Anda di halaman 1dari 5

Mandala of Health.

Volume 7, Nomor 1, Januari 2014

Rosanti, Diagnosis Filariasis Limfatik

DIAGNOSIS FILARIASIS LIMFATIK


Tutik Ida Rosanti 1, Soeyoko 2
1
2

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto


Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACT
Lactose intolerance is a condition caused by lactase deficiency in the brush border of the
intestine, causing inability in digesting lactose into glucose and galactose. It is a mild metabolic
disease with low morbidity, but often used interchangeably with cows milk allergy, resulting
confusion in public understanding. Lactase deficiency keeps lactose not hydrolyzed, resulting
increased osmotic pressure and fluid secretion of intestine lumen. In the colon, the result of
fermentation from the undigested lactose is hydrogen gas. The symptoms of lactose intolerance
are abdominal bloating, distension, pain, flatulence, and diarrhea. Symptoms are alleviated by
complete elimination or reduced consumption of lactose-containing foods. Meanwhile, dairy
products which contain large amount of lactose also become the main source of calcium as well.
Elimination of dairy products from daily diet may results low calcium level, osteopenia, until
osteoporosis. People with lactose intolerance need calcium supplementation to maintain the
calcium level in the body if lactose is restricted
lactose intolerance, lactase, calcium.

Key Words:

PENDAHULUAN
Filariasis

limfatik adalah infeksi

Perlu diketahui bahwa tidak semua

parasitik yang disebabkan oleh nematoda

penderita filariasis limfatik menunjukkan

dan ditularkan oleh nyamuk. Filariasis

manifestasi klinis tertentu. Khususnya di

limfatik

daerah endemis filariasis, sebagian besar

masih

merupakan

penyakit

parasitik dan menginfeksi sekitar 120 juta

penduduknya

penduduk dunia, 90%nya disebabkan oleh

asimtomatik meskipun di dalam darah

spesies Wuchereria bancrofti sedangkan

perifernya

10%nya disebabkan oleh Brugia malayi

(mikrofilaremia asimtomatik). Oleh karena

(Palumbo, 2008).

itu penting kiranya mengetahui beberapa

Diagnosis
setidaknya

filariasis

didasarkan

pada

limfatik

teknik

berada

pada

ditemukan

pemeriksaan

untuk

status

mikrofilaria

mendeteksi

empat

keberadaan mikrofilaria di dalam darah

pendekatan yaitu diagnosis klinis, diagnosis

maupun mendeteksi keberadaan cacing

parasitologis dan diagnosis serologis serta

dewasanya agar diagnosis filariasis limfatik

diagnosis berdasarkan DNA. Pada tulisan

dapat ditegakkan sedini mungkin sehingga

kali ini, penulis akan memaparkan diagnosis

penderita filariasis limfatik tidak sampai

filariasis limfatik berdasarkan diagnosis

jatuh pada kondisi filariasis kronis dengan

klinis dan diagnosis parasitologis.

elefantiasis dengan segala dampaknya.

501

Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014

Rosanti, Diagnosis Filariasis Limfatik

Cacing dewasa dapat ditemukan di dalam

A. DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis filariasis limfatik secara
klinis didasarkan atas gejala-gejala klinis

kelenjar/saluran limfe inang definitifnya.


1. Pemeriksaan mikrofilaria di dalam

yang muncul pada penderita baik pada

darah

stadium

Perlu

Cara diagnosis menggunakan cara ini

diketahui bahwa di Indonesia terdapat tiga

hanya dapat mendeteksi mikrofilaria jika

jenis filariasis limfatik berdasarkan pada

kepadatannya di dalam darah tinggi dan

spesies cacing filaria penyebabnya. Ketiga

jika kepadatan mikrofilaria di dalam

jenis

darah rendah maka mikrofilaria akan

akut

maupun

filariasis

kronik.

limfatik tersebut

yaitu

filariasis bancrofti yang disebabkan oleh


Wuchereria bancrofti, filariasis malayi yang
disebabkan

Brugia

oleh

malayi

dan

sulit terdeteksi.
a) Pemeriksaan

mikrofilaria

di

dalam

sediaan darah langsung

filariasis timori yang disebabkan oleh

Cara

pemeriksaan

Brugia timori.

