Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN KHUSUS ( DATA + SURVEI)


2.1

Melayu
2.1.1

Pengertian Melayu
Melayu adalah suku atau etnis yang bermukim di pesisir yang berbentuk

sebuah kerajaan dan dipimpin oleh seorang Raja. Istilah Melayu ditafsirkan oleh
UNESCO pada tahun 1972 sebagai suatu suku bangsa Melayu yang mendiami
Semenanjung Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Madagaskar. (Harun
Aminurrrashid, 1966: 4-5).
Istilah Melayu dipakai untuk merujuk kepada nama bangsa atau bahasa adalah
suatu hal yang baru dalam sejarah. Pada awalnya istilah melayu hanya dipakai untuk
merujuk kepada keturunan raja-raja Melayu dari Sumatera atau Malaka. Tetapi sejak
abad ke-17 istilah melayu mulai dipakai untuk merujuk kepada suatu bangsa.
Penggunaan

istilah Melayu muncul

pertama

kali

sekitar

100-150

Masehi. Ptolemy, dalam bukunya yang berjudul Geographike Sintaxis, menggunakan


istilah "maleu-kolon". G. E. Gerini menganggap istilah itu berasal dari perkataan
Sanskrit, malayakom atau malaikurram, yaitu suatu tempat yang sekarang dikenal
sebagai Tanjung Kuantan di Semenanjung Malaysia. Sebaliknya, Roland Bradell
menganggap tempat itu adalah Tanjung Penyabung. (Nik Safiah Karim dan Wan
Malini Ahmad. 2006: 3-5; dalam wikipedia.org.my)
Istilah Malaya Dwipa muncul dalam kitab Purana, sebuah kitab Hindu purba,
yang ditulis sebelum zaman Buddha Gautama sekitar abad ke-6 Masehi. Dwipa disini
bermaksudkan sebagai "tanah yang dikelilingi air" yang didefinisikan sebagai sebuah
pulau dan berdasarkan catatan-catatan yang lain dalam kitab itu, para pengkaji
beranggapan bahwa Malaya dwipa ialah Pulau Sumatera.
Istilah "Mo-lo-yeu" juga dicatat dalam manuskript Cina pada sekitar tahun
644-645 Masehi semasa zaman Dinasti Tang. Disana tertulis bahwamo-loyeu mengirimkann utusan ke cina, membawa barang hasil bumi untuk dipersembahkan
kepada kaisar. Para sejarahwan berpendapat bahwa perkataan Mo-lo-yeu yang
dimaksudkan itu ialah kerajaan yang terletak di Jambi, atau daerah Sriwijaya yang
terletak di daerah Palembang. (UU Hamidy, 2002: 9-10)
Istilah Melayu mungkin berasal daripada nama sebuah anak sungai disekitar
pantai timur sumatera yang bernama Sungai Melayu di hulu Sungai Batang Hari. Di
sana terletak Kerajaan Melayu yang berdiri sebelum atau semasa berdirinya Kerajaan

Sriwijaya (abad 6-7 masehi). Secara etimologis, istilah "Melayu" berasal dari
perkataan Sanskrit "Malaya" yang berarti "bukit" atau tanah tinggi adalah sebuah
kelompok etnis dari orang-orang austronesia terutama yang menghuni Semenanjung
Malaya, Sumatera bagian Timur, bagian Selatan Thailand, pantai Selatan Burma, pulau
Singapura, Borneopesisir termasukl Brunei, Kalimantan Barat, dan Sarawak dan
Sabah Pesisir, dan pulau-pulau kecil yang terletak antara lokasi ini yang secara
kolektif dikenal sebagai Alam Melayu. Lokasi ini sewkarang merupakan bagian
negara modern Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Burma dan Thailand.
Melayu adalah rumpun bangsa yang besar yang telah lama mendiami bumi ini,
bangsa Melayu berasal dari Bani Jawi (Arab), yang merupakan keturunan Nabi
Ibrahim a.s dari istrinya yang bernama Qanturah/Qatura/keturah. Bani Jawi ini telah
berhijrah/berpindah dari tanah Kanaan ke Timur melalui jalan darat dan laut.Hijrah
yang melalui jalan laut di ketuai oleh Raja Mus dan mendarat di Palembang.
Sedangkan jalan darat perpindahan melalui Tibet. bahkan menurut buku buku
berjudul Intan Istana Khalifah karangan Ibnu Yusof yang terbit tahun 1987. juga
Bangsa Melayu pernah menduduki Tibet dan telah menamakan gunung yang tertinggi
di dunia dengan nama Himalaya yang dalam bahasa sansakerta berarti Gunung
Melayu.Tanah Melayu dulu oleh orang Arab disebut Tanah Jawi, keturunan rumpun
Melayu tersebar luas di dunia ini dan di bagi lagi kedalam beberapa suku dan Ras.
Kerajaan Melayu yang paling terkenal dalam sejarah dunia sebelum kedatangan Islam
adalah kerajaan Sriwijaya yang mencapai masa keemasan apada abad ke-tujuh da kedelapan

Masehi

dan

runtuh

pada

tahun

1377

Masehi.

(wikipedia.org/wiki/melayu.2015).
2.1.2 Unsur-unsur Budaya Melayu
a. Agama
Islam adalah kepercayaan setiap warga masyarakat Melayu, karena Melayu
sendiri pun berlandaskan Islam. Untuk itu saya akan menjelaskan bagaimana proses
masuknya agama Islam ke dalam peradaban Melayu.
mulai

berkembang

pada

Jika di Indonesia Islam

zaman Kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan

dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti

India,

Tionkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia


diperkirakan pada awal Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain:
Maha Resi Agastya, yang di

Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau

Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahien. Pada
abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu

kerajaan Tarauma Negara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke16 (Luckman Sinar 1986).
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni

Sriwijaya dan

Majapahit. Pada masa abab ke-7 hingga abab ke- 14. Kerajaan Budha Sriwijaya
berkembang pesat di Sumatera. Hal ini disdeskripsikan oleh seorang

penjelajah

Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar


tahun 670. Pada saat puncak

kejayaannya Sriwijaya menguasai daerah sejauh

Jawa Tengah, dan Kamboja (Lukman Sinar 1986:65). Di abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu Patih Majapahit antara
tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh
Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum
dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam Wiracarita
Ramayana. (sejarah dari Ramayana). Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke12,

melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam, seperti

Samudra Pasai di

Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut,


perlahan-lahan

mengakhiri

kejayaan

Sriwijaya

dan

Majapahit,

secara

sekaligus

menandai akhir dari era ini. (Takari dan Fadlin 2009).


