: 010215A018
Tempat Praktek
Tanggal
I. Pengkajian
Waktu Pengkajian: 12 April 2016
Jam Pengkajian : 20.00 WIB.
A. Identitas
a) Identitas Klien
Nama
: Tn. S
Umur
: 71 tahun.
Pendidikan Terakhir
: SMEA.
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Status Perkawinan
: Duda.
Pekerjaan
: Pensiunan.
TB/BB
: 165cm / 60kg
Gol Darah
:-
Diagnosa medis
: STEMI Inferior.
Alamat
: Wonosobo.
: Tn. B
Umur
: 40th
Pendidikan Terakhir
: S1
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
: Anak.
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Wonosobo.
c) Tanggal masuk
d) Diagnosa masuk
: STEMI Inferior.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan dada terasa nyeri.
2. Riwayat kesehatan saat ini:
Tgl 12 April 2016 jam 12.00 saat sedang di rumah menjemur gabah tiba-tiba pasien
dada sebelah kiri terasa nyeri, nyeri sampai ke punggung. Nyeri tidak hilang dengan
istirahat, kemudian jam 16.00 pasien dibawa ke IGD RSUD Setjonegoro kemudian
masuk ke ruang ICCU.
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Sebelumnya klien belum pernah sakit seperti ini, klien tidak mempunyai alergi
makanan dan obat-obatan. Klien mempunyai kebiasaan merokok Merokok sejak usia
17 tahun, sehari habis 1 bungkus.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada penyakit menular.
5. Genogram
Tn. S, 71
th (klien)
= Tinggal
serumah
= Lakilaki
=
Perempuan
= Klien (Tn. S),
71th
= Tn. B (Penanggung
jawab klien)
Tingkat Kesadaran
: Komposmentis
: E4 M6 V5 = 15
Tinggi Badan
: 165cm
Berat Badan
: 60kg
TTV:
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
: 78/51 mmHg
: 79 x/mnt
: 36,6 C
: 25x/mnt.
1. Sistem Pernapasan
DS: Pasien mengatakan napasnya tidak seseg
DO:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2. Sistem Kardiovaskuler
DS: P: Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri, ampeg. Q: seperti tertimba benda berat,
R: nyeri di dada sebelah kiri menyebar sampai ke punggung, S: Skala nyeri 6, T: Nyeri
timbul saat pasien sedang menjemur gabah di depan rumah, nyeri datang secara tiba-tiba
dan menetap, tidak hilang dengan istirahat, klien mengatakan belum pernah sakit seperti
ini, tidak ada riwayat penyakit hipertensi atau DM, tidak ada riwayat bengkak pada tangan
& kaki. Tidak ada kesemutan, berdebar-debar, dan pandangan kabur.
DO:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
menangis saat bersedih, klien bisa membedakan rasa manis, asin, atau pahit.
NC VIII: Klien mampu mendengar dengan baik, klien menoleh saat dipanggil,
klien mampu berdiri tegak diatas kedua kakinya.
NC IX: Klien bisa menelan makanan, bisa merasakan rasa manis atau pahit.
NC X: Klien mampu menelan, bicara jelas.
NC XI: Klien mampu menoleh kanan & kiri, mengangguk & mendongakkan
kepala.
NC XII: Klien mampu mengeluarkan lidahnya, artikulasi kata jelas.
Pemeriksaan reflek:
Reflek tendon bisep: anak mampu menekuk siku, trisep: anak mampu
mengekstensikan siku, patella: kontraksi otot-otot tungkai bawah normal, archiles:
plantar fleksi baik.
Tidak terdapat reflek patologis.
4. Sistem Integumen.
DS: Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada kulitnya.
DO: kulit lembab, terdapat akral dingin dan keringat dingin, turgor kulit baik, tidak
terdapat lesi pada kulit, bentuk kuku normal, CRT 2 detik.
5. Sistem Perkemihan
DS: Pasien mengatakan tidak ada gangguan saluran kemih, BAK di rumah 3-4x
sehari.
DO: Tidak terdapat retensi urine, tidak terdapat inkontinensia urine, tidak terdapat
distensi kandung kemih , jumlah urine /24 jam: 1000cc, bau khas, tidak terdapat
hematuri, di RS klien BAK dengan menggunakan kateter.
6. Sistem Gastrointestinal
DS: Pasien mengatakan mual ingin muntah, tidak ada pantangan makan, biasanya
makan nasi, lauk, sayur, & buah-buahan. Makan habis 1 porsi, tidak ada nyeri ulu hati
dan pembesaran perut. BB sebelum sakit 60kg. BAB sehari sekali, warna kuning,
konsistensi lembek, BAB terakhir kemarin.
