Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... i


UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian ................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ....................................................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Profil Joko Widodo ..................................................................................................... 4
2.2 Profil Farry Tandean ................................................................................................... 7
2.3 Profil Sumarmo ........................................................................................................... 10
2.4 Profil Frans Satrya Perkasa ......................................................................................... 13
2.5 Profil Au Bintoro ......................................................................................................... 16
BAB III. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 19
3.2 Saran ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 20

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T, karena atas izinNYA saya dapat
menyelesaikan Tugas Kewirausahaan 5 Profil Pengusaha Sukses Yang Kreatif dan Inovatif di
Bidang Mabel ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.

Tugas ini dibuat dan disusun untuk melengkapi teori yang selama ini telah didapatkan
agar lebih mengerti dan memahami penerapan dari Mata Kuliah Kewirausahaan.

Pada kesempatan ini, kami tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Ircham, M.T selaku Ketua STTNAS Yogyakarta;
2. Bu Solikhah Retno Hidayati, ST., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota;
3. Joko Indro Cahyono, BSc.,SP selaku dosen pengampu mata kuliah Kewirausaahan;
4. Teman-teman Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, khususnya angkatan 2013.

Kami menyadari dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan aran dan kritik yang nantinya dijadikan sebagai bahan masukan demi tercapanya
kesempurnanaan pada laporan yang akan datang.

Yogyakarta, 21 September 2016

Kelompok

ii

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jwa yang selalu aktif dalam usaha
untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam
kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sedangkan
menurut Menurut Peggy A. Lambing & Charles R. Kuehl dalam buku Entrepreneurship
(1999), kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari
yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak.
Dari beberapa konsep yang ada di atas, ada enam hakekat penting kewirausahaan
sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13) :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis
(Acad Sanusi,1994)
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda ( Drucker,1959)
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(Zimmerer,1996)
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan
perkembangan usaha ( Soeharto Prawiro,1997)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu
yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan baru kepada konsumen.
Menurut McGraith & Mac Milan (2000), ada tujuh karakter dasar yang perlu dimiliki
setiap calon wirausaha. Ketujuh karakter tersebut adalah sebagai berikut.
1. Action oriented.
Seorang entrepreneur selalu ingin segera bertindak, sekalipun situasinya tidak pasti
(uncertain). Prinsip yang mereka anut adalah see and do. Bagi mereka, resiko bukanlah
untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan
kelihaian.
2. Berpikir simpel.
Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar
menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi, mereka bukanlah manusia teknis
yang ribet dan menghendaki pekerjaan yang kompleks. Mereka melihat persoalan
dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap.
3. Mereka selalu mencari peluang-peluang baru.

4.

5.

6.

7.

Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang dari usaha yang sama.
Untuk usaha-usaha yang baru, mereka selalu mau belajar yang baru, membentuk
jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya. Sedangkan dalam
usaha yang sama, mereka selalu tekun mencari alternatif-alternatif baru, seperti model
desain, platform, bahan baku, energi, kemasan, dan struktur biaya produksi. Mereka
meraih keuntungan bukan hanya dari bisnis atau produk baru, melainkan juga dengan
cara-cara baru.
Mengejar peluang dengan disiplin tinggi.
Seorang wirausahabukan hanya awas, memiliki mata yang tajam dalam melihat
peluang, atau memiliki penciuman yang kuat terhadap keberadaan peluang itu, tetapi
mereka bergerak ke arah itu. Peluang bukan hanya dicari, diciptakan, dibuka, dan
diperjelas. Karena wirausaha melakukan investasi dsn menanggung resiko, maka
seorang wirausaha harus memiliki disiplin yang tinggi. Wirausah-wirausaha yang
sukses bukanlah pemalas atau penunda pekerjaan. Mereka ingin pekerjaannya beres,
dan apa ya g dipikirkan dapat dikerjakan segera. Mereka bertarung dengan waktu
karena peluang selslu berhubungan dengan waktu. Apa yang menjadi peluang pada
suatu waktu, belum tentu masih menjadi peluang di lain waktu. Sekali kesempatan itu
hilang, belum tentu akan kembali lagi. Setiap gagasan brilliant dan inovasi biasanya
harus dibangun dari bawah dan disusun seluruh mata rantai nilainya (value chain).
Hanya mengambil peluang yang terbaik.
Cara penilaian peluang tersebut ada pada nilai-nilai ekonomis yang terkandung
didalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan
perubahan yang dihasilkan. Semua itu biasanya dikaitkan dengan "rasa suka" terhadap
objek usaha atau kepercayaan bahwa dia "mampu" merealisasikannya. Pada akhirnya,
sukses yang diraih setiap orang ditentukan oleh keberhasilan orang itu dalam memilih.
Fokus pada eksekusi.
Wirausaha bukanlah orang yang bergulat dengan pikiran, merenung atau menguji
hipotesis, melainkan orang yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada
eksploitasi pikiran atau berputar-putar dalam pikiran penuh keraguan. "Manusia
dengan entrepreneur mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan
merealisasikan yang dipikirkan daripada menganalisa ide-ide baru sampai mati"
(McGraith dan Mac Millan,2000,hlm.3). Mereka juga adaptif terhadap situadi, yaitu
mudah menyesuaikan diri dengan fakta-fakta baru atau kesulitan di lapangan.
Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti.
Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian. Dia menggunakan tangan dan pikiran
setiap orang, baik dari dalam maupun luar perusahaannya. Mereka membangun
jaringan daripada melakukan impiannya sendiri. Ibarat seorang orkestraktor atu
dirigen musik, dia mengumpulkan pemusik-pemusik yang ahli dalam memainkan
instrumen-instrumen yang berbeda-beda untuk menghasilkan nada-nada musik yang
disukai penonton. Untuk itu, dia harus memiliki kemampuan mengumpulkan orang,
membangun jaringan, memimpin, menyatukan gerak, memotivasi, dan
berkomunikasi.