Di samping itu ada pendapat dari Prof Mansur menyatakan: Besar
kemungkinannya bahwa Islam dibawa oleh para wirausahawan Arab ke Asia
Tenggara pada abad pertama dari tarikh Hijriyah atau abad ke-7M. Hal ini
menjadi lebih kuat, menurut

Arnold dalam The Preaching of Islam sejarah

dakwah Islam dimulai pada abad ke-2 Hijriah, yaitu para pedagang Islam melakukan
perdagangan dengan Sailan atau Srilangka. Pendapat yang sama juga dikemukakan
oleh Burger dan Prajudi (2004). Mansur menambahkan Van Leur dalam bukunya
Indonesian Trade and Society (2003), menyatakan bahwa pada 674 di pantai
Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam.
Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626.
Tahun-tahun berikutnya perkembangan perdagangan ini mulai mempraktikkan ajaran
agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di
sepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara. Mansur juga mengkritik keras adanya
upaya sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa Islam baru masuk ke Indonesia
setelah runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit (1478) dan ditandai berdirinya kerajaan
Demak.
Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit sering didongengkan
akibat serangan dari Kerajaan Islam Demak. Padahal realitas sejarahnya yang benar

adalah

Kerajaan Hindu Majapahit runtuh akibat serangan raja Girindrawardhana

dari Kerajaan Hindu Kediri pada tahun 1478M. Al-Attas mengatakan sarjana Barat
melangsungkan penilitian ilmiah terhadap sejarah dan kebudayaan
Melayu-Indonesia

telah

lama

menyebarkan

Kepulauan

bahwa masyarakat kepulauan ini

seolah-olah merupakan masyarakat penyaring, penapis, serta penyatu unsur-unsur


berbagai kebudayaan.
Banyak pertanyaan mengatakan kenapa Melayu sangat erat hubungan
dengan Islam? Atau apa pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat Melayu
sehingga

Melayu harus berdasarkan Islam. Al Attas menguraikan bahwa ajaran

Islam selalu memberikan keterangan dan memiliki sifat asasi insan itu ialah akal,
dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan antara dia dan hakikat
semesta. sebagaimana kegelapan lenyap dipancari sinar surya yang membuat
setiap umat Islam selalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga
kedatangan Islam di Kepulauan Melayu di Indonesia yang

membawa rasionalisme

dan pengetahuan akhlak serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri
dari

individu- individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima,

intelektualisme, dan ketinggian budi insan di tanah Melayu.

Al-Attas juga

menunjukkan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra,
tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain, yang tidak dibawa oleh peradaban sebelumnya.
Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung (candi) sebagaimana
kebudayaan pra-Islam (wikipedia).
Di sisi lain, ada juga disebut dengan ras proto-Melayu pedalaman, yaitu
orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan,
bahasa, dan adat istiadat sendiri. Memang pada dasarnya orang luar mengenal
sebagian orang Asia itu adalah orang Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu
Majapahit sering didongengkan akibat serangan dari Kerajaan Islam Demak. Padahal
realitas sejarahnya yang benar adalah

Kerajaan Hindu Majapahit runtuh akibat

serangan raja Girindrawardhana dari Kerajaan Hindu Kediri pada tahun 1478M. AlAttas mengatakan sarjana Barat
sejarah

dan

menyebarkan

kebudayaan

melangsungkan penilitian ilmiah terhadap

Kepulauan

Melayu-Indonesia

telah

lama

bahwa masyarakat kepulauan ini seolah-olah merupakan masyarakat

penyaring, penapis, serta penyatu unsur-unsur berbagai kebudayaan.


Banyak pertanyaan mengatakan kenapa Melayu sangat erat hubungan
dengan Islam? Atau apa pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat Melayu
sehingga

Melayu harus berdasarkan Islam. Al Attas menguraikan bahwa ajaran

Islam selalu memberikan keterangan dan memiliki sifat asasi insan itu ialah akal,

dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan antara dia dan hakikat
semesta. sebagaimana kegelapan lenyap dipancari sinar surya yang membuat
setiap umat Islam selalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga
kedatangan Islam di Kepulauan Melayu di Indonesia yang

membawa rasionalisme

dan pengetahuan akhlak serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri
dari

individu- individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima,

intelektualisme, dan ketinggian budi insan di tanah Melayu.

Al-Attas juga

menunjukkan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra,
tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain, yang tidak dibawa oleh peradaban sebelumnya.
Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung (candi) sebagaimana
kebudayaan pra-Islam (wikipedia).
Di sisi lain, ada juga disebut dengan ras proto-Melayu pedalaman, yaitu
orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan,
bahasa, dan adat istiadat sendiri. Memang pada dasarnya orang luar mengenal
sebagian orang Asia itu adalah orang Melayu,

seperti di Singapura, Malaysia,

Thailand, Filipina, dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataanya sebagian besar
mereka tidak menyatakan mereka sebagi orang Melayu, karena mereka memilki
agama, bahasa

dan kebudayaan yang tidak sama dengan konsep kebudayaan

Melayu. Seperti contoh penulis. Saya beragama Kristen Protestan, saya berasal dari
suku Batak Toba, saya menggunakan bahasa Batak, dan saya juga melakukan istiadat
suku saya sendiri. Namun demikian, jika orang luar menyatakan saya sebagai orang
Melayu, saya pasti akan menjawab, saya juga orang Melayu, karena saya juga
menggunakan bahasa Melayu yaitu bahasa Indonesia yang pada dasarnya bahasa
Inonesia adalah bahasa Melayu. Begitu juga dengan objek penelitian saya, Nur
Ainun adalah suku asli Melayu yang beradat istiadat Melayu, berbahasa Melayu,
dan juga beragama Islam.
b. Bahasa
Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional dan bahasa pengantar di semua
lembaga publik di sebagian Asia, seperti

Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

Bahasa Melayu yang menjadi lingua franca penduduk


lama.

Nusantara sejak sekian

Bahasa Melayu juga telah dipergunakan oleh masyarakat Indonesia,

termasuk etnik Melayu.


