Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk rasional sejatinya telah dibekali dengan hasrat
ingin tahu. Keingintahuan manusia ini sudah dapat disaksikan semenjak seseorang
masih kanak-kanak dan akan terus berkembang secara dinamis mengikuti fasefase perkembangan kejiwaannya. Hasrat ingin tahu manusia akan terpuaskan jika
ia telah mendapat pengetahuan mengenai apa yang dipertanyakan.
Tetapi sudah menjadi sifat manusia, yang mana setelah memperoleh
pengetahuan mengenai suatu masalah, maka akan disusul oleh kecenderungan
ingin lebih tahu lagi. Begitu seterusnya. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa
manusia tidak akan pernah mencapai kepuasan mutlak untuk menerima realita
yang dihadapinya sebagai titik pangkal yang mantap. Untuk mendukung dan
menyalurkan keingintahuannya, maka manusia akan cenderung mengadakan
penelitian.
Penelitian atau research didefinisikan oleh Sekaran (2003, hal 5) sebagai:
Suatu investigasi atau keingintahuan saintifik yang terorganisasi, sistematik,
berbasis data, kritikal terhadap suatu masalah dengan tujuan menemukan jawaban
atau solusinya (an organized, systematic, data-based, critical, scientific inquiry or
investigation into a specific problem undertaken with the objective of finding
answers or solutions to it).
Sedang Kinney, Jr. (1986) mendefinisikan riset sebagai:
Pengembangan dan pengujian dari teori-teori baru tentang bagaimana dunia
nyata bekerja atau penolakan dari teori-teori yang sudah ada. Definisi-definisi

riset tersebut menunjukkan riset yang menggunakan metode ilmiah (scientific


method). Dari sini pula dapat dipahami bahwa penelitian menggunakan metode
ilmiah dilakukan dengan membangun satu atau lebih hipotesis berdasarkan suatu
struktur atau kerangka teori dan kemudian menguji hipotesis tersebut secara
empiris.
Dewasa ini perpaduan antara ilmu dan penelitian telah sedemikian eratnya
sehingga tidak terpisahkan. Dengan demikian tugas ilmu pengetahuan dan
penelitian adalah identik. Menurut Narbuko dan Achmadi (2005) terdapat lima
tugas ilmu pengetahuan dan penelitian, yakni: menggambarkan secara jelas
(deskripsi), menerangkan (ekspansi), menyusun teori, meramal (prediksi) dan
mengendalikan (kontrol). Penelitian sendiri mempunyai manfaat yang amat besar
bagi pengembangan suatu teori. Dengan dilakukan penelitian, akan dapat
diketahui berbagai faktor, baik yang menghambat maupun yang menunjang
keberhasilan sesuatu.
Jika kita hubungkan dengan eksistensi ekonomi dan keuangan Islam di
Indonesia, maka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya pada saat ini
pengembangan ekonomi syariah Indonesia masih bersifat praksis-pragmatis dan
cenderung tidak terlalu mendalam pada sisi teoritisnya. Umpamanya, masih
terlalu banyak berkutat pada masalah perbankan dan asuransi saja. Pengembangan
ekonomi syariah berbasis riset-riset akademis dengan tools analysis modern yang
mengeksplorasi lebih jauh bidang garapan ekonomi lain seperti: wakaf, zakat,
mikro dan makroekonomi serta tema-tema lainnya, masih cukup jarang ditemui.
Apalagi jika ditambah dengan fakta bahwa hingga saat ini masih sedikit sekali
lembaga-lembaga penelitian ekonomi syariah yang ada, jika tidak bisa disebut

nihil. Kecuali Karim Business Consulting (KBC) atau Tazkia Institute. Padahal,
mengembangkan sisi teori ekonomi Islam yang amat kaya literatur itu adalah
sama pentingnya dengan pengembangan ekonomi Islam dari segi praktik dan
terapan.
Melihat realita yang tersurat di atas, penulis merasa perlu memberi
perhatian khusus dan mempelajari lebih mendalam tentang kepenelitianan
termasuk di dalamnya metodologi riset. Atas dasar itulah maka penulis
memutuskan untuk melakukan kegiatan magang pada dua lembaga riset yang
cukup memiliki kapabilitas dan pengakuan yang baik dari publik yakni Lembaga
Survei Indonesia (LSI) dan InterCAFE IPB, dengan mengambil judul laporan
magang Divisi Riset dan Survei Lapangan Lembaga Survei Indonesia dan
InterCAFE.

1.2 Tujuan Magang


Adapun tujuan dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui praktek
dan proses kerja di bagian riset dan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan
InterCAFE IPB Bogor.

1.3 Kegunaan
Hasil laporan magang ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis
Magang ini diharapkan dapat menjadi pengalaman yang berharga serta
menambah wawasan bagi pribadi penulis khususnya dalam mempelajari lebih
jauh praktek-praktek yang berkaitan dengan dasar-dasar riset dan survei publik

terutama dalam hal pengambilan dan penentuan sampling, pengenalan aneka


metode riset dan survei hingga pembuatan laporan penelitian dan survei
lapangan.
2 Pihak lain
Hasil laporan magang ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkan dan sebagai bahan
pertimbangan dan perbandingan bagi rekan mahasiswa lain nantinya yang
berniat magang di tempat yang sama.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan lapran magang ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang penulis melakukan kegiatan magang, tujuan,
kegunaan, dan sistematika penulisan laporan magang.
2. Bab II Gambaran Umum Lembaga
Bab ini berisi tentang gambaran umum Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan
InterCAFE, tempat penulis melakukan kegiatan magang. Dalam bab ini penulis
memaparkan sejarah dan perkembangan, visi dan misi, sumber daya insani hingga
program dan kegiatan-kegiatan lembaga.
3. Bab III Tinjauan Situasi Praktik Lapangan
Bab ini berisi deskripsi bagian atau divisi yang menjadi tempat magang,
manajemen organisasi hingga staf yang menempatinya.
4. Bab IV Kegiatan dan Pembahasan

Bab ini berisi rangkaian kegiatan penulis selama melaksanakan praktik lapangan
di Lembaga Survei Indonesia dan InterCAFE, beberapa hambatan yang dihadapi
dan hal-hal yang berhubungan dengannya.
5. Bab V Penutup
Bab ini berisi dua bagian utama. Yang pertama berupa kesimpulan dari kegiatan
yang penulis lakukan. Dan yang lainnya berisi saran-saran dari penulis untuk
institusi tempat penelitian dan juga untuk rekan mahasiswa yang hendak
melakukan magang dan penelitian pada tempat dan tema yang sama.

