mengembalikan rasa percaya diri pasien dan
membuat pasien dapat meneruskan pekerjaan sehari-harinta. Pada kasus-kasus
berat mungkin diperlukan walking frame dengan penempatan tangan secara
strategis pada rails.
Macam-macam terapi Vertigo :
1.
2. Rehabilitasi Medik
3. Bedah
4. Diet
5. Bimbingan Psikologis
Tabel 2
Penyebab vertigo sentral
Vascular lesions
Obat-obatan
Infections
Encephalomyelitis,
syphilis
or
granulomata,
central
Head injuries
Acoustic
neuromata,
meningiomata,
cerebellar
gliomata,
33
Epilepsy
Drug intoxication
Psychogenic disorders
Tabel 3
Vertigo sentral yang efektif diterapi dengan latihan kepala dan keseimbangan
Diagnosis
Head
Management
injuries,
including
central
vestibular
pathways
Drug intoxication
Psycogenic vertigo
Tabel 4
Vertigo perifer yang dapat dilakukan latihan, dan saat yang tepat untuk mulai latihan
Diagnosis
Management
traumas,
or
postlabyrinthine surgery
(2) Chronic
suppurative
otitis
34
media
with
vestibular
condition
labyrinthine involvement
(3)
Endolymphatic
this
can
be
synonymous
hydrops,
idiopathic
with
and
Menieres
As (3)
occlusion
with
in
As (3)
infection,
overexertion,
and
cardiovascular disease
(6) Viral
neurolabyrinthitis
for
As (3)
soster
and
exanthemata
.
2.9 MACAM VERTIGO PERIFER
1. BPPV
DEFINISI
Penyebab vertigo yang paling umum adalah penyebab perifer yang melibatkan
telinga dalam. Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah bentuk paling umum dari
vertigo.
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering
dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada
perubahan posisi kepala. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena
kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis. BPPV
pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. Karakteristik nistagmus
dan vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat
gangguan otolit.
35
EPIDEMIOLOGI
Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih
banyak pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang
berusia dibawah 35 tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala.
ETIOLOGI
Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala.
Pada orang yang lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler
pada telinga tengah. BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya usia.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain :
Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk
menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi
kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula
utriculus yang sudah berdegenerasi, menernpel pada permukaan kupula. Dia
menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan
gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Hal ini analog dengan
keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot ekstra ini menyebabkan
tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada saat miring partikel
tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa
pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti
pada tes Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior,
kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan
keluhan pusing (vertigo). Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan
waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing
dan nistagmus.
Teori Canalithiasis
Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak
bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini
berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah.
36
Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai 900
di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir
menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini
menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan
kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus
yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah
seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat
sebentar lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut
memicu organ saraf dan menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori
cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan "delay" (latency)
nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika
mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang efektif
dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yag dapat menerangkan
konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing.
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat
perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada
posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan
membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.
B. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada
evaluasi neurologis normal.6 Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah DixHallpike.
Cara melakukannya sebagai berikut :
Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan
37
Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau KSS posterior yang terlibat). Ini
akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang
tersebut
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40
detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
Diagnosis dibuat dengan cara provokasi dan observasi daripada nistagmus dan
vertigo yang timbul
Dapat dipilih salah satu cara : Dix Hallpike atau Sidelying
Disarankan memilih Dix-Hallpike oleh karena dengan cara ini kepala pasien
ditempatkan pada posisi yang tepat untuk segera dilanjutkan dengan terapi CRT
Respon gejala abnormal dapat dimonitor dengan memakai kacamata frensel atau
infrared video system
Dix Hallpike Maneuver :
ii.
Pasien duduk di meja periksa dengan kepala menoleh ke kanan atau kekiri 45
iii.
derajat
Kemudian secara cepat baringkan pasien sampai kepala menggantung diujung
iv.
v.
vi.
vii.
terapi CRT.
Sidelying Maneuver :
viii.
Duduk ditepi tempat tidur dengan kaki menjuntai keluar keluar dengan kepala
ix.
x.
39
Ketika pasien kembali ke posisi duduk dan diikuti oleh abnormal respon(biasanya
lemah), nistagmus fase cepat arahnya berlawanan . ini sesuai dengan jatuhnya
otokonia kembali ke kupula.
-
Jika kanalis posterior kanan yang terkena, lakukan CRT kanan ( gambar 7 )
Pasien mulai dengan posisi dimana gejala abnormal timbul dengan maneuver
Dix-Hallpike yaitu kepala pada posisi tergantung, dan menoleh kekanan 45
derajat
Tahan posisi ini untuk 1-2 menit
Kemudian kepala diputar kearah kiri dan tahan pada posisi ini yang dilanjutkan
dengan memutar kepala dan badan pasien ke arah kiri sampai muka pasien 45
derajat menghadap ke lantai
- Setelah itu pasien didudukkan kembali secara perlahan dengan posisi kepala
sedikit maju kedepan dan menoleh kekiri. Posisi ini ndipertahankan dengan cara
pasien memakai soft collar dan pasien diberitahukan untuk tidak melakukan gerakan
menunduk dan menengadah dan tidur terlentang selama 1 hari.
