Anda di halaman 1dari 4

TOR DISKUSI

Tema : Membangun Perspektif Gender Pada Organisasi Masyarakat Sipil /


LSM
Padang, 24 Januari 2012

Pendahuluan:
Istilah Gender mengacu pada perbedaan social antara perempuan dan lakilaki sepanjang siklus hidup yang dipelajari, dan telah berakar dalam pada setiap
budaya, dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu dan memiliki banyak perbedaan
baik didalam budaya itu sendiri maupun antar budaya. Gender menentukan peran,
kekuasaan dan sumber daya bagi perempuan dan laki-laki di berbagai budaya.
Kesetaraan gender adalah langkah penting dalam mencapai pembangunan
yang berkelanjutan. Situasi krisis sangat mempengaruhi struktur social dan budaya,
mengubah status laki-laki dan perempuan. Jika intervensi kemanusiaan tidak
direncanakan dengan mempertimbangkan kesetaraan gender, maka tidak hanya
akan meningkatkan bahaya, namun juga menghilangkan kesempatan untuk
mendukung dan memajukan kesetaraan dalam livelihood antara perempuan dan
laki-laki
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta mencatat, tantangan
yang dihadapi perempuan adalah masih tingginya angka kematian ibu, tindak
kekerasan dan pemerkosaan, dampak negative globalisasi terhadap perdagangan
perempuan dan anak-anak, serta pemenuhan hak sipil, poitik, dan ekonomi yang
belum dinikmati sebagian besar perempuan (kompas,17/7). Juga ditekankan, target
Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015
diantaranya persamaan jender, menjamin persamaan hak antara perempuan dan
laki-laki dalam pendidikan dasar, serta menurunkan tingkat kekerasan terhadap
perempuan .
Kita tidak perlu menunggu tahun 2015 untuk mencapai MDGs. Bagi kita yang
mengaku bernegara hukum Indonesia, negara ini dibentuk untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukaan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
social. Diantara segenap bangsa dan tumpah darah itu, sekali lagi , ada perempuan.
Kesetaraan gender atau kesetaraan antara perempuan dan laki-laki mengacu
pada pelaksanaan hak, barang-barang yang dihargai secara social, kesempatan,
sumber daya dan penghargaan secara sama antara perempuan dan laki-laki dari
berbagai usia dan tanpa memandang orientasi seksual. Kesetaraan bukan berarti
bahwa perempuan dan laki-laki adalah sama tetapi bahwa pelaksanaan hak,

kesempatan dan peluang hidup mereka tidak diatur atau dibatasi oleh apakah dia
terlahir sebagai seorang perempuan atau laki-laki. Mengembangkan hak azasi
manusia dan memajukan kesetaraan gender harus dilihat sebagai hal pokok bagi
kewajiban komunitas manusia untuk melindungi dan memberikan bantuan bagi
masyarakat yang terkena dampak situasi darurat.