BAB II
PROFIL KELEMBAGAAN
2.1. Latar Belakang Lembaga Survei Indonesia
Lembaga Survei Indonesia (LSI) didirikan bulan Agustus 2003 atas dasar
pemikiran bahwa demokrasi Indonesia akan berfungsi efektif dan stabil jika
responsif terhadap persepsi, harapan dan evaluasi publik. Monitoring opini publik
secara berkala akan menjadi masukan bagi proses politik dan pembuatan
kebijakan yang merupakan kebutuhan dasar sistem demokrasi. Survei yang
dilakukan secara benar merupakan cara yang paling efisien, efektif dan akurat
untuk memantau opini publik.
Di negara dengan demokrasi yang telah maju, selalu ditandai kehadiran
lembaga survei atau polling yang kuat. Di Amerika Serikat misalnya ada
GALLUP POLL, HARRIS POLL, ROPER atau CROSLEY POLL. Lembagalembaga survei ini berguna untuk mengukur apa yang dipikirkan masyarakat,
bagaimana mereka menilai kebijakan pemerintah, dan apa pendapat (opini) serta
harapan mereka terhadap pejabat atau politisi maupun institusi yang ada.
Survei opini publik membantu mendekatkan keputusan-keputusan publik
dengan aspirasi publik, dan elit mengetahui keputusan-keputusan yang kurang
populer tapi harus dibuat sehingga perlu dijelaskan kepada publik secara luas.
Dengan demikian, pemerintahan demokrasi akan menjadi semakin legitimate,
stabil, bertanggung jawab, dan efektif.
Dengan cara itu pula survei opini publik menjadi barometer aspirasi
masyarakat; dan pembuat kebijakan tak perlu menunggu Pemilu 5 tahun lagi atau
referendum untuk mengetahui pendapat publik. Opini publik dan pergeseran

perilaku sosial-politik bisa didapatkan dalam waktu yang singkat, akurat, dan
efisien lewat survei opini publik yang benar. Karena itu survei opini publik bisa
menjadi pilar demokrasi kelima setelah lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif dan
pers.
LSI menyediakan jasa riset bagi berbagai kalangan yang berkepentingan
dengan opini publik, terutama yang terkait dengan kontestasi politik seperti
pemilihan umum nasional maupun daerah dan pembuatan kebijakan publik yang
responsif terhadap aspirasi masyarakat. Data hasil survei akan membantu
mengevaluasi dan memperbaiki kinerja pejabat publik, politisi, partai politik,
lembaga-lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga sosial-kemasyarakatan.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) didirikan oleh Yayasan Pengembangan
Demokrasi Indonesia (YPDI) pada bulan Agustus 2003, bersifat independen, nonpartisan dan nirlaba, dengan susunan dewan pembina sebagai berikut:
Ketua Dewan Pembina

: DR. Djunaedi Hadisumarto

Sekretaris Dewan Pembina

: Dr. Joyo Winoto

Anggota Dewan Pembina

: T.P. Rachmat
: Oentoro Surya

Di dalam hal kontrol kualitas, LSI bekerja atas dasar prinsip-prinsip


akademik dan analisis statistik yang relevan, serta bersandar pada kode etik survei
opini publik: International Association of Public Opinion Research (IAPOR).
Kualitas survei yang dilaksanakan LSI terjaga secara akademik dan etis
dengan adanya Penasihat Akademik. Mereka didukung oleh para ahli dan peneliti
yang kredibel, berpengalaman dan memiliki reputasi dalam studi Indonesia.
Kualitas survei yang dilaksanakan terjaga secara akademik dan etis dengan

adanya Dewan Penasehat Akademik yang memiliki reputasi akademik


internasional.


Prof. Dr. R William Liddle (Ohio State University, USA). Dikenal sebagai
Indonesianis (ahli tentang Indonesia) terbaik saat ini, guru besar, pemikir yang
produktif dan peneliti Indonesia yang kompeten. Menulis sejumlah buku
diantaranya: Leadership and Culture in Indonesian Politics dan Political
Participation in Modern Indonesia.

Prof. Dr. Takashi Shirashi (Kyoto University, Jepang). Dikenal sebagai ahli
Indonesia dari Jepang yang menekuni masalah sejarah dan perubahan sosial.
Karyanya sangat berpengaruh antara lain: The Age in Motion: Popular
Radicalism in Java 1912-1926.

Prof. Dr. Harold Crouch (Australian National University, Australia).


Dikenal sebagai ahli Indonesia dari The Research School of Pacific and Asian
Studies di ANU, Australia, dan banyak melakukan penelitian mengenai
Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Bukunya menjadi referensi
utama di bidangnya: The Army and Politics in Indonesia (1978) dan
Government and Society in Malaysia (1996).

Dr. Sri Adiningsih (Universitas Gajahmada, Yogyakarta), Ahli ekonomi,


penasehat ekonomi pemerintah (2002-2004), dan menjadi salah satu nara
sumber utama bagi media nasional dalam bidang ekonomi.
Lembaga

Survei Indonesia

adalah

international:

anggota

konsorsium lembaga

Comparative National Election Project (CNEP) yang melakukan studi


perbandingan pemilihan umum di Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Amerika
Latin;

Perwakilan Indonesia di Asian Barometer yang secara reguler melakukan


survei tentang konsolidasi demokrasi di negara-negara Asia.
Sejak didirikan sampai Januari 2008, Lembaga Survei Indonesia telah

melakukan lebih dari ratusan kali survei opini, persepsi dan perilaku masyarakat
Indonesia dalam hubungannya dengan persaingan politik atau pemilihan umum
dan kebijakan-kebijakan publik nasional maupun daerah, masalah-masalah sosial,
demokratisasi, dan hubungan internasional.
Survei-survei tersebut, merupakan kerjasama LSI dengan Lembaga
Funding Internasional, individu atau lembaga seperti:
1. Japan International Cooperation Agency (JICA)
2. Heretage Foundation
3. University of Michigan
4. Asian Barometer
5. Comparative National Election Project (USA)
6. Terror Free Tomorrow
7. Lembaga-lembaga pemerintah seperti Departemen Komunikasi dan Informasi
(Kominfo) dan Departemen Budaya dan Parawisata.
8. Partai politik besar di Indonesia, seperti GOLKAR , PDI Perjuangan, dan
PAN.
9. Kepala-Kepala Daerah TK I (Gubernur), Kepala Daerah TK II (Bupati/
Walikota) untuk survei preferensi publik, dan