Akan tetapi dalam kebudayaan Melayu penggunaan bahasa khususnya
dialek memilki perbedaan dari lima kabupaten, jika orang Melayu di pesisir timur,
Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan dan Tanjung Balai memakai
Bahasa Melayu dengan mengutamakan huruf vokal o sebagai contoh kemano

(kemana), siapo (siapa). Di Langkat dan Deli masih menggunakan huruf vocal e
seperti contoh, kemane (kemana), siape (siapa). Dari sini kita bisa melihat meskipun
akar kebudayaan etnik Melayu itu satu rumpun, namun ada juga

perbedaan-

perbedaan kecil yang membedakan etnik Melayu. Adapun perbedaan-perbedaan


tersebut dikarenakan adanya kebiasaan yang sudah dibawa dari nenek moyang
yang pada saat itu mereka memilki satu pengelompokan yang berbeda-beda.
(Zein 1957:89).
Bahasa yang digunakan dan difungsikan oleh Nur Ainun adalah bahasa
Melayu dan juga Indonesia. Biarpun beliau sendiri orang Melayu Sumatera Utara,
akan tetapi, dia lebih senang menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan
sehari-hari.
c. Mata Pencaharian
Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritas mereka menjalankan
aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet,
kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Di kawasan pesisir
pantai, umumnya orang Melayu bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan
dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap ikan. Orang Melayu yang tinggal di
kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor
perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain.
Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih
rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi,
terutama orang Tiongkhoa. Tetapi kini telah banyak orang Melayu yang telah sukses
dalam bidang perniagaan dan menjadi penguasa perusahaan-perusahaan. Banyak
yang tinggal di kota-kota besar dan mampu hidup berkecukupan. Selain

itu,

banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, seperti di


universitas di dalam maupun di luar negeri.
Di samping itu menurut Metzger (dalam Takari dan Fadlin 2009)
kelemahan orang Melayu dalam ekonomi adalah bahwa kurangnya mayarakat
Melayu menghargai budaya lama, pemalas, dan kurangnya sifat ingin tahu. Untuk
sekarang ini, tidak semua masyarakat Melayu hidup bertani, berkebun, dan menjadi
nelayan saja. Banyak juga orang Melayu yang profesinya menjadi guru, dosen,
musisi, dan pejabat-pejabat tinggi. Orang Melayu di Sumatera Utara kini
mempunyai pola hidup untuk mengejar ilmu setinggi-tingginya, bersaing dengan
kelompok etnik lain. Bahkan ada juga belajar ke luar negeri, karena orang Melayu
sangat menjujung tinggi pendidikan. Mereka ini ingin pintar dan cerdas, untuk
dapat membantu semua orang. Bagi sebahagian besar oran Melayu, mereka

mengamalkan ajaran Islam untuk terus mencari ilmu, yang sangat berharga yang
tidak bisa hilang sampai mati. Demikian juga falsafah hidup Melayu yang diamalkan
dan dijadikan pedoman hidup oleh Nur Ainun.
Pada masa dilakukannya penelitian ini, mata pencaharian dari Nur Ainun
adalah bertani. Biarpun dia membayar orang untuk mengurus padi-padinya, tetapi
beliau mengatakan bertani adalah mata pencaharianya. Selain sebagai petani ia juga
menerima tawaran sebagai penyanyi di berbagai peristiwa budaya. Menyanyi ini
menurut beliau adalah sebagai kerja sambilan di samping kerja pokoknya bertani.
Selain itu, karena keahlian beliau mengaji Al-Quran, maka ia dipercayakan oleh
masyarakat Islam di sekitar kediaman beliau untuk mengajar mengaji anak- anak
generasi muda. Bagi beliau mengajar mengaji ini, bukan semata untuk mendapatkan
upah namum lebih mengarah kepada ibadah.
d. Pendidikan
Sebelum penjajahan Belanda, orang Melayu umumnya mendapat pendidikan
agama. Semasa penjajahan, peluang pendidikan ala Eropa terbatas untuk orang
Melayu di pedesaan, dan terpusat di daerah perkotaan, Pendidikan gaya Eropa
sendiri hanya dikembangkan setelah Indonesia merdeka.
Orang Melayu mengalami sebuah perkembangan yang pesat dalam dunia
pendidikan. Karena yang seperti kita ketahui, orang Melayu sangat menjujung tinggi
yang namanya pendidikan ataupun ilmu. Inilah yang menyebabkan mereka bisa maju
kedepan untuk lebih baik, karena mereka juga ingin dihormati bukan dilencehkan.
Dalam pendidikan Nur Ainun sendiri kurang begitu baik, dikarenakan tidak
menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Tetapi Nur Ainun juga bisa dikatakan
manusia yang pintar dengan masuknya beliau di sekolah yang cukup populer, karena
disekolah tersebut adalah sekolah para bangsawan dan juga Sultan. Sehingga Nur
Ainun pun pernah satu sekolah dengan anak sultan Deli.
e. Teknologi
Etnik Melayu pada dasarnya ingin terus berusaha menguasai teknologi, yang
di antaranya bisa kita lihat dari pemakaian alat musik keyborad yang mereka
gunakan dalam memainkan lagu-lagu Melayu. Sama halnya dengan teknologiteknologi lainnya seperti alat komunikasi yang dikenal dengan handphone yang
lazim digunakan semua masyarakat di Indonesia, termasuk suku Melayu.
Kemudian ada lampu sebagai alat penerang dirumah, kebanyakan mereka
tidak menggunakan lampu teplok yang digunakan pada zaman dulu untuk menerangi
lampunya, kemudian

ada

komputer

sebagai

alat

mempermudah

dalam

menyimpan data, dan terkadang sebagai masyrakatnya memakai laptop yang lebih

cangih lagi dari komputer, dan biasanya ini dipergunakan pada saat masyarakat
Melayu bersekolah kejenjang yang lebih tinggi atau mahasiswa.
Kendaraan
juga sebagai teknologi yang sudah ada pada masyarakat
Melayu. Untuk mempermudah perjalan seperti sepeda motor, yang dulunya
mereka menggunakan

sepeda sebagai alat kendaraan untuk mencapai tujuan. Tapi

sekarang mereka sudah beralih ke sepeda motor atau yang dikenal dengan kereta,
bahkan ada juga yang menggunakan mobil sebagai alat transportasi yang
mempermudah perjalanan serta memilki fasilitas yang cukup baik dari segi tempat
duduknya.
Televisi juga sudah dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mengetahui
berita-berita dari luar daerah dan dapat mengetahui keadaan negara. Radio juga
menjadi salah satu yang sudah ada dimilki oleh masyarakat Melayu untuk
mendengarkan lagu-lagu Melayu bahkan ada radio yang sudah memilki kaset
sehingga mereka tinggal memasukan kasetnya saja dan didengarkan.
Jika musisi Melayu sudah dari dulu diperkenalkan alat rekam, untuk
merekam suara si penyanyi yang dulunya menggunakan piringan hitam, tapi
mereka sudah lama menggunakan alat-alat electronik, micropon sebagai penguat
suara si penyanyi serta soud sytem sebagai alat pengatur suara untuk memperkuat
suara. kemudian alat pembuat video (audio visual), dan lain sebagainya.
f.

