BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pariwisata sudah dikembangkan sebagai industri di setiap negara di
dunia. Perhatian pada sektor pariwisata kini sudah semakin lebar hal ini disebabkan
karena masyarakat mulai sadar bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan
keuntung ekonomi bagi negara negara yang menerima kedatangan wisatawan
(tourist receiving countries).
Begitu juga dengan Negeri Khayal yang memiliki keragaman potensi wisata
baik itu keindahan alam, adat istiadat, dan keramah tamahan dari masyarakat
lokalnya menjadikan pengembangan pariwisata di Negeri Khayal sebagai daerah
tujuan wisata yang unik dan menarik. Pemerintah Negeri Khayal pun mengundang
seorang konsultan dari Negeri Impian untuk merencakan pariwisata di Negeri Khayal
dan berhasil.
Sehingga arus kedatangan wisatawan sangat lancar, masyarakat lokal pun
dapat merasakan manfaat ekonomi dari pengembangan parwisata tersebut. Tetapi
akibatnya keinginan wisatawan terus meningkat untuk memfasilitasi kegiatan
pariwisatanya, bukan hanya dalam mengunjungi berbagai objek wisata untuk
pengalaman dan kepuasan batinnya tetapi tentu saja para wisatawan juga
menginginkan sarana dan prasarana pariwisata yaitu akomodasi dan fasilitas
pendukung pariwisata lainnya seperti hotel dan villa yang mewah, restoran, bar, spa
yang memiliki standar internasional.
Para pelaku pariwisata di Negeri Khayal pun terus berusaha untuk mengejar
keinginan keinginan para wisatawan yang tidak terbatas tersebut dengan
membangun dan menyediakan semua fasilitas tersebut demi memberikan kemudahan
dan kenyamananbagi para wisatawan. Tetapi dalam mewujudkan akomodasi serta
fasilitas- fasilitas yang mewah tersebut para pelaku pariwisata termasuk para investor
akhir merubah beberapa perencanaan yang telah dibuat.
Terutama dalam hal alih fungsi lahan di negeri tersebut dimana banyaknya
lahan pertanian, jalur hijau bahkan kawasan yang semestinya menjadi kawaan
konservasi dirubah menjadi kawasan villa dan hotel mewah, juga banyak pemukiman
tradisional dirubah menjadi fasilitas- fasilitas pendukung pariwisata lainnya. Dalih
dari para pihak berwenang karena telah memutuskan hal tersebut adalah agar dapat
memenuhi kebutuhan pariwisata sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan
penerimaan devisa di Negeri Khayal.
Perubahan dalam perencanaan tersebut akan mempengaruhi pengembangan
pariwisata di Negeri Khayal dan akan mengakibatkan dampak yang negatif bagi
negeri itu sendiri. Karena dalam pengembangan pariwisata di suatu destinasi tidak
akan berhasil tanpa perencanan yang matang. Seperti yang diungkapkan Yoeti
(2008;47) bahwa:
Pelaku pariwisata harus menyadari akan pentingnya perencanaan dalam
pengembangan pariwisata sebagai suatu industri agar sesuai dengan apa yang
telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu
ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya, juga lingkungan hidup.
Sehingga dapat dilihat bahwa fenomena yang terjadi di Negeri Khayal sudah
melenceng jauh dari perencanaan pariwisata yang awalnya telah dibuat, sehingga
akan menyebabkan beberapa kerugian.
Tulisan ini akan membahas bagaimana menyikapi fenomena perencanaan
pariwisata di Negeri Khayal sebagai sebuah destinasi baru dimana arah kebijakan
pengembangannya hanya semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi. Dengan
memaparkan mengenai pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata di
suatu destinasi, pentingnya 5 pilar dalam pengembangan sebuah destinasi pariwisata,
proses perencanaan, dan prinsip prinsip perencanaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut A. Yoeti (2008:49) perencanaan sebagai suatu alat atau cara harus
memiliki tiga unsur:
a. Suatu pandangan jauh kedepan.
b. Merumuskan secara konkret apa yang hendak dicapai dengan
menggunakan alat alat secara efektif dan ekonomis.
c. Menggunakan koordinasi dalam pelaksanaannya.