menggunakan

metode

mikrofilaria
ini

sangat

Gejala akut pada filariasis bancrofti

sederhana, mudah dan pelaksanaannya

pada umumnya berupa peradangan pada

cepat. Namun kurang dapat dipercaya

saluran

hasilnya karena memberikan kesalahan

limfe

genitalia

yaitu

timbul

funikulitis, epididimitis dan orkitis. Pada

hitung

stadium

khiluria,

mikrofilaria yang bergerak ke tepi gelas

hidrokel testis, elefantiasis skroti maupun

penutup atau beberapa mikrofilaria tidak

elefantiasis seluruh tungkai atau lengan dan

terlihat

mammae (Partono, 1987 ; Shenoy et al.,

penggumpalan darah. Cara pemeriksaan

1999).

mikrofilaria di dalam sediaan darah

kronik

akan

terjadi

Gejala akut pada filariasis malayi dan


filariasis

timori

berupa

jumlah

mikrofilaria.

jelas

karena

Banyak

adanya

langsung adalah sebagai berikut : setetes

demam,

darah dari ujung jari diteteskan pada

limfadenitis, limfangitis desendens, abses

kaca obyek dan ditutup dengan kaca

dan limfedema. Pada stadium kronik terjadi

penutup. Selanjutnya dilihat langsung di

elefantiasis pada tungkai di bawah lutut atau

bawah mikroskop pada pembesaran 10x

lengan di bawah siku.

untuk

melihat

adanya

gerakan

mikrofilaria (Denham et al.,1971).


B. DIAGNOSIS PARASITOLOGIS
Diagnosis filariasis limfatik secara
parasitologis
ditemukannya

berdasarkan
mikrofilaria

dan

pada
cacing

dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan di


dalam darah, urin dan cairan hidrokel.

b) Cara pemeriksaan mikrofilaria di dalam


sediaan darah tebal
Pemeriksaan mikrofilaria menggunakan
sediaan darah tebal ini murah, dapat
dipakai untuk mengidentifikasi spesies
dan paling sering dipakai di lapangan
502

Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014

Rosanti, Diagnosis Filariasis Limfatik

(WHO, 1987). Pemeriksaan mikrofilaria

dengan

menggunakan

diteteskan

cara

ini

mempunyai

aquabides.
ke

Larutan tersebut

dalam

bilik

hitung

kelemahan yaitu kadang-kadang ada

kemudian dilihat

mikrofilaria yang hilang pada proses

bawah mikroskop. Apabila tidak dapat

hemolisis

Namun

segera dilakukan pemeriksaan maka

kelemahan tersebut dapat diatasi dengan

darah dapat dilarutkan dalam asam asetat

menggunakan kaca obyek yang bersih.

dan kemudian disimpan (WHO, 1987).

Cara lain untuk mengatasi kelemahan

d) Cara pemeriksaan mikrofilaria di dalam

dan

pewarnaan.

mikrofilarianya di

tersebut adalah dengan mengeringkan

darah filtrasi (darah yang disaring).

darah selama lebih dari 12 jam untuk

Cara pemeriksaan mikrofilaria di dalam

mencegah hilangnya mikrofilaria pada

darah menggunakan metode ini paling

proses

peka

hemolisis

(Partono

&

pemeriksaan

dan

Idris.,

pewarnaan

1977).

mikrofilaria

di

Cara
dalam

untuk

namun

mendeteksi

biayanya

dipergunakan

mikrofilaria

mahal

untuk

sehingga

tujuan

tertentu

sediaan darah tebal adalah sebagai

misalnya untuk diagnosis per-orangan

berikut ; Sebanyak 20 60 l darah

atau evaluasi pasca pengobatan (WHO,

diambil

dengan

1987). Cara pemeriksaan mikrofilaria di

menggunakan pipet kapiler kemudian

dalam darah filtrasi adalah sebagai

dibuat sediaan darah pada kaca obyek,

berikut : sebanyak 1-5ml darah vena

selanjutnya

diwarnai

diambil

menggunakan

pewarnaan

dari

ujung

jari

dengan

kemudian

disaring

dengan

Giemsa.

membran filter 5m yang dipasang pada

Sediaan darah tsb kemudian dilihat di

nukleopore. Membran filter dikeringkan,

bawah mikroskop pada perbesaran 10x.

difiksasi dan diwarnai dengan Giemsa.

c) Cara pemeriksaan mikrofilaria di dalam

Selanjutnya dilihat di bawah mikroskop.

darah dengan bilik hitung.