10. Calon-calon yang bersaing dalam pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota
di Indonesia.
LSI adalah lembaga riset opini publik, terutama yang terkait dengan
kontestasi politik seperti pemilihan umum nasional maupun daerah dan
pembuatan kebijakan publik. LSI bersifat independen, non-partisan dan tidak
berafiliasi pada partai politik maupun tokoh atau kelompok. LSI didirikan oleh
tokoh-tokoh yang terpercaya independensinya, profesional, kapabilitas tinggi dan
pro-demokrasi.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyediakan jasa riset bagi berbagai
kalangan yang berkepentingan dengan opini publik, terutama yang terkait dengan
kontestasi politik seperti pemilihan umum nasional maupun daerah dan
pembuatan kebijakan publik yang responsif terhadap aspirasi masyarakat. Data
hasil survei akan membantu mengevaluasi dan memperbaiki kinerja pejabat
publik, politisi, partai politik, lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
sosial-kemasyarakatan.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) melakukan 2 (dua) jenis survei:
1. Survei Publik (non-komersial) yang dilakukan atas permintaan lembagalembaga

publik,

baik

domestik

maupun

internasional

dan

untuk

dipublikasikan. Survei ini berskala nasional dan dilakukan rutin setiap 3 (tiga)
bulan sekali.
2. Survei Komersial yang dilakukan atas permintaan individu, kelompok atau
lembaga swasta lainnya. Hasil survei ini sepenuhnya untuk klien dan tidak
dipublikasikan kecuali klien bersangkutan menghendakinya.

10

2.1.1 Program Lembaga Survei Indonesia


Lembaga Survei Indonesia (LSI) memiliki sejumlah program:
1. Survei Pemilu Nasional (Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden).
2. Survei Pemilu Lokal atau Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
(Pilkada) baik ditingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota.
3. Survei Evaluasi Publik atas Kinerja Lembaga Eksekutif, Lembaga Legislatif,
maupun Yudikatif pada tingkat nasional maupun lokal.
4. Survei Evaluasi atas Kinerja Parpol, Kelompok-kelompok Kepentingan,
Ormas atau Civil Society.
5. Preferensi publik atas kebijakan-kebijakan publik nasional maupun daerah.
6. Survei Evaluasi publik atas hubungan antarnegara dan masalah-masalah
internasional.

2.1.2 Survei Pilkada


Sistem pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkada) memberikan
kebebasan sepenuhnya bagi masyarakat pemilih untuk menentukan siapa kandidat
kepala daerah yang akan mereka pilih. Kandidat yang akan dipilih masyarakat
menjadi sangat tergantung pada popularitas (keterkenalan) yang bersangkutan di
masyarakat pemilihnya. Tingkat popularitas para kandidat itu bisa diukur dengan
metode ilmiah yang akurat, yakni survei popolaritas bagi kandidat.
Hasil survei tersebut dapat menjadi masukan amat penting untuk melihat
secara riil kekuatan dan kelemahan kandidat sekaligus untuk menghadapi masa
kampanye yang akan segera dilakukan. Hasil survei juga membimbing kandidat
dan tim sukses tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan peluang

11

terpilih dalam Pilkada nanti. Informasi tentang pendapat, aspirasi dan harapan
warga negara juga mutlak bagi karir politik dari calon pejabat-pejabat publik atau
yang sedang menjabat (incumbent). Karir politik mereka juga ditentukan sejauh
mana mereka responsif terhadap partisipasi warga negara tersebut.
Manfaat yang Dapat Diambil dari Survei Pilkada antara lain:
1. Mengetahui Popularitas Para Kandidat dan Kemungkinan Tingkat
Keterpilihannya (Electebility). Seberapa luas pemilih setempat mengenal
kandidat. Dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, popularitas adalah
modal paling dasar yang harus dipunyai oleh seorang kandidat. Survei berguna
untuk ini mengukur sejauh mana tingkat pengenalan publik terhadap kandidat.
Bagaimana tingkat kesukaan publik terhadap kandidat? Faktor apa saja yang
disukai dan tidak disukai dari seorang kandidat? Bagaimana perbandingan
popularitas seorang kandidat dibandingkan kandidat lain, kapan kandidat
mendapat dukungan kuat dan kapan melemah.
2. Mengetahui Bagaimana Pandangan Pemilih Terhadap Isu-Isu Penting di
Daerahnya (Problem and Issue Mapping). Bagaimana penilaian masyarakat
atas isu penting di daerah saat ini? Isu-isu apa yang dianggap penting?
Bagaimana sikap mereka terhadap satu isu tertentu? Berapa banyak yang pro
dan kontra? Sejauh mana pemilih cukup terlibat atau tidak dengan isu dan
persoalan di daerah? Program apa yang diinginkan oleh pemilih? Kebijakan
apa yang dibutuhkan oleh pemilih setempat? Tindakan apa yang menurut
pemilih penting dilakukan? Prioritas apa saja yang diinginkan oleh mereka?
3. Mengetahui Tingkat Kepuasaan Publik terhadap Berbagai Kebijakan
Pembangunan dan Kinerja Pemerintah Daerah Yang Sedang Berjalan.

12

Salah satu kandidat utama pilkada biasanya adalah pejabat yang sedang
memerintah. Apakah kepala daerah yang sekarang dianggap sukses atau
gagal? Kalau sukses atau gagal, apa sebabnya? Apakah pemilih puas atau
tidak puas dengan berbagai kebijakan pembangunan yang telah dibuat? Mana
kebijakan yang pemilih ingin teruskan atau hentikan? Pendapat publik
mengenai kebijakan pembangunan ini diperlukan untuk mengambil langkah
yang tepat ketika kepala daerah yang baru sudah terpilih.
4. Membantu meningkatkan dan mempertajam Strategi dan penggunaan
Medium Kampanye secara Lebih Efektif (Determinasi). Apa yang
seharusnya dilakukan oleh kandidat untuk merebut hati pemilih? Isu apa saja
yang bisa dijual untuk membangkitkan sentimen positif dari pemilih? Medium
apa yang paling efektif dan efisien untuk menjangkau pemilih? Media apa dan
mana yang paling berpengaruh di suatu daerah? Survei menjamin kandidat
dan tim suksesnya mengambil tindakan yang benar, yang didukung oleh
publik. Survei adalah sumber informasi yang berharga untuk mengetahui
bagaimana keinginan publik. Dengan data yang benar itu, bisa dirancang
strategi kampanye yang baik.

2.1.3 Jenis Survei (Pooling)


LSI menyediakan beragam paket polling yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna jasa survei. Ada tiga pilihan yang bisa diambil: snapshoot survei,
tracking survei dan panel survei.