DO:
a. BB sekarang 60 kg, TB:165cm.
b. Tidak terdapat halitosis (bau mulut)
pemeriksaan abdomen:
I: abdomen bentuk datar, kulit tak keriput, klien tidak menggunakan otot-otot
bantu pernapasan.
A: ada peristaltik usung, bising usus 20 x/mnt.
P: terdengar timpani.
P: tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran hepar, tidak terdapat
massa.
c. Pola BAB: frekuensi: sehari sekali, warna: kuning, konsistensi: lembek, bau: khas.
d. Anus: Tidak terdapat hemoroid, tidak terdapat massa.
7. Sistem Penginderaan
DS: Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam penglihatan dan pendengaran,
tidak ada nyeri hidung dan telinga, telinga tidak berdengung, pengecapan tidak ada
gangguan.
Data Objektif:
Pemeriksaan Mata:
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan Hidung:
a. Inspeksi hidung: kesimetrisan: simetris, bentuk: dalam batas normal, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat massa, tak ada pembesaran polip, hidung bersih,
tidak terdapat epistaksis.
b. Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan.
c. Sinus frontalis: dbn, sinus maksilaris: dbn.
d. Patensi aliran udara dalam nares: baik.
Pemeriksaan Telinga:
Simetris, palpasi daun telinga tidak ada nyeri/massa, terlihat bersih, tidak terdapat
penumpukan serumen, tidak terdapat lesi.
8. Sistem Endokrin
Data Subjektif:
Pasien mengatakan tidak ada riwayat gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
dalam keluarga tidak ada riwayat DM, tidak ada riwayat pembesaran kelenjar thyroid.
Data Objectif:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Data Objektif:
a. Intake cairan: cairan masuk:
oral: 50cc
parenteral: 600cc
Total : 900cc.
b. Cairan kluar:
urine: 1000cc
muntah: 50cc
IWL: 275cc
Total: 1325cc
c. Balance cairan/ 11 jam (dari jam 19.00-06.00)= (-) 425cc
d.Pasien muntah 1x sekitar 50cc. Pasien tidak diare
e. Turgor kulit: baik
f. Tekstur kulit: kulit halus.
g. Kelembaban kulit: kulit lembab.
h. Kelembaban membran mukosa: mukosa bibir lembab.
i.Tekstur lidah: lidah berbentuk cembung, tampak frenulum, lidah tidak kotor.
j. Edema: tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah.
k. Perfusi perifer: baik, akral hangat.
10. Sistem Imunitas.
Data subjektif:
klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi, belum pernah tranfusi, tidak ada
riwayat pembedahan, tidak ada riwayat penggunaan obat-obat steroid, tidak ada nyeri
tekan & pembesaran limfe.
Data Objektif:
a. Inspeksi kulit dan mukosa: tidak terdapat lesi pada kulit.
b. Tidak terdapat purpura/perdarahan subkutan, tidak terdapat inflamasi
c. Tak tampak kemerahan pada kulit, kulit berwarna sawo matang.
Tak terdapat rabbas penis, tidak tampak gangguan prostat, klien tidak
vasektomi, terpasang kateter.
12. Sistem hematologi.
Klien belum pernah tranfusi darah, konjungtiva tak anemis, tak tampak
sianosis pada kulit dan kuku.
E. Data Tambahan.
1. Pola aktifitas, istirahat dan tidur
Data subjektif:
Pasien mengatakan badan terasa lemah, untuk
bertambah, aktifitas sehari-hari yaitu berkebun, pasien tidak mempunyai rasa bosan,
pasien puas terhadap aktifitas yang dilakukannya, istirahat tidur selama 7 jam per hari.
Pasien tidak pernah tidur siang.
Data Objektif:
Pasien terlihat lemah, pasien bisa istirahat tidur.
Data objektif:
Status emosional: pasien terlihat tenang, pasien selalu berzikir sambil tiduran saat di
RS, klien mampu berkomunikasi verbal dengan baik.
4. Ketidaknyamanan
Data subjektif:
Perasaan nyeri:
Klien mengatakan mempunyai riwayat merokok sejak usia 17 tahun, sehari habis 1
bungkus, nyeri semakin bertambah saat digunakan untuk beraktifitas, sudah
digunakan untuk istirahat tetapi tidak berkurang. Nyeri timbul mendadak & menetap.