3
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan, karakter dasar pengusaha, memahami proses
kewirausahaan dan termotivasi dari profil pengusaha sukses yang kreatif dan inovatif.
1.3 Manfaat
1. Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas.
2. Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi, pemeliharaan
lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Menjadi contoh bagi masyarakat sebagai
pribadi yang unggul dan patut diteladani
3. Dapat memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan
kemampuanya
4. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran
5. Dapat mendidik masyarakat hidup efisien dan tidak boros

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Joko Widodo

Jokowi atau lengkapnya Ir Joko Widodo dilahirkan di Surakarta pada tanggal 21 Juni
1961. Beliau adalah anak dari pasangan suami istri Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo.
Ayahnya hanyalah seorang tukang kayu. Sejak kecil Jokowi suah terbiasa hidup sederhana.
Bahkan saking sederhananya ia sering mencari tambahan uang saku sendiri dengann berdagang,
menyewakan payung dan juga jadi buruh angkut. Untuk lebih menghemat uang saku pun
Jokowi lebih memilih untuk berjalan kaki ke sekolah dibanding naik sepeda, padahal temantemannya sudah naik sepeda. Selain bekerja untuk dirinya sendiri, Jokowi juga tak lupa
membantu ayahnya sebagai tukang kayu. Maka tak heran jika saat usia 12 tahun Jokowi sudah
mahir menggergaji kayu. Jokowi kwcil sangat merasakan apa itu penderitaan hidup, ia dan
keluarganya pun kerap menjadi korban penggusuran hingga tiga kali. Rasa tak
menyenangkan itulah yang membuat Jokowi bisa lebih berempati pada rakyat kecil ketika
menjadi Gubernur karena merasakan sendiri.
Walau berasal dari keluarga biasa namun Jokowi termasuk anak yang pandai. Ini
terbukti dengan diterimanya dia menjadi mahasiswa Jurusan Kehutanan Universitas Gajah
Mada. Kesempatan emas ini benr-benar dimanfaatkan oleh Jokowi untuk memperdalam
ilmunya mengenai perkayuan dan teknologinya. Lulus dari UGM, Jokowi diterima disebuah
perusahaan BUMN, namun minatnya bukanlah menjadi pegawai.
Sebagai seorang insinyur perkayuan, Jokowi memutuskan untuk nyebur ke bisnis
mebel di Solo, kota kelahirannya. Modalnya utamanya bukan uang tetapi modal 'dengkul' yaitu

5
keberanian. Sedangkan modal berupa uang didapatnya dari pinjaman bank. Keputusan untuk
menjadi pengusaha mebel diambil Jokowi setelah dirinya merasa bosan menjadi karyawan di
salah satu BUMN di Aceh selama 1,5 tahun. Dia mulai belajar dengan menjadi anak buah
pamannya, yang sudah lebih dulu membuka usaha mebel. Menjual mebel ternyata bukan hal
yang mudah. Produk mebel pertama yang dijualnya adalah tempat tidur dan perlengkapannya.
Jokowi menjajakan tempat tidur buatannya itu di kota Solo.
Ketika itu, Jokowi hanya dibantu oleh tiga orang karyawan. Dia ikut membantu proses
pembuatan mebel mulai dari mengasah kayu hingga membuat produk itu hingga jadi. Selama
beberapa tahun, Jokowi hanya berkutat menggarap konsumen di Solo. Baru pada tahun ketiga
dia mulai melebarkan sayap ke luar Solo. Berkat sering berpartisipasi dalam sejumlah pameran,
Jokowi mulai tertarik untuk mengekspor produk mebelnya.
Dia sangat yakin, mebel buatan Indonesia bisa bersaing dengan produk dari negara lain.
Untuk melakukan ekspor tentu perlu modal dalam jumlah yang tidak sedikit. Beruntung,
Jokowi berhasil mendapatkan pinjaman berupa agunan deposito. Jokowi punya kiat tersendiri
agar produk mebelnya bisa bersaing dengan produk lain yaitu selalu memperhatikan model
terbaru dan juga tren disain serta tren warna.
Usaha mebelnya membuat dirinya bisa berkenalan dengan seorang Micl Romaknan,
seorang pengusaha luar negeri yang sangat tertarik dengan mebel-mebel buatan Jokowi.
Keseriusan menjalani bisnis mebel ternyata membuahkan hasil yang positif. Produkproduk mebelnya tidak hanya laku di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Jokowi adalah tipe
pengusaha yang tidak akan pernah melewatkan sebuah peluang sekecil apa pun. Kemampuan
untuk menangkap peluang merupakan salah satu syarat untuk bisa menjadi pengusaha yang
sukses. Dua syarat lainnya adalah inovasi dan kreativitas.
Awalnya Jokowi hanya dipanggil Joko saja di sekelilingnya namun kemudian Micl
Romaknan biasa menyingkat nama Joko Widodo menjadi Jokowi sehingga nama panggilan
Jokowi itulah yang populer dan menjadi hoki hingga saat ini. Etos kerja keras dan kejujuran
Jokowi dalam berdagang membuat dirinya dipercaya oleh Micl Romaknan untuk menyuplai
mebel ke Eropa. Akhirnya Jokowi pun sering mengunjungi Eropa. Dalam perjalanannya
berkeliling Eropa tersebut Jokowi sangat terinspirasi dengan tata kota yang begitu rapi dan
indah. Selepas pulang dari Eropa, Jokowi ingin menjadikan kota kelahirannya yaitu Solo
menjadi kota yang tertata seperti kota-kota di Eropa. Jokowi pun akhirnya terjun ke politik.

