Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


BARTOLINITIS
Oleh: Jayanta Permana Hargi, S.Kep (072311101008)
1. Kasus

Bartolinitis
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Bartolinitis adalah infeksi pada kelenjar bartolin. Bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa
berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang
memerah.
Bartolinitis adalah sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan
retensi sekresi dan dilatasi kistik. Bartholinitis adalah infeksi pada glandula
bartholin yang mana sering kali timbul pada gonorea akan tetapi dapat pula
mempunyai sebab lain, misalnya streptococus atau basil coli.
b. Penyebab
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea,
dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat
diproduksinya cairan pelumas vagina.
a.

Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :


Virus

: kondiloma akuminata dan herpes simpleks

Jamur

: kandida albikan

Protozoa

: amobiasis dan trikomoniasis

Bakteri

: neiseria gonore

b. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas:


Virus

: klamidia trakomatis dan parotitis epidemika

Jamur

: asinomises

Bakteri

: neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli

c. Patofisiologi
Obstruksi duktus utama kalenjar bartolini distal bisa karena retensi, sekresi
dan dilatasi kistik. Terjadi penumpukan sekret mukus pada kelenjar bartolini.
Kelenjar bartolini membesar menjadi kista bartolini. Kista mengalami
peradangan dengan tanda-tanda memerah, nyeri dan lebih panas dari daerah
sekitarnya (bartolinitis). Isi dalam berupa nanah dapat keluar melalui duktus
atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi). Radang pada kelenjar bartolini
dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menahun dalam bentuk kista
bartolini.
d. Tanda dan gejala
1) Pada vulva: perubahan warna kulit, membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, nyeri tekan
2) Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita
berjalan atau duduk, juga dapat disertai demam
3) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke pelayanan
kesehatan dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat
berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada
benjolan di sekitar alat kelamin
4) Terdapat abses pada daerah kelamin
5) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan
bercampur dengan darah
e. Penanganan
Pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidentifikasi jenis
bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat
penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan Chlamydia. Kultur jaringan
diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini baru
dilihat setelah 48 jam kemudian.biopsi dilakukan apabila terjadi pada kasus
yang dicurigai keganasan. Terapi pengobatan juga dilakukan melalui
pemberian antibiotik spektrum luas.
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan antibiotika golongan
cefadroxyl 500 mg, diminum 31 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari,

dan asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 31


untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut
mengempis.
Pemeriksaan Penunjang:
a.

Laboratorium

b. Vullva
c.

In speculo

f. Pencegahan
1) Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat,
kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti
pasangan, tak gampang mendeteksi sumber penularan bakteri.
Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular seksual dan
pola seksual bebas.
2) Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
3) Untuk mengatasi radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya
adalah gaya hidup bersih dan sehat diantaranya konsumsi makanan
sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari kegemukan yang
menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka,
sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan
lembap. Kuman dapat hidup subur di daerah tersebut.
4) Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan.
Pilih pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah
vital selalu kering.
5) Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak
perlu malu berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum
menikah. Karena keputihan dapat dialami semua perempuan.
6) Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada
penderita radang yang menggunakannya sebelum Anda.
7) Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan
membasuh dari depan ke belakang.

8) Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan


seringkali salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian
dalamnya bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan
Kelembapan kulit di sekitar vagina.
9) Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan
kuman yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum
vagina yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan.
Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa berbahaya.