Data Objektif:
Pasien terlihat gelisah menahan nyeri.
5. Pembelajaran
Data Subjektif:
Pasien mengatakan sehari-hari menggunakan bahasa jawa, pasien bisa membaca &
menulis. Pasien mengatakan pendidikan terakhir SMEA, pasien mengatakan yakin
akan sembuh setelah mendapatkan pengobatan di RS. Klien dan keluarga mengatakan
saat ini mengerti bahwa klien sedang sakit jantung, keluarga akan membatasi
pengunjung, dan pasien mengatakan akan berhenti merokok, mengurangi makanan
yang bersantan, jeroan, dan makanan lain yang mengandung tinggi kolesterol.
Data Objektif:
Klien dan keluarga tampak tenang, terlihat percaya dengan tim kesehatan.
F. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
13.0
g/dl
13.2 17.3
Lekosit
H 15.6
10^3/ul
3.8 10.6
L 1.20
2.00 4.00
Basofil
0.30
0 1.00
Netrofil
68.60
50.00 70.00
Limfosit
20.60
25.00 40.00
Monosit
H 9.30
2.00 8.00
L 39
40 52
5.5
10^6/ul
MCV
L 71
fl
80 100
MCH
L 24
pg
26 34
33
g/dl
32 36
H 575
10^3/ul
1.3
mg/dl
DIFF COUNT
Eosinofil
Hematokrit
Eritrosit
MCHC
Trombosit
4.40 5.90
150 400
KIMIA KLINIK
Profil Lipid
Risk
>5 = High
Risk
137
mg/dl
70 150
Ureum
18.7
mg/dl
< 50
Creatinin
0.84
mg/dl
0.60 1.10
Cholesterol Total
108
mg/dl
< 220
HDL Cholesterol
41.1
mg/dl
>35
LDL Cholesterol
51.5
mg/dl
<130
77
mg/dl
70.0 140.0
SGOT
20.4
U/L
0 50
SGPT
18.1
U/L
0 - 50
Trigliserida
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan EKG tgl 12 April 2016 jam: 16.00 WIB
Irama: ireguler
HR: 1500/16= 94x/mnt
Gelombang P: normal,tinggi 0,2 mm, lebar 0,04 detik
Gelombang Q : normal, tinggi < 1/3 R, lebar 0,03 detik
PR interval : normal, 0,25 detik
ST segmen : ST elevasi di lead II, III, aVF. Elevasi 5mm.s
ST depresi di lead I, aVL, V6. Depresi 3-5mm.
Gelombang T: normal
Kesimpulan: STEMI Inferior.
Irama: irreguler
HR: tidak dapat dihitung.
Gelombang P: tidak terlihat.
PR interval: tidak dapat dihitung.
3. Terapi
Jenis Terapi
Dosis
Golongan &
Kandungan
Obat Oral:
ISDN
3x5mg
Golongan nitrat
Aspilet
4 tablet hari I,
Setiap
selanjutnya
Aspimbullets
2x80mg.
Clopidogrel
4 tablet hari I,
selanjutnya
1x75mg.
Simvastatin
2x10mg
Bentuk Sediaan:
Tablet salut selaput 75
mg clopidogrel
Farmakologi:
Selektif menghambat
ikatan Adenosine DiPhosphate (ADP) pada
reseptor
ADP
di
platelet
sehingga
menghambat aktivasi
kompleks glikoprotein
GPIIb/IIIa
yang
dimediasi oleh ADP
dan
menyebabkan
penghambatan
terhadap
agregasi
platelet. Absorpsi cepat
pada pemberian per
oral
dan
penyerapannya tidak
dipengaruhi
oleh
makanan.
mengalami serangan
jantung atau pada
penyakit jantung dan
pasca stroke.
I
Untuk
menurunkan
aterotrombosis yang menyertai :
Serangan
infark
miokard,
serangan stroke atau penyakit
pembuluh darah perifer.
Non-ST segment elevation acute
coronary syndrome dengan
pemakaian bersama asetosal,
infark miocard akut dengan
peningkatan segmen ST.
Simvastatin adalah
senyawa antilipermic
derivat asam mevinat.
Diazepam
2x5mg
Opilax syrup
kelompok obat
2x1C
benzodiazepine.
Digoxin
2x0,25 mg tab
Laksatif, pencahar.
Tyarit
3x200mg. Tab
Arixtra
1x2,5mg (sub
cutan)
Konstipasi kronik.