Snapshoot Survei

13

Survei akan dilakukan satu kali. Tujuannya adalah memotret suara pemilih
dalam satu kesempatan (periode waktu tertentu). Pengguna jasa bisa memilih,
apakah survei akan dilakukan menjelang hari pemilihan atau beberapa bulan
sebelum pemilihan. Survei yang dilakukan menjelang hari pemilihan lebih
ditujukan untuk mengetahui potensi suara yang bisa didapatkan kandidat kepala
daerah. Sementara survei yang dilakukan jauh sebelum hari pemilihan
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pemilih dan pilihan strategi untuk
menarik pemilih. Apapun tujuannya survei dilakukan satu kali saja. Kelebihan
dari paket ini, menghemat biaya. Tetapi kelemahannya, karena dilakukan satu kali
tidak bisa merekam pergerakan suara pemilih. Kita tidak bisa mengetahui suara
pemilih dari satiu waktu ke waktu lain.


Panel Survei (Longitudinal)


Panel survei adalah jenis survei untuk mengukur opini publik yang dilakukan

secara periodik (longitudinal). Berbeda dengan snapshoot survei yang hanya


mengukur opini publik dalam satu periode waktu, survei ini justru ingin
melakukan survei secara periodik dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari
tracking survei adalah membandingkan dari satu waktu ke waktu lain, pergerakan
opini publik. Dengan demikian, panel survei tidak hanya berpretensi memotret
opini publik, tetapi juga memotret pergerakan dan perubahan opini publik.
Bagaimana suara pemilih dari satu waktu ke waktu lain. Apakah suara kandidat
kepala daerah naik atau turun. Kalau naik mengapa dan kalau turun apa sebabnya.
Panel survei juga berguna untuk mengeveluasi strategi. Apakah pilihan strategi
yang diambil kandidat kepala daerah berguna atau tidak dalam mendongkrak
suara pemilih. Kalau tidak, pilihan strategi apa yang bisa diambil dan sebagainya.

14

Tracking Survei
Tracking survei hampir mirip dengan panel survei. Keduanya dimaksudkan

untuk merekam pergerakan suara pemilih. Sama dengan panel survei, tracking
survei dilakukan beberapa kali. Yang membedakan adalah pada responden yang
diwawancarai. Pada panel survei, wawancara akan dilakukan pada responden
yang sama (orang yang sama). LSI akan memilih sampel yang representatif, dari
sampel yang terpilih itu akan terus-menerus diwawancarai secara periodik.
Sementara pada tracking survei, orang yang diwawancarai berbeda dari satu
waktu ke waktu lain tetapi diambil dengan prosedur dan populasi yang sama.
Instrumen yang dipakai dan metode penarikan sampel sama dari satu periode ke
periode lain.

2.2 Latar Belakang InterCAFE


Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu universitas terkemuka di
Indonesia memiliki kompetensi dan telah banyak memberikan kontribusi
pemikiran terhadap pembangunan, diantaranya melalui pusat-pusat studi dalam
lingkup IPB. Selama ini, keberadaan pusat studi di bawah Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Masyarakat (LPPM) telah menghantarkan IPB menjadi bagian
dari institusi yang diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan
pembangunan nasional.
Kondisi tersebut mendorong IPB untuk berkiprah lebih luas dengan tidak
membatasi pada aktivitas yang berbasis pertanian saja. Dengan ditunjang oleh
akademisi yang kompeten dalam berbagai disiplin ilmu diantaranya bidang
ekonomi dan keuangan, dalam bidang pendidikan IPB mendirikan Fakultas

15

Ekonomi dan Manajemen dan dalam bidang penelitian mendirikan pusat studi
International Center for Applied Finance and Economics (InterCAFE).
InterCAFE merupakan research center yang didirikan oleh LPPM
(Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat) IPB bekerja sama dengan
University of Adelaide, Australia pada bulan Mei 2005. pendirian InterCAFE
sejalan dengan visi IPB yang bertekad menjadi salah satu perguruan tinggi yang
bertaraf internasional dan research based university. Dengan menggandeng
international partner diharapkan kontribusi IPB tidak saja terbatas dalam lingkup
lokal tanah air tetapi juga pada level yang lebih tinggi. Tujuannya agar dalam
kancah internasional, IPB akan mampu menyumbangkan sumbangsih pemikiran
yang semakin diperhitungkan.
Berangkat dari rencana kerjasama tersebut, InterCAFE berkembang
menjadi wadah kerjasama bagi pihak-pihak yang terkait dengan kualitas penelitian
yang semakin meningkat dengan semakin luasnya kerjasama yang terjalin antara
para pakar anggota dengan para pakar dari institusi-institusi lain, baik dari dalam
maupun luar negeri.
Kompetensi InterCAFE adalah mampu mengembangkan kajian-kajian
ilmiah pada khasanah ilmu ekonomi dan keuangan yang bermanfaat bagi
pembangunan nasional dan internasional.

2.2.1. Visi dan Misi


Visi: Menjadi pusat penelitian tentang ekonomi dan keuangan terapan yang
bertaraf internasional dengan melibatkan berbagai macam disiplin keilmuan yang
bermanfaat bagi pembangunan ke depan.

16

Misi:
1. Melakukan penelitian dalam bidang ekonomi dan keuangan terapan, dengan
fokus utama di negara-negara berkembang (emerging market).
2. Mengembangkan model-model ekonomi dan keuangan yang bermanfaat untuk
pengembangan ilmu.

2.2.2. Tujuan
Beberapa tujuan pendirian InterCAFE adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan database ekonomi dan keuangan terapan untuk keperluan
pengembangan ilmu dan penyusunan kebijakan.
2. Memberikan rekomendasi kebijakan pada lembaga-lembaga terkait, baik
lembaga nasional maupun internasional.
3. Melahirkan berbagai rumusan-rumusan yang berguna untuk pengembangan
ilmu ekonomi dan keuangan.
4. Meningkatkan kualitas riset para pakar ekonomi Indonesia dalam mencapai
standar internasional.
5. Mempromosikan publikasi-publikasi para pakar ekonomi Indonesia pada
dunia internasional.
6. Menyediakan suatu lingkungan yang merangsang para pakar ekonomi dari
luar negeri melakukan riset di Indonesia.
7. Menjembatani kerjasama antara pakar ekonomi dalam dan luar negeri
melakukan riset dan publikasi bersama.
8. Meningkatkan pengetahuan para pakar ekonomi Indonesia dalam bidang
keuangan dan ekonomi terapan.