McCarthy (2000) menyatakan bahwa

Pemeriksaan mikrofilaria di dalam darah

penggunaan membran filter ini sangat

dengan

mudah

bilik

hitung

hanya

dapat

untuk

mendeteksi

adanya

dilakukan di suatu daerah yang telah

mikrofilaria dan menghitung beratnya

diketahui

infeksi

spesiesnya.

Hal

tersebut

serta

sangat

sesuai

untuk

karena pemeriksaan mikrofilaria dengan

mendeteksi adanya mikrofilaria pada

cara ini tidak dapat dipakai untuk

tahap awal infeksi sebelum manifestasi

melihat morfologi mikrofilaria. Cara

klinis berkembang.

pemeriksaan mikrofilaria di dalam darah

e) Cara pemeriksaan mikrofilaria di dalam

dengan bilik hitung adalah sebagai

darah dengan teknik konsentrasi Knotts.

berikut : sebanyak 60 l darah diambil

Cara ini mempunyai sensitivitas lebih

dari ujung jari kemudian diencerkan

rendah dari pada cara filtrasi karena


503

Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014

Rosanti, Diagnosis Filariasis Limfatik

mikrofilaria dapat hilang atau rusak pada

3. Pemeriksaan cacing dewasa di dalam

proses pengendapan. Cara pemeriksaan

kelenjar atau saluran limfe.

mikrofilaria di dalam darah dengan

Terdapat

teknik

pemeriksaan cacing dewasa di dalam

konsentrasi

Knotts

adalah

sebagai berikut : Darah vena diencerkan


menggunakan

formalin

perbandingan

10.

2%

dengan

Selanjutnya

beberapa

macam

cara

kelenjar atau saluran limfe.


a) Cara pemeriksaan cacing dewasa dengan
biopsi kelenjar limfe

disentrifugasi dengan kecepatan 1500

Diagnosis dengan cara ini jarang sekali

rpm

Bagian

digunakan untuk diganosis filariasis.

supernatan dibuang. Endapan diambil

Perlu pengetahuan tentang mikroanatomi

dan diteteskan pada kaca obyek. Perlu

penampang lintang cacing dewasa agar

diteteskan

dapat

selama

lima

metilen

mikrofilaria

menit.

biru

dapat

1%

terlihat

agar
jelas,

mendiagnosis

dengan

pasti.

Adanya mikrofilaria di sekitar cacing

kemudian dilihat di bawah mikroskop.

dewasa atau di dalam uterusnya sangat

f) Cara pemeriksaan mikrofilaria di dalam

membantu diagnosis. Cara pemeriksaan

darah dengan teknik Quantitative Buffy

cacing dewasa dengan biopsi kelenjar

Coat (QBC).

limfe dilakukan dengan biopsi kelenjar

Darah

pipet

kemudian dibuat sediaan jaringan. Pada

kapiler yang telah terisi heparin, EDTA

umumnya cacing sudah mati bahkan

dan

diambil

menggunakan

acridine

disentrifugasi

orange
sehingga

kemudian
mikrofilaria

terkonsentrasi di daerah buffy coat.


Fungsi

acridine

seringkali telah mengalami kalsifikasi


(WHO, 1987).
b) Cara pemeriksaan cacing dewasa dengan
ultrasound.

orange

adalah

pewarnaan

pada

Cara diagnosis ini dapat digunakan

morfologinya

untuk mengetahui efek obat anti filaria

dapat dilihat dengan jelas dibawah

terhadap stadium dewasanya secara in

mikroskop (Long et al., 1990).

vivo (Dreyer et al., 1995). Penggunaan

memberikan
mikrofilaria

sehingga

2. Pemeriksaan mikrofilaria dalam urin

ultrasound akan memperlihatkan adanya

atau cairan hidrokel.

gerakan cacing dewasa dalam saluran

Urin atau cairan hidrokel sebanyak 15

limfe di daerah skrotum yang disebut

ml disentrifugasi dengan kecepatan 2000

filaria dance sign ( Amaral et al., 1994).

rpm

Bagian

Pada filariasis bancrofti dengan status

endapannya

mikrofilaremia, 80% diantaranya dapat

diperiksa di bawah mikroskop (WHO,

menunjukkan filaria dance sign (Noroes

1987).

et al., 1996). Amaral et al (1994) juga

selama

supernatan

lima
dibuang,

menit.