Anti aritmia
Injeksi:
1x10mg (i.v)
ssMorphin
kalau perlu
10
microgram
Dobutamin
/kgBB/mnt
Golongan analgesik
opium atau narkotik.
Inotropik.
G. ANALISA DATA
No
1
Hari
Data
Kemungkinan Penyebab
Tanggal
12 April
DS: P: Pasien
2016
mengatakan dadanya
Penimbunan lipid/jaringan
sampai ke punggung, S:
darah.
Membentuk plak
koroner
menetap.
DO: Pasien terlihat
gelisah, menahan nyeri.
Masalah
Keperawatan
Nyeri akut
dada berdebar-debar.
DO: pasien terlihat
lemah, TD: 49/28
mmHg, nadi teraba
lemah, tak teratur, EKG
monitor Ventrikel
Fibrilasi , terdapat
keringat dingin , saturasi
O2: 95%
Cardiac Output.
kontraktilitas jantung
menurun
Gagal jantung
Penurunan cardiac output
Penurunan
darah
Perubahan perfusi
jaringan.
Intoleransi
aktifitas
koroner
Tidak adekuat suplai O2 dan
nutrisi ke otot jantung
Intolaransi aktifitas.
.
Hari
Rencana Tindakan
Tanggal
(NOC)
(NIC)
1. Pantau nyeri
(karakteristik, lokasi,
intensitas, durasi), catat
setiap respon verbal/non
verbal, perubahan hemodinamik
2. Berikan lingkungan
yang tenang dan
tunjukkan perhatian
yang tulus kepada klien.
3. Bantu melakukan
teknik relaksasi (napas
dalam/perlahan,
distraksi, visualisasi,
P
,1
Rasional
Tanda
Tangan
1.
Menurunkan
rangsang eksternal
yang dapat
memperburuk
keadaan nyeri
yang terjadi.
2. Membantu
menurunkan
persepsi-respon
nyeri dengan
memanipulasi
adaptasi fisiologis
tubuh terhadap
nyeri.
nyeri)
Melaporkan
bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
managemen
nyeri
Mampu
mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi, dan
tanda nyeri
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
Tanda
vital
dalam rentang
normal
bimbingan imajinasi)
4. Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi:
- Antiangina seperti
nitogliserin (Nitro-Bid,
Nitrostat, Nitro-Dur)
- Beta-Bloker seperti
atenolol (Tenormin),
pindolol (Visken),
propanolol (Inderal)
- Analgetik seperti
morfin, meperidin
(Demerol)
- Penyekat saluran
kalsium seperti
verapamil (Calan),
diltiazem (Prokardia).
3. Nitrat
mengontrol nyeri
melalui efek
vasodilatasi
koroner yang
meningkatkan
sirkulasi koroner
dan perfusi
miokard.
4. Agen yang
dapat mengontrol
nyeri melalui efek
hambatan rangsang
simpatis.(Kontraindikasi: kontraksi
miokard yang
buruk)
4. Morfin atau
narkotik lain dapat
dipakai untuk
menurunkan nyeri
hebat pada fase
akut atau nyeri
berulang yang tak
dapat dihilangkan
dengan
nitrogliserin.
- Bekerja melalui
efek vasodilatasi
yang dapat
meningkatkan
sirkulasi koroner
dan kolateral,
menurunkan
preload dan kebutuhan oksigen
miokard. Beberapa
di antaranya
bekerja sebagai
antiaritmia.
- Menurunkan
rangsang eksternal
yang dapat
1. Pantau TD,
memperburuk
keadaan nyeri
yang terjadi.
- Membantu
menurunkan
persepsi-respon
nyeri dengan
memanipulasi
adaptasi fisiologis
tubuh terhadap
nyeri.
- Nitrat
mengontrol nyeri
melalui efek
vasodilatasi
koroner yang
meningkatkan
sirkulasi koroner
dan perfusi
miokard.
- Agen yang dapat
mengontrol nyeri
melalui efek
hambatan rangsang
simpatis.(Kontraindikasi: kontraksi
miokard yang
buruk)
- Morfin atau
narkotik lain dapat
dipakai untuk
menurunkan nyeri
hebat pada fase
akut atau nyeri
berulang yang tak
dapat dihilangkan
dengan
nitrogliserin.
- Bekerja melalui
efek vasodilatasi
yang dapat
meningkatkan
sirkulasi koroner
dan kolateral,
bandingkan kedua
lengan, ukur dalam
keadaan berbaring,
duduk, atau berdiri jika
memungkinkan.
2. Evaluasi kualitas dan
kesamaan nadi.