17

2.2.3. Program Penelitian


Dalam keberadaannya, InterCAFE mencakup di dalamnya beberapa tema
penelitian ekonomi seperti berikut di bawah ini:

Ekonomi Moneter (Monetary Economics)

Perbankan dan Keuangan (Banking and Finance)

Keuangan Internasional (International Finance)

Ekonomi Makro (Development Macroeconomics)

Keuangan Mikro (Micro Finance)

Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya (Agriculture and Resource Economics)

Kemiskinan (Poverty)

Ekonomi Lingkungan (Environmental Economics)

Ekonomi Regional (Regional Economics)

Perdagangan dan Industri (Trade and Industry)

Pengembangan kelembagaan (Institutional Development)

Manajemen Resiko (Risk Management)

2.2.4. Kerjasama Nasional-Internasional


Semenjak awal berdiri mulai tahun 2005, InterCAFE telah melakukan
kerjasama kelembagaan baik dengan institusi dalam negeri maupun lembaga
internasional. Beberapa institusi tersebut adalah:

Bank Indonesia (Nasional)

PT Bank Lippo, Tbk

PT Bank Mandiri, Tbk

18

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

Departemen Perindustrian RI

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI

Departemen Pertanian RI

Pemerintah Daerah Purwakarta

Pemerintah Daerah Cirebon

University of Adelaide, Australia (Internasional)

The Asia Foundation

Sydney University, Australia

Australian National University

Goettingen University, Germany

Wuppertal University, Germany

Postdam University, Germany

Chulalongkorn University, Thailand

Fudan University, Shanghai China

CIFOR

ACIAR

2.2.5. Kegiatan InterCAFE


Selama selang waktu sekitar tiga tahunan dari sejak awal berdiri (20052007), InterCAFE telah melaksanakan beberapa agenda yang meliputi riset,
seminar, pelatihan dan bedah buku. (Tabel 2.1)

19

Tabel 2.1. Agenda Kegiatan InterCAFE

Tahun

Agenda Kegiatan

2005

Bedah Buku: The Micro Finance Revolution Volume 2: Lesson from


Indonesia by Dr Marguirete S. Robinson

2005

Assistance to the Local Government of Purwakarta and Cirebon for


Implementing Regulatory Impact Assessment

2005

Penyusunan Analisis Perkiraan Impor Ilegal Produk Peternakan

2005

Pelatihan Pilot Project Kemitraan Pemuda dengan Dunia Kerja di


Kabupaten Bogor

2005

Pelatihan

Input

Output

Analysis

bagi

Pegawai

Departemen

Perindustrian
2005

Pelatihan Persiapan Ujian Sertifikasi Manajemen

2006

Risiko Level I dan II bekerja sama dengan PT Lippo Bank

2006

Paradoks Pertumbuhan dan Pengangguran: Eksistensi, Implikasi dan


Solusi

2006

Monetary

and

Banking

Outlook:

Beyond

Stabilization

and

Consolidation
2006

All IPB Rice Summit

2006

Kajian Persepsi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat dan Lembaga


Penyedia Jasa terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

2006

Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Ekonomi


Daerah dan Sektor Keuangan Daerah

2006

Study on Regional Economic

2006

Launching InterCAFE, pelantikan pengurus ISEI Bogor Raya dan

20

kuliah umum Gubernur Bank Indonesia


2006

Pelatihan pengolahan panel data

2007

Religious Institution, social capital and local governance: case study


madrasah in Indonesia

2007

Seminar sehari: Current issues in economic development

2007

Developing microfinance scheme for agroforest community


(Sumber: Profil InterCAFE)

21

BAB III
TINJAUAN MAGANG
3.1. Manajemen Lembaga Survei Indonesia
LSI merupakan lembaga yang bekerja secara sangat efisien. Di kantor
pusat LSI terdapat tujuh orang staff tetap dan peneliti. Mereka bertugas mengelola
kegiatan operasional kantor dan pelaksanaan survei. Seluruh staff LSI telah
memiliki kemampuan manejerial yang baik dan berpengalaman operasional yang
cukup luas, mereka adalah:
Direktur Eksekutif

: Saiful Mujani, Ph.D

Manajer Operasional

: Iman Suhirman

Public Affairs

: Isra Ramli

Database Manajemen

: Adam Kamil

Marketing Communication : Fauny Hidayat


Keuangan dan Staf

: Intan Bayduri, Udin Wahyudin

LSI merupakan lembaga penelitian yang didukung sejumlah peneliti ilmu


sosial, dan ahli statistik/analis data yang sangat kompoten dibidangnya. Tim
Peneliti LSI di kantor pusat memiliki kredibilitas akademik, independen, dan
berpengalaman luas dalam survei sosial dan politik, mereka adalah:
a. Peneliti Tetap


Saiful Mujani, Ph.D. (Ohio State University, USA): Peneliti Utama.


Keahlian utama: perilaku sosial-politik, pemilihan umum, partai politik,
demokratisasi dan evaluasi publik atas kinerja pemerintah.

22

Anies Baswedan, M.P.M, Ph.D (University of Maryland dan Northern


Illinois University, USA): Peneliti Utama. Keahlian utama: pemerintahan
daerah, kebijakan publik, partai politik dan manajemen.

Wahyu Prasetyawan, MA, Ph.D (Leeds University, UK dan Kyoto


University, Japan): Peneliti Utama. Keahlian utama: bisnis dan politik,
ekonomi politik daerah, desentralisasi fiskal dan pemerintahan lokal;

Kuskrido Ambardi, MA, ABD (Ohio University dan Ohio State University,
USA): Peneliti Utama. Keahlian utama: lembaga-lembaga politik, kinerja
lembaga-lembaga negara, dan komunikasi politik;

Iman Suhirman, S.Si (Institut Teknologi Bandung-ITB). Keahlian utama:


Statistik, Modeling dan Kontrol kualitas.

Isra Ramli, S.Sos (Universitas Indonesia-UI). Keahlian utama: Kajian Media


dan Komunikasi Politik.

Adam Kamil, S.Si (Institut Pertanian Bogor-IPB). Keahlian utama: Statistik


dan Modeling.

Deni Irvani, S.Si (Institut Pertanian Bogor-IPB). Keahlian utama: Statistik


dan Modeling.

b. Koordinator Area/Perwakilan Daerah


Selain peneliti tetap yang bertugas di kantor pusat, LSI memiliki 18 orang
koordinator wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka bertugas
mengelola

kegiatan

operasional

survei.