Kejatuhan rezim Orde Baru presiden Soeharto yang otoriter pada tahun 1998
yang diikuti dengan transisi menuju demokrasi telah membawa begitu banyak
perubahan di Indonesia termasuk pertumbuhan masyarakat sipil yang sangat luar
biasa. Jumlah organisasi masyarakat sipil termasuk LSM di seluruh Indonesia telah
meningkat secara substansial. Tidaklah berlebihan untuk menggambarkan
perkembangan dasawarsa terakhir ini sebagai era kebangkitan masyarakat sipil di
Indonesia. Penyebaran demokrasi secara global telah membuka kesempatankesempatan baru bagi kelompok-kelompok masyarakat sipil Indonesia untuk
berpartisipasi didalam pengembangan hak-hak, kelembagaan dan mekanisme
akuntabilitas di dalam masyarakat dimana dimasa lalu keterlibatan warga negara
dihambat.
Dalam dasawarsa terakhir abad ke 20, lembaga-lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dianggap sebagai organisasi yang baik sebagi pengawal
pembangunan, sebagai agen demokrasi serta dalam memanfaatkan globalisasi.
LSM dianggap sebagai inti dari masyarakat sipil yang aktif, yang mendorong
pemberian pelayanan public dan mendukung gelombang demokratisasi yang
semakin besar. Ketika LSM semakin lantang menyuarakan pendapat mereka dalam
berbagai debat kebijakan public, serta menunjukkan peranan pentingnya dalam
merumuskan baik mengenai persoalan maupun solusinya, maka tuntutan agar LSM
bersikap akuntabel semakin membesar.
Ketidakpastian posisi dan strategi masyarakat sipil di Indonesia semakin
berlipat dengan meningkatnya tuntutan terhadap akuntabilitas. Pada saat ini
dimana ada kepercayaan diri yang kurang diantara actor-aktor sipil mengenai apa
yang sebenarnya sanggup mereka raih dan bagaimana cara meraihnya, baik
kepengurusan internal maupun kinerja organisasi masyarakat sipil (OMS) di wilayah
public semakin menjadi subjek perhatian yang lebih besar. Meskipun demikian
sejumlah inisiatif untuk meningkatkan akuntabilitas dan tata pengurusan OMS telah
dilakukan dan mulai terlibat.
Cara yang tepat untuk melakukan perbaikan prilaku LSM adalah dengan terus
mendorong kecendrungan introspeksi yang kini tengah berkembang dikalangan LSM
terhadap kinerja mereka sendiri, serta berbagai upaya baru oleh LSM untuk saling
menilai diantara sesamanya. Upaya untuk memperbaiki kualitas aspek asosiasional
dalam masyarakat sipil sekarang hendaknya harus dilakukan berbagai upaya,
pertama, kearah pengembangan organisasi yang lebih terbuka dan transparan dan

pengembangan aktor warga dengan prilaku yang tunduk pada standart etika dan
hokum yang lebih menantang . Kedua, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki
kualitas dan keterbukaan ruang public untuk mencegah penguasaan oleh segelintir
korporasi, pemerintah, partai politik, asosiasi kepentingan pribadi serta sejumlah
kecurigaan yang biasa diarahkan kepada organisasi warga yang cenderung untuk
mengambil alih suara masyarakat sipil untuk dirinya sendiri.
Sebagai organisasi untuk perjuangan demokrasi dan HAM sekaligus bagian
dari bentuk akuntabilitas, adanya perspektif gender dalam sebuah organisasi
masyarakat sipil / LSM menjadi sebuah kebutuhan dan keharusan. Meskipun bukan
merupakan issue baru, pengintegrasian gender pada tata kelola organisasi dan
program OMS/LSM, belum terlihat optimal. Masih banyak OMS/LSM yang tidak
menggunakan perspektif gender dalam pengelolaan organisasi dan pelaksanaan
program-programnya. Keadilan dan kesetaraan gender menjadi hal yang tidak bisa
ditawar lagi terutama bagi organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang
kemanusiaan layaknya OMS/LSM.
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang pentingnya


Perspektif gender dalam OMS/LSM.
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang perspektif
gender dalam pengelolaan organisasi OMS/LSM
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang perspektif
gender dalam pengelolaan program organisasi.
Mengenal Budaya dan lingkungan organisasi yang berperspektif gender.
Memfasilitasi proses saling belajar antara peserta tentang Perspektif Gender.

Waktu Tempat

: Selasa / 24 Januari 2012

Tempat

: Kantor HARMONIA; Jl. Belanti Raya Lolong Padang (Samping


kantor camat Padang Utara Radio Pro News FM )

Narasumber

:- Firdaus Djamal (Dir. PKBI Sumbar)


- Seluruh Peserta Diskusi.

Peserta Diskusi

1.
2.
3.
4.

Organisasi Masyarakat Sipil / LSM di Sumbar.


Pemda - BPPKB
Personil lainnya.
Media cetak dan Radio

Penyelenggara

: Perkumpulan HARMONIA Sumbar

--------Terimakasih-----------

Anda mungkin juga menyukai