3. Pantau frekuensi
jantung dan irama.
4. Berikan makanan
kecil/mudah dikunyah,
hindari asupan kafein.
5. kolaborasi untuk
pemberian oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
6. Pantau data
laboratorium enzim
jantung, AGD, dan
elektrolit.
1. Pantau perubahan
kesadaran/keadaan
mental yang tiba-tiba
seperti bingung, letargi,
gelisah, syok.
2. Pantau tanda-tanda
ssmenurunkan
preload dan kebutuhan oksigen
miokard. Beberapa
di antaranya
bekerja sebagai
antiaritmia.
1. Hipotensi dapat
terjadi s/d
disfungsi ventrikel,
hipertensi juga
fenomena umum
b/d nyeri, cemas
penurunan
katekolamin.
2. Penururnan
curah jantung
mengakibatkan
menurunnya
kekuatan nadi.
3.Perubahan
frekuensi dan
irama jantung
menunjukkan
komplikasi
disritmia.
4. Makanan besar
dapat
meningkatkan
kerja jantung.
Kafein dapat
merangsang
langsung ke
jantung sehingga
meningkatkan
frekuensi jantung.
5. Meningkatkan
suplai O2 untuk
kebutuhan miocard
dan menurunkan
iskemia.
6. Enzim
memantau
hangat, keringat
dingin (-).
o klien tidak mual,
muntah.
sianosis, kulit
dingin/lembab dan catat
kekuatan nadi perifer.
3. Pantau fungsi
gastrointestinal
(anorksia, penurunan
bising usus, mualmuntah, distensi
abdomen dan konstipasi)
4. Pantau asupan caiaran
dan haluaran urine, catat
berat jenis.
5. Kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium (gas darah,
BUN, kretinin,
elektrolit)
6. Kolaborasi pemberian
agen terapeutik yang
diperlukan:
- Heparin / Natrium
Warfarin (Couma-din)
- Simetidin (Tagamet),
Ranitidin (Zantac),
Antasida.
- Trombolitik (t-PA,
Streptokinase
perluasan infark,
elektrolit
berpengaruh
terhadap irama
jantung.
1. Perfusi serebral
sangat dipengaruhi
oleh curah jantung
di samping kadar
elektrolit dan
variasi asam basa,
hipoksia atau
emboli sistemik.
2. Penurunan curah
jantung
menyebabkan
vasokonstriksi
sistemik yang
dibuktikan oleh
penurunan perfusi
perifer (kulit) dan
penurunan denyut
nadi.
3. Penurunan
sirkulasi ke
mesentrium dapat
menimbulkan
disfungsi
gastrointestinal
4. Asupan cairan
yang tidak adekuat
dapat menurunkan
volume sirkulasi
yang berdampak
negatif terhadap
perfusi dan fungsi
ginjal dan organ
lainnya.
5. Penting sebagai
indikator
perfusi/fungsi
organ.
6. Heparin dosis
rendah mungkin
diberikan secara
profilaksis pada
klien yang berisiko
tinggi seperti
fibrilasi atrial,
kegemukan,
anerisma ventrikel
atau riwayat
tromboplebitis.
Coumadin
merupakan
antikoagulan
jangka panjang.
- Ranitidin,
antasida:
Menurunkan/mene
tralkan asam
lambung,
mencegah
ketidaknyamanan
akibat iritasi gaster
khususnya karena
adanya penurunan
sirkulasi mukosa.
- Pada infark luas
atau IM baru,
trombolitik
merupakan pilihan
utama (dalam 6
jam pertama
serangan IMA)
untuk
memecahkan
bekuan dan
memperbaiki
perfusi miokard.
1. Menentukan
respon klien
terhadap aktivitas.
2. Menurunkan
serangan IMA
kerja
miokard/konsumsi
oksigen,
menurunkan risiko
komplikasi.
3. Manuver
Valsava seperti
menahan napas,
menunduk, batuk
keras dan
mengedan dapat
mengakibatkan
bradikardia,
penurunan curah
jantung yang
kemudian disusul
dengan takikardia
dan peningkatan
tekanan darah.
4. Keterlibatan
dalam
pembicaraan
panjang dapat
melelahkan klien
tetapi kunjungan
orang penting
dalam suasana
tenang bersifat
terapeutik.
5. Mencegah
aktivitas
berlebihan; sesuai
dengan
kemampuan kerja
jantung.
6. Menggalang
kerjasama tim
kesehatan dalam
proses
penyembuhan
klien.