Setiap

koordinator

wilayah

mengkoordinasi sekitar 20-50 surveyor (tergantung lokasi survei). Koordinator


wilayah dan surveyor adalah staf tidak tetap yang siap menjalankan kegiatan
survei berdasarkan kebutuhan. Seluruh surveyor LSI telah memiliki training yang

23

baik dalam bidang survei dan berpengalaman operasional yang cukup luas.
Mereka adalah :


Muhammad Nasir, Nanggroe Aceh Darusallam

Elfenda Ananda, Sumatera Utara

Edi Indrizal, Sumbar, Jambi, Riau dan Kepri

Maria Rahmatika, Sumsel, Bengkulu dan Bangka Belitung

Rezi Sabata, Lampung

Zainal Muttaqien & Dahlan, DKI Jakarta

Muhammad Dahlan, Banten dan Jawa Barat

Uthu Munjung, Jawa Tengah & Yogyakarta

Sunardi Purwatmoko, Jawa Timur

Irma Suryani, Kalsel dan Kalteng

Andi Ade, Kaltim

Joni Rudwin, Kalbar

Apri Cahyono, Bali, NTB dan NTT

Herman Heizer, Sulsel, Sultra, Sulbar dan Maluku

Siti Isniyah, Sulawesi Tengah

Setia Darma, Sulawesi Utara dan Gorontalo

Jahroni, Papua dan Irian Jaya Barat

3.2. Manajemen InterCAFE


Manajemen InterCAFE memiliki jumlah staff tetap dan peneliti sekitar 21
orang. Terdiri dari Direktur, Sekretaris Eksekutif, Bendahara, Peneliti Senior dan
Peneliti Muda. Mereka adalah:

24

Direktur Eksekutif

: Iman Sugema, Ph.D

Sekretaris Eksekutif

: Noer Azam Achsani, Ph.D

Bendahara

: Ir. Dyah Rukmitasari


: Rina Agustiani, SE

Peneliti Senior:

Hermanto Siregar, Ph.D

Rina Oktaviani, Ph.D

Dedi Budiman Hakim, Ph.D

Nunung Nuryantono, Ph.D

Yusman Saukat, Ph.D

Prof. Bustanul Arifin

Prof. Anis Chowdury

Reza Y. Siregar, Ph.D

Peneliti Muda:

Noening Koesoemowardhani, M.Si

Triana Anggranie, M.Sc

Heti Mulyati, M.T

Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si

M. Iqbal Irfany, SE

Rahmatullah Sigit S, S.Si

Ade Holis, SE

Fickry Widya Nugraha, SE

25

3.3. Deskripsi Jabatan


Sementara, perihal deskripsi tugas di dalam sebuah Lembaga Penelitian,
baik LSI maupun InterCAFE, secara umum dapat dijelaskan melalui paparan
berikut ini.
a. Direktur Eksekutif (Executive Director) adalah seorang pemimpin dan
penanggung jawab seluruh kegiatan lembaga sesuai dengan kebijaksanaan umum
dan aturan yang ditetapkan. Ia juga secara otomatis menjadi koordinator bagi
seluruh peneliti saat menjalankan sebuah proyek penelitian..
b. Sekretaris Eksekutif (Executive Secretary) merupakan orang kedua lembaga
yang menjadi wakil Direktur Eksekutif. Bertanggung jawab sebagai koordinator
checker harian operasional lembaga dalam hal-hal yang bersifat teknis
administratif, surat-menyurat, dan lain-lain.
c. Treasury (Bendahara) adalah pemegang limit pengeluaran biaya dan
pembiayaan, menjadi rujukan dan wakil Direktur dalam hal keuangan lembaga.
Tugas utamanya adalah mengawasi jalannya seluruh kegiatan transaksi lembaga
agar dapat berjalan lancar sehingga menjadi efektif dan efisien. Secara periodik,
bendahara memberikan laporan kepada pimpinan.
d. Koordinator Area/Supervisor adalah sebagai pimpinan dan penanggung
jawab kegiatan pada kantor wilayah (kasus LSI). Ia juga menjadi koordinator
yang membawahi para enumerator dan surveyor di lapangan. Tugasnya adalah
melakukan koordinasi setiap pelaksanaan riset yang berada di bawah
supervisinya.
e. Enumerator/Surveyor merupakan ujung tombak pelaksanaan riset. Tugas
utamanya adalah mencari dan mengumpulkan data primer dari objek penelitian di

26

lapangan. Untuk kasus InterCAFE, tidak jarang enumerator berasal dari tenaga
outsorcing yang telah diberikan pelatihan dahulu sebelumnya, khususnya dalam
riset-riset berskala besar.

27

BAB IV
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kegiatan di Lembaga Survei Indonesia
LSI menerapkan prinsip probabilitas dalam penarikan sampel. Dalam
pengambilan sampel, LSI menggunakan teknik multistage random sampling.
Dengan teknik tersebut tersebut dimungkinkan setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih menjadi
responden, sehingga pengukuran pendapat dapat dilakukan dengan hanya
melibatkan sedikit responden. Meski tanpa melibatkan semua anggota populasi,
hasil survei dapat digeneralisasikan sebagai representasi populasi.
Survei yang dilakukan oleh LSI mengikuti kaedah-kaedah sebagai berikut:
1. Metode penarikan sampel: Multi-stage random sampling,
2. Jumlah responden minimal 400 (margin of error +/- 5% pada tingkat
kepercayaan 95%),
3. Pengumpulan data: Wawancara tatap muka dengan responden menggunakan
kuesioner,
4. Kendali mutu survei: Pewawancara berstatus minimal mahasiswa dan
mendapatkan pelatihan. Wawancara dilakukan kontrol secara sistematis
dengan melakukan cek ulang di lapangan (spot check) sebanyak 20 persen dari
seluruh responden,
5. Validasi data: Perbandingan karakteristik demografis dari sampel yang
diperoleh dari survei dengan populasi yang diperoleh lewat sensus (Badan
Pusat Statistik).

