TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Terapi Psikoreligius
1. Defenisi
Terapi psikoreligius merupakan suatu pengobatan dalam praktek
keperawatan
khususnya
keperawatan
jiwa
yang
menggunakan
dalam
praktek
kedokteran
dan
12
seperti
sembahyang,
berdoa,
memanjatkan
puji-pujian,
ceramah
keagamaan, kajian kitab suci, dan sebagainya. Hanya saja terapi spiritual
lebih umum sifatnya dan tidak selalu dengan agama formal masingmasing individu (Wicaksana I, 2008).
Pengertian terapi spiritual atau terapi religius adalah sebuah terapi
dengan pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh klien,
pendekatan ini dilakukan oleh seorang pemuka agama dengan cara
memberikan pencerahan, kegiatan ini dilakukan minimal 1 kali
seminggu untuk semua klien dan setiap hari untuk pasien. Terapi
spiritual berbeda dengan berdoa, doa tersebut ditiupkan disebuah gelas
berisi air minum kemudian meminta klien meminum air tersebut,
meskipun sama - sama menggunakan sebuah perilaku dalam sebuah
agama atau kepercayaan tetapi akan sangat berbeda dengan terapi
spiritual (Rosyidi I, 2009).
2. Unsur-Unsur Psikoreligi
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam terapi psikoreligius
adalah sebagai berikut (Ilham A, 2008) :
a. Doa doa
Dalam dimensi psikoreligius, doa berarti permohonan penyembuhan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Dzikir
Dzikir adalah mengingat Tuhan dengan segala kekuasaan-Nya,
mengucapkan baik secara lisan maupun dalam hati segala kuasaNya.
Dari sudut ilmu kedokteran jiwa atau keperawatan jiwa atau
kesehatan jiwa, doa dan dzikir (psikoreligius terapi) merupakan terapi
13
dilakukan
melalui
observasi.
Pada umumnya karakteristik klien yang potensial mengalami
distres spiritual adalah sebagai berikut :
a) Klien tampak kesepian dan sedikit pengunjung
b) Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas
14
15
spiritualnya.
Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.
Mengetahui pesan nonverbal tentang kebutuhan spiritual.
Beri respon secara singkat, spesifik dan faktual.
Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti
16
17
luhur
(sacred
anxiety)
merupakan
keprihatinan-
interaksi
rasionalitas sadar, afeksi bawah sadar dan rahmat Tuhan. Ia lahir dari
ketidaktahuan eksistensial yang direpresentasikan oleh pertanyaan
18
seperti: apa makna dan tujuan kehidupan, apa nasibku setelah kematian
dan apakah ada Tuhan. Kecemasan ini merangkum konflik diri sendiri
terhadap kehidupan. Ia bersifat terus menerus tapi hanya sekali waktu
hadir dalam kehidupan.
Menurut Ramlah (2003) kecemasan merupakan reaksi normal
terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Sedangkan
kecemasan menurut (Stuart G, 2006) adalah kekhawatiran yang tidak jelas
dan menyebar, yang berkaitan perasaan tidak pasti dan tidak berbahaya.
2. Etiologi
Karakteristik kecemasan berbeda dengan rasa takut. Ketakutan
memiliki obyek yang jelas dimana seseorang dapat mengidentifikasikan
dan menggambarkan obyek ketakutan. Ketakutan melibatkan penilaian
intelektual terhadap stimulus yang mengancam sedangkan kecemasan
merupakan penilaian emosional terhadap penilaian itu. Ketakutan
diakibatkan oleh paparan fisik maupun psikologis terhadap situasi yang
mengancam. Ketakutan menyebabkan kecemasan. Dua pengalaman emosi
ini dibedakan dalam ucapan yaitu kita mengatakan memiliki rasa takut
tetapi menjadi cemas. Inti permasalahan dalam suatu bentuk kecemasan
adalah pada penjagaan diri. Kecemasan terjadi sebagai akibat adanya
ancaman terhadap keberadaan diri (selfhood), self-esteem (harga diri), atau
pada identitas diri, kecemasan dapat terjadi pada orang yang takut
mendapatkan hukuman, celaan, penolakan cinta, gangguan hubungan,
19
intelektual
atau
kognitif;
seperti
ketidakmampuan
20
b.
c.
d.
Peplau
kecemasan
dapat
dikomunikasikan
secara
22
Anxiety Rating Scale (HARS) yaitu mengukur aspek kognitif dan afektif
yang meliputi (Hidayat A, 2007):
Cara penilaian :
Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali
Skor 1 : 1 dari gejala yang ada
Skor 2 : separuh dari gejala yang ada
Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada
Skor 4 : Semua gejala ada
a.
23
c.
d.
e.
f.
24
h.
i.
j.
25
2) Perasaan tercekik
3) Merasa nafas pendek/ sesak
4) Sering menarik nafas panjang
k.
l.
26
n.
27
Keterangan :
Hasil penilaian skor
Kurang dari 14
14-20
= kecemasan ringan
21-27
= kecemasan sedang
28-41
= kecemasan berat
42-56
28
: Kecemasan ringan
4 cm s/d < 8 cm
: Kecemasan sedang
8 cm s/d < 12 cm
: Kecemasan berat
12 cm s/d 16 cm
: Panik
29
herniatomi,
tonsilektomi,
sirkumsisi,
biopsy
tumor,
yang
mengancam
jiwa.
Pembedahan
cito
alasan
antara
lain
anestesi,
30
dirawat inap dan jenis operasi yang dilaksanakan lebih serius daripada operasi
kecil. Operasi ini beresiko pada ancaman jiwa (Hasanuddin M, 2008).
31