6
Jokowi pun kemudian masuk ke dunia politik yang kemudian mengantarkannya
menjadi Walikota Solo. Jokowi kemudian merombak Solo menjadi kota yang sangat tertib.
Jokowi juga menertibkan masyarakat Solo walau awalnya timbul pergolakan hingga akhirnya
Solo menjadi kota percontohan dan kajian Universitas luar negeri. Jokowi juga membuat slogan
untuk kopta tercintanya yaitu Solo : The Spirit of Java. Dlam langkahnya melakukan
penertiban terhadap pedagang barang bekas di Taman Banjarsari, Jokowi menerapkan metode
dialog sehingga tidak sampai timbul gejolak. Jokowi juga merefungsikan kembali Taman
Balekambang yang telah tak terurus hingga menjadi lahan hijau yang indah. Sifat tegas Jokowi
pun dapat dicontoh dengan menolak investor yang tak mau tunduk pada aturan mainnya serta
gaya kepemimpinannya.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengajuan untuk kota Solo sebagai anggota
Organisasi Kota-Kota Warisan Dunia. Hal ini terealisasi pada 2006 silam. Solo kemudian
ditunjuk sebagai tuan rumah Festifal Musik Dunia dimana tempat penyelenggaraannya adalah
di benteng Vastenburg yang awalnya mau di bongkar oleh investor untuk dijadikan pusat
perbelanjaan. Konferensi organisasi Kota Warisan Dunia juga diadakan di kota Solo di Oktober
2008.
Solo terkenal dengan kota yang masih berbentuk kerajaan. Ketika Pakubuwono XII
meinggal dunia dan belum sempat menunjuk penggantinya, keraton Solo pecah menjadi dua
pimpinan. Hal ini mmebuat Pemerintah turut campur sehingga menunjuk dua pemimpin yang
bakal memimpin keraton yaitu Paku Buwono XIII sebagai Raja dan KGPH Panembahan Agung
Tedjowulan sebagai wakil atau Mahapatih. Namun konflik ini terus berlanjut karena ada pihak
keluarga kerajaan yang tak menyetujui pembagian kekuasaan seperti itu. Konflik itu meruncing
dengan penolakan atas Raja dan Mahapatih untuk memasuki Keraton pada tanggal 25 Mei
2012. Keduanya dicegat di pintu utama Keraton di Korikamandoengan.
Jokowi yang ketika itu menjabat sebagai Walikota Solo pun harus turun tangan. Jokowi
kemudian mendatangi satu-per satu keluarga kerajaan itu agar mau berdamai dan ini memakan
waktu yang cukup lama yaitu 8 bulan. Namun usaha Jokowi tak sia-sia. Kedua belah pihak
yang bertikai itu akhirnya mau berdamai dengan ditandai bersedianya Panembahan Agung
Tedjowulan melepas gelar.

7
2.2 Profil Farry Tandean

Farry Tandean adalah seorang pengusaha mebel dan interior ternama dari Kota Cirebon.
Beliau memulai bisnis mebelnya dari 1995 dan sampai saat telah sukses menjadi eksportir
mebel kualitas tinggi ke berbagai negara. Mari kita simak kisah sukses Pak Farry Tandean. Jika
bukan karena orang tuanya, Farry Tandean tidak mungkin bekerja sebagai pengusaha mebel
dan interior. Selain membuat mebel dengan desain inovatif, ia juga berbisnis ubin dan panel
dekoratif berbahan limbah batok kelapa. Di saat bisnis mebel ekspor melesu, sebagian orang
bakal menganggap industri ini sedang tiarap. Padahal, jangan salah, sebagian kecil eksportir
tetap bertahan. Salah satunya adalah Farry Tandean. Pemilik PT Jati Vision Raya (Java) dan
Cocomosaic Indonesia ini tetap bertahan dan mengekspor produk mebel dengan desain inovatif
ke berbagai negara.
Sejak memulai bisnis mebel 16 tahun silam, Farry memang berorientasi mengekspor
produk ke luar negeri. Ia merupakan salah satu dari sedikit produsen mebel asal Cirebon yang
sejak puluhan tahun silam aktif menjaring pembeli (buyer) luar negeri lewat pelbagai pameran.
Saat ini banyak pembelinya berasal beberapa negara di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat. Ia
juga punya perwakilan penjualan di puluhan negara. Tiap tahun, pendapatan Farry dari ekspor
produk mebel bisa mencapai 5 juta7,5 juta dollar AS. Salah satu keunggulan bisnis Java adalah
memberi nilai lebih pada produk mebel dengan kualitas dan inovasi desain. Baru-baru ini,
produk Cocomosaic berhasil masuk dalam lima besar Gaia Award 2011 di Dubai. Penghargaan
ini diberikan bagi produk inovatif di bidang konstruksi dan bangunan yang ramah lingkungan.