3. Pohon Masalah, Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Pohon Masalah

Kurang
pengetahuan

Proses
peradangan/infeksi

Perangsangan
reseptor nyeri

Cemas

Pemeriksaan kultur

Disfungsi seksual

jaringan

Tanda-tanda infeksi:
-Rubor (kemerahan)
-Kalor (hangat di daerah sekitar
infeksi)
-Dolor (nyeri)
-Tumor (pembengkakan)
-Fungsiolesa ( berkurangnya fungsi
yang mengalami infeksi

Nyeri

Pelepasan
bradikinin,
serotonin, dan
histamin

Defisit perawatan
diri
Bartolinitis

Pembesaran
kelenjar bartolini
Penumpukan sekret pada kelenjar bartolini

Cairan pelumas
tetap diproduksi

Menghambat
lubrikasi ke labia
mayor dan minor
Kuman menginfeksi
vestibula di sekitar duktus
drainase
Menginfeksi daerah
vulva

Faktor pencetus:
Personal hygiene
yang buruk

Infeksi alat kelamin wanita bagian


bawah dan atas oleh virus, jamur,
protozoa, dan bakteri

Keterbatasan gerak

b. Masalah Keperawatan
1) Nyeri
2) Cemas
3) Disfungsi seksual
4) Defisit perawatan diri
5) Kurang pengetahuan
c. Data yang perlu dikaji
Anamnese meliputi melakukan tanya Jawab untuk memperoleh biodata
meliputi :
1) Identitas utama
Pada identitas utama dianamnese nama, umur, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, perkawinan yang keberapa, dan alamat.
2) Riwayat keluhan utama
Pada riwayat keluhan utama dapat dianamneses, klien mengeluh
adanya rasa panas, mengeluh gatal, mengeluh adanya benjolan /
pembengkakan yang nyeri pada daerah kemaluan dan ada keputihan.
3) Riwayat kesehatan lalu
Pada riwayat kesehatan lalu dapat dianamnese adanya riwayat
penyakit menular seksual sebelumnya atau dikeluarga klien ada
riwayat penyakit kelamin.
4) Riwayat menstruasi
Pada riwayat menstruasi dianamnese pertama kali klien
mendapatkan haid pada umur berapa, lamanya haid berapa hari,
siklus haidnya berapa hari dan nyeri yang menyertai haid
(dismenorhoe).
5) Riwayat Ginekologi
Pada riwayat ginekologi, sebelumnya klien pernah mengalami
riwayat reproduksi, dan klien pernah mengalami penyakit menular
seksual.

6) Riwayat sosial ekonomi dan psikologi


Keluarga selalu mendampingi dan memberikan support kepada klien
dalam menjalani perawatan serta berserah diri kepada tuhan YME.
Suami bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan biaya
perawatan.
7) Pemeriksaan tanda-tanda vital dan fisik dilakukan secara inspeksi,
dan palpasi.
4. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan perangsangan reseptor
nyeri
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan proses penyakit
c. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit

5. Rencana Tindakan Keperawatan


No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

1.

Nyeri berhubungan dengan proses

Tujuan:

peradangan dan perangsangan

Setelah dilakukan

reseptor nyeri

tindakan keperawatan

Rencana Tindakan

Rasional

Hasil

selama 1x24 jam nyeri

1. Kaji tanda-tanda vital

1. Mengetahui kondisi umum


pasien

2. Kaji skala nyeri (skala

2. Mengetahui tingkat nyeri pasien

PQRST)

pasien dapat teratasi


Kriteria Hasil:
1. Pasien tidak meringis

3. Atur posisi pasien

3. Mengurangi rasa nyeri

senyaman mungkin

kesakitan
2. Nyeri pasien
berkurang atau hilang

4. Anjurkan teknik

4. Mengurangi rasa nyeri

relaksasi (napas dalam)

3. Skala nyeri berkurang


4. KU baik

5. Kolaborasi: pemberian
analgesik

5. Analgesik dapat memblok


reseptor nyeri pada susunan
syaraf pusat

2.