B. NEURITIS VESTIBULAR
40
1. DEFINISI
Neuritis vestibularis adalah defisit unilateral yang terjadi tiba-tiba pada organ
vestibular perifer tanpa disertai gangguan pendengaran dan tanda disfungsi batang
otak. Jika nervus vestibularis terpotong maka input aferen dari satu sisi akan hilang
dan timbul gejala mual, muntah, vertigo berat, cenderung jatuh kesisi yang sakit, sulit
sekali berdiri dan berjalan, timbul nistagmus ke sisi yang sehat. Kelainan neuritis
vestibularis disebabkan otak tidak mendapat masukan afferen dari salah satu sisi
labirin. Hal ini dijumpai pada gangguan aparatus vestibuler, nervus vestibularis,
nukleus vestibularis di batang otak dan traktusnya ke atas sehingga informasi yang
ditangkap oleh reseptor tidak sampai ke kortek pusat keseimbangan. Perubahan
gerakan dan posisi kepala akan mengaktifkan salah satu labirin (meningkatkan input)
dan menghambat (menurunkan input) pada sisi lainnya. Pada neuritis vestibularis
biasanya terjadi kerusakan pada bagian superior nervus vestibularis yang
mempersarafi kanalis semisirkularis horisontal dan anterior, termasuk utrikulus dan
sebagian sakulus. Aktivitas neuronal yang asimetri pada nukleus vestibularis
menghasilkan gerakan mata kompensasi dan pengaturan postur sehingga kepala
terasa berputar. Bila input dari satu sisi yang berhenti ini akibat neuritis vestibularis,
maka aktivitas neuronal nukleus vestibularis ipsi lateral akan berhenti sementara sisi
kontra lateral masih aktif. Rangsangan asimetri ini sesuai dengan rotasi kontinyu
kepala dan kemiringan kepala menuju sisi yang sehat.
2. EPIDEMIOLOGI
41
42
juga meningkatkan stres fisik dan atau psikis yang akan memacu pelepasan CRF
(corticopontin releasing faktor). CRF dapat mengubah keseimbangan kearah
dominasi saraf simpatik terhadap parasimpatik sehingga muncul gejala vertigo.
Selanjutnya ketika keseimbangan berubah kearah parasimpatik sebagai akibat
hubungan reciprocal inhibition antar saraf simpatik dan parasimpatik, maka gejala
mual dan muntahakan muncul. Bila rangsangan diulang-ulang maka jumlah ion Ca
dalam sel pre sinap akan kian berkurang, bersamaan dengan menyempitnya kanal
Ca (kalsium) yang mempersulit masuknya ion Ca (Ca influk).
5. GAMBARAN KLINIS
Karakteristik sindrom klinis neuritis vestibularis adalah :
a) Vertigo rotatorik dan nausea spontan yang berat, onset dalam beberapa jam,
menetap lebih dari 24 jam.
b) Nistagmus horisontal rotatorik spontan dengan arah ke non lesional dengan ilusi
gerakan sekitarnya (oskilopsia).
c) Gangguan keseimbangan saat berdiri atau berjalan.
d) Defisit fungsi kanalis horisontal unilateral, yang dapat dideteksi dengan tes VOR
dan irigasi kalorik.
e) Pemeriksaan otoskopi dan pendengaran normal.
f) Tidak didapatkan defisit neurologis.
g) Nausea dan vomiting.
Gejala vertigo muncul mendadak sering terjadi waktu malam dan saat bangun tidur
pagi. Biasanya berlangsung sampai 2 minggu. Dengan gejala berat ini pasien harus
berbaring dengan mata tertutup serta posisi miring dengan sisi telinga yang
terganggu di bawah.
6. DIAGNOSA
Diagnosis berdasarkan klinis diatas, apabila sudah didapatkan gejala seperti diatas
maka pemeriksaan penunjang tidak diperlukan. Untuk mengetahui gangguan fungsi
vestibular unilateral dan monitor perbaikan dengan ENG dan tes kalori. Untuk
mengevaluasi fungsi pendengaran dalam rangka mendifferensiasi dengan (Meniere,
fistel perilimf atau infark labirin) dilakukan pemeriksaan audiometri. Sedangkan MRI
dilakukan untuk kecurigaan gangguan di batang otak, cerebelum dan gangguan
43
vaskular. Beberapa tes rutin untuk mengevaluasi gagguan vestibular perifer antara
lain kacamata frenzel, ofthalmoskopi, head shaking, head impuls, head thrust dan
tandem-rhomberg.
Head Impuls
Diagnosis
neuritis
vestibularis
dapat
di
bantu
dengan
pemeriksaan
yang
menunjukkan kelainan satu sisi dari vestibulo ocular reflek yaitu tes head impuls.
Ketika kepala di gerakkan secara cepat ke sisi lesi mata bergerak mengikuti kepala
dan penderita kemudian menyesuaikan untuk kembali fase cepat ke tengah. Hal ini
menunjukkan gangguan satu sisi dari reflek vestibuloocular yang muncul jika fungsi
vestibular perifer tidak melakukan penyesuaian.
KESIMPULAN
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering
dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada
perubahan posisi kepala. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena
kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis.
44
Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera
kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem
vestibuler pada telinga tengah. BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya
usia.
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Moch. (2013) Neurologi klinis. Jakarta : Umum Press.
Guyton, Arthur C, Jhon E. Hall. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC.
45
Mardjono, Mahar & Sidharta, Priguna. (2012) Neurologi Klinis Dasar. Jakarta :
Dian Rakyat.
Markam, soemarmo.(2012). Penuntun Neurologi.Tangerang : Binarupa Aksara
Publisher.
46