8
Lahir dari keluarga pedagang kelontong di Cirebon, sejak kecil 45 tahun silam, orang
tua Farry biasa menerapkan disiplin dalam penggunaan keuangan. Impian orang tuanya adalah
anak-anaknya sekolah di luar negeri. Saya rela tidak dibelikan mobil demi bisa bersekolah di
Amerika, ungkap anak keenam dari tujuh bersaudara ini. Alhasil, setelah menyelesaikan SD
dan SMP di Cirebon, saat kelas III SMA, Farry dikirim orang tuanya ke Kanada untuk persiapan
kuliah di Amerika Serikat. Pada tahun 1990, Farry menamatkan pendidikan di University of
Minessota, dengan menyabet dua gelar master di bidang electrical engineering dan computer
science. Semuanya diselesaikan dengan predikat magna cum laude. Setelah kuliah, Farry ikut
program management trainee di General Electric sebagai accelerated candidate untuk fast track
Information Systems Management Program (ISMP). Meski bergaji 35.000 dollar AS per tahun,
ia merasa ada yang kurang. Mungkin karena orang tua saya pedagang, ada yang kurang jika
saya hanya menjadi karyawan, katanya.
Pada tahun 1993, Farry memutuskan pulang ke Cirebon atas permintaan orang tuanya.
Sebagai anak lelaki pertama di keluarga, ia merasa punya tanggung jawab besar merawat orang
tuanya yang sudah tua. Kakak-kakak perempuannya ikut suami ke luar negeri, sementara ia dan
adik lelakinya di Cirebon. Usaha pertama Farry Tandean adalah meneruskan toko kelontong
orang tuanya. Tiap bulan, ia hanya mendapat uang jajan sebesar Rp 500.000. Ia juga ikut
membantu mengelola pemasaran bisnis adiknya, Wika Tandean. Adiknya menjual rotan
mentah ke perusahaan mebel di Cirebon. Masuk ke bagian pemasaran membuat Farry mengenal
banyak buyer rotan dan mebel dari luar negeri. Suatu saat, ia mendapat tawaran dari seorang
buyer dari Jepang untuk memasok keperluan mebel ke Jepang. Alhasil, dengan modal Rp 300
juta dari orang tua, pada tahun 1993, ia mendirikan perusahaan patungan yang khusus
menggarap pasar mebel untuk diekspor ke Jepang. Kurang lebih satu setengah tahun berkongsi,
Farry memilih mandiri dengan membuat perusahaan sejenis untuk menggarap pasar di luar
Jepang. Tahun 1995, ia mendirikan Java. Saat pengusaha rotan dan mebel masih bergantung
pada buyer yang datang, ia sudah aktif menawarkan produk lewat pameran. Sampai-sampai
kegiatan produksi dan kualitas produksinya kadang terbengkalai.
Berkah krisis moneter
Lantaran Farry menerapkan standar kualitas produk Eropa dan Amerika, para buyer
langsung tertarik menjadi pelanggan. Pada tahun 1998, bisnisnya semakin besar. Saat terjadi
devaluasi parah, sebagai eksportir ia malah pesta pora. Farry bisa mendapatkan untung Rp 100
juta dengan hanya mengirimkan 1.000 keranjang kecil seharga 12 dollar AS per unit. Saat itu,
biaya produksinya hanya Rp 15.000, tapi kurs Rp 10.000Rp 12.000 per dollar AS. Tahun itu
juga, Farry memindahkan usaha di lokasi seluas 50.000 meter persegi. Kini, di atas lokasi itu

9
sudah berdiri tiga pabrik dan tiga ruang pamer. Perusahaan ini punya tiga divisi: Java, Bali luz
(lampu dekoratif), dan Valentti Lifestyle. Untuk memperluas pasar, tahun 2010, Farry
mendirikan Cocomosaic yang mengolah limbah batok kelapa menjadi material dekoratif nan
eksotis untuk keperluan arsitektur dan desain interior. Pasarnya ada di puluhan negara. Farry
mendapat pasokan batok kelapa dari masyarakat. Ia berharap, dalam tiga tahun, Cocomosaic
bisa menambah nilai ekspor Java mencapai lebih dari Rp 30 miliar.

10
2.3 Profil Sumarmo

Kejujuran dan Kerja keras yang membuat Sumarno (40) bisa tersenyum lebar saat ini.
Mantan kuli proyek ini punya penghasilan Rp 20 Juta per bulan berkat bisnis furnitur berbahan
jati yang digelutinya. SUMARNO memproduksi aneka mebel berbahan kayu jati, seperti
lemari, ranjang, kursi tamu, meja makan, sofa, dan kitchen set. Memasang bendera Jati
Kencana, dia membuka usahanya dengan menyewa lahan di Jalan Raya Sukahati RT 06/03
Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Material utama produksinya itu dikirim dari Jepara, Jawa Tengah.
Usahanya tak pernah sepi order. Minimal, omzetnya mencapai Rp 3O juta per bulan. Semula
saya deg-degan takut enggak bisa jalankan usaha ini. Tapi pasrah aja karena ini keinginan
kakak. Yah saya jalan aja, ujar Sumarno saat ditemui Warta Kota di tempat produksi
mebelnya, Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Pria itu mengatakan, usaha yang sudah
dijalankan secara mandiri selama empat tahun itu, karena didukung kakaknya, Yadi. Kakaknya
yang membuka jalan untuk masuk ke industri furnitur. Sebelumnya, lelaki yang akrab disapa
Marno itu hanya pekerja proyek di satu perusahaan kontraktor di Jakarta. Marno bertugas
sebagai tukang kayu selama delapan tahun yang menangani perbaikan dan pembuatan kusen
pintu dan jendela.
Marno berasal dari Klaten, Jawa Tengah, Pada Maret 2000, Marno menikah dengan
kekasihnya Sumi, yang juga sama-sama asal Klaten. Setelah menikah, Sumi diajak merantau
ke Jakarta. Kurang dari setahun di Jakarta, Sumi ingin kembali ke kampung halamannya karena
ingin melahirkan buah cintanya dengan Marno di Klaten. Demi sang istri, Marno ikut pulang