Disfungsi seksual berhubungan

Tujuan:

dengan proses penyakit

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam pasien

1. Membangun hubungan
terapeutik

1. Meningkatkan kepercayaan dan


rasa hormat antara klien dan
perawat

mengerti tentang fungsi

2. Memberikan informasi

seksual (peningkatan

tentang fungsi seksual

pengetahuan)

sesuai

2. Klien mengerti tentang kondisi


yang dialaminya

Kriteria Hasil:
1. Peningkatan

3. Diskusikan efek dari

3. Mengidentifikasi tentang pilihan

pengetahuan tentang

situasi penyakit dan

penanganan yang tepat terhadap

perubahan fungsi

efek pada perubahan

klien

seksual

seksualitas yang terjadi


pada klien

2. Menunjukkan dapat

4. Sertakan

4. Memberikan informasi yang

beradaptasi dengan

pasangan/pasangan

benar kepada pasangan seksual

ketidakmampuan

seksual dalam konseling

klien tentang kondisi yang

fisikmengetahuai

sebanyak mungkin

sebenarnya

masalah reproduksi
3. Kontrol resiko penyakit 5. Merujuk pasien ke
menular seksual (PMS)
3.

seorang terapis seks

Cemas berhubungan dengan

Tujuan:

perubahan status kesehatan

Setelah dilakukan

klien mengenai kondisi

tindakan keperawatan

yang dialami

selama 1x24 klien

5. Memilih terapi yang tepat untuk


klien

1. Berikan penjelasan pada 1. Menginformasikan kondisi klien


yang sebenarnya

mengalami penurunan

2. Jelaskan tujuan,

cemas

manfaat, dan apa yang

Kriteria Hasil:

dirasakan klien selama

1. Klien mampu

prosedur berlangsung

2. Klien lebih mengeti tentang


prosedur yang akan dilakukan

mengidentifikasi tanda
dan gejala cemas
2. Postur tubuh, ekspresi

3. Berikan dukungan
emosional kepada klien

3. Mempersiapkan klien sbelum


menjalani prosedur tindakan

wajah, dan bahasa


tubuh menunjukkan
berkurangnya cemas

4. Dorong klien
mengungkapkan

4. Mengetahui keluhan yang


dirasakan klien

perasaannya
5. Instruksikan klien
menggunakan teknik

5. Mengontrol kecemasan sebelum


prosedur tindakan

relaksasi (napas dalam)

4.

Defisit perawatan diri (vulva

Tujuan:

hygiene) berhubungan

Setelah dilakukan

1. Jalin hubungan
terapeutik dengan klien

1. Meningkatkan kerjasama
antara klien dan perawat

dengan keterbatasan gerak

tindakan keperawatan

selama tindakan

selama 1x24 jam klien


dapat melakukan vulva
hygiene secara mandiri

2. Ciptakan lingkungan
yang nyaman

2. Meningkatkan kenyamanan
klien

Kriteria Hasil:
1. Mampu

3. Jelaskan tindakan dan

mempertahankan

cara-cara pelaksanaan

kebersihan daerah

tindakan vulva hygiene

3. Memberikan informasi yang


tepat terkait tindakan

genital
2. Mampu

4. Ajarkan pada klien

mempraktekkan vulva

perawatan pada daerah

4. Meningkatkan kemandirian

hygiene

genital (vulva hygiene)

klien dalam pelaksanaan


vulva hygiene

5.

Defisit pengetahuan berhubungan

Tujuan:

dengan kurangnya informasi tentang

Setelah dilakukan

tentang tingkat

tentang kemampuan klien

penyakit

tindakan keperawatan

pengetahuan klien

menerima informasi

selama 1x60 menit klien

tentang proses

mengerti proses penyakit

penyakitnya

dan terdapat peningkatan

1. Berikan penilaian

1. Memberikan gambaran

perilaku hidup bersih dan

2. Jelaskan proses

sehat

terjadinya penyakit

Kriteria Hasil:

secara tepat

2. Meningkatkan wawasan
pasien tentang penyakit

1. Klien menyatakan
pemahaman tentang

3. Gambarkan tanda dan

3. Mempercepat pelaporan

penyakit, prognosis,

gejala yang muncul

tentang perkembangan

dan program

dengan tepat

penyakit

pengobatan
2. Klien mampu

4. Sediakan informasi

melaksanakan

pada klien tentang

prosedur yng

kondisi secara tepat

dijelaskan secara
benar
3. Klien mampu

oleh perawat

keluhan dan pertanyaan dari


klien tentang penyakit

5. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan

menjelaskan kembali
apa yang dijelaska

4. Memfasilitasi semua

5. Memberikan kesempatan
pada klien untuk memilih

6. Dukung klien untuk

penanganan

mendapatkan opini
kedua dengan cara yang
tepat

6. Memfasilitasi pilihan terapi


lain

Etiologi
Kuman stapilococcus
Kuman gonococcus
Basil foliformis dan organisme lain
C. Manifestasi Klinis
Keluhan pasien pada umumnya adalah benjolan, nyeri dan dispareunia. Penyakit ini cukup sering rekurens. Dapat terjadi
berulang, akhirnya menahun dalam bentuk kista bartolin. Kista tidak selalu menyebabkan keluhan, tapi dapat terasa berat
dan mengganggu koitus.
D. Patofisiologi
Sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik. Kalenjar bartolin membesar.
Merah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi dalam berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila
tersumbat (biasanya akibat infeksi), mengumpul didalam menjadi abses.

E. Penatalaksanaan
Jika usia pasien sudah lanjut, adanya benjolan harus dicurigai sebagai keganasan meskipun jarang, kemudian dilakukan
pemeriksaan yang seharusnya. Yang tepat adalah biopsy. Diberikan antibiotic yang sesuai (umumnya terhadap klamidia, gonococ,
bakteroides dan Escherichia Coli ). Bila belum terjadi abses. Jika sudah bernanah, harus dikeluarkan dengan sayatan.
Jika terbentuk kista yang tidak besar dan tidak mengganggu, tidak perlu dilakukan apa-apa. Pembedahan berupa ekstirpasi
dapat dilakukan bila diperlukan. Yang dianjurkan adalah marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi kista diikuti penjahitan
dinding kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan. Tindakan ini terbukti tak beresiko dan hasilnya memuaskan.
Jika terdapat hubungan keluar yang permanen, infeksi rekurens dapat dicegah.
KONSEP DASAR ASKEP
a.

Data focus
Pembesaran kalenjar bartolini, merah, nyeri dan lebih panas didaerah sekitarnya / perineum, ada nanah, kadang dirasakan
sebagai benda berat dan atau menimbulkan kesulitan pada koitus, iritasi vulva, dapat terjadi abses yang kadang-kadang
dapat sebesar telur bebek.

b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan kalenjar bartolin ditandai dengan pembesaran kalenjar bartolin, nyeri dan
lebih panas didaerah perineum / sekitarnya, iritasi vulva, kadang terasa seperti benda berat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder terhadap penyakit kronis ditandai dengan
pembesaran kalenjar bartholin, nyeri dan lebih panas didaerah sekitarnya / perineum, ada nanah, kadang dirasakan
sebagai benda berat,ada abses yang kadang-kadang dapat sebesar telur bebek.
3. PK : Infeksi
4. Perubahan pola seksual berhubungan dengan nyeri ditandai dengan kalenjar bartholin membengkak, merah, nyeri
pada daerah perineum, dan nanah.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bahan iritan dari lingkungan sekunder terhadap kelembaban ditandai
dengan merah, iritasi vulva, nanah.

Doengoes,E.marillyn,(1992).Rencana Asuhan Keperawatan,Ed 3,EGC: Jakarta.


Capernito.L.J ( 2007) Buku Saku Diangnosa Keperawatan,Edisi 10,Jakarta,ECG
Prawiroharjo, Sarwono ( 2007) Ilmu Kandungan, Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Mansjoer,A.(2001) Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Ed.3, Media Aesculapius FKUI: Jakarta.

Daftar Pustaka
Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta : EGC
Francin, P. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Joanne McCloskey Dochterman & Gloria M. Bulechek. 2004. Nursing
Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. Mosby : United States
America.
Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI.
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan Edisi 3.
Jakarta: Yayasan Pustaka.
Smeltzer, Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
https://www.scribd.com/doc/228451553/Lp-III-Bartolinitis

Anda mungkin juga menyukai