Kesenian
Kesenian

yaitu sebuah

sendiri untuk menghasilkan


kesenian ini menjadi

hasil karya yang diciptakan oleh

penciptanya

sebuah keindahan. (www.google.com). Untuk itu

warisan yang diturunkan dari

turun- temurun, agar

masyarakat Melayu dapat dikenal dan memiliki indentitas untuk diperkenalkan di


masyarakat lain. Dalam kebudayaan Melayu terdapat seni-seni seperti seni suara,
dengan genrenya seperti berzikir dan azan. Nyanyian ini bersifat keagamaan
sehingga musik tidak digunakan saat bernyanyi.

Sedangkan

seni vokal yang

tergabung dengan musik adalah nyanyian-nyanyian yang sifatnya menghibur. Inilah


yang akan penulis bahas mengenai lagu-lagu Melayu, yang dinyanyikan oleh Nur
Ainun serta lagu ciptaannya. Sebagai penyanyi legendaris, dan juga sebagai
penyanyi yang mampu menyanyikan lagu-lagu dengan menggunakan rentak
senandung, mak inang, dan lagu dua. Kemudian ada Seni musik yaitu salah satu
media ungkapan hati. Sedangkan kesenian adalah salah satu daripada unsur
kebudayaan tesrsebut.( wikipedia)
Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. didalam
musik, terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bagian daripada

proses enlkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik
itu sendiri memilki bentuk yang khas, baik dari sudut strukutal maupun genrenya
dalam kebudayaan.
Demikian juga
Melayu

yang

terjadi dalam musik

kebudayaan

masyarakat

Sumatera Utara. Pertunjukan musik tradisional mengikuti aturan-aturan

tradisional. Pertunjukan ini, selalu berkaitan dengan penguasa alam,

mantera

(jampi) yang tujuannya menjauhkan bencana, mengusir hantu atau setan. Musik
tradisi Melayu berkembang secara improvisasi berdasarkan transmisi.

2.2

Peta Lokasi Pesisir Timur Sumatera Utara

Indonesia

Sumatera Utara

Pesisir Timur

Gambar 3.1: peta Indonesia


Sumber: Survei 2015

2.3

Peta Negeri-Negeri Pesisir Timur Sumatera

Gambar 3.2: peta negeri-negeri pesisir sumatera timur (1863)


Sumber: Luckmansinar 2006

10

2.4

Kerajaan Melayu di Langkat / Kesultanan Langkat


2.4.1

Silsilah Raja-Raja Kesultanan Langkat


Menurut (wikipedia, 2015), Raja-Raja yang berkuasa di Kesultanan Langkat

sebagai berikut:
1.

1568-1580 : Panglima Dewa Shahdan.

2.

1580-1612 : Panglima Dewa Sakti, anak raja sebelumnya.

3.

1612-1673 : Raja Kahar bin Panglima Dewa Sakdi, anak raja sebelumnya.

4.

1673-1750 : Bendahara Raja Badiuzzaman bin Raja Kahar, anak raja sebelumnya.

5.

1750-1818 : Raja Kejuruan Hitam (Tuah Hitam) bin Bendahara Raja


Badiuzzaman, anak raja sebelumnya.

6.

1818-1840 : Raja Ahmad bin Raja Indra Bungsu, keponakan raja sebelumnya.

7.

1840-1893 : Tuanku Sultan Haji Musa al-Khalid al-Mahadiah Muazzam Shah


(Tengku Ngah) bin Raja Ahmad, anak raja sebelumnya.

8.

1893-1927 : Tuanku Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rakhmat Shah bin Sultan Haji
Musa, anak raja sebelumnya.

9.

1927-1948 : Tuanku Sultan Mahmud Abdul Jalil Rakhmat Shah bin Sultan Abdul
Aziz, anak raja sebelumnya.

10. 1948-1990 : Tengku Atha'ar bin Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah, anak
raja sebelumnya, sebagai pemimpin keluarga kerajaan.
11. 1990-1999 : Tengku Mustafa Kamal Pasha bin Sultan Mahmud Abdul Jalil
Rahmad Shah, saudara raja sebelumnya.
12. 1999-2001 : Tengku Dr Herman Shah bin Tengku Kamil, cucu Sultan Abdul Aziz
Abdul Jalil Rahmad Shah.
13. 2001-2003 : Tuanku Sultan Iskandar Hilali Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj bin
Tengku Murad Aziz, cucu Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah, gelar
Sultan dipakai kembali.
14. 2003 : Tuanku Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj bin Tengku
Maimun, cucu Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah.
2.4.2

Sejarah Singkat Kesultanan Langkat


Kesultanan Langkat merupakan monarki yang berusia paling tua di antara

monarki-monarki Melayu di Sumatera Timur. Pada tahun 1568, di wilayah yang kini
disebut Hamparan Perak, salah seorang petinggi Kerajaan Aru dari Tanah Karo yang
bernama Dewa Shahdan berhasil menyelamatkan diri dari serangan Kesultanan Aceh

11

dan mendirikan sebuah kerajaan. Kerajaan inilah yang menjadi cikal-bakal Kesultanan
Langkat modern (http://id.wikipedia, 2015).
Nama Langkat berasal dari nama sebuah pohon yang menyerupai pohon
langsat. Pohon langkat memiliki buah yang lebih besar dari buah langsat namun lebih
kecil dari buah duku. Rasanya pahit dan kelat. Pohon ini dahulu banyak dijumpai di
tepian Sungai Langkat, yakni di hilir Sungai Batang Serangan yang mengaliri kota
Tanjung Pura. Hanya saja, pohon itu kini sudah punah (wikipedia, 2015).
Pengganti Dewa Shahdan, Dewa Sakti tewas dalam penyerangan yang kembali
dilakukan oleh Kesultanan Aceh pada tahun 1612. Dimasa kepemimpinan Raja
Kejuruan Hitam (1750-1818), serangan terhadap Langkat berasal dari Kerajaan
Belanda. Langkat sebelumnya merupakan bawahan Kesultanan Aceh sampai awal
abad ke-19. Pada saat itu Raja-Raja Langkat meminta perlindungan Kesultanan Siak
(wikipedia, 2015).
2.4.3