11
kampung dan meninggalkan pekerjaannya di Jakarta. Setelah kelahiran anak pertamanya.
Marno betah tinggal di kampung, dan enggan kembali ke Jakarta. Saat itu, dia bekerja sebagai
tukang kayuketrampilan yang sudah dilakukannya sejak usia 15 tahun. Keterampian
mengolah kayu mentah pria lulusan SMP ini banyak dicari orang. Dia kerap diminta untuk
merenovasi rumah atau membangun rumah. Ada juga yang meminta Marno untuk dibuatkan
lemari pakaian. Pada zaman itu tukang kayu sangat banyak dicari orang. Tidak sulit mencari
uang zaman itu, oleh karenanya tukang kayu sangat banyak dicari. Hampir enam tahun Marno
hidup tenang di desa. Namun kakaknya, Yadi, memaksanya kembali ke Jakarta untuk
membantu usaha kayu jati miliknya. Yadi sangat paham bahwa Marno terampil mengolah kayu.
Yadi memintanya untuk belajar membuat kitchen set. Saat itu, permintaan kitchen set sangat
tinggi. lebih tinggi dibandingkan mebel lainnya. Di situlah ia mulai belajar, mulai mengukur,
mengenal model sampai memasang. Semuanya ia pelajari dengan sungguh-sungguh. Setahun
kemudian, Marno memutuskan menyewa lahan sendiri. Lahan itu, selain sebagai bengkel kerja
dan showroom, juga dipakai sebagai tempat tinggal dia dan keluarganya. Awalnya. usahanya
itu hanya sebagai cabang usaha milik kakaknya. Usaha kakaknya itu letaknya tidak jauh dengan
tempat usaha Marno, yakni di Jalan Keradenan, Bogor, Jawa Barat. Sebagian mebel yang ada
di tempat Marno adalah milik Yadi. Toko cabang itu ditunggui oleh istri Marno, Sumi.
Sedangkan Marno yang mengerjakan semua pesanan mebel dari pelanggan. Status
Sumarno,saat itu sebatas pekerja dengan upah Rp 100.000 per hari atau Rp 3 juta per bulan.
Penghasilannya itu pun, kata Marno, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selama
bekerja, Marno tidak pernah menemukan kesulitan mempelajari cara berbisnis membuat
kitchen set. Dasar pemahaman sebagai perajin kusen pintu atau jendela membuat Marno lebih
cepat menangkap ilmu baru. Marno yang jujur dan lincah mampu mengembangkan usahanya.
Sang kakak pun menantang adiknya untuk membuka usaha sendiri dalam waktu kurang dari
tiga tahun. Marno bertekad dalam tiga tahun ia sudah harus mampu berdiri sendiri dan tidak
lagi mengelola usaha meubel milik kakaknya.
Keberanian mendirikan usaha mebel itu muncul berkat dukungan kakak. Awalnya,
Marno dan istri bingung dengan permintaan kakaknya. Mendirikan usaha sendiri itu sama sekali
tidak pernah dibayangkan dalam benak pasangan suami-istri itu lantaran kondisinya sangat
terbatas.Dia menganggap hanya sebagai pekerja yang memiliki semangat dan upaya keras
dalam menjalani profesinya. Marno tidak langsung menjawab tantangan sang kakak. Setahun
pun berlalu. Yadi kembali menantangnya untuk mandiri. Bahkan, tenggang waktu yang
diberikan sang kakak semakin singkat, kurang dari tiga tahun dengan alasan bahwa anaknya
tidak akan bisa sekolah karena tidak memiliki biaya.

12
Dua kali ditantang Yadi membuat Marno seperti dipecut. Semangatnya pun muncul.
Menurut Marno, dia sudah punya modal sebagai pengusaha, seperti, dipercaya pelanggan, jujur
dan bisa memberi kepuasan kepada pelanggannya.Lalu. dia pun membobol tabungannya dan
mulai menjadi pengusaha pada tahun 2008. Dia membeli furnitur kakaknya yang dititipkan di
showroom-nya. Namun, dia tidak bisa membeli seluruh furnitur karena uang tabungannya
hanya Rp 25 juta. Sedangkan seluruh furnitur kakaknya itu itu seharga Rp 30 juta. Dengan kata
bismillah ia pun memulai usaha meubelnya. Lagi pula ada kakaknya yang selalu bersedia untuk
mendukung mereka.
Punya usaha sendiri yang didukung delapan karyawan, tak pernah ada dalam benak
Sumarno. Dia menganggap dirinya- sebagai orang kampung yang enggan bermimpi terlalu
tinggi. Apalagi jadi Pengusaha yang bisa menghasilkan uang puluhan juta rupiah. Namun garis
hidupnya berubah. Ayahnya, Mardi, jatuh sakit. Dua ekor kerbau milik Mardi yang disiapkan
sebagai tabungan sekolah untuk Sumarno tepaksa dijual untuk membiayai pengobatan Mardi.
Akibatnya. Marno -sapaan akrab Sumarno- tak bisa melanjutkan ke SMA. Kondisi itu membuat
ia terpukul. Ternak yang semula untuk biaya sekolah sudah dijual, Meski begitu, dia ikhlas.
Bocah lulusan SMP itu bekerja sebagai tukang kayu. Kejujuran dan keuletannya bekerja selalu
dihargai orang-orang di sekitarnya.
hasil kerja keras dan kejujurannya telah berbuah manis. Manajemen usaha dikelolanya
dengan cara sederhana sesuai dengan pendidikannya yang lulusan SMP. Para pelanggannya
bukan orang sembarangan. Mulai dari camat,pengusaha. anggota DPR-RI, sampai jenderal
bintang satu,yang menjadi pelanggan mebelnya. Mengandalkan promosi dari mulut ke mulut.
usaha mebelnya dikenal orang. Suatu ketika. Marno memasang kitchen set di satu rumah
mewah di Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan. Sebelumnya, dia tidak pernah tahu, siapa
yang memesan produknya itu.Tapi, ketika sedang memasang exhaust fan, baru dia tahu siapa
sang pemilik rumah.Kala itu, dia bangga. Pasalnya, dia dijemput dari showroomnya dengan
mobil berplat TNI dan orang yang menjemputnya pun berseragam tentara.