menyebutkan bahwa penggunaan USG


504

Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014

juga membantu untuk menentukan lokasi


dan memvisualisasikan gerakan cacing
W.bancrofti hidup di dalam pembuluh
limfe

skrotum

penderita

filariasis

asimptomatik mikrofilaremia. USG tidak


berguna pada pasien dengan limfoedema
karena cacing dewasa pada umumnya
tidak ada pada stadium limfoedema ini
demikian juga pada Brugia malayi.
Namun pada filariasis malayi disebabkan
karena spesies cacing penyebabnya tidak
menyebabkan

manifestasi

klinis

di

genitalia (Shenoy, 2000).


c) Cara pemeriksaan cacing dewasa dengan
High-power videomicroscopy.
Cara ini belum diujicobakan untuk
diagnosis filariasis pada manusia. Cara
ini dapat dipakai untuk melihat cacing
dewasa yang masih hidup di dalam
saluran limfe tungkai hewan coba (Case
et al, 1992).
Diantara sekian banyak teknik dan
metode

pemeriksaan

untuk

filariasis

limfatik

tersebut

diagnosis
diatas,

pemeriksaan darah jari dengan sediaan


darah tebal masih merupakan baku emas
untuk diagnosis filariasis limfatik. Terlebih
untuk

menentukan

endemisitas

suatu

wilayah maupun untuk mengevaluasi hasil


pengobatan, metode survei darah jari (SDJ)
merupakan baku emas.

Rosanti, Diagnosis Filariasis Limfatik

2.

Case, T.C.,Witte, M.H., Way, D.L., Witte.


C.L., Crandal, C.A.and Crandal, R.B.
1992.Videomicroscopy of intralymphatic
dwelling
Brugia
malayi.
Ann.Med.Parasitol. 86 (4) : 435-438
3. Dreyer, G., Amaral,F., Noroes, J.,
Medeiros, Z. and Addiss, D. 1995. A new
tool to assess the adulticidal afficacy in
vivo of antifilarial drugs for bancroftian
filariasis. Trans.Roy.Soc.Trop.Med.Hyg. 89
: 225-226
4. Long, G.W., Rickman, L.S., Cross,
J.H.1990. Rapid diagnosis of Brugia
malayi and Whucereria bancrofti filariasis
by an acridine orange/microhematocrit
tube technique. J.Parasitol. 76 : 278-281
5. McCarthy, J.2000. Diagnosis of lymphatic
filarial infection. In : Lymphatic Filariasis.
Nutmant
TB.ed.
Imperial
College
Press.London.127-41
6. Noroes, J., Adiss, D., Amaral, F.,
Coutinho,A., Medeiros.Z and Dreyer,G.
1996. Occurence of living adult
Wuchereria bancrofti in the scrotal area of
men
with
microfilaremia.
Trans.Roy.Soc.Trop.Med.Hyg. 90 : 55-56
7. Palumbo, E. 2008. Filariasis : diagnosis,
treatmen and prevention. Acta Biomed. 79 :
106-109
8. Partono,F & Idris, K.N.1977.Some factors
influencing the loss of microfilariae from
stained blood films. Southeast Asian
J.Trop.Med.Publ.Health. 8 : 158-164
9. Partono, F.1987.The spectrum of disease in
lymphatic filariasis. Ciba Foundation
Symphosium 127. John Wiley & Son. P :
15-31
10. Shenoy, RK., Kumaraswami, V., Suma,
TK.1999. A double blind placebo
controlled study of the efficacy of oral
penicilin, diethylcarbamazine or local
treatment of the affected limb in preventing
acute adenolymphangitis in lymphoedema
caused by brugian filariasis. Ann Trop Med
Parasitol. 93 : 367-77
11. Shenoy, RK., John A., Hameed S. 2000.
Apparent failure of ultrasonography to
detect adult worms of Brugia malayi. Ann
Trop Med Parasitol. 94 : 77-82
12. WHO. 1987. Control of lymphatic
filariasis : A manual for health personal.
Geneva. Switzerland

DAFTAR PUSTAKA
1.

Amaral, F., Dreyer, G., Figueredo-Silva,


J.,Noroes, J., Cavalcanti,A., Samico, C.S.,
Santos, A. And Coutinho, A. 1994. Adult
worms detected by ultrasonographhy in
human
bancroftian
filariasis.
Am.J.Trop.Med.Hyg. 50 : 753-757

505

Anda mungkin juga menyukai