Hari/Tangga
DP
l/
Jam
selasa, 12
Tindakan
Tanda
Tangan
April 2016
Jam 20.00
Dani
dengan istirahat.
2
20.05
Dani
20.10
Mempertahankan oksigenasi
Dani
1,2,
3
20.10
21.00
mengeluarkannya pelan-pelan
melaui mulut.
nyeri.
memonitor EKG.
Dani
Dani
elevasi.
2
21.05
Terpasang dobutamin 10
pemberian therapi.
pump.
Dani
Advice:
Dobutamin 10 micro/kgBB/mnt.
1,2,
21.15
pasien.
Dani
21.15
Irama: irreguler
HR: tidak dapat dihitung.
Gelombang P: tidak
terlihat.
PR interval: tidak dapat
dihitung.
QRS kompleks: melebar
Dani
Ventrikel.
Obat diminum pasien tidak
muntah.
2,3
21.15
Dani
digoxin 2x0,25mg
tyarit 3x200mg
ekstra diazepam 5mg.tab.
21.20
Dani
tidur.
2,3
22.30
Memonitor VS
Dani
03.00
Memonitor VS
Dani
output keluar.
Pasien mengatakan badan masih
2,3
05.00
Memonitor VS,
Memonitor EKG.
06.00
oral: 50cc
parenteral: 600cc
Total : 900cc.
Dani
Cairan kluar:
urine: 1000cc
muntah: 50cc
IWL: 275cc
Total: 1325cc
Balance cairan/ 11 jam (dari jam
19.00-06.00)= (-) 425cc.
P: Pasien mengatakan nyeri dada
1
Rabu, 13
sudah berkurang.
Q: Seperti tertimpa benda berat,
April 2016
ampeg.
jam 14.00
Dani
S: Skala nyeri 3
T: Nyeri timbul saat pasien
sedang istirahat. Lama nyeri
10mnt.
Pasien terlihat segar, tempat tidur
1,4
jam 14.15
1,4
jam 16.00
rapi.
Pasien bed rest, EKG monitor: ST
elevasi berkurang. ST elevasi di
lead III, aVf, Q Patologis di lead
II, ST Depresi di lead I, aVl, V6.
Pasien mengatakan badan masih
2,3
mempertahankan oksigenasi
pasien.
lemes.
HR: 85x/mnt, TD: 127/78 mmHg,
saturasi O2: 100%, RR: 24x/mnt,
akral hangat, nadi kuat, tidak ada
sianosis, terpasang kanul O2 nasal
3lpm, dobutamin
5micro/kgBB/mnt.
Dani
jam 16.15
jam 18.00
jam 19.00
Dani
Cairan masuk:
2
oral: 600cc
Parenteral: 390cc
Total: 990cc
Cairan keluar:
Urine: 900cc
IWL: 325cc
Total: 1225cc
Balance cairan/13jam = (-) 235cc
jam 19.05
Memonitor VS.
Dani
berdebar-debar.
KU lemah, akral hangat, nadi
kuat, tidak ada keingat dingin &
sianosis. HR: 80x/mnt, TD:
111/77 mmHg, Saturasi O2: 97 %,
RR: 24x/mnt. EKG:
ST elevasi di lead III, aVf,
jam 20.00
Dani
Dani
V. CATATAN PERKEMBANGAN
No
Hari/Tanggal/
DP
1
Jam
Selasa, 12
Perkembangan Klien
Tanda
Tangan
April 2016
Jam 06.00
Dani
P: Lanjutkan intervensi
2
Dani
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi.
3
Dani
Dani
April 2016
S: P: Pasien mengatakan nyeri dada sudah berkurang.
Q: Seperti tertimpa benda berat, ampeg.
Dani
Dani
P: Lanjutkan intervensi
S: Pasien mengatakan dada sudah tidak berdebar-debar.
O: Kesadaran composmentis, HR: 85x/mnt, TD: 127/78
mmHg, saturasi O2: 100%, RR: 24x/mnt, dobutamin
5micro/kgBB/mnt, EKG tanggal 13 April 2016 jam
08.00: ST elevasi di lead III, aVf,
Dani
P: Hentikan intervensi.
S: Pasien mengatakan tidak mual, muntah.
O: Kesadaran pasien composmentis, akral hangat, nadi
kuat, tidak terdapat sianosis.
A: Masalah teratasi.
P: Hentikan intervensi.
S: Pasien mengeluh badan terasa lemas.
O: Pasien terlihat lemah, lesu, makan disuapi perawat.
Mobilisasi minimal di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
Dani