13
2.4 Frans Satrya Pekasa

Memiliki jiwa pengusaha sejati adalah bertekad kembali bangkit ketika berada pada
kondisi terpuruk. Itulah gambaran perjalanan seorang Frans Satrya Pekasa dalam mengelola
usaha mebel jati. Berada di titik minus pada tahun 2005 ketika bisnisnya di ambang kehancuran,
pria berkacamata ini kembali bergerak untuk memperbaiki keadaan. Di tengah lilitan utang
yang menumpuk kala itu, hanya dengan bermodalkan nama baik, Frans kembali mencoba
menjalankan bisnis mebel jati ini dari awal. Dengan semangat pantang menyerah, dalam kurun
waktu dua tahun, bisnisnya pun bisa kembali pulih.
Kini dia dikenal sebagai salah satu sosok sukses dalam industri mebel. Lewat
perusahaan yang dia dirikan bernama PT Gading Dampar Kencana, pria kelahiran Cirebon,
Jawa Barat, ini mampu meraih omzet puluhan miliar rupiah per tahun. Kesuksesannya
mengelola usaha hingga mampu menembus pasar ekspor membuat Frans berhasil menyabet
dua kali penghargaan Primaniyarta sebagai eksportir terbaik pada tahun 2012 dan 2013.
Frans telah berkecimpung dalam bisnis ekspor mebel sejak tahun 1998 setelah dia
menamatkan pendidikan sarjana di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya jurusan
teknis industri. Ia fokus ekspor furnitur luar ruangan dan mebel taman berbahan kayu jati. Frans
memilih sektor furnitur, karena menurutnya, peluang mebel masih cukup besar. Ia
melihat Indonesia sangat kaya akan kayu-kayu berkualitas. Awal terjun ke usaha ini, Frans
hanya sebagai makelar untuk agen eksportir furnitur rotan dan kayu jati di Cirebon. Tugasnya
mencari pesanan pada agen dan kemudian menjadi perantara untuk melanjutkan pesanan
produksi ke para perajin.
Mulai tahun 2001, Frans memilih mencari pembeli asing sendiri dengan bermodal
jaringan yang sudah dia rintis selama menjadi makelar mebel. Dari situ kemudian berdiri PT
Gading Dampar Kencana yang memproduksi mebel dengan merek dagang Mega Furniture.

14
Untuk mengembangkan usahanya, pria kelahiran tahun 1975 ini memanfaatkan internet dalam
upaya menjaring pembeli dari luar negeri. Selain membuat website, dia juga menggunakan
banyak portal usaha, seperti Alibaba dan Indonetwork, untuk mempromosikan produk. Kini
Frans telah mampu mengekspor furnitur ke 45 negara di tiga benua, yaitu Benua Asia, Eropa,
dan Amerika. Beberapa negara tujuan ekspornya adalah Israel, Guatemala, Nigeria, Italia,
Turki, Inggris, Austria, dan lain-lain. Dia juga sukses berekspansi hingga ke Negeri Tirai
Bambu China, bahkan telah mendirikan tiga toko mebel di sana bernama Teak123.
Saat ini, Frans bisa mengekspor sekitar 30 kontainer berisi meja, kursi, lemari, dan lainlain per bulan. Dari situ, ia bisa meraup omzet sekitar 5 juta dollar AS atau setara dengan Rp
57 miliar (kurs 11.500 per dollar AS). Untuk produksi, Frans bekerjasama dengan 136 perajin
dan 400 karyawan yang bekerja di empat pabriknya di Jepara. Tak mudah bagi Frans meraih
kesuksesan sebagai eksportir furnitur berbahan baku kayu jati dengan omzet puluhan miliar per
tahun. Ia sempat mengalami kegagalan hingga titik terendah dalam karier sebagai pengusaha di
2005. Tapi kejadian, itu justru menjadi pelecut agar dia segera bangkit dari keterpurukan. Dia
pun sempat harus membantu mencari cara untuk melunasi utang usaha sang ayah lantaran
kejatuhan usaha konstruksinya. Cara Frans untuk membantu ayahnya adalah dengan menjadi
makelar mebel, setelah lulus kuliah pada 1998. Saat itu perusahaan ayah saya diambil alih oleh
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) karena terlilit utang besar di bank, kenang
Frans.
Memulai karier sebagai makelar mebel tidak terlalu sulit baginya. Karena, Frans sudah
memiliki pengalamannya magang di delapan perusahaan saat masih mahasiswa, salah satunya
perusahaan furnitur. Sebagai modal awal usaha, ia menggadaikan mobil Honda Civic tahun
1989 miliknya senilai Rp 25 juta. Awalnya, Frans hanya makelar bagi agen eksportir furnitur
rotan dan kayu jati. Tugasnya, mencari order pada agen dan kemudian meneruskan pesanan
produksi pada perajin. Namun, lantaran menjadi makelar cukup rumit, akhirnya mulai 2001 ia
memilih mencari pembeli asing sendiri dengan bermodal jaringan yang sudah dirintisnya saat
menjadi makelar.
Dengan bantuan teknologi internet, ia mengelola banyak situs untuk menawarkan
jasanya menjual mebel rotan dan kayu jati. Bisnis yang diawali dengan bekerjasama dengan
dua karyawan, salah satunya dengan teman satu SMA itu, berjalan mulus. Sedikit demi sedikit
usahanya terus berkembang, hingga dia berhasil mengekspor berbagai furnitur berbahan rotan
dan kayu jati sampai tiga kontainer setiap bulan. Dari situ dia berhasil melunasi utang sisa
kebangkrutan usaha ayahnya.
Dengan modal yang dimiliki, tahun 2004 ia mulai berekspansi ke bisnis properti dan
jual-beli batubara. Namun malang tak bisa ditolak, bisnis properti dan batubara yang dia
jalankan merugi. Sementara itu, bisnis mebelnya pun kandas setelah rekan kerjanya yang juga
teman SMA dulu membawa kabur uang perusahaan tanpa sisa. Lagi-lagi Frans kembali
menanggung utang besar dari bank. Seluruh aset baik rumah dan mobilnya disita. Frans sampai
harus rela menumpang di rumah mertuanya. Setelah enam bulan dari peristiwa itu, Frans
memutuskan kembali bangkit. Dia mulai kembali mendekati para perajin. Saya dapat pinjaman
Rp 11 miliar dari perajin yang dulu bekerja dengan saya, papar Frans.