Bukti-Bukti Peninggalan Kesultanan Langkat


Nama Langkat berasal dari nama sebuah pohon yang menyerupai pohon

langsat. Pohon langkat memiliki buah yang lebih besar dari buah langsat namun lebih
kecil dari buah duku. Rasanya pahit dan kelat. Pohon ini dahulu banyak dijumpai di
tepian Sungai Langkat, yakni di hilir Sungai Batang Serangan yang mengaliri kota
Tanjung Pura. Hanya saja, pohon itu kini sudah punah (tembakaudeli, 2015)
Dimasa kerajaan langkat, para keturunan pembesar aru yang masih berada di
Besitang, Aru I, kembali membangun reruntuhan kerajaan yang sudah luluh lantak.
Kawasan besitang kemudian menjadi kejuruan yang berada dalam lingkup kerajaan
langkat. Kejuruan ini memiliki kawasan sampai ke salahaji, desa di Kecamatan
Pemang Jaya kini (Kabupaten Langkat). Sedangkan kerajaan langkat sendiri
meluaskan sampai Tamiang kini (Aceh), dan Seruai, Deli serdang kini (tembakaudeli,
2015)
Tahun 1580, Dewa Syahdan wafat, Kesultanan Langkat kemudian dipimpin
oleh anaknya, Panglima Dewa Sakdi (Indra Sakti) 1580-1612. Tahun 1612, Dewa
Sakdi yang bergelar Kejuruan Hitam ini dikabarkan hilang (tewas) dalam penyerangan
yang kembali dilakukan oleh Kerajaan Aceh. Dewa Sakti digantikan oleh anaknya
Sultan Abdullah yang lebih dikenal dengan nama Marhum Guri. Sultan Abdullah yang
banyak disebut dalam literatur kemudian wafat dan dimakamkan di Buluh Cina
Hamparan Perak dengan gelar Marhum Guri. Selanjutnya, tahta Kerajaan Langkat
jatuh pada anak Sultan Abdullah, yakni Raja Kahar (1673-1750). Di zaman Raja

12

Kahar, pusat Kerajaan Langkat dipindahkan dari Rentang Hamparan Perak ke


Kota Dalam Secanggang. Beliau adalah pendiri Kerajaan Langkat dan berdiam di
Kota Dalam Secanggang, daerah antara Stabat dengan Kampung Inai kira-kira
pertengahan abad ke-18. (tembakaudeli, 2015).
Tahun 1750, Raja Kahar Mangkat, diangkatlah Badiulzaman Sutan Bendahara
sebagai Raja Langkat dan Sutan Husin menjadi Raja di Bahorok. Saat Sutan
Bendahara memimpin, Kesultanan Langkat berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya
(tembakaudeli, 2015).
Tahun 1814, Badiulzaman Sultan Bendahara pun mangkat, posisinya
digantikan oleh anaknya Tuah Hitam. Tuah Hitam yang memerintah sejak 18151823. Oleh Tuan Hitam, istana Kerajaan Langkat dipindahkan ke Jenteral Malai
yang tak jauh dari Kota Dalam. Sementara itu, adik Tuah Hitam, Raja Wan Jabar
menjadi Raja di Selesai, dan adik ketiga Syahban, menjadi Raja di Pungai. Sedangkan
si bungsu, Indra Bongsu, tetap tinggal bersama Tuah Hitam (tembakaudeli, 2015).
Tahun 1824, Raja Ahmad menjadi Raja Kerajaan Langkat antara 1824. Di
zaman Raja Ahmad, pusat Kerajaan Langkat dipindahkan ke Gebang yakni di
sekitar Desa Air Tawar kini (tembakaudeli, 2015).

Gambar 3.3: istana darulaman


Sumber: tembakaudeli, 2015

13

Tahun 1870, Raja Ahmad tewas karena diracun. Dan anaknya, Tuanku Sultan Haji
Musa al-Khalid al-Mahadiah Muazzam Shah (Tengku Ngah), naik menjadi Sultan
Langkat. Di masa Tengku Musa inilah kerajaan Langkat banyak mendapat tekanan
(tembakaudeli, 2015).
Tindakan Sultan Musa melahirkan protes dari anak-anaknya yang
lain, terutama Tengku Hamzah, sempat terjadi upaya kudeta, namun tak berhasil.
Tengku Hamzah lalu memisahkan diri dari Istana Kerajaan Langkat, Darul Aman
dan membangun istananya sendiri di Kota Pati. Karena posisinya yang berada di
tanjung atau persimpangan maka Tengku Hamzah juga dikenal sebagai Pangeran
Tanjung. Dan tak jauh dari istana ada sebuah pura atau pintu gerbang tempat para anak
raja mandi disungai. Alhasil, nama kawasan itu kemudian disebut Tanjung Pura.
Tengku Hamzah kemudian memiliki seorang putra Tengku Pangeran Adil
(tembakaudeli, 2015).
19 Juli 1893, Tengku Mahmud anak Tuanku Aziz Abdul Djalil dan istrinya
Tengku Alautiah binti Raja Muda Tengku Sulaiman, Tengku Mahasuri, adik dari
Tengku Sulaiman Ibni al-Marhum Sultan Panglima Mangedar Otteman, Raja Muda
Deli lahir di Kota Dalam (tembakaudeli, 2015).
Tahun 1896, Tengku Musa memberikan tahtanya pada Tuanku Sultan Abdul
Aziz Abdul Djalil Rakhmat Shah menjadi Sultan Langkat, meski belum dilantik
karena alasan usia yang terlalu muda (tembakaudeli, 2015).
Tahun 1899, Masjid Azizi berdiri diatas tanah seluas 18.000 meter persegi.
Masjid Azizi dibangun atas anjuran Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa
pemerintahan Sultan Musa al-Muazzamsyah. Mulai dibangun pada tahun 1320 H
(1899M) atau setidaknya 149 tahun sejak Langkat resmi berdiri sebagai Kesultanan,
namun Sultan Musa wafat sebelum pembangunan masjid selesai dilaksanakan.
Pembangunan diteruskan oleh putranya yang bergelar Sultan Abdul Djalil Rachmat
Syah (1897-1927) (tembakaudeli, 2015).