28

4.1.1. Proses Pengambilan Sampel


Dalam pengambilan sampel untuk survei ini LSI menggunakan teknik
multistage random sampling. Fase pertama yang akan dilakukan adalah populasi
Indonesia distrata atas dasar populasi di masing-masing provinsi di seluruh
Indonesia sehingga diperoleh sampel dalam jumlah proporsional di masingmasing propinsi. Semua propinsi di Indonesia akan terjaring dalam survei ini.
Strata kedua adalah pembagian atas dasar wilayah tinggal: pedesaan atau kota,
yang proporsinya antara 40% (kota) berbanding 60% (desa). Di samping itu, strata
juga dilakukan atas dasar proporsi populasi menurut perbedaan gender: 50% lakilaki, dan 50% perempuan.
Fase kedua adalah menetapkan desa/kelurahan atau yang setara sebagai
primary sampling unit (PSU), dan karena itu random sistematik dilakukan tehadap
desa/kelurahan di masing-masing propinsi sesuai dengan proporsi populasi. Di
masing-masing desa/kelurahan terpilih kemudian didaftar nama-nama Rukun
Tetangga (RT) atau yang setara, dan kemudian dipilih sebanyak lima RT secara
random. Di masing-masing RT terpilih kemudian didaftar Kartu Keluarga (KK),
dan kemudian dipilih dua keluarga secara random. Di dua keluarga terpilih,
didaftar anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan yang berumur antara 1760 tahun. Bila dalam keluarga pertama yang terpilih menjadi responden adalah
perempuan, maka pada keluarga yang kedua di RT yang sama harus laki-laki yang
didaftar.
Proses pengambilan sampel bisa digambarkan sebagai berikut:
A. Survei Nasional

29

Gbr 4.1. Proses Pengambilan Sampel Survei Nasional

Populasi desa/kelurahan tingkat nasional,

Desa/keluarahan di tingkat propinsi dipilih secara random dengan jumlah


proporsional,

RT/lingkungan kampung dipilih secara random sebanyak 5 dari tiap-tiap desa


terpilih,

Di masing-masing RT/lingkungan kampung dipilih secara random 2


keluarga,

Di 2 keluarga terpilih ditetapkan secara random satu orang yang punya hak
pilih (laki-laki/perempuan).

B. Survei Propinsi, Kabupaten atau Kota

30

Gbr 4.2. Proses Pengambilan Sampel Survei Propinsi dan Kota

Populasi desa/kelurahan tingkat propinsi,

Desa/kelurahan di tingkat kabupaten dipilih secara random dengan jumlah


proporsional,

RT/lingkungan kampung dipilih secara random sebanyak 5 dari tiap-tiap desa


terpilih,

Di masing-masing RT/lingkungan kampung dipilih secara random 2


keluarga,

Di 2 keluarga terpilih ditetapkan secara random satu orang yang punya hak
pilih (laki-laki/perempuan).

4.2. Kegiatan di InterCAFE


Adapun kegiatan selama magang di InterCAFE, penulis menjadi
enumerator sekaligus supervisor dalam sebuah mega penelitian yang bekerjasama

31

dengan Adelaide University tentang masalah ekonomi, sosial dan budaya


pesantren di Indonesia. Ada sekitar 9 (sembilan) sampel pesantren yang diamati,
dan penulis mendapat bagian melakukan penelitian di Tasikmalaya, tepatnya di
Pondok Pesantren Cipasung, kecamatan Singaparna.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti mendatangi
Pondok Pesantren Cipasung yang beralamat di jalan Ruhiat No.1 Dusun
Cipasung, Desa Cipakat RT 02 RW 07, Kecamatan Singaparna, Kabupaten
Tasikmalaya, dan langsung melakukan wawancara dengan Ketua Yayasan
Cipasung, KH. Dudung Abdul Halim, MA. Berturut-turut kemudian melakukan
wawancara dengan dua orang pengajar dan lima santri. Wawancara-mendalam
(indepth interview) sempat dilakukan peneliti dengan Zenal Muttaqin, ketua
bagian administrasi pesantren yang juga sebagai staf pengajar, selama sekitar dua
hingga tiga hari. Dari tanggal 21 Agustus hingga 5 September, dilakukan survei
dan wawancara dengan 65 orang responden rumah tangga baik 35 orang yang
berdomisili di sekitar pesantren maupun 30 lain yang berada di luar kecamatan.
Melalui bantuan salah seorang ustadz pesantren, peneliti berhasil mencari data
yang cukup banyak tentang pimpinan pesantren, KH. Moh. Ilyas Ruhiat. Peneliti
juga melakukan kajian pustaka dengan membaca beberapa buku tentang KeCipasungan.
Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Cipasung tentang
Organisasi

Keagamaan,

Modal

Sosial,

dan

Kebijakan

Tata

Kelola

Pemerintahan: Madrasah di Indonesia ini dimulai sejak Hari Senin, tanggal 20

32

Agustus 2007 hingga Rabu, 5 September 2007, dengan rincian sampel sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Sampel Penelitian di PP Cipasung, Tasikmalaya

No
1

Nama
KH. Moh. Ilyas

Posisi
Pimpinan

Waktu
3/9/2007

Ruhiat
2

KH. Dudung Abd.

20/8/2007

Drs. Agus Rahmatul

Koord. Harian

20/8/2007

Wahab

Dewan Ustadz

Zaenal Muttaqin,

Ketua Bagian

S.Ag, M.Si

Kesekretariatan

Doni Ilham

Rois Santri

21/8/2007

Elys Muflihah

Sekretaris

21/8/2007

Halim, MA.

Melalui Dewan
Ustadz

Ketua Yayasan

Keterangan

20/8/2007

Roisah
7

Tiya Tahmidiyyah

Roisah Santri

21/8/2007

Ahmad Sirajuddin

Dewan Santri

21/8/2007

Ridwan

Santri

21/8/2007

10

Ade Gani

Kades Cipakat

22/8/2007

11

Asep Sephar

Tokoh

28/8/2007

Masyarakat

33

Adapun untuk kuesioner rumah tangga (masyarakat) yang berjumlah total


65 lembar kuesioner, perincian dan penyebarannya adalah seperti berikut di
bawah ini:
1. Untuk masyarakat sekitar kawasan Ponpes Cipasung Desa Cipakat Kecamatan
Singaparna (kode A), pengambilan sampel dilaksanakan mulai tanggal 22
hingga 28 Agustus 2007, dengan jumlah responden sebanyak 35 Kepala
Rumah Tangga. Responden diambil secara random dari 13 dusun/kampung
berbeda, dengan representasi radius 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; 0,3; 0,5; 0,6; 0,7;
hingga 1 km., dan ditempuh dengan waktu antara 5 hingga 30 menit (ukuran
jalan kaki). Ke-13 dusun itu adalah: Cisaro, Cihaur, Gandok, Cipasung,
Babakan, Rancamaya, Cipeundeuy, Selebu, Lembur Gunung, Borolong,
Badak Paeh, Babakan Sindang, dan Dusun Leuwi Tugu.
2. Sedangkan untuk masyarakat yang berada di luar kawasan Ponpes Cipasung
Desa Cipakat (kode B), pengambilan sampel dilaksanakan mulai tanggal 21
Agustus hingga 5 September 2007, dengan jumlah responden sebanyak 30
Kepala Rumah Tangga. Responden dipilih secara random dari sembilan
kecamatan, dengan representasi radius 4; 4,5; 5; 10; 12; 13; 13,5; 14; 14,5; 15;
16; 17; hingga 19 km., dan ditempuh dengan waktu antara sekitar 20 hingga
80 menit (ukuran waktu menggunakan sepeda motor). Kesembilan kecamatan
tersebut adalah: Kecamatan Tamansari, Manonjaya, Cibeureum, Gunung
Tanjung, Kecamatan Tawang, Indihiang, Singaparna, Kawalu, dan Kecamatan
Cipedes.