15
Di tengah keterpurukan itu ia tetap berusaha bangkit. Dengan bantuan teknologi internet, ia
terus berusaha menjual produk furniturnya ke seluruh dunia. "Saya rajin melakukan pemasaran
dari internet dan mengelola website, sehingga membuat saya seperti sekarang," katanya.
Semua upayanya itu tidak sia-sia. Sampai saat ini, ia sudah bisa mengekspor furnitur
jati ke 45 negara dan membuka tiga toko di Tiongkok. Frans bilang, untuk saat ini tidak banyak
kendala yang dia hadapi dalam menjalankan bisnisnya. Itu juga yang membuat dia makin
gencar mengembangkan bisnis. Ke depan, ia berencana untuk membuka dua toko lagi di China.
Menurutnya, pangsa pasar di Negeri Panda itu masih sangat besar jika dikelola dengan baik.
Frans sendiri mengaku tidak tertarik merambah bisnis di sektor lain. Ia tetap akan fokus
mengembangkan bisnis furnitur yang sedang dilakoninya. Apalagi dari pengalaman
sebelumnya ia pernah gagal ketika merambah bisnis properti dan batubara. Untuk
membesarkan bisnis furnitur, ia fokus memproduksi furnitur luar ruangan, khususnya kayu jati.
Frans sudah meninggalkan furnitur rotan karena bahan bakunya semakin sulit didapatkan.
Frans mengaku, tidak menyiapkan strategi khusus untuk mengembangkan usahanya
yang bernaung di bawah PT Gading Dampar Kencana ini. Sebab, menurutnya, regulasi yang
dikeluarkan pemerintah bisa berubah kapan saja. "Kalau regulasi berubah, strategi yang sudah
disiapkan tidak akan ada gunanya," ujarnya. bn).

16
2.5 Au Bintoro

Kisah wirausahawan sukses ini adalah seorang manusia yang mendapatkan kelebihan
dari sang Pencipta. Mengapa tidak, berkat tangan dinginnya ia mampu mengubah perabot
rumah tangga yang dikenal dahulu sulit untuk mengangkutnya, tapi ditangannya perabot rumah
tangga itu disulap menjadi produk yang dapat dibongkar pasang.
Kisah wirausahawan sukses ini dibesarkan dari keluarga yang sederhana membuat
beliau hidup apa adanya. Sejak kecil anak ke-3 dari 11 bersaudara ini sudah ringan
tangan.Buktinya ia selalu membantu orang tuanya bekerja. Namun, beliau tidak lama tinggal di
tanah kelahirannya. Di saat usianya masih anak-anak, beliau bersama saudaranya pindah ke
kota Bogor. Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti dan simak kisah sukses pengusaha berikut ini.
Au Bintoro
Kisah sukses Au Bintoro, pendiri Olympic Furniture, diawali tahun 1980. Ketika itu ia
merasa bahwa toko furniture terlalu membebani konsumennya dengan ongkos kirim yang
begitu besar. Mahalnya ongkos kirim itu disebabkan karena beratnya produk furniture sehingga
untuk mengangkatnya dibutuhkan beberapa orang pekerja, selain itu pengusaha furniture tidak
dapat membawa banyak barang sekaligussatu truk kecil hanya bisa mengangkut beberapa
meja belajar sajasehingga tidak efesien. Bayangkan bila meja-meja tersebut harus diantarkan
ke alamat pelanggan yang berada di pelosok-pelosok daerah, bukan tidak mungkin ongkos
kirimnya lebih mahal dari harga meja itu sendiri.
Au yang ketika itu masih berprofesi sebagai pembuat box speaker memutar keras
otaknya agar bisa menemukan meja belajar yang lebih praktis, ringan, dan bisa diangkut dalam
jumlah yang lebih banyak dalam satu truk. Au memiliki ide untuk membuat sebuah meja yang
dapat dibongkar pasang. Dengan ide ini ia berharap pengangkutan meja jadi lebih mudah dan
murah. Namun ia menemukan masalah, penggunaan kayu yang berat bobotnya menyebabkan
timbul kesulitan membuat pasak-pasak yang cukup kuat untuk merekatkan bagian-bagian meja.
Ia kemudian mencoba-coba membuat meja dari bahan baku box speaker yang
dimilikinya, dan ternyata sukses. Ia mampu menciptakan meja yang lebih kecil, ringan, dan

