Disusun oleh :
1. Bella Krisna Mareta
2. Desy Irawati
3. Diny Tri Yulia C.S
4. Dita Deviyanti
5. Septania Kharisma
11141057
11141061
11141064
11141065
11141095
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-NYA sehingga tersusunlah tugas artikel bahasa indonesia.
Pengembangan pembelajaran yang ada di artikel ini, dapat senantiasa dilakukan
oleh siswa dengan tetap dalam bimbingan dosen. Upaya ini diharapkan dapat
lebih mengoptimalkan penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi yang
dipersyaratkan. Dalam penyusunan artikel ini, masih banyak kekuranganya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun.
Akhirnya penyusun mengucapkan trimakasih kepada semua pihak yang telah
membanntu penyusunan artikel ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan bagi anak penyandang cacat diawali dengan deteksi dini
pada saat penerimaan siswa baru baik di SLB, sekolah inklusi maupun sekolah umum.
Pelayanan kesehatan berkala dilakukan sama seperti yang dilaksanakan di sekolahsekolah umum yaitu sekali enam bulan.
Pelayanan kesehatan insidentil sebaiknya dilakukan sekali dalam sebulan atau
minimal tiga bulan sekali karena anak penyandang cacat berisiko lebih tinggi terhadap
penyakit dibanding anak normal di sekolah umum dan rawan bertambah parah
kecacatannya serta ketergantungannya pada orang lain. Jika anak mengalami sakit di
sekolah di luar jadwal kunjungan puskesmas, penanganan sederhana dapat dilakukan oleh
guru pembina UKS dan apabila tidak dapat diatasi segera dirujuk ke puskesmas.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas. Penulis perlu merumuskan masalah
yan akan dibahas. Penulis merumuskan masalah sebagai berikut bagaimana
peran bahasa yang baik dan benar dalam pelayanan kesehatan bagi penyandang
cacat. Penyandang cacat yang akan dibahasa yaitu
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut mengetahui peran bahasa
yang baik dan benar dalam pelayanan kesehatan bagi penyandang cacat.
BAB II
Pembahasan
A. Landasan Teori
Komunikasi berasal dari bahasa Inggris ; communication yang berarti
pemberitahuan dan atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan
pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Komunikasi adalah suatu
transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui
pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta
mengubah sikap dan tingkah laku tersebut (Robbins dan Jones, 1982).
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Indrawati, 2003 48). Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi,
jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai
manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik
merupakan interaksi antara perawat dan pasien yang berupa pembicaraan dan
perbincangan tentang masalah klien dengan berlandaskan etika dan moral
keperawatan, ditujukan untuk kesembuhan klien.
cacat
tidak
memiliki
pekerjaan
disebabkan
impairment/
yang
berasal
dari
luar
lingkungan,
yang
menyebabkan
a. Proksemik
Proksemik merupakan penyampaikan pesan-pesan melalui pengaturan
jarak dan ruang. Manusia mempunyai wilayah-wilayah atau zona
dalam berkomunikasi, wilayah juga berarti daerah atau ruang yang
rang klaim sebagai miliknya, yang seolah-olah merupakan perluasan
dari tubuhnya.
b. Kinesik
Kinesik merupakan penyampaikan pesan-pesan yang menggunakan
gerakan gerakan tubuh yang berarti yang meliputi mimik wajah, mata
(lirikan-lirikan), gerakan-gerakan tangan dan yang terakhir
keseluruhan anggota amribadan (tegap, lemah gemulai dan
sebagainya). Artikel hasil penelitian Makna Komunikasi Non Verbal,
Dalam budaya jawa komunikasi non verbal sangat kental dilakukan
terutama untuk menghormati orang, atau orang yang lebih tua,
semisal gerakan komunikasi yang dilakukan antara atasan Artikel
hasil penelitian Komunikasi Lintas budaya dan bawahan atau abdi di
mana bawahan atau abdi cenderung amri untuk menunduk dan
merunduk untuk menunjukkan bahwa posisinya tidak lebih tinggi dari
tuannya yang diajak bicara.
c.
Khronemik
Khronemik adalah srudi mengenai penggunaan kita akan konteks
waktu. Ide mengenai kelinearan waktu telah diterima secara luas oleh
masyarakat manapun bahkan agama manapun, Artikel hasil penelitian
Makna Komunikasi Non Verbal, Artikel hasil penelitian Makna
Komunikasi Non Verbal, hal ini kemudian melahirkan beberapa istilah
sepertti masa lalu, saat ini dan masa depan yang merupakan suatu
urutan yang tidak dapat dibalik.
Beberapa tuna rungu wicara sangat sensitif terhadap suara keras. Bila
memungkinkan, hindari situasi yang memungkinkan timbulnya suara
keras.
Jika tuna rungu wicara kesulitan dalam memahami frase atau kata
tertentu, cobalah untuk menemukan cara yang berbeda untuk mengatakan
hal yang sama atau kata lain yang memiliki arti yang sama, bukan
mengulangi kata tersebut berulang-ulang atau gunakan bahasa tubuh
untuk menjelaskan maksud Anda.
Jelaskan kepada tuna rungu wicara mengenai topik umum dari
percakapan. Hindari perubahan mendadak dari topik. Jika subjek
pembicaraan berubah, katakan kepada tuna rungu wicara apa yang sedang
Anda bicarakan sekarang. Ulangi pertanyaan atau fakta-fakta kunci
sebelum melanjutkan diskusi.