34

4.2.1. Hambatan yang Dihadapi


Secara umum, penelitian yang berlangsung selama sekitar 26 hari di
Cipasung ini (mulai 20 Agustus-15 September 2007), berjalan sesuai dengan yang
telah direncanakan dan relatif tidak menemukan kendala yang besar dan berarti.
Namun harus diakui bahwa beberapa hambatan yang bersifat teknis-operasional,
khususnya dalam hal yang berhubungan dengan survei terhadap rumah tangga
masyarakat, membuat penulis harus sedikit bersabar dan memutar otak untuk
memecahkan dan mencari jalan keluarnya. Beberapa hambatan itu antara lain:
a. Keberatan sebagian warga masyarakat ketika ditanya perihal data-data pribadi
yang cukup sensitif, seperti: jumlah pendapatan per bulan, nilai utang yang
dimiliki, atau jumlah tabungan/simpanan miliknya.
b. Adanya ketakutan dan kekhawatiran dari pihak responden, bahwa data-data
pribadinya yang notabene rahasia- diketahui oleh khalayak.
c. Sebagian kecil responden yang kurang begitu menerima baik kedatangan
kami sebagai pewawancara. Apakah karena kesibukannya sehari-hari atau
alasan lain yang menyebabkan waktu mereka sedikit terganggu.
d. Ada pula responden rumah tangga yang menurut penilaian kami sedikit
kurang jujur dalam menjawab beberapa hal yang tercantum dalam lembar
kuesioner. Namun golongan responden ini amatlah sedikit.
e. Yang lainnya, sebagian dari mereka menginginkan kejelasan maksud dan
tujuan penelitian. Terkait dengan lembaga yang membiayai, dan untuk
keperluan apa data yang telah dikumpulkan, kelak. Apakah hanya sebatas
ingin mengetahui saja, ataukah ada kehendak lain nantinya.

35

Jika dihimpun, kegiatan magang yang telah penulis lakukan dapat dilihat
pada tabel 4.2. di bawah ini:
Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan Magang

No

Waktu

20 Agustus-15

Tempat
InterCAFE IPB

September 2007 (Tempat penelitian di

8 Agustus 2007

Materi Riset
Penelitian tentang Organisasi
Keagamaan, Modal Sosial dan

PP Cipasung, Kab.

Tata Kelola Pemerintahan:

Tasikmalaya)

Madrasah di Indonesia

Lembaga Survei

Quick Count Pilkada DKI Jakarta

Indonesia. Sumur

2007

Batu, Jakarta Pusat


3

9-12 Agustus

LSI. Desa Drawati,

2007

Kec. Paseh, Bandung

15-18

LSI. Pondok Aren,

Survey Pilkada Kabupaten

September 2007

Kab. Tangerang

Tangerang 2007

23-27

LSI. Desa

Survey Mini Sosial

September 2007

Sukamulya, Kec.

Kemasyarakatan (Pilkada Jawa

Baregbeg, Ciamis

Barat 2008)

1-5 Desember

LSI. Kel. Benteng

Survey Pilkada Kota Sukabumi

2007

dan Nyomplong, Kec. 2007

Survey Sosial Kemasyarakatan

Warudoyong, Kota
Sukabumi.
7

20 Januari 2008

LSI. Desa Kresek,

Quick Count Pilkada Kab.

Kec. Kresek, Kab.

Tangerang 2008

36

Tangerang
8

4-8 Februari

LSI. Desa Gudang,

Survey Sosial Kemasyarakatan

2008

Kec. Bogor Barat,

(Pilkada Jawa Barat 2008)

Kota Bogor

37

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Lembaga Survei Indonesia adalah lembaga penelitian yang memposisikan


diri sebagai lembaga survei publik yang berada di area politik. Sementara
InterCAFE lebih berbentuk lembaga riset umum yang memfokuskan diri
terhadap penelitian-penelitian di bidang ekonomi dan keuangan.

Dalam pengambilan sampel, LSI menggunakan teknik multistage


random sampling. Dengan teknik tersebut dimungkinkan setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih
menjadi responden. Sementara InterCAFE pada saat penulis melakukan
magang khususnya dalam melakukan penelitian di PP Cipasung, metode
sampling yang digunakan adalah non random sampling.

Research dalam keberadaannya saat ini merupakan sebuah hal yang urgen
dalam kapasitasnya sebagai tonggak ilmu pengetahuan, terutama bagi
lingkungan kampus STEI Tazkia dalam rangka mencapai tujuan
University based research.

Ekonomi Islam perlu lebih banyak melakukan akselerasi dalam


pengembangan keilmuan yang bersifat akademis, yang salah satu caranya
adalah dengan memperbanyak riset-riset pengembangan teori-teori
Ekonomi Islam dengan menggunakan tools analysis kontemporer.

38

5.2 Saran
Pada bagian ini, penulis memberikan saran untuk keseluruhan rangkaian
kegiatan praktik lapangan. Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah
sebagai berikut:

Untuk institusi magang: Lembaga Survei Indonesia perlu melakukan


kaderisasi secara masif terhadap para surveyor baru melalui pelatihan dan
workshop, pengefektifan Spot Checker dalam hal quality control dan
peningkatan kesejahteraan peneliti/surveyor lapangan. Tidak kalah
pentingnya, institusional LSI harus mampu menjaga independensinya dan
tidak terlalu bias politik. Sementara InterCAFE diharapkan melakukan
penyeleksian outsorcing handal per riset dan selektif dalam melakukan
kerjasama riset dengan lembaga donor baik dalam negeri dan terutama luar
negeri.

Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan tugas magang, perlu


mempertimbangkan untuk mencoba magang di Lembaga Penelitian, bukan
hanya di Lembaga Keuangan (Bank Syariah, Asuransi, dll) dalam upaya
meningkatkan kemampuan analisis.

STEI Tazkia sebagai institusi penyelenggara pendidikan diharapkan dapat


menjalin jaringan yang lebih luas terhadap Lembaga Penelitian, agar
mempermudah mahasiswa yang berminat dalam hal riset untuk magang di
tempat tersebut.

39

Anda mungkin juga menyukai