17
mudah dibongar pasang. Meja belajar baru itu tersusun dari serpihan-serpihan papan partikel
dengan perekat sekrup yang bisa di cucuk-cabut. Setiap bagian diberi tanda khusus untuk
mencocokkannya dengan bagian lain. Ini mirip dengan mainan bongkar pasang anak-anak.
Produk ini selain mudah dibawa ternyata juga memberikan keuntungan lain bagi
penjualnya, yaitu memperkecil biaya penggudangan (storage cost) karena penjual hanya perlu
merakit satu produk saja sebagai display, sementara produk yang digudang dibiarkan dalam
keadaan terbongkar sehingga tidak memakan banyak ruang.
Walau begitu Au belum memiliki cukup nyali untuk menjualnya secara massal, dan
lebih memilih untuk menjualnya berdasarkan pesanan. Suatu hari seorang konsumen memesan
meja itu dalam jumlah ribuan. Au girangnya bukan main. Setelah harga disepakati, pengerjaan
meja itu dilakukan 24 jam nonstop agar selesai tepat waktu.
Namun malang di tengah jalan order itu diputus secara sepihak. Akibatnya Au terpaksa
menumpuk produk dan bahan baku yang tersisa di gudang. Setelah menunggu tanpa kepastian,
Au nekad menjual meja pesanana itu ke toko-toko furniture. Ternyata meja-meja itu laku keras
dan habis terjual. Ini membuat Au semakin percaya bahwa konsumen telah lama menantikan
sebuah meja belajar yang lebih praktis seperti buatannya. Pada tahun 1983, Au benar-benar
menekuni bidang furniture dan meninggalkan profesinya sebagai pembuat box speaker.
Setahun sebelumnya dia meresmikan sebuah pabrik Cahaya Sakti Multi Intraco yang khusus
memproduksi meja (menyusul kemudian tempat tidur, meja serbaguna, lemari hias, lemari
pakaian, rak televisi, meja kantor, dan hampir semua jenis furniture.
Au menamai merek produknya Olympic Furniture karena terinspirasi dengan Olimpiade
XXIII yang berlangsung di Los Angeles pada 1984. Au mengutip ajang olahraga tersebut
sebagai label dengan harapan Olympic dapat bergaung sehebat olimpiade yang terkenal di
seluruh penjuru dunia. Inspirasi ini dikemudian hari menguntungkan Au karena konsumen lokal
mengenalinya sebagai produk impor meskipun sebenarnya serpihan-serpihan perabot itu
semuanya dibuat di Bogor dengan tenaga kerja lokal.
Pada tahun 1997, seperti kebanyakan pengusaha lain, Au mengalami goncangan dahsyat
akibat Krisis Moneter yang melanda Indonesia ketika itu. Ongkos pembelian bahan baku
membengkak gila-gilaan dan karyawan menginginkan kenaikan gaji, sementara rata-rata 5 dari
10 konsumen membatalkan membelian. Bisnis Au mengalami masa-masa paling suram dan
hampir semua rencana besar terbengkalai begitu saja. Gara-gara krisis pula Au terpaksa menjual
separuh lahan beserta gedung di daerah Sentul Jawa Barat yang awalnya direncanakan sebagai
pusat produksi terpadu, mulai dari pengolahan kayu hingga finishing.
Au mendapatkan ide lain untuk mengatasi masalah ini. Bila sebelumnya ia hanya
mengandalkan toko-toko furniture untuk menjual produknya, kini ia bekerja sama dengan
peritel besar seperti Carrefour dan Giant. Ia juga bekerjasama dengan gerai kredit Columbia
agar konsumen lebih mudah mendapatkan dana untuk membeli produknya. Strategi ini berhasil
mengembalikan penjualan Olympic ke tingkat semula, bahkan lebih.

18
Memasuki tahun 2003 ia menggandeng perusahan furniture asal Jerman, Garant Mobel
International dan bersama-sama mendirikan Garant Mobel Indonesia (GMI) dengan 75%
saham dimiliki Olympic. GMI bertindak sebagai pemberi hak waralaba yang menghubungkan
pemasok dan para peritel mebel merek Garant asal Jerman, dan merek kelas atas milik Olympic.
Usaha ini menciptakan merek baru MER yang diwaralabakan dengan biaya minimal Rp.500
juta beserta show room seluas 100 meter persegi. Kerja sama ini menjadikan Au sebagai peritel
furniture pertama di Indonesia.
Au juga mulai mengibarkan merek-merek baru untuk menguasai pasar, misalnya Solid
Furniture, Albatros, Procella, Olympia, dan furniture berharga murah Jaliteng. Diversifikasi
produk itu dibuat berdasarkan daya beli target market-nya. Albartos misalnya mencoba
menampilkan desain klasik dan minimalis yang disesuaikan dengan tren perkembangan desain
rumah masyarakat kelas atas yang berselera ala Eropa dan Asia modern.(Sumber:
noveloke.com).
Au merupakan kisah wirausahawan sukses yang mempunyai harapan besar agar usaha
yang telah dirintisnya mampu bertahan dan bersaing agar menghasilkan perusahaan yang
berkualitas terbaik. Semua ini adalah berkat kerja keras, kegigihan, dan pantang menyerah yang
tercermin dalam sosoknya. Au Bintoro adalah pelopor industri furniture Indonesia yang sangat
dikenal semua kalangan, baik dari tingkat office boy sampai direktur perusahaan. Dengan
membawa visi yang diembannya, maka tumbuhlah perusahaan yang mampu merajai kelas
dunia. Selain itu dengan membawa merek olympic furnitue, Au semakin memimpin di puncak
perbisnisan furniture yang ada di Indonesia. Akhirnya saya berharap agar pembaca sekalian
bisa memetik makna dari perjalanan kisah sukses wirausahawan di atas.

19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jwa yang selalu aktif dalam usaha
untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam
kegiatan usahanya. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku
yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil
bisnis (Acad Sanusi,1994). Karakter dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausaha
adalah Action oriented, Berpikir simpel, Mereka selalu mencari peluang-peluang baru,
Mengejar peluang dengan disiplin tinggi, Hanya mengambil peluang yang terbaik, Fokus
pada eksekusi, Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti.
Jatuh bangun itulah yang akan membuat orang terus semakin belajar dan tajam dalam
nalurinya. Sehingga dia tidak boleh jatuh atau gagal lagi. Apakah menjadi pengusaha itu
bisa dipelajari? Tidak mungkin. Namun menjadi pengusaha itu harus dijalankan, itulah
pelajaran berharga menjadi pengusaha
3.2 Saran
Membuat produk yang bagus memang harus kreatif, berarti kalau negara maju harus
bisa memproduksi produk-produk yang bagus sehingga kreatifitas adalah syarat menjadi
negara besar melalui Industri dan Perdagangan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Cholichul (2012). Karakteristik Kewirausahaan, (Online), (http://www.cholichulfpsi.web.unair.ac.id ). 21 september 2016.
Erni (2012). Proses Kewirausahaan,(Online), (http://www.ernirismayana.blogspot.com).
21 september 2016
Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kamrianti (2012). Mengenal Tentang Kewirausahaan. (Online),
(http://www.kamriantiramli.wordpress.com). 21 september 2016
Kasali Rhenald.2010. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika.
http://profilpengusahasuksesindonesia.blogspot.co.id/2012/11/kisah-wirausahawan-suksesau-bintoro.html (di unduh 21 september 2016)

Anda mungkin juga menyukai