Dalam hal ini Negeri Khayal harus menyadari dengan mengembangkan
pariwisata yang merupakan suatu bidang yang memiliki keterkaitan dengan bidang
bidang lainnya juga menyangkut hubungan anatara wistawan dan masyarakat
setempat, snagat memerlukan perencanaan yang seksama. Karena hal yang terpenting
adalah menjaga bagaimana agar pergerakan di sector ini berkelanjutan.
Peningkatan potensi yang ada, haruslah memiliki sifat yang berkelanjutan,
dalam artian pariwisata yang dikembangkan harus memiliki beberapa prinsip penting,
diantaranya kesejahteraan lokal, penciptaan lapangan kerja, konservasi sumber daya
alam, pemeliharaan dan peningkatan kualitas hidup, serta keseimbangan inter dan
antar generasi dalam distribusi kesejahteraan, sebagaimana tertuang dalam Pacific
Ministers Conference on Tourism and Enviroment di Maldivest pada tahun 1997
(Widiatedja, 2010).
2.2 Pentingnya 5 Pilar Dalam Pengembangan Pariwisata
Potensi pengembangan suatu destinasi pariwisata dapat dikaji melalui
keterkaitan pendekatan faktor demand (pengunjung) dan supply (4A dan 1C)
yaitu attraction, accessibilty, amenity, ancillary, dan community involvement.
Hal ini berlaku juga pada perencanaan pengembangan pariwisata di Negeri
Khayal.
Karena jika suatu negara sepakat untuk membangun pariwisata mereka
harus
menerima
konsekuensi
untuk
membangun
daya
tarik
wisata
faktor penting dalam menarik minat wisatawan untuk datang ke suatu destinasi
wisata maka pemerintah harus membangun jalan raya yang layak bagi
transportasi untuk menunjang kegiatan pariwisata.
Sementara fasilitas yang dibutuhkan pada kegiatan pariwisata
amenities seperti hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan demi
menunjang kenyamanan para wisatawan.
Selain itu diperlukan juga hal hal pendukung kegiatan wisata tersebut
ancillaries sebagai contoh jika para wisatawan yang memerlukan jasa tourist
information dapat mengunjungi pusat informasi di counter counter tertentu
juga tersedianya toko toko souvenir untuk membebli oleh oleh pada saat
wisatawan akan pulang ke negaranya juga lemabaga lembaga pariwisata dan
perhotelan.
Dari keempat pilar tersebut saling terkait satu sama lain untuk
menunjang kesuksesan pengembangan suatu detsinasi wisata, tetapi masih
belum lengkap tanpa adanya keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan
awal, pelaksanaan, dan pengelolaan pembangunan dan pengembangan
pariwisata di suatu destinasi wisata.
Karena masyarakat lokal Negeri Khayal sendirilah yang akan
membangun, memiliki, dan mengelola langsung fasilitas wisata serta
pelayanannya, agar dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi,
memproteksi nilai nilai sosial dan budayanya serta menjaga kelestarian dan
keamanan lingkungan sekitarnya.
Pembangunan infrastruktur pariwisata dapat dilakukan secara mandiri
ataupun mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing
khususnya untuk pembangunan yang berskala besar seperti pembangunan
Bandara Internasional, dan sebagainya. Perbaikan dan pembangunan
insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati oleh penduduk lokal
dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat lokal
akan mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di
negerinya.
BAB III
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Gunn, Clare A. Tourism Planning. 4th Ed. New York: Routledge. 2002
Hall, Michael C. & Page, Stephen J. The Geography of Tourism and Recreation:
Environment, Place and Space. 3rd Ed. New York: Routledge. 2006
Inskeep, Edward. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development
Approach. New York: Van Nostrand. 1991
Paturusi, Samsul A. (2001). Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata, Materi
kuliah Perencanaan Kawasan Pariwisata Program Magister (S2) Kajian
Pariwisata, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar.
Widiatedja, IGN Parikesit. 2011. Kebijakan Liberalisasi Pariwisata. Denpasar:
Udayana University Press
Yoeti,Oka.A.(2008) Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita :
Jakarta
10