Jika Anda memberikan informasi spesifik - seperti waktu, tempat atau
nomor telepon - kepada tuna rungu wicara, minta mereka mengulangi hal
tersebut. Banyak angka dan kata-kata terdengar sama.
Apabila memungkinkan, berilah informasi secara tertulis, seperti arah,
jadwal, penugasan kerja, dll. Setiap orang, terutama tuna rungu wicara,
memiliki kesulitan dalam membaca dan memahami ucapan bibir pada
saat mereka sakit atau lelah.
Perhatikan lawan bicara Anda (tuna rungu wicara). tanyalah kepada
tuna rungu wicara, apakah mereka bisa memahami Anda atau tidak,
sehingga Anda tahu bahwa pesan Anda telah tersampaikan.
Berbicaralah secara bergiliran dan hindari menginterupsi pembicara
lain
3. Pelayanan Terapi Wicara
Pelayanan Terapi Wicara di YPAC Semarang telah dilaksanakan
sejak tahun 1977. Anak yang diterapi pada awal mulanya hanya
anak penderita Cerebral Palsy. Semakin hari semakin banyak anak
yang mengalami gangguan komunikasi/bicara dan semakin komplek
juga. Jenis Gangguannya antara lain :
Cerebral Palsy
Kelainan suara
Memonyongkan bibir
Meniup / bersiul
b. Rahang :
c. Lidah :
Menjulurkan lidah
d. Pernapasan :
Meniup
Tahan napas
Kekuatan gerak
Kecepatan gerak
Dan perlu koordinasi yang baik
Tes kemampuan Bahasa Wicara
1. Bahasa Pasif :
Anggota tubuh
Pengucapan konsunan
Pengucapan kata
Pengucapan kalimat
Hasil Layanan
Daerah gangguan
Jenis gangguan
Pribadi therapist
4. Bahasa Isyarat
adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak
bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi. Kaum tunarungu adalah kelompok
utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk
tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk
mengungkapkan pikiran mereka.
Bertentangan dengan pendapat banyak orang, pada kenyataannya belum ada
bahasa isyarat internasional yang sukses diterapkan. Bahasa isyarat unik dalam
jenisnya di setiap negara. Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang
berbahasa sama. Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki
bahasa tertulis yang sama, memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda
(American Sign Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga
berlaku. Ada negara-negara yang memiliki bahasa tertulis yang berbeda (contoh:
Inggris dengan Spanyol), namun menggunakan bahasa isyarat yang sama.
Untuk Indonesia, sistem yang sekarang umum digunakan ada dua sistem adalah
BISINDO (Berkenalan Dengan Sistem Isyarat Indonesia) yang dikembangkan
oleh Tuna rungu sendiri melalui GERKATIN (Gerakan Kesejahteraan Tuna rungu
Indonesia) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) hasil rekayasa orang
normal bukan hasil dari Tuna rungu sendiri yang sama dengan bahasa isyarat
America (ASL - American Sign Language). Jadi saya sarankan memakai sistem
isyarat buatan tuna rungu sendiri adalah BISINDO.
Berikut gerakan untuk berkomunikasi dengan anak tuna rugu dan tuna wicara :
Gerakan huruf
menggunakan
jari-jari tangan
dari A-Z
HALLO
ASALAMMUALAIKUM
MAAF
SAYA
SELAMAT DATANG
SELAMAT MALAM
SELAMAT TINGGAL
SELAMAT
SELAMAT PAGI
SELAMAT SIANG
BAB III
PENUTUP
TERIMA KASIH
WASALAM
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan penyandang cacat,
yaitu ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, timbul bukan saja oleh karena
adanya impairment yang dialaminya, tetapi disebabkan pula oleh faktor-faktor lingkungan di
luar kemampuan individu yang bersangkutan. Oleh sebab itu, konsep kecacatan haruslah
dipahami dengan melibatkan unsur-unsur tersebut.
Keberhasilan pelaksanaan model individual dan model sosial yang dipakai dalam
menangani permasalahan penyandang cacat, memerlukan kondisi tertentu. Baik model sosial
dan model individual, dalam implementasi kebijakan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.
Untuk itu, permasalahan penyandang cacat haruslah dilihat sebagai sesuatu yang universal
dan menyeluruh. Universal dan menyeluruh dalam pengertian bahwa kecactan merupakan
kondisi yang wajar dalam setiap masyarakat, karena itu pembuat kebijakan seharusnya juga
memandang bahwa kebutuhan penyandang cacat adalah sama seperti warga negara lainnya
dengan mengintegrasikan penyandangcacat dalam semua kebijakan yang menyakut segala
aspek hidup dan penghidupan.
B. Saran
Adapun kiranya artikel ini dapat dijadikan suatu referensi bagi pembaca terutama mahasiswa
keperawatan sendiri agar lebih memahami apa itu sebenarnya artikel komunikasi terhadap
para penyandang cacat.
DAFTAR PUSTAKA
http://bit.ly/copy_win
http://ikhwan-smoothcriminal.blogspot.com/2012/11/ara-cepat-belajar-bahasaisyarat-untuk.html
http://chemalnoordien.blogspot.com/2012/02/artikel-kesejahteraan-sosial-penyandang.html
http://www.smallcrab.com/anak-anak/1055-pelayanan-kesehatan-pada-anakpenyandang-cacat
http://www.ypac-semarang.org/index.php?pilih=hal&id=20