Gambar 3.4: masjid azizi


Sumber: tembakaudeli, 2015

14

Tahun 1927, Tuanku Sultan Abdul Aziz Abdul Djalil Rakhmat Shah mangkat, tahta
Kerajaan Langkat kemudian turun kepada anaknya, Tengku Mahmud yang bergelar
Sultan Mahmud Abdul Aziz Abdul Djalil Rahmadsyah sebagai Sultan Langkat di
istana Darul Aman, Tanjung Pura (tembakaudeli, 2015).
Karena sering terjadi banjir di Istana Darul Aman seperti tahun 1921,
Tengku Mahmud pun memindahkan pusat Kerajaan ke Binjai dan mendirikan
istana baru disana.

Gambar 3.5: istana darul aman banjir 1921-an


sumber: tembakaudeli, 2015

21 Maret 1938, untuk menyatukan kembali puing-poing Melayu di Langkat, Sultan


Mahmud menikahkan anaknya Tengku Kamaliah dengan Tengku Amir Hamzah, anak
dari Tenku Muhammad Adil, Pangeran (Raja Muda dan Wakil Sultan) untuk Luhak
Langkat Hulu yang berkedudukan di Binjai. Ayahanda Tengku Amir Hamzah
mempunyai garis kekerabatan dengan Sultan Macmud, penguasa Kesultanan Langkat
yang memerintah pada tahun 1927-1941. Ia diberi jabatan Raja Muda atau Pangeran
dengan wilayah tugas Langkat Hilir yang berkedudukan di Tanjung Pura dan berkantor
di Balai Kerapatan Binjai (tembakaudeli, 2015).

Gambar 3.6: kerapatan


Sumber: tembakaudeli.blogspot.com 2015

15

2.4.4

Peta Kesultanan Langkat

Gambar 3.7: peta kesultanan langkat


Sumber: luckman sinar, 2006

2.4.5

Peta Kawasan Kota Melayu di Tanjung Pura / Kesultanan Langkat

Gambar 3.8: peta kawasan kota melayu di tanjung pura / kesultanan langkat
Sumber: dokumentasi pribadi 2015

16

2.4.6

Simbol-simbol Kesultanan Langkat

a.

Istana

Istana Sultan Langkat dahulu

Gambar 3.9: peta lokasi istana, keadaan istana dahulu dan sekarang
Sumber: dokumentasi pribadi 2015

b.

Pengadilan (Kerapatan)

Istana Sultan Langkat dahulu

Gambar 3.10: peta lokasi kerapatan, keadaan kerapatan sekarang


Sumber: survei 2015

17

c.

Masjid

Klenteng

Gambar 3.11: peta lokasi masjid, keadaan masjid dahulu dan sekarang
Sumber: dokumentasi pribadi 2015

d.

Madrasah

Madrasah

Gambar 3.12: peta lokasi madrasah, keadaan madrasah sekarang


Sumber: survei 2015

18

e.

Perdagangan (Pasar)

Kerapatan

Gambar 3.13: peta lokasi pasar, keadaan pasar sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

f.

Klenteng

Pasar

Gambar 3.14: peta lokasi klenteng, keadaan klenteng sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

19

2.5

Kerajaan Melayu di Labuhan / Kesultanan Deli


2.5.1

Silsilah Raja-Raja Kesultanan Deli


Menurut (wikipedia, 2015), Raja-Raja yang berkuasa di Kesultanan Deli

sebagai berikut:
1.

Sri Paduka Gocah Pahlawan (1632-1653)

2.

Tuanku Panglima Perunggit (1653-1698)

3.

Tuanku Panglima Paderap (1698-1728)

4.

Tuanku panglima Pasutan (1728-1761)

5.

Sultan Panglima Gendar Wahid (1761-1805)

6.

Tuanku Panglima Amaludin (1805-1850)

7.

Sultan Osman Perkasa Alam (1850-1858)

8.

Sultan Amaludin Mahmud Perkasa Alam Syah (1858-1873)

9.

Sultan Mahmud al-Rasyid Perkasa Alam Syah (1873-1924)

10. Sultan Amaludin II Perkasa Alam Syah (1924-1945)


11. Sultan Osman II Perkasa Alam Syah (1945-1967)
12. Sultan Azmi Perkasa Alam Syah (1967-1998)
13. Sultan Osman III Mahmud Mamun Paderap Perkasa Alam Syah (1998-2005)
14. Sultan Mahmud Arfa Lamanjiji Perkasa Alam Syah (2005-sekarang)

2.5.2

Sejarah Singkat Kerajaan Deli


Kesultanan Deli adalah sebuah kesultanan melayu yang didirikan pada tahun

1632 oleh tuanku Panglima Gocah Pahlawan (wikipedia, 2015).


Menurut Hikayat Deli, seorang pemuka Aceh bernama Muhamad Dalik
berhasil menjadi laksamana dalam Kesultanan Aceh. Muhammad Dalik, yang
kemudian juga dikenal sebagai Gocah Pahlawan dan bergelar Laksamana Khuja
Bintan adalah keturunan dari Amir Muhammad Badar uddin Khan, seorang
bangsawan dari Delhi, India yang menikahi Putri Candra Dewi, putri Sultan Samudera
Pasai. Dia dipercaya Sultan Aceh untuk menjadi wakil bekas wilayah Kerajaan Haru
yang berpusat di daerah Sungai Lalang (wikipedia, 2015).
Gocah pahlawan mendirikan Kesultanan Deli yang masih di bawah Kesultanan
Aceh pada tahun 1632. Setelah Gocah Pahlawan meninggal pada tahun 1653, putranya
Tunaku Panglima Perunggit mengambil alih kekuasaan dan pada tahun 1669
mengumumkan memisahkan kerajaannya dari Kesultanan Aceh. Ibu kotanya berada di
Labuhan (wikipedia, 2015)

20

2.5.3

Bukti-Bukti Peninggalan Kesultanan Deli di Labuhan


Ibu kota Labuhan Deli yang semakin maju pada tahun 1870 dengan adanya

lampu-lampu jalan dan jalan raya sampai ke Kampung Baru (tembakaudeli, 2015).

Gambar 3.15: kampung labuhan 1880-an dan 1867-an


Sumber: tembakaudeli, 2015

Labuhan Deli dulunya merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan.


Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di
kawasan Sumatera timur. Bandar Labuhan Deli terletak di tepi Sungai Deli. Di sebelah
utara mengalir Sungai Belawan. Konon kawasan Labuhan Deli berdiri di abad ke VII
Masehi. Hal ini ditandai dengan penemuan arkeologi berupa uang logam di Labuhan
Deli yang berumur 800 Masehi. Ternyata sejak abad ke VII Masehi, kawasan Labuhan
Deli merupakan pusat perdagangan para pedagang dari Cina dan India. Malah pada
jaman purba, Labuhan Deli yang terletak di Pantai Timur Sumatera sudah dihuni
manusia. Fakta sejarah menyebutkan mereka datang dari Cina dan India
(tembakaudeli, 2015)

Gambar 3.16: kampung labuhan 1867-an


Sumber: melayuonline, 2015

Diseberang masjid Al Osman Labuhan Deli, Sultan Deli membangun Istana


Kerajaan Melayu Deli. Istana kerajaan itu dibangun ketika Tuanku Panglima Pasutan

21

memindahkan pusat kerajaan dari Padang Datar (sebutan Kota Medan waktu itu), ke
Kampung Alai (sebutan untuk Labuhan Deli). Pemindahan itu dilakukan setelah
Tuanku Panglima Paderap Muhammad Fadli (Raja Deli III) memecah daerah
kekuasaannya menjadi empat bagian untuk 4 putranya (tembakaudeli, 2015).
Masa pemerintahan Tuanku Panglima Pasutan dengan Istana Kerajaan Melayu
di Labuhan Deli berlangsung pada 1728-1761, yang kemudian diteruskan putranya
Tuanku Panglima Gandar Wahid (1761-1805) dan Sultan Amaluddin Perkasa Alam
(1805-1850). Lalu Sultan Osman Perkasa Alam (1850-1858), Sultan Mahmud Perkasa
Alam (1858-1873), dan Sultan Mamum Al Rasyid Perkasa Alam (1873-1924). Pada
Sultan Maamum Al Rasyid Perkasa Alam itulah Istana Kerajaan dipindah ke daerah
Padang Datar (Istana Maimoon) (tembakaudeli, 2015).
Lokasi istana Sultan berada tidak jauh dari Pekan dan Labuhan. Tentang
bangunan Istana Sultan, Veth menuliskannya sebagai berikut: bahwa bangunan
istana Sultan yang berbentuk rumah panggung dan terbuat dari papan ini sangat
luas. Istana ini berdiri di atas tiang yang tingginya hampir 4 meter di atas tanah,
Ruang depan istana ini tidak memiliki tiang di tengahnya ditutupi ileh bubungan atap
yang tinggi sehingga menggambarkan ruang yang lebar dan nyaman dengan dinding
yang diberi jeruji. Ruang ini dapat menampung ratusan orang yang datang pada
upacara-upacara tertentu di Istana Sultan. Antara ruang depan dan ruang belakang
dihubungkan oleh koridor beratap yang memanjang (tembakaudeli, 2015).

Gambar 3.17: istana sultan deli di labuhan 1870


Sumber: tembakaudeli, 2015

22

2.5.4

Peta Kesultanan Deli

Gambar 3.18: peta kesultanan deli


Sumber: luckmansinar, 2006

2.5.5

Peta Kawasan Kota Melayu di Labuhan / Kesultanan Deli

Gambar 3.19: peta kawasan kota melayu di labuhan / kesultanan deli


Sumber: dokumentasi pribadi

23

2.5.6

Simbol-simbol Kesultanan Deli

a.

Istana

Gambar 3.20: peta lokasi istana, keadaan istana dahulu dan sekarang
Sumber: dokumentasi pribadi 2015

b.

Masjid

Gambar 3.21: peta lokasi masjid, keadaan masjid sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

24

c.

Madrasah

Gambar 3.22: peta lokasi madrasah, keadaan madrasah sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

d.

Perdagangan (Pasar)

Madrasah

Gambar 3.23: peta lokasi pasar, keadaan pasar sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

Madrasah

25

e.

Klenteng

Gambar 3.24: peta lokasi klenteng, keadaan klenteng sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

26

2.6

Kerajaan Melayu di Perbaungan / Kesultanan Serdang


2.6.1

Silsilah Raja-Raja Kesultanan Serdang


Menurut (wikipedia, 2015), Raja-Raja yang berkuasa di Kesultanan Serdang

sebagai berikut:
1.

(1723-1782) Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Syah Bin Tuanku Panglima
Paderap (Kejuruan Junjungan), Raja Serdang;

2.

(1782-1822) Tuanku Ainan Johan Pahlawan Alam Syah Ibni Al-Marhum Tuanku
Umar (Al-Marhum Kacpuri), Raja Serdang;

3.

(1822-1851) Sultan Thaf Sinar Basyar Syah Ibni Al-Marhum Tunaku Ainan Johan
Pahlawan Alam Shah (Al-Marhum Besar), Sultan Dan Yang Di-Pertuan Besar
Serdang;

4.

(1851-1879) Sultan Basyaruddin Syaiful Alam Syah Ibni Al-Marhum Sultan Thaf
Sinar Bashar Syah (Al-Marhum Kota Batu), Sultan Dan Yang Di-Pertuan Besar
Serdang;

5.

(1879-1946) Sultan Sulaiman Syariful Alam Syah Ibni Al-Marhum Sultan Bashar
Un-Din (Al-Marhum Perbaungan), Sultan Dan Yang Di-Pertuan Besar Serdang;

6.

(1946-1960) Tuanku Rajih Anwar Ibni Al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif UlAlam Shah, Tengku Putra Mahkota, Kepala Rumah Tangga Istana Serdang;

7.

(1960-2011) Sri Sultan Tuanku Abu Nawar Sharifullah Alam Shah Al-Haj Ibni AlMarhum Sultan Sulaiman Sharif Ul-Alam Shah, Sultan Dan Kepala Rumah
Tangga Istana Serdang;

8.

(2001-2011) Sri Sultan Tuanku Lukman Sinar Bashar Shah Ii Ibni Al-Marhum
Sultan Sulaiman Sharif Ul-Alam Shah, Sultan Dan Kepala Rumah Tangga Istana
Serdang;

9.

(2011) Sri Sultan Tunaku Achmad Thalaa Sharif Ul-Alam Shah, Sultan Dan
Kepala Rumah Tangga Istana Serdang.

2.6.2

Sejarah Singkat Kesultanan Serdang


Kesultanan serdang berdiri tahun 1723. Kesultanan ini berpisah dari

Kesultanan

Deli setelah sengketa tahta kerajaan pada tahun 1720 (wikipedia,

2015).
Menurut riwayat, seorang Laksamana dari sultan Iskandar Muda Aceh
bernama Sri Paduka Gocah Pahlawan, bergelar Laksamana Khoja Bintan, menikah
dengan adik Raja Urung (negei) Sunggal, sebuah daerah Suku Karo yang sudah
memeluk agama Islam. Kemudian, oleh 4 Raja-Raja Urung Suku Karo yang sudah

27

Islam tersebut, Laksamana ini diangkat menjadi raja di Deli pada tahun 1630. Dengan
peristiwa itu, Kerajaan Deli resmi berdiri, dan Laksamana menjadi Raja Deli pertama.
Dalam proses penobatan Raja Deli tersebut, Raja Urung Sunggal bertugas selaku Ulun
Jandi, yaitu mengucapkan taat setia dari Orang-Orang Besar dan rakyat kepada rakyat.
Kemudian, terbentuk pula Lembaga Datuk Berempat, dan Raja Urung Sunggal
merupakan salah seorang anggota Lembaga Datuk Berempat tersebut (wikipedia,
2015).
Dalam perkembangannya, Tuanku Panglima Pedarap memiliki 4 anak yaitu:
Tuanku Jalaludin Gelar Kejuruan Metar (berasal dari turunan bangsawan Mabar,
Percut dan Tj.Mulia), Tuanku Panglima Pasutan (berasal dari turunan bangsawan Deli
dan Bedagai), Kejuruan Santun (berasal dari turunan bangsawan Denai dan Serbajadi),
dan Tunaku Umar Johan Alamsyah Gelar Junjungan (berasal dari turunan bangsawan
serdang dan Sei Tuan (Basarshah II) (melayuonline, 2015).
Pada tahun 1723 terjadi kemelut ketika Tuanku Panglima Paderap, Raja Deli
mangkat.

Kemelut

itu

terjadi

karena

Tuanku

Jalaludin

yang

seharusnya

menggantikannya memiliki cacat, sehingga tidak bisa menjadi raja. Putera ke-2,
Tuanku Panglima Pasutan yang sangat berambisi menjadi raja kemudian mengambil
alih tahta dan mengusir adiknya, Tuanku Umar bersama ibundanya Permaisuri Tuanku
Puan Sampali kewilayah Serdang (wikipedia, 2015).
Menurut

adat

Melayu,

sebenarnya

Tuanku

Umar

yang

seharusnya

menggantikan ayahnya menjadi Raja Deli, karena ia putera garaha (permaisuri),


sementara Tuanku hanya dari selir. Tetapi, karena masih dibawah umur, Tuanku Umar
akhirnya tersingkir dari Deli. Untuk menghindari agar tidak terjadi perang saudara,
maka 2 Orang Besar Deli, yaitu Raja Urung Sungga dan Raja Urung Senembal,
bersama seorang Raja Urung Batak Timur di wilayah Serdang bagian hulu (Tanjong
Merawa), dan seorang pembesar dari Aceh (Kejuruan Lumu), lalu merajakan Tuanku
Umar sebagai Raja Serdang pertama tahun 1723. Sejak saat itu, berdiri Kerajaan
serdang sebagai pecahan dari Kerjaan Deli (wikipedia, 2015).

2.6.3

Bukti-Bukti Peninggalan Kesultanan Serdang


Pusat pemerintahan Kesultanan Serdang berada di Rantau Panjang dimana

berdirinya Istana Bogok (tembakaudeli, 2015).

28

Gambar 3. 25: istana bogok sultan serdang, rantau panjang, pantai labu 1728-1896-an
sumber: tembakaudeli, 2015

Tahun 1894, karena sering dilanda banjir Istana Rantau Panjang, maka Sultan
Sulaiman ingin meindahkannya. Controleur Belanda di Rantau Panjang mengajak
Sultan untuk membangun ibukota bersama di Lubuk Pakam. Sultan dengan tegas
menolak ajakan itu. Sultan lebih memilih Perbaungan sebagai ibukota baru Kesultanan
Serdang. Penolakan Sultan Sulaiman ini menjadi hal yang kurang menguntungkan
bagi colonial karena letaknya Perbaungan yang jauh dari Lubuk Pakam membuat
pengawasan terhadap sultan menjadi lebih sulit (tembakaudeli, 2015).
Tahun 1896, akhirnya Sultan Sulaiman memindahkan kekuasannya ke
Simpang Tiga, Perbaungan. Dibangunlah Istana Darul Arif, Kota Galuh dengan
megahnya (tembakaudeli, 2015).

Gambar 3. 26: istana darul arif/keraton kota galuh, perbaungan 1896-1946-an


Sumber: tembakaudeli, 2015

Tahun 1903, Sultan Sulaiman membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai
Masjid Raya Sulaimaniyah. Masjid ini didirikan seiring dengan dipindahkannya
ibukota Kesultanan Serdang dari Rantau Panjang ke Istana Kota Galuh, Perbaungan.
Nama masjid ini sendiri dinisbatkan kepada Sultan Sulaiman, yang membangunnya.

29

Sultan Sulaiman juga membangun masjid dengan nama yang sama dengan masjid
Sulaimaniyah di Pantai Cermin (tembakaudeli, 2015).

Gambar 3.27: masjid sulaimaniyah


Sumber: tembakaudeli, 2015

30 November 1996, Kerapatan Adat Negeri Serdang mengadakan serta


memutuskan bahwa Pemangku Adat Serdang dipilih dan ditetapkan dari putraputri
almarhum

Sultan

Sulaiman

Syariful

Alamsyah

yang

masih

hidup

(tembakaudeli,2015).
2.6.4

Peta Kesultanan Serdang

Gambar 3.28: peta kesultanan serdang


Sumber: luckmansinar, 2006

30

2.6.5

Peta Kawasan Kota Melayu di Perbaungan / Kesultanan Serdang

Gambar 3.29: peta kawasan kota melayu di perbaungan / kesultanan serdang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

2.6.6

Simbol-simbol Kesultanan Serdang

a.

Istana

Gambar 3.30: peta lokasi istana, keadaan istana dahulu dan sekarang
Sumber: dokumentasi pribadi 2015

31

b.

Masjid

Gambar 3.31: peta lokasi masjid dan keadaan masjid sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

c.

Madrasah

Gambar 3.32: peta lokasi madrasah, keadaan madrasah sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

32

d.

Perdagangan (Pasar)

Gambar 3.33: peta lokasi pasar, keadaan pasar sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

e.

Klenteng

Gambar 3.34: peta lokasi klenteng, keadaan klenten sekarang


Sumber: dokumentasi pribadi 2015

33

Anda